FARMAKOLOGI II
“EFEK OBAT ANTIDIABETES PADA HEWAN UJI”
Disusun Oleh:
Anjani Awijayanti
1948201008
4B Farmasi
Dosen Pengampu;
Apt. Denia Pratiwi, M. Farm.
&
Apt. Dini Mardhiyani, M. Farm.
3.2 Alat
- Batang pengaduk
- Beaker
- Gelas ukur
- Gunting
- Hot plate
- Mixer
- Spuit 1 cc
- Spuit oral
- Timbangan berat
3.3 Bahan
- Alkohol 70%
- Aqua destilat
- Kapas
- Natrium CMC
- Tablet akarbose
- Tablet glibenklamid
- Tablet metformin.
4.2 Perhitungan
Faktor konversi
- Dosis dewasa glibenklamid 5 mg
- Faktor konversi manusia ke mencit 5 mg x 0,0026 = 0,013 mg
(untuk 20 gr mencit)
Larutan stok
- 100 ml : 0,2 ml x 0,013 mg = 6,5 mg
- Berat 2 tablet glibenklamid = 0,400 gr (400 mg)
- 6,5: 10 mg x 400 mg = 260 mg add Na. CMC 1%
Jika
- 50 ml : 0,2 ml x 0,013 mg = 3,25 mg
- 3,25 mg:10 x 400 mg = 130 mg add 50 ml
4.3 Pembahasan
Praktikum kali ini merupakan praktikum yang bertujuan untuk memahami
mekanisme kerja obat antidiabetes yaitu glibenklamid dari berbagai kelompok,
sehingga dapat memperoleh gambaran cara evaluasi efek antidiabetes. Pada
praktikum ini menggunakan 3 ekor mencit pada tiap kelompok kelas B. Serta
digunakan glucose meter untuk mengukur kadar gula yang diujikan pada tiap
kelompok.
Diabetes adalah gangguan kronis yang khususnya menyangkut
metabolismeglukosa dalam tubuh. Glukosa yang diserap di jaringan otot ditimbun
sebagaiglikogen atau dirombak menjadi asam laktat sedangan jaringan lemak
jugamenggunakan glukosa sebagai sumber energi dan substrat sintesis
trigliserida.Penyebab diabetes adalah kekurangan hormon insulin yang
berfungsimemanfaatkan glukosa sebagai sumber energi. Akibatnya, glukosa
menjadibertumpuk dalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya diekskresikan
melalui urintanpa digunakan (glikosuria). Hal ini menyebabkan produksi kemih
pasien sangatmeningkat, merasa sangat haus, dan berat badan menurun. Untuk
memperingangangguan-gangguan yang ditimbulkan akibat diabetes, maka
dibutuhkan obat-obathipoglikemia yang bekerja meningkatkan sekresi insulin.
Pada praktikum ini menggunakan obat glibenklamid sebagai obat
antidiabetes. Glibenclamide memiliki nama lain gliburide, Diabeta,
Glynase,Micronase, Glibenclamidum. Glibenklamid merupakan Obat
Hipoglikemik Oral (OHO) golongan sulfonylurea generasi kedua yang hanya
digunakan untuk mengobati individu dengan diabetes melitus tipe II untuk
menurunkan konsentrasi gula darah. Merupakan obat antidiabet golongan sulfonil
urea generasi kedua.
Mekanisme Kerja Glibenklamide yaitu menstimulasi pankreas untuk
memproduksi insulin dan meningkatkan sensitivitas sel beta terhadap
glukosa.Sulfonilurea dapat menormalkan produksi glukosa di hati dan secara
parsialmembalikkan resistensi insulin pada pasien diabetes melitus tipe II.
Glibenklamidehanya bermanfaat pada penderita diabetes dewasa yang
pankreasnya masih mampumemproduksi insulin dengan baik. Pada penggunaan
per oral glibenklamiddiabsorpsi sebagian secara cepat dan tersebar keseluruh
cairan ekstrasel, sebagianbesarterikat dengan protein plasma. (Dipirodkk., 2008).
Pemberian glibenklamid secara oral akan diabsorbsi melalui saluran
cernadengan cukup efektif dan memiliki waktu paruh sekitar 4 jam. Dosis awal
untukdiabetes melitus tipe 2 adalah 2,5 mg-5 mg, dilanjutkan dosis pemeliharan 5
mg10 mg.Setelah absorbsi, obat ini tersebar ke seluruh cairan ekstrasel. Dalam
plasmasebagian besar terikat pada protein plasma terutama albumin (70%-90%).
Untuk mencapai kadar optimal glibenklamid akan lebih efektif jika diminum 30
menitsebelum makan. Mula kerja (onset) glibenklamid: kadar insulin serum
mulaimeningkat 15-60 menit setelah pemberian dosis tunggal. Kadar puncak
dalam darahtercapai setelah 2-4 jam. Setelah itu kadar mulai menurun, 24 jam
setelah pemberiankadar dalam plasma hanya tinggal sekitar 5%. Masa kerja
sekitar 15 sampai 24 jam.
Metabolisme glibenklamid sebagian besar berlangsung dengan jalan
hidroksilasi gugus sikloheksil pada glibenklamid, menghasilkan satu
metabolitdengan aktivitas sedang dan beberapa metabolit inaktif. Metabolit utama
(M1)merupakan hasil hidroksilasi pada posisi 4-trans, Metabolit kedua (M2)
merupakanhasil hidroksilasi 3-cis, sedangkan metabolit lainnya belum
teridentifikasi.Semua metabolit tidak ada yang diakumulasi.Hanya 25-50 %
metabolit diekskresi melaluiginjal, sebagian besar diekskresi melalui empedu dan
dikeluarkan bersamatinja.Waktu paruh eliminasi sekitar 15-16 jam, dapat
bertambah panjang apabilaterdapat kerusakan hati atau ginjal. Bila pemberian
dihentikan, obat akan bersihkeluar dari serum setelah 36 jam. Glibenklamid tidak
diakumulasi di dalam tubuh,walaupun dalam pemberian berulang.
Secara prosedural akan dibahas tahapan-tahapan yang dilakukan untuk
mengevaluasi penyakit diabetes pada hewan percobaan. Sebelum
dilakukanpercobaan, hewan yang akan diuji dipuasakan dengan cara tidak diberi
makan. Halini bertujuan untuk menormalkan kadar glukosa dalam darah hewan
uji dan agarglukosa darah yang nantinya terukur tidak dipengaruhi oleh glukosa
yang berasaldari makanan hewan uji. Jika hewan uji (tikus) diberi makan, kadar
glukosa dalamdarahnya menjadi tidak stabil (berubah-ubah).
Selanjutnya tikus ditimbang dan diberi tanda pada bagian pangkal
ekornya.Pada tikus kelompok 1 beratnya sebesar 21,8 gram, kelompok 2 beratnya
sebesar 18,9 gram dan kelompok 3 beratnya sebesar 21,15 gram. Pada praktikum
ini menggunakan kontrol negatif (Na CMC) yaitu kelompok 1. Untuk kelompok 2
dan 3 menggunakan obat glibenklamid dengan kadar 5 mg/60 kgBB.
Selanjutnya tikus yang menjadi kontrol negatif diberikan Na CMC 1% secara
peroral sebanyak 2 ml; tikus yang akan diberikan obat glibenklamid dengan kadar
5 mg/60 kgBB secara peroral sebanyak 1,05 ml.
Setelah 20 menit dan 40 menit, semua tikus diambil darahnya. Pengambilan
darah dilakukan dengan memotong bagian ujung ekor tikus dan mengeluarkan
sedikitdarahnya. Pemilihan bagian ekor untuk mengambil darahnya di karenakan
pada bagian ini terdapat banyak pembuluh darah yaitu pembuluh darah vena.
Selain itu metode ini digunakan untuk mempermudah pengambilan darah tikus.
Pada praktikum ini menggunakan glucose meter untuk mengukur kadar
glukosa darah hewan uji. Cara menggunakan alat ini adalah pertama, pasang strip
ke slot. Kedua, cek nomor kalibrasi, kalibrasi glucose meter bertujuan agar data
yang terbaca lebih akurat. Ketiga, lakukan sampling darah.Keempat, sentuhkan
sampel darah ke salah satu sisi strip. Kelima, baca hasil setelahkurang lebih 5
detik, data yang terbaca pada glucose meter dicatat sebagai t = 30.
Hasil dari setiap uji yang dilakukan memberikan hasil yang bervariasi, hal ini
tergantung pada kondisi fisiologi dari tikus, kadar obat yang diberikan dan waktu
dilakukan ujinya. Hasil yang diperoleh dari glucose meter ini dapat
digunakanuntuk mengontrol diabetes pasien dan menetapkan tahap penyembuhan
selanjutnyabagi pasien. Untuk mendapat hasil uji yang akurat, perlu diperhatikan
beberapa hal seperti menjaga kebersihan glucose meter menempatkan sampel
darah sesuai batas glucose test strips dan tidak menggunakan glucose test strips
yang sudah kadaluarsa.
Pada praktikum kali ini, digunakan pemberian glukosa 50%
untukmeningkatkan kadar gula darah pada tikus sebelum diberikan obat
antidiabetik yangdapat menurunkan kadar gula darahnya. Pemberian glukosa 50%
1g/kgBB diberikan berdasarkan hasil perhitungan HED dan VAO untuk hewan uji
(tikus).
Dari data percobaan yang dilakukan, digunakan Na CMC sebagai kontrol
negatif didapatkan kadar glukosa sebesar 155 mg/dL. Kadar glukosa yang tinggi
pada kontrol negatif Na CMC disebabkan karena Na CMC tidak memiliki efek
antidiabetik dan Na CMC merupakan selulosa yang tergolong polisakarida
sehingga dapat meningkatkan kadar glukosa dalam darah.
Pemakaian kadar obat tiap kelompok selain kelompok kontrol negatif
mempengaruhi hasil yang dihasilkan. Pemberian obat dengan dosis yang terlalu
rendah mengakibatkan ketidakefektifan dalam mencapai efek terapi yang
diinginkan. Sedangkan pemberian obat dengan dosis yang terlalu tinggi juga dapat
menyebabkan peningkatan risiko efek toksik. Pada praktikum tidak menggunakan
dosis obat yang terlalu rendah dan terlalu tinggi. Untuk glibenklamid dosis untuk
diabetes melitustipe 2 adalah 2,5 mg-5 mg.
Pada pemberian glibenklamid, hasil yang didapatkan dari kelompok 2 pada
kadar 5mg/60 kgBB sebesar 118 mg/dL yang diukur 20 menit setelah pemberian
obat dan 124 mg/dL yang diukur 40 menit setelah pemberian obat. Sedangkan
pada kelompok 3 hasil yang di dapat pada menit 20 menit setelah pemberian obat
adalah 123 mg/dL dan pada menit ke 40 setelah pemberian obat adalah 148
mg/dL.
Faktor kesalahan yang mungkin dapat mempengaruhi data ialah waktu
pengecekan kadar glukosa darah pada setiap kelompok yang tidak seragam,
penimbangan tikus yang tidak akurat, keadaan fisiologis yang dapat
mempengaruhi kerja obat, serta perhitungan dosis yang salah.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
- Diabetes adalah gangguan kronis yang khususnya menyangkut
metabolisme glukosa dalam tubuh.
- Terjadi Penurunan kadar glukosa pada mencit setelah 20 menit
pemberian obat Glibenklamide.
- Mekanisme Kerja Glibenklamide yaitu menstimulasi pankreas untuk
memproduksi insulin dan meningkatkan sensitivitas sel beta terhadap
glukosa.
- Semakin tinggi dosis obat yang diberikan, semakin rendah kadar gula
yang dihasilkan, karena obat antidiabetik bertujuan untuk menurunkan
kadar gula dalam darah.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Pharmaceutical Care
untukPenyakit Diabetes Mellitus. Jakarta : Dirktorat Bina Farmasi
Komunitasdan Klinik.
Dipiro JT, Talbert RL, Yee GC, Matzke GR, wells BG, Posey LM.
2008.Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. 7thed. New
York:McGraw Hill.
Ganiswarna, S.1995.Farmakologi danTerapi. FK-UI : Jakarta.
Gunawan, Sulistia Gan. 2012. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. FKUI : Jakarta.
Katzung, G. Bertram. 2002. Farmakologi : Dasar dan Klinik. Buku 2.
Jakarta :Penerbit Salemba Medika.
Lacy, F Charles., Lora, Armstrong., Morton, P, Goldman., Loenard L,L.,
2009.,Drug Information Handbook., American Pharmacist Association
Slamet S. 2008. Diet Pada Diabetes dalam Noer dkk. Buku Ajar Ilmu
PenyakitDalam ed. III. Jakarta: Balai Penerbit FK-ill.
Sukarta Brunton LL, Lazo JS, dan Parker KL. 2006. Goodman and Gilman's
ThePharmacological Basis of Therapeutics 11th ed., California: McGraw-
Hill.
Suryono, 2004. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus. Jakarta : Balai
PenerbitFakultas Kedokteran
Suryono, S., 2006. Diabetes Mellitus di Indonesia. Jakarta : Pusat
PenerbitanDepartemen Ilmu Penyakit Dalam FKU.
Tjokroprawiro Askandar, 2001. Diabetes Mellitus : Klasifikasi Diagnosis
danTerapi. Jakarta : Gramedia.
Ukandar, E. Y., J. I. Sigit, I. K. Adnyana, A. A. P. Setiadi, Kusnandar. 2008.
ISOFarmakoterapi. Penerbit PT. ISFI Penerbitan. Jakarta