Anda di halaman 1dari 8

MATA KULIAH

METABOLISME ENRGI DAN ZAT GIZI MAKRO


ESSAY
PENYEBAB GANGGUAN METABOLISME KARBOHIDRAT

Dosen Pengampu :
Unziyah Khodija, M.Gz

Oleh :
SUTRIANI
2211321007

Program Alih Jenjang S1 Ilmu Gizi

FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS SURABAYA
2023
Buatlah essay dengan Tema “penyebab Gangguan Metabolisme KH” berdasarkan hasil
survey yang didapat dari artikel / jurnal terkait.

Isi essay terdiri dari :


Pevalensi kejadian penyakit, jelaskan bagaimana proses kejadian gangguan metabolism
KH, Jelaskan bagaimana penanggualangannya / terapi nya dan berikan kesimpulan serta
saran Anda pribadi terhadap isu / kejadian yang bersangkutan dengan Tema yang Anda
ambil di Essay.

Kumpulkan kolektif ke PJMK masing2 dan kumpulkan ke email saya paling lambat
Minggu, 14 Mei 2023 jam 23.59 WIB! “

2
GANGGUAN METABOLISME KARBOHIDRAT PADA PENDERITA
DIABETES MELITUS

World Health Organisation (WHO) menyatakan bahwa Diabetes Mellitus (DM)


didefinisikan sebagai salah satu gangguan metabolisme atau penyakit dengan multi etiologi yang
ditandai dengan bertambah tinggi nya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme
karbohidrat, lipid serta protein sebagai akibat dari insufisiensi fungsi insulin yang disebabkan
kurangnya resposinsifnya sel – sel tubuh terhadap insulin ataupun sebalik nya gangguan produski
insulin dari sel – sel beta langerhans pada kelenjar pankreas (Depkes, 2008). Diabetes melitus
yang paling sering ditemui di Indonesia adalah diabetes melitus tipe 2, dimana tubuh tidak mampu
menghasilkan insulin yang cukup pada tubuh (World Health Organization, 2020).

Menurut Kementerian Kesehatan RI tahun 2019, diabetes adalah penyakit kronis serius
yang berlangsung ketika tubuh tidak memiliki cukup insulin untuk memecah glukosa menjadi
energi didalam tubuh. Diabetes melitus memiliki prevalensi dan jumlah kasus meningkat selama
beberapa dekade terakhir. Hal ini menjadikan penyakit diabetes sebagai salah satu dari 4 penyakit
tidak menular yang menjadi prioritas dan membutuhkan perhatian khusus dari pemimpin dunia
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2019). Prevalensi penyakit diabetes melitus terus
meningkat setiap tahunnya di dunia, salah satunya Indonesia. Penyakit ini menjadi salah satu
penyebab kematian dan kejadian disabilitas di beberapa negara (Rosyid et al., 2020). Prevalensi
diabetes melitus tipe 2 dalam tiga dekade terakhir ini, terus meningkat secara drastis di negara-
negara dengan tingkat pendapatan yang rendah. Indonesia menjadi negara dengan jumlah
penderita diabetes tipe satu paling banyak di Asia Tenggara. Berdasarkan laporan International
Diabetes Federation (IDF), jumlah penderita diabetes tipe ini di dalam negeri sebanyak 19,47 juta
orang pada 2021.

Di seluruh dunia penderita diabetes sekitar 422 juta orang, kematian diabetes setiap tahun
sekitar 1,6 juta jiwa, dan mayoritas tinggal di negara berpenghasilan rendah serta menengah. Pada
tahun 2025 terdapat sasaran yang disepakati secara global untuk menghentikan peningkatan
diabetes serta obesitas (World Health Organization, 2020). Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional
tahun 2018, proporsi diabetes melitus di Indonesia dengan Glukosa Darah Puasa Terganggu
(GDPT) sekitar 26.3%, sedangkan dengan Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) sekitar 30.8%.

3
Metabolisme karbohidrat dan diabetes mellitus adalah dua mata rantai yang tidak dapat
dipisahkan. Keterkaitan antara metabolisme karbohidrat dan diabetes mellitus dijelaskan oleh
keberadaan hormon insulin. Penderita diabetes mellitus mengalami kerusakan dalam produksi
maupun sistem kerja insulin, sedangkan ini sangat dibutuhkan dalam melakukan regulasi
metabolisme karbohidrat. Akibatnya, penderita diabetes mellitus akan mengalami gangguan pada
metabolisme karbohidrat. Insulin berupa polipeptida yang dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas.
Insulin terdiri atas dua rantai polipeptida. Insulin manusia terdiri atas 21 residu asam amino pada
rantai A dan 30 residu pada rantai B. Kedua rantai ini dihubungkan oleh adanya dua buah rantai
disulfida. Insulin disekresi sebagai respon atas meningkatnya konsentrasi glukosa dalam plasma
darah. Konsentrasi ambang untuk sekresi tersebut adalah kadar glukosa pada saat puasa yaitu
antara 80-100 mg/dL. Respon maksimal diperoleh pada kadar glukosa yang berkisar dar 300-500
mg/dL. Insulin yang disekresikan dialirkan melalui aliran darah ke seluruh tubuh. Umur insulin
dalam aliran darah sangat cepat. waktu paruhnya kurang dari 3-5 menit.

Pengaturan metabolisme glukosa oleh insulin melalui berbagai mekanisme kompleks yang
hasil akhirnya adalah peningkatan kadar glukosa dalam darah. Oleh karena itu, penderita diabetes
mellitus yang jumlah insulinnya tidak mencukupi atau bekerja tidak efektif akan mengalami
hiperglikemia. Ada 3 mekanisme yang terlibat yaitu :
1. Meningkatkan difusi glukosa ke dalam sel
Pengangkutan glukosa ke dalam sel melalui proses difusi dengan bantuan protein pembawa.
Protein ini telah diidentifikasi melalui teknik kloning molekular. Ada 5 jenis protein
pembawa tersebut yaitu GLUT1, GLUT2, GLUT3, GLUT4 dan GLUT 5. GLUT1 merupakan
pengangkut glukosa yang ada pada otak, ginjal, kolon dan eritrosit. GLUT2 terdapat pada sel
hati, pankreas, usus halus dan ginjal. GLUT3 berfungsi pada sel otak, ginjal dan plasenta.
GLUT4 terletak di jaringan adiposa, otot jantung dan otot skeletal. GLUT5 bertanggung
jawab terhadap absorpsi glukosa dari usus halus. Insulin meningkatkan secara signifikan
jumlah protein pembawa terutama GLUT4. Sinyal yang ditransmisikan oleh insulin menarik
pengangkut glukosa ke tempat yang aktif pada membran plasma. Translokasi protein
pengangkut ini bergantung pada suhu dan energi serta tidak bergantung pada sintesis protein.
Efek ini tidak terjadi pada hati.
2. Peningkatan aktivitas enzim pada orang yang normal, sekitar separuh dari glukosa yang
dimakan diubah menjadi energi lewat glikolisis dan separuh lagi disimpan sebagai lemak atau
glikogen. Glikolisis akan menurun dalam keadaan tanpa insulin dan proses glikogenesis
ataupun lipogenesis akan terhalang. Hormon insulin meningkatkan glikolisis sel-sel hati

4
dengan cara meningkatkan aktivitas enzim-enzim yang berperan. termasuk glukokinase,
fosfofruktokinase dan piruvat kinase. Bertambahnya glikolisis akan meningkatkan
penggunaan glukosa dan dengan demikian secara tidak langsung menurunkan pelepasan
glukosa ke plasma darah. Insulin juga menurunkan aktivitas glukosa-6- fosfatase yaitu enzim
yang ditemukan di hati dan berfungsi mengubah glukosa menjadi glukosa 6-fosfat.
Penumpukan glukosa 6-fosfat dalam sel mengakibatkan retensi glukosa yang mengarah pada
diabetes mellitus tipe 2. Banyak efek metabolik insulin, khususnya yang terjadi dengan cepat
dilakukan dengan mempengaruhi reaksi fosforilasi dan dfosforilasi protein yang selanjutnya
mengubah aktivitas enzimatik enzim tersebut. Kerja insulin dilaksanakan dengan
mengaktifkan protein kinase, menghambat protein kinase lain atau meransang aktivitas
fosfoprotein fosfatase. Defosforilasi meningkatkan aktivitas sejumlah enzim penting.
Modifikasi kovalen ini memungkinkan terjadinya perubahan yang hampir seketika pada
aktivitas enzim tersebut. Mekanisme defosforilasi enzim dilakukan melalui reaksi kaskade
yang dipicu oleh fosforilasi substrat reseptor insulin. Sebagai contoh adalah pengeruh insulin
pada enzim glikogen sintase dan glikogen fosforilase.
3. Menghambat kerja cAMP (adenosina monofosfat siklik)
Dalam menghambat atau meransang kerja suatu enzim, insulin memainkan peran ganda.
Selain menghambat secara langsung, insulin juga mengurangi terbentuknya cAMP yang
memiliki sifat antagonis terhadap insulin. Insulin meransang terbentuknya fosfodiesterase-
cAMP. Dengan demikian insulin mengurangi kadar cAMP dalam darah.
Pencegahan penyakit diabetes melitus tipe 2 terutama ditujukan kepada orang-orang yang
memiliki risiko untuk menderita DM tipe 2. Tujuannya adalah untuk memperlambat timbulnya
DM tipe 2, menjaga fungsi sel penghasil insulin di pankreas, dan mencegah atau memperlambat
munculnya gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Faktor risiko DM tipe 2 dibedakan
menjadi faktor yang dapat dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi. Usaha
pencegahan dilakukan dengan mengurangi risiko yang dapat dimodifikasi.
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi contohnya ras dan etnik, riwayat anggota keluarga
menderita DM, usia >45 tahun, riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi>4000 gram atau
riwayat pernah menderita DM gestasional (DMG), dan riwayat lahir dengan berat badan rendah,
kurang dari 2,5 kg. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi contohnya berat badan berlebih,
kurangnya aktivitas fisik, hipertensi (> 140/90 mmHg), gangguan profil lipid dalam darah (HDL <
35 mg/dL dan atau trigliserida > 250 mg/dL, dan diet tak sehat tinggi gula dan rendah serat.
Pencegahan DM juga harus dilakukan oleh pasien-pasien prediabetes yakni mereka yang
mengalami intoleransi glukosa (GDPP dan TGT) dan berisiko tinggi mederita DM tipe 2.

5
Pencegahan DM tipe 2 pada orang-orang yang berisiko pada prinsipnya adalah dengan
mengubah gaya hidup yang meliputi olah raga, penurunan berat badan, dan pengaturan pola
makan. Berdasarkan analisis terhadap sekelompok orang dengan perubahan gaya hidup intensif,
pencegahan diabetes paling berhubungan dengan penurunan berat badan. Menurut penelitian,
penurunan berat badan 5-10% dapat mencegah atau memperlambat munculnya DM tipe 2.
Dianjurkan pula melakukan pola makan yang sehat, yakni terdiri dari karbohidrat kompleks,
mengandung sedikit lemak jenuh dan tinggi serat larut. Membatasi asupan kalori ditujukan untuk
mencapai berat badan ideal. Serta menghindari konsumsi makanan dan minuman yang
mengandung gula tinggi. Akitivitas fisik harus ditingkatkan dengan berolahraga rutin, minimal
150 menit perminggu, dibagi 3-4 kali seminggu. Olahraga dapat memperbaiki resistensi insulin
yang terjadi pada pasien prediabetes, meningkatkan kadar HDL (kolesterol baik), dan membantu
mencapai berat badan ideal. Selain olah raga, dianjurkan juga lebih aktif saat beraktivitas sehari-
hari, misalnya dengan memilih menggunakan tangga dari pada elevator, berjalan kaki ke pasar
daripada menggunakan kendaraan bermotor, menghindari stress, menghindar dari kebiasaan
merokok dan paparan asap rokok serta tidak mengkonsumsi miuman bersoda dan ber alcohol.
Terapi yang dianjurkan untuk pengobatan penderita DM akan disesuaikan dengan jenis
penyakit gula yang dialami. Terapi insulin menjadi salah satu pengobatan yang bisa dilakukan
oleh pengidap kondisi ini, baik tipe 1 maupun tipe 2. Bahkan, pada diabetes tipe 1 yang cukup
berat, transplantasi pankreas dapat menjadi pilihan guna mengatasi kerusakan pada
pankreas. Sedangkan pada pengidap diabetes tipe 2 akan diberikan beberapa jenis obat-obatan.
Namun, umumnya ada beberapa perawatan yang harus dilakukan untuk menurunkan risiko
diabetes, seperti:
1. Menerapkan pola makan sehat
Pola makan yang sehat harus diterapkan dalam kebiasakan makan sehari-hari. Fokuskan pada
asupan buah, sayur, protein tanpa lemak, dan juga biji-bijian. Tidak hanya itu, penderita DM
juga perlu mengonsumsi serat dan mengurangi beberapa jenis makanan, seperti makanan
yang mengandung lemak jenuh, karbohidrat olahan, hingga pemanis buatan.
2. Rutin melakukan aktifitas Fisik
Penderita DM dianjurkan melakukan olahraga, sebab aktifitas fisik menjadi satu kegiatan
yang bisa dilakukan untuk menurunkan kadar gula darah dengan mengubahnya menjadi
energi. Penderita DM bisa memilih untuk melakukan olahraga ringan, seperti berjalan kaki,
senam, berenang, atau bersepeda. Jadikan kegiatan tersebut sebagai rutinitas harian untuk
membantu menghindari kondisi diabetes menjadi lebih buruk lagi kedepannya.

6
Kesimpulan :
1. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme atau penyakit jangka panjang yang
dialami oleh seseorang dengan ditandai dengan peningkatan kadar gula darah yang
berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat yang disebabkan oleh penurunan
sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduannya.
2. Mekanisme yang terlibat dalam pengaturan metabolisme glukosa oleh insulin meliputi :
meningkatkan difusi glukosa ke dalam sel, peningkatan aktivitas enzim dan menghambat
kerja cAMP (adenosina monofosfat siklik).
3. Pencegahan DM tipe 2 pada orang-orang yang berisiko pada prinsipnya adalah dengan
mengubah gaya hidup yang meliputi olah raga, menjaga berat badan agar tetap ideal, dan
pengaturan pola makan (memilih sumber karbohidrat komplek dan menghindari makanan dan
minuman bersoda, beralkohol dan tinggi gula).
Saran :
1. Perlu diadakan iklan atau penyuluhan di media massa untuk memberikan edukasi tentang
tanda, bahaya dan pencegahan penyakit Diabetes Melitus.
2. Membuat komunitas (club Diabetes Melitus) untuk memberikan pengetahuan / edukasi
tentang komplikasi DM serta dapat digunakan sebagai wadah untuk melakukan aktifitas fisik
berupa olahraga / senam sehat dan senam kaki Diabetes Melitus.
3. Bagi pasien DM diharapkan dapat mematuhi anjuran dokter untuk meminum obat sesuai
dengan dosis yang diberikan, serta memperhatikan diet / pola makan yang aman untuk
penderita DM sesuai dengan rekomendasi Ahli Gizi.

7
DAFTAR PUSTAKA

1. Maulana Mirza, 2008, Diabetes Melitus, Jogjakarta, Katahati.


2. dr. Nidia Suriani. (2012) Gangguan Metabolisme Karbohidrat pada Diabetes Melitus.
Alumni Lecture.ub.ac.id.
3. Pencegahan Diabetes Melitus. https://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-
penyakit-diabetes-melitus-dan-gangguan-metabolik/pencegahan-diabetes-melitus. Diakses
13 Mei 2023.
4. Infodatain (pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI). ISSN 2442-7659. Tahun
2020.
5. dr. Fadhli rizal M. https://www.halodoc.com/kesehatan/diabetes. Diakses 13 Mei 2023.

Anda mungkin juga menyukai