SKRIPSI
Oleh :
SITTA WIDYASARI
NIM 011191103
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bekerja dengan baik) dari insulin atau bahkan insulin tidak bekerja sama sekali
keadaan puasa pagi hari lebih atau sama dengan 126 mg/dL atau glukosa
537 juta orang dewasa berusia 20-79 tahun atau 1 dari 10 orang hidup
menyebabkan 6,7 juta kematian atau 1 tiap 5 detik. Tiongkok menjadi negara
140,87 juta penduduk Tiongkok hidup dengan Diabetes Mellitus pada 2021.
Pakistan 32,96 juta, dan Amerika Serikat 32,22 juta. Indonesia berada di posisi
Dengan jumlah penduduk sebesar 179,72 juta, ini berarti prevalensi Diabetes
1
2
tertinggi adalah DKI dengan 3,4 % dari total jumlah penduduk, sedangkan
Jawa Tengah menempati urutan ke sebelas dengan angka 2,1 % dari total
Glukosa darah adalah glukosa utama yang dihasilkan oleh tubuh dari
Glukosa darah juga merupakan gula sederhana dalam makanan dalam bentuk
disakarida, atau terikat dalam bentuk molekul lain. Glukosa berasal dari
hati melalui vena porta hepatika. Galaktosa dan fruktosa cepat diubah
menjadi glukosa dalam hati. Glukosa diubah menjadi glikogen didalam hati
perubahan glukosa menjadi asam piruvat yang akan menjadi asam laktat.
3
hati akan dipecah menjadi glukosa melalui preses glikogenolisis dan kemudian
mengalir di dalam darah untuk dikirim ke otot rangka dan organ lain yang
dibutuhkan. Jika kadar glukosa darah tinggi, glukosa akan diserap oleh
jaringan dengan bantuan hormon insulin. Kadar glukosa dalam darah diatur
merupakan hormon yang menurunkan kadar glukosa darah, dibentuk oleh sel-
glukosa dari asam amino, hormon ini dihasilkan dari sek alfa pancreas
menjadi normal. Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh faktor endogen dan
insulin, glukagon, kortisol, sistem reseptor pada otot dan sel hati. Hormon
dan menyebabkan tingginya kadar gula darah. Semakin berat stres yang terjadi
4
Secara alami, kadar gula darah di dalam tubuh meningkat (Tanzil, 2014).
Faktor eksogen antara lain jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi
serta aktifitas fisik yang dilakukan. Jenis makanan yang dikonsumsi seperti
tingginya jumlah kadar karbohidrat atau kadar gula yang dikonsumsi maka
jumlah kadar dalam pembuluh darah akan meningkat, jumlah glukosa darah
yang tidak dapat diimbangi oleh insulin maka akan menyebabkan peningkatan
energy (ATP) sehingga glukosa dalam darah dipecah dalam sel dan menjadi
energi, fungsi lain dari aktifitas fisik adalah meningkatkan aktifitas reseptor
akibat asupan makanan yang tidak adekuat atau darah terlalu banyak
terjadi akibat kadar insulin dalam tubuh tidak mencukupi, kondisi ini disebut
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak karena insulin tidak dapat bekerja
pertama karena kerusakan pada sel-sel beta pankreas karena pengaruh dari
luar seperti zat kimia, virus dan bakteri. Penyebab yang kedua adalah
penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas dan yang ketiga karena
5
kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer. Insulin yang disekresi oleh sel
beta pankreas berfungsi untuk mengatur kadar glukosa darah dalam tubuh.
Kadar glukosa darah yang tinggi akan menstimulasi sel beta pankreas untuk
darah tinggi. Penyebab dari kerusakan sel beta pankreas sangat banyak seperti
terhadap kerja insulin disebut dengan resistensi insulin. Keadaan ini dapat
disebabkan oleh gangguan reseptor, pre reseptor dan post reseptor sehingga
kadar glukosa darah agar tetap normal. Sensitivitas insulin untuk menurunkan
dan lemak serta menekan produksi glukosa oleh hati menurun. Penurunan
bahwa kadar glukosa darah yang tinggi secara terus menerus berisiko
2016).
menurut PERKENI (2019), yakni (1) Edukasi, penderita harus paham betul
penderita harus patuh terhadap pola diit yang dijalani dan tidak boleh melebihi
batas diit. (3) Olahraga, gerak badan sangat diperlukan untuk membakar kadar
gula darah dalam tubuh yang berlebih. (4) Terapi farmakologi (PERKENI,
2019).
PROLANIS ini akan disediakan dokter keluarga yang bertugas sebagai gate
keeper yang tidak hanya memilih pasien untuk dirujuk ke spesialis terkait,
bagi peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis untuk mencapai
kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif
dan efisien. Kegiatan Prolanis ini tentunya sangat bermanfaat bagi kesehatan
belum memenuhi indikator yang telah ditentukan yaitu 75% peserta terdaftar
2019).
8
untuk tetap melaksanakan tindakan terapi yang telah diberikan oleh penyedia
dapat diartikan sebagai perilaku penderita yang menaati semua nasihat dan
obat, mematuhi diet, atau melakukan perubahan gaya hidup) sesuai anjuran
terapi dan kesehatan (Kozier and Dkk, 2016). Tingkat kepatuhan dapat
Prolanis secara rutin selama 3 bulan menunjukan kadar HbA1c sebagai tolak
menunjukan <9,5% yang artinya diit dan pengobatan diabetes yang dilakukan
Prolanis, pada ulan September 2022 baru 63% yang mengikuti rutin. Peneliti
9
mengikuti Prolanis tapi dari hasil pemeriksaan 4 menunjukan GDS > 200
mg/dL. Sedangkan 4 orang yang tidak rutin mengikut Prolanis 3 orang kadar
GDS > 200 mg/dL. Berdasarkan masalah ini peneliti tertarik untuk melakukan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Medistra
2. Tujuan khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
TINJAUAN PUSTAKA
makanan dan disimpan sebagai glikogen dihati dan otot. Glukosa darah
adalah glukosa utama yang dihasilkan oleh tubuh dari makanan yang
11
12
b. HbA1C
3) Diabetes : > 65 %
Stabilitas gula darah adalah suatu keadaan dimana kadar nilai gula
darah selalu dalam batas normal setiap di periksa 1 bulan sekali (Nita,
2017).
Kadar gula darah dikatakan terlalu tinggi jika melebihi angka 200
mg/dL. Dalam ilmu medis, kadar gula darah terlalu tinggi disebut
hiperglikemia. kadar gula darah terlalu tinggi, terutama yang tidak pernah
Bare, 2013).
gula darah Anda berada di bawah 50 mg/dL. Kondisi ini juga umum
13
secara berlebihan. Jika kadar gula darah rendah, tubuh akan lemas dan
bentuk disakarida, atau terikat dalam bentuk molekul lain. Glukosa berasal
menjadi asam piruvat yang akan menjadi asam laktat. Asam laktat yang
14
kemudian mengalir di dalam darah untuk dikirim ke otot rangka dan organ
lain yang dibutuhkan. Jika kadar glukosa darah tinggi, glukosa akan
Association, 2015).
Semakin berat stres yang terjadi di dalam tubuh maka produksi hormon
kortisol akan semakin meningkat. Secara alami, kadar gula darah di dalam
meningkat, jumlah glukosa darah yang tidak dapat diimbangi oleh insulin
dalam darah dipecah dalam sel dan menjadi energi, fungsi lain dari
akibat kadar insulin dalam tubuh tidak mencukupi, kondisi ini disebut
pengaruh dari luar seperti zat kimia, virus dan bakteri. Penyebab yang
kedua adalah penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas dan yang
disekresi oleh sel beta pankreas berfungsi untuk mengatur kadar glukosa
darah dalam tubuh. Kadar glukosa darah yang tinggi akan menstimulasi
darah tinggi. Penyebab dari kerusakan sel beta pankreas sangat banyak
Keadaan ini dapat disebabkan oleh gangguan reseptor, pre reseptor dan
post reseptor sehingga dibutuhkan insulin yang lebih banyak dari biasanya
(Fatimah, 2015).
a. Umur
secara drastis menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Pada usia
17
P., Rivero. Gutierrez, B., Lopez Diez Minguez, J., Anzola, A.,
b. Jenis Kelamin
secara fisik wanita lebih memiliki indeks masa tubuh yang lebih besar.
c. Pendidikan
darah agar tetap stabil. Hasil atau perubahan prilaku dengan cara ini
d. Pengetahuan
e. Stress
f. Obesitas
h. Aktifitas Fisik
i. Konsumsi Alkohol
j. Kepatuhan
sesuai jadwal, meminum obat sesuai dosis dan jadwal, menjaga pola
makan dan berolah raga sesuai anjuran tenaga kesehatan. Pasien yang
2019). Pada diabetes melitus dapat ditemui tanda- tanda berupa kadar
insulin tetap dapat diproduksi oleh sel. Beta pankreas namun reseptor
insulin sudah tidak aktif karena dianggap kadarnya masih tinggi dalam
tipe 2.
22
pada defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin,
dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas. diagnosis DM tipe 2
klasik.
a. Komplikasi akut:
diabetik timbul karena kadar glukosa dalam tubuh terlalu tinggi, dan
b. Komplikasi kronik:
komplikasi jantung meliputi rasa tidak nyaman atau nyeri pada dada
serebral dapat meliputi kebutaan pada salah satu mata, kelemahan pada
ganda. Gejala penyakit pada arteri perifer meliputi kram pada tungkai
perifer, mual dan muntah, letih, gatal dan kenaikan berat badan (karena
dan biasanya makin parah pada malam hari. Komplikasi non vaskular
2019).
a. Pengetahuan (Edukasi)
hidup dengan diabetes dan untuk orang yang hidup dengan diabetes di
berbagai Negara. Quesioner ini telah di ubah dan di uji validitas dalam
bahas Indonesia dengan nilai > 0,444 untuk 24 item dan uji realibilitas
b. Diet
harus habis, J2 : Jadwal makan harus ditepati , J3 : Jenis, gula dan yang
pada tahun 2011. Kuesioner ini terdiri dari 33 item pertanyaan dengan
Kuesioner ini telah valid dan reliabel dengan hasil Cronvach’s alpha
menjadi tiga kategori yakni kepatuhan tinggi apabila total skor 49-64,
c. Aktivitas Fisik
durasi, dan tipe atau jenis olahraga. Pada kegiatan Prolanis Kegiatan
aktivitas fisik yang dilakukan adalah senam yang rutin dilakukan tiap
d. Farmakologi
obatan tidak boleh meninggalkan diit dan aktivitas fisik. Obat untuk
(PERKENI, 2019).
tinggi apabila total skor 25, tingkat kepatuhan sedang 6 – 24, dan
C. Konsep PROLANIS
1. Definisi
komplikasi dengan biaya pelayanan yeng efektif dan efesien (BPJS, 2015).
dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien (BPJS, 2015).
2. Tujuan
kualitas hidup yang optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang
(BPJS, 2015).
optimal
3. Sasaran PROLANIS
Sakit)
pengelola
Laboratorium).
32
peserta PROLANIS
lain)
terdaftar PROLANIS
pengelola.
pemeriksaan tersebut.
b. Aktifitas PROLANIS
2) Edukasi kelompok
Faskes pengelola.
4) Home Visit
34
turut
turut
D. Konsep Kepatuhan
pelayanan kesehatan, sikap dan keterampilan petugasnya, sikap dan pola hidup
tanpa adanya kesadaran dari pasien itu sendiri, bahkan dapat menyebabkan
35
1. Definisi
yang disarankan oleh dokter atau orang lain (Pratita, 2012). Kepatuhan
perintah yang telah ditetapkan, prosedur dan disiplin yang harus dijalankan
(Rosa, 2018).
yang tertuju terhadap intruksi atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk
a. Faktor Pengetahuan
b. Faktor Sikap
yang sakit karena keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
kesehatan dan beberapa hal yang harus dilakukan oleh pasien untuk
E. Kerangka teori
G. Variabel Penelitian
H. Hipotesis Penelitian
Melitus.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
yang bertujuan mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dan
dengan cara pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach)
(Notoadmojo, 2018).
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 25-26 Januari 2023 di Klnik Aria
1. Populasi
2. Sampel
39
40
3. Tehnik sampling
menghindari bias dari hasil penelitian. Kriteria sampel dalam penelitian ini
berikut:
penderita CHF tidak boleh terlalu aktfitas fisik sedang dan berat.
darah.
42
D. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa angket atau
a. Pengetahuan (Edukasi)
pertanyaan dengan “Ya” dan “Tidak” “Tidak tahu” dengan nilai “1”
dan “0”
b. Kepatuhan Diit
45
46
pengukuran Glukosa Darah Puasa yang diamil dari data rekam medik
dalam 2 kali pengukuran Glukosa Darah Puasa dalam batas < 126 mg/dL,
dan dikatakan tidak stabil apabila salah satau atau kedua data pengukuran
landasan penelitian.
responden.
kepada peneliti.
F. Etika Penelitian
persetujuan.
lembar tersebut.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
akan menyimpan data dalam tempat khusus yang hanya bisa dibuka oleh
peneliti dan bahwa semua bentuk data ini hanya digunakan untuk
musnahkan.
4. Beneficence (bermanfaat)
G. Pengolahan data
51
1. Editing
2. Scoring
kategori baik
baik
4) Tidak patuh : Bila dari 4 indikator hanya 1 atau tidak ada yang
b. Pengetahuan (edukasi)
1) Favorable
a) Ya : skor 1
b) Tidak : skor 0
2) Unfavorable
52
a) Ya : skor 0
c) Tidak : skor 1
c. Kepatuhan Diit
1) Favorable
a) Rutin :4
b) Sering :3
c) Kadang-kadang :2
d) Tidak pernah :1
e) Unfavorable
a) Rutin :1
b) Sering :2
c) Kadang-kadang :3
d) Tidak pernah :4
1. Aktivitas bekerja
a) Nomor 1
1) Aktifitas rendah: 1
2) Aktifitas sedang: 3
3) Aktifitas berat : 5
b) Nomor 2-5
53
1) Tidak pernah : 1
2) Jarang :2
3) Kadang-kadang : 3
4) Sering :4
5) Selalu :5
c) Nomor 6-8
1) Sangat sering : 5
2) Sering :4
3) Kadang – kadang : 3
4) Jarang :2
5) Tidak pernah : 1
2. Aktivitas Olahrga
a) Nomor 9
2) Lebih banyak : 4
3) Sama banyak : 3
4) Kurang :2
5) Sangat kurang :1
b) Nomor 10
1) Sangat sering : 5
2) Sering :4
3) Kadang-kadang : 3
4) Jarang :2
54
5) Tidak pernah : 2
c) Nomor 11
1) Tidak pernah : 1
2) Jarang :2
3) Kadang-kadang : 3
4) Sering :4
5) Selalu :5
d) Nomor 12 a
e) Nomor 12 b
f) Nomor 12 c
a) Nomor 14-15
1) Tidak pernah : 1
2) Jarang :2
3) Kadang-kadang : 3
4) Sering :4
5) Sangat sering : 5
b) Nomor 16
1) 5 menit :1
2) 5-15 menit :2
3) 15-30 menit :3
4) 30-45 menit :4
5) > 45 menit :5
1) Selalu : Skor 1
2) Sering :2
3) Kadang – kadang :3
4) Jarang :4
5) Tidak pernah :5
3. Coding
56
angka atau bilangan. Memberikan kode pada variabel sesuai dengan hasil
1) Tinggi : Koding 1
2) Sedang : Koding 2
3) Rendah : Koding 3
b. Pengetahuan
1) Baik : koding 1
c. Kepatuhan diit
1) Patuh : Koding 1
1) Stabil : Koding 1
4. Entry
5. Cleansing
6. Tabulating
H. Analisis Data
1. Analisis univariat
2. Analisis bivariat
58
atau pengaruh antara dua variabel berskala ordinal, yaitu variabel bebas dan
2016).
Keterangan :
Stabilitas Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus di Klinik Arya Medistra
A. Hasil penelitian
60
61
3. Pengetahuan
4. Kepatuhan Diit
Tabel 4.4 Distribusi Kepatuhan diit penderita Diabetes Melitus yang mengikuti
kegiatan Prolanis
Kepatuhan Diit Frekuensi Presentase
Tinggi 51 91,1 %
Sedang 5 8,9 %
Total 56 100 %
(1,8%)
(7,1%)
63
berjumlah 40 (71,4%) dan stabil gula darah tidak stabil (≥126 mg/dl)
berjumlah 16 (28,6%)
B. Pembahasan
1. Karakteristik responden
salah satu faktor risiko terjadinya penyakit diabetes mellitus. Jenis kelamin
2014).
kadar glukosa darah puasa (Komariah dan Rahayu, 2020). Hasil penelitian
lain yang mendukung penelitian diatas dilakukan oleh Rudi dan Kwureh
kadar gula darah puasa adalah jenis kelamin (Abil, Rudi dan Kwureh,
2017).
banyak mengikuti kegiatan Prolanis adalah Lansia awal yakni rentang usia
berhubungan dengan fisiologi usia tua dimana semakin tua usia, maka
teori tersebut dimana pada hasil penelitian didapatkan ada hubungan usia
2. Pengetahuan
glukosa darah, diit dan aktifitas fisik yang dianjurkan bagi penderita
Diaetes Mellitus.
hidup sehat bagi penderita Diabetes mellitus. Proses perubahan ini tidak
akan terjadi dengan tiba-tiba tanpa adanya proses berpikir dengan adanya
psikologik serta kualitas hidup yang lebih baik. Edukasi merupakan bagian
67
memahami dan menjaga pola hidup, semakin baik pola hidup yang
kadar glukosa darah, maka stabilitas glukosa dapat tercapai (BPJS, 2015).
Teori ini didukung oleh penelitian Romitha dengan hasil penelitian bahwa
Melitus dengan kadar gula darah sewaktu pada penderita Diabetes Melitus.
3. Kepatuhan Diit
glukosa darah dalam tubuh. Konsumsi gula atau karbohidrat dalam jumlah
karena pada dasarnya pada penderita Diabetes Melitus tubuh tidak mampu
memproduksi insulin atau jumlah yang diproduksi terlalu sedikit dan tidak
sebanding dengan jumlah glukosa yang dikonsumsi, jika proses ini terus
2014). Salah satu dari beberapa cara terbaik untuk mengendalikan glukosa
darah adalah dengan mengatur pola, jenis dan jumlah makanan yang
dikonsumsi.
dengan menjaga glukosa darah melalui kepatuhan dalam diit maka peluang
pada penderita Diabetes Melitus maka glukosa darah akan tetap stabil
(Lumbato, 2016).
4. Aktivitas Fisik
2016).
menarik glukosa dalam darah sehingga kadar glukosa dalam darah akan
tidak hanya duduk, saat bekerja 90% mobilisasi dalam bekerja, sebagian
besar melakukan olahraga yakni seperti berjalan kaki dan jalan cepat yang
intensitas, jarak dan waktu yang cukup lama dengan berjalan kaki atau
yang menunjukan bahwa ada kaitan yang erat antara aktivitas fisik dengan
yang melupakan konsumsi obat hanya 1 kali. Konsumsi obat sesuai yang
dianjurkan 100%, tidak ada responden yang mengubah dosis obat tanpa
obat 100%, dan tidak menggunakan obat kurang dari dosis yang telah
ditentukan.
glukosa dalam darah. Cara mengontrol glukosa dalam darah salah satunya
terutama ketika kadar gula darah yang tinggi sulit dikendalikan hanya
(Cherney, 2014).
maka target glukosa darah dapat tercapai. Kepatuhan menjadi kunci utama
72
6. Kepatuhan Prolanis
pengendalian gula darah, antara lain edukasi, Terapi Nutrisi Medis (TNM),
disediakan dokter keluarga yang bertugas sebagai gate keeper yang tidak
hanya memilih pasien untuk dirujuk ke spesialis terkait, tetapi juga dapat
yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.
berdasarkan data Glukosa darah puasa responden dalam rekam medis hasil
glukosa darah puasa bulan desember 2022 dan Januari 2023. Dilihat
2022 adalah 119,04 mg/dL dengan nilai maksimal kadar gula darah puasa
145 mg/dL melebihi ambang batas normal. Sedangkan pada bulan Januari
2023 nilai rata-rata glukosa darah responden adalah 119,25 mg/dL dengan
bentuk disakarida, atau terikat dalam bentuk molekul lain. Glukosa berasal
menjadi asam piruvat yang akan menjadi asam laktat. Asam laktat yang
kemudian mengalir di dalam darah untuk dikirim ke otot rangka dan organ
lain yang dibutuhkan. Jika kadar glukosa darah tinggi, glukosa akan
Association, 2015).
Semakin berat stres yang terjadi di dalam tubuh maka produksi hormon
kortisol akan semakin meningkat. Secara alami, kadar gula darah di dalam
Melitus yang mengikut kegiatan Prolanis di Klinik Arya Medistra. Hal ini
modifikasi pola hidup yang sehat. Kegiatan Prolanis sendiri selain terdiri
lewat SMS gateway jadwal dan waktu pelaksanaan Prolanis, petugas juga
tinggi dalam mengikuti prolanis 60,7% stabilitas glukosa darah stabil dan
konsumsi obat masih ada yang belum 100%, sehingga hal ini menjadi
salah satu faktor yang dapat menjaga kestabilan glukosa darah. Dengan
melihat hasil ini menunjukan bahwa semakin patuh atau rutin mengikuti
bentuk disakarida, atau terikat dalam bentuk molekul lain. Glukosa berasal
sangat berperan dalam proses stabilisai glukosa darah, diit yang tidak
yang signifikan dan relevan secara klinis terhadap modulasi glukosa darah.
kemudian mengalir di dalam darah untuk dikirim ke otot rangka dan organ
lain yang dibutuhkan. Jika kadar glukosa darah tinggi, glukosa akan
gula darah. Semakin berat stres yang terjadi di dalam tubuh maka produksi
hormon kortisol akan semakin meningkat. Secara alami, kadar gula darah
menjelaskan bahwa aktivitas fisik baik olahraga atau aktivitas fisik yang
kepatuhan diit aktivitas fisik yang dilakukan, dan kepatuhan minum obat
C. Keterbatasan penelitian
menimbulkan bias tidak bisa dikontrol sepenuhnya seperti hal lain yang dapat
sudah sesuai.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
(83,9%)
80
81
Prolanis dengan Stabilitas Glukosa darah dengan nilai p-value 0,000 <
0,05.
B. Saran
keterbatasan peneliti dalam penelitian ini, maka ada beberapa saran yang perlu
1. Bagi Masyarakat
kegiatan Prolanis.
Abil, Rudi dan Kwureh, N. H. (2017) ‘Faktor risiko yang mempengaruhi kadar
gula darah puasa pada pengguna layanan laboratorium’.
Carrasco Benso, M. P., Rivero. Gutierrez, B., Lopez Diez Minguez, J., Anzola,
A., Noguera, A., Madrid, J. A. (2016) ‘Human Adipose Tissue Expresses
Intrinsic Rhythm in Insulin Sensitivity’, The FASEB Journal.
Dewi, R. P. (2013) ‘Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Kadar Gula Darah
pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Kabupaten
Karanganyar’, Jurnal Keehatan Masyarakat.
Dinkes Jateng (2019) Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
No Title. Semarang.
82
83
Guyton A. C. & Hall J.E. (2014) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 12th edn.
Jkarta: EGC.
Komariah dan Rahayu, S. (2020) ‘Hubungan Usia, Jenis Kelamin Dan Indeks
Massa Tubuh Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 Di Klinik Pratama Rawat Jalan Proklamasi’.
Kozier and Dkk (2016) Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Buku Ajar
Fundamental Keperawatan.
Nita, R. (2017) ‘Gambaran control dan kadar gula darah pada pasien Diabetes
Melitus d Poliklinik Penyakit Dalam RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang’.
Riza, Alfian dan Maulana, P. (2017) ‘Uji Validitas dan Reliailitas Kuesioner
Medication Adherence Report Scale (MARS) terhadap pasien Diabetes
Melitus’.
Smeltzer & Bare (2013) ‘Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC.’, EGC.
Tanzil (2014) Transpor zat melalui membran-membran sel. 12th edn. Jakarta:
EGC.
Widiantini, W. and Tafal, Z. (2014) ‘Aktivitas Fisik, Stres, dan Obesitas pada
Pegawai Negeri Sipil’, Kesmas: National Public Health Journal, p. 325.
doi: 10.21109/kesmas.v0i0.374.
85