Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS GESTASIONAL

Di Susun Oleh :
YOGI, S.Kep
14420211071

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan
peningkatan kadar glukosa darah(hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin,
kerja insulin atau keduanya (smelzel dan Bare,2015). Diabetes melitus merupakan suatu
kelompok penyakit atau gangguan metabolik dengan karakteristik hipeglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi urin, kerja insulin, atau kedua – duanya ( ADA,2017)
Data World Health Organization (2015) telah mencatat Indonesia dengan populasi
230 juta jiwa, menduduki kedudukan keempat di dunia dalam hal jumlah penderita
diabetes terbesar setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Bahkan Kementerian
Kesehatan menyebut prevalensi diabetes mencapai 14,7% di perkotaan dan 7,2 % di
pedesaan. Dengan asumsi penduduk berumur di atas 20 tahun pada 2010 mencapai 148
juta jiwa, diperkirakan ada 21,8 juta warga kota dan 10,7 juta warga desa menderita
diabetes.
Menurut American Diabetes Asociation (ADA,2015), DM dapat di klasifikasikan
menjadi beberapa tipe yakni, DM tipe 1, DM tipe 2,Dm gestasional. Beberapa tipe yang
ada, DM tipe 2 merupakan salah satu jenis yang paling banyak ditemukan yaitu lebih dari
90-95%. Dimana faktor pencetus dari DM tipe 2 yakni berupa obesitas, mengosumsi
makanan instan,terlalu banyak makan karbohidrat, merokok dan stres, kerusakan pada sel
prankreas dan kelainan hormonal.
Menurut International Diabetes Federation (IDF), pada tahun 2015 terdapat 415 juta
(8,8%) penderita DM di seluruh dunia dan diprediksikan angka tersebut akan terus
bertambah menjadi 642 juta (10,4%) penderita DM tahun 2040. Sedangkan jumlah
estimasi penyandang DM di Indonesia diperkirakan sebesar 10 juta yang menempatkan
Indonesia dalam urutan ke-7 tertinggi di dunia bersama China, India, Amerika Serikat,
Brazil, Rusia, dan Meksiko (IDF, 2015).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2017, prevalensi
Diabetes Melitus di Indonesia berdasarkan wawancara yang terdiagnosis dokter sebesar
2,5 % .DM terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 3,0 %. (Kemenkes, 2017). Sementara ,
diSumatra Barat diperkirakan sebanyak 3,4 juta jiwa menderita penyakit diabetrs tipe II.
Selain itu prevalensi nasional, Sumatra Barat memiliki prevalensi total DM sebanyak
1,5% dimana berada diurutan 16 dari 33 provinsi di Indonesia. Data yang didapatkan di
RSUD Dr. Acmad Mocthar Bukitinggi pada tahun 2015 penyakit diabetes melitus
merupakan penyakit terbanyak dan mencapai posisi 1 dari 10 penyakit terbanyak
jumlahnya 125 kasus, dan ditahun 2016 penyakit diabetes melitus menepati posisi ke 2
dari 10 penyakit terbanyak jumlahnya 75 kasus,sedangkan diruangan Ambun Suri lantai 3
satu tahun yang lalu berada diposisi 2 dari 10 penyakit terbanyak dengan jumlahnya 70
kasus. Peran perawat terhadap penyakit Diabetes Melitus adalah memberikan asuhan
keperawatan yang efektif dan mampu ikut serta dalam upaya kuratif yaitu memberikan
pengobatan kepada pasien berdasarkan pementauan diatas,penulis tertarik membahas
Asuhan Keperarawatan pada Tn.Z dengan Diabetes Melitus Diruangan Inap Ambun Suri
Lantai III RSUD Dr.Acmad Moctar Bukittingi.
B. Tujuan
Tujuan penatalaksanaan diabetes gestasional adalah normoglikemi dan menjaga
pertumbuhan dan perkembangan fetus. Penatalaksanaan diabetes dilakukan secara
menyeluruh dengan kontrol rutin gula darah, perubahan gaya hidup, dan terapi obat-
obatan. Target kontrol glikemik pada diabetes gestasional adalah kadar glukosa darah
puasa ≤95 mg/dL dan kadar glukosa darah 2 jam post prandial ≤120 mg/dL.
Dengan perubahan gaya hidup berupa aktivitas fisik dan kontrol diet, 70-85%
wanita dengan diabetes gestasional dapat mencapai kontrol glukosa yang baik. Terapi
obat dimulai apabila pasien gagal mencapai target glukosa dalam 1-2 minggu pasca
perubahan gaya hidup. (Farra, Simmonds, Bryant, Sheldon, Tuffnell, Golder, 2017)
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Diabetes gestasional adalah diabetes yang muncul pada masa kehamilan, dan hanya
berlangsung hingga proses melahirkan. Kondisi ini dapat terjadi di usia kehamilan berapa
pun, namun lazimnya berlangsung di minggu ke-24 sampai ke-28 kehamilan.

Sama dengan diabetes yang biasa, diabetes gestasional terjadi ketika tubuh tidak
memproduksi cukup insulin untuk mengontrol kadar glukosa (gula) dalam darah pada
masa kehamilan. Kondisi tersebut dapat membahayakan ibu dan anak, namun dapat
ditekan bila ditangani dengan cepat dan tepat.

Diabetes Melitus pada kehamilan atau sering disebut Diabetes Melitus


Gestasional, merupakan penyakit diabetes yang terjadi pada ibu yang sedang hamil.
Gejala utama dari kelainan ini pada prinsipnya sama dengan gejala utama pada penyakit
diabetes yang lain yaitu sering buang air kecil (polyuri), selalu merasa haus (polydipsi),
dan sering merasa lapar (polyfagi). Cuma yang membedakan adalah keadaan pasien saat ini
sedang hamil. Sayangnya penemuan kasus kasus diabetes gestasional sebagian besar
karena kebetulan sebab pasien tidak akan merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya
selain kehamilan, dan gejala sering kencing dan banyak makan juga biasa terjadi pada
kehamilan normal (Fatimah, 2015).

B. Etiologi

Gejala diabetes saat kehamilan muncul ketika kadar gula darah melonjak tinggi
(hiperglikemia). Di antaranya:

 Sering merasa haus


 Frekuensi buang air kecil meningkat
 Mulut kering
 Tubuh mudah lelah
 Penglihatan buram

Perlu diketahui bahwa tidak semua gejala di atas menandakan diabetes gestasional,
karena bisa dialami oleh ibu hamil. Oleh karena itu, bicarakan dengan dokter bila
mengalami kondisi di atas.

Diabetes mellitus dapat merupakan kelainan herediter dengan cara insufisiensi


atau absennya insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi.
Berkurangnya glikogenesis. Diabetes dalam kehamilan menimbulkan banyak
kesulitan, penyakit ini akan menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan
hormonal pada penderita yang juga dipengaruhi oleh kehamilan. Sebaliknya
diabetes akan mempengaruhi kehamilan dan persalinan (Smeltzer 2015 dan
bare,2015).

C. Patofisiologi
Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu
keadaan di mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan
kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber
energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap
tinggi) Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin
juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan
terjadi berbagai komplikasi).
Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami
gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia,
hiperbilirubinemia, dan sebagainya).
Jika pada pemeriksaan berat badan bayi ditemukan bayinya besar sekali maka
perlu dilakukan induksi pada minggu ke 36 –38 untuk mencegah terjadinya
komplikasi saat persalinan. Proses persalinan ini harus dalam pengawasan ketat
oleh dokter spesialis kebidanan dan dokter spesialis penyakit dalam.Biasanya setelah
bayi lahir maka kadar gula darah akan kembali normal, apabila tidak, maka perlu
dilanjutkan pemberian antidiabetes oral sampai jangka waktu tertentu.Pada
kehamilan normal terjadi banyak perubahan pada pertumbuhan dan perkembangan fetus
secara optimal. Pada kehamilan normal kadar glukosa darah ibu lebih rendah secara
bermakna (Kurniawan, 2016).
Hal ini disebabkan oleh :
1.Pengambilan glukosa sirkulasi meningkat
2.Produksi glukosa dari hati menurun
3.Produksi alanin (salah satu precursor glukoneogenesis ) menurun.
4.Aktifitas ekskresi ginjal meningkat
5.Efek-efek hormon gestasional (kortisol, human plasenta lactogen, estrogen, dll)
6.Perubahan metabolismlemak dan asam amino

D. Manifestasi klinik
1. Poliuri(banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui
daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana
gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.
2. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak
karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
3. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi
(lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien
banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh
darah.
 Penurunan berat badan
 Kesemutan, gatal
 Pandangan kabur
 Pruritus vulvae pada wanita
 Lemas, lekas lelah, tenaga kurang
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka
tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu
lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya
akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di
jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan
tetap kurus (Rahayu, & Rodiani, 2016).
E. Komplikasi
Ibu hamil yang menderita diabetes gestasional tetap dapat melahirkan bayi yang sehat.
Tetapi bila kondisi ini tidak ditangani dengan tepat, beberapa komplikasi dapat terjadi
pada bayi saat lahir, seperti:

 Kelebihan berat badan saat lahir yang disebabkan oleh tingginya kadar gula dalam
darah (macrosomia).
 Lahir prematur yang mengakibatkan bayi kesulitan bernafas (respiratory distress
syndrome). Kondisi ini juga dapat terjadi pada bayi yang lahir tepat waktu.
 Lahir dengan gula darah rendah (hipoglikemia) akibat produksi insulin yang tinggi.
Kondisi ini dapat mengakibatkan kejang pada bayi, namun dapat ditangani dengan
memberinya asupan gula.
 Risiko mengalami obesitas dan diabetes tipe 2 ketika dewasa.

Selain pada bayi, ibu hamil juga berpotensi mengalami komplikasi, seperti hipertensi
dan preeklamsia, yang dapat membahayakan nyawa ibu dan bayi. Ibu hamil juga berisiko
terserang diabetes gestasional pada kehamilan berikutnya, atau malah terkena diabetes
tipe 2.

a. Komplikasi pada Ibu


1.Hipoglikemia, terjadi pada enam bulan pertama kehamilan
2.Hiperglikemia, terjadi pada kehamilan 20-30 minggu akibat resistensi insulin
3.Infeksi saluran kemih
4.Preeklampsi
5.Hidramnion
6.Retinopati
7.Trauma persalinan akibat bayi besar

B.Masalah pada anak :


1.Abortus
2.Kelainan kongenital spt sacral agenesis, neural tube defek
3.Respiratory distress
4.Neonatal hiperglikemia
5.Makrosomia
6.Hipocalcemia
7.Kematian perinatal akibat diabetic ketoasidosis
8.Hiperbilirubinemia
Tanda terjadi komplikasi pada DM gestasional
1.Makrovaskular: stroke, penyakit jantung koroner,ulkus/ gangren.
2.Mikrovaskular: retina (retinopati) dan ginjal (gagal ginjal kronik), syaraf
(stroke,neuropati).
3.Koma: hiperglikemi, hipoglikemi, stroke (Fatimah, 2015).

F. Pemeriksaan penunjang

Pengobatan diabetes gestasional bertujuan untuk mengendalikan kadar gula darah dan

mencegah terjadinya komp likasi saat hamil dan melahirkan. Metode pengobatan

diabetes gestasional meliputi:

 Pemeriksaan kadar gula darah rutin. Dokter akan menganjurkan pasien

memeriksakan darah 4-5 kali sehari, terutama di pagi hari dan tiap selesai makan.

Pasien dapat memeriksakan darah secara mandiri, menggunakan jarum kecil, dan

meletakkan darah di cek gula darah.

 Diet sehat. Dokter akan menyarankan pasien untuk banyak mengonsumsi makanan

berserat tinggi, seperti buah, sayuran, dan biji-bijian. Pasien juga disarankan untuk
membatasi konsumsi makanan manis, serta makanan dengan kandungan lemak dan

kalori tinggi.Menurunkan berat badan saat sedang hamil tidak disarankan, karena

tubuh sedang memerlukan tenaga ekstra. Oleh karena itu, bila ingin menurunkan

berat badan, lakukanlah sebelum merencanakan kehamilan.Pola diet juga tidak sama

pada setiap pasien. Oleh karena itu, konsultasikan dengan dokter mengenai pola diet

yang tepat bagi Anda.

 Olahraga. Olahraga dapat merangsang tubuh memindahkan gula dari darah ke dalam

sel untuk diubah menjadi tenaga.Manfaat lain dari olahraga rutin adalah membantu

mengurangi rasa tidak nyaman saat hamil, seperti sakit punggung, kram otot,

pembengkakan, sembelit, dan sulit tidur.

 Obat-obatan. Bila diet sehat dan olahraga belum mampu menurunkan kadar gula

darah, dokter akan meresepkan metformin. Bila metformin tidak efektif atau

menimbulkan efek samping parah, dokter akan memberi suntik insulin. Sekitar 10-20

persen pasien diabetes gestasional memerlukan obat-obatan untuk menormalkan

kadar gula darah.

Bila kadar gula darah pada ibu hamil tetap tidak terkontrol atau belum juga melahirkan

pada usia kehamilan lebih dari 40 minggu, dokter dapat memilih melakukan

operasi caesar atau induksi untuk mempercepat persalinan.

Diabetes gestasional dapat meningkatkan risiko bayi terlahir dengan komplikasi. Oleh

karena itu, penting untuk melakukan konsultasi kehamilan secara rutin, agar

perkembangan bayi tetap terpantau (SDKI, 2018).

G. Penatalaksanaan
1. Meningkatkan jumlah insulin
1.Sulfonilurea (glipizide GITS, glibenclamide, dsb.)
2.Meglitinide (repaglinide, nateglinide)
3.Insulin injeksi
4.Meningkatkan sensitivitas insulin
5.Biguanid/metformin
6.Thiazolidinedione (pioglitazone, rosiglitazone)
7.Memengaruhi penyerapan makanan
8.Acarbose
9.Hati-hati risiko hipoglikemia berikan glukosa oral (minuman manis atau permen)
6-8 minggu setelah melahirkan, ibu tersebut melakukan test plasma glukosa
puasa dan OGTT 75 gram glukosa. Pasien gemuk penderita GDM, sebaiknya
mengontrol BB, karena diperkirakan akan menjadi DM dalam 20 tahun kemudian.

2. Terapi Insulin
Daya tahan terhadap insulin meningkat dengan makin tuanya kehamilan, yang
dibebaskan oleh kegiatan antiinsulin plasenta. Penderita yang sebelum kehamilan
sudah memerlukan insulin diberi insulin dosis yang sama dengan dosis diluar
kehamilan sampai ada tanda-tanda bahwa dosis perlu ditambah atau dikurangi.
Perubahan-perubahan dalam kehamilan memudahkan terjadinya hiperglikemia dan
asidosis tapi juga menimbulkan reaksi hipoglikemik. Maka dosis insulin
perlu ditambah/dirubah menurut keperluan secara hati-hati dengan pedoman pada
140 mg/dl. Pemeriksaan darah yaitu kadar post pandrial.

Selama berlangsungnya persalinan dan dalam hari-hari berikutnya cadangan


hidrat arang berkurang dan kebutuhan terhadap insulin berkurang yang
mengakibatkan mudah mengalami hipoglikemia bila diet tidak disesuaikan atau dosis
insulin tidak dikurangi. Pemberian insulin yang kurang hati-hati dapat menjadi
bahaya besar karena reaksi hipoglikemik dapat disalah tafsirkan sebagai koma
diabetikum. Dosis insulin perlu dikurangi selama wanita dalam persalinan dan
nifas dini. Dianjurkan pula supaya dalam masa persalinan diberi infus glukosa dan
insulin pada hiperglikemia berat dan keto asidosis diberi insulin secara infus
intravena dengan kecepatan 2-4 satuan/jam untuk mengatasi komplikasi yang
berbahaya (SDKI, 2018).

Hingga saat ini, belum diketahui apakah diabetes gestasional dapat dicegah atau tidak.
Namun demikian, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menekan risiko
terserang penyakit ini, yaitu:

 Memperbanyak konsumsi makanan sehat dengan serat tinggi, seperti sayuran dan


buah-buahan. Di samping itu, hindari makanan yang mengandung lemak atau
kalori tinggi.
 Berolahraga secara teratur untuk menjaga kebugaran tubuh sebelum dan saat
hamil. Dianjurkan untuk melakukan olahraga ringan hingga sedang, seperti
berenang, jalan cepat, atau bersepeda minimal 30 menit per hari. Bila tidak
memungkinkan, lakukan olahraga singkat namun berkala, seperti sering berjalan
kaki atau melakukan pekerjaan rumah.
 Turunkan berat badan saat merencanakan kehamilan dengan menjalani pola
makan sehat secara permanen. Langkah ini juga akan memberikan manfaat jangka
panjang, seperti memiliki jantung sehat.

H. Proknosis
Prognosis bagi wanita hamil dengan diabetes pada umumnya cukup baik,
apalagi penyakitnya lekas diketahui dan dengan segera diberikan pengobatan oleh
dokter ahli, serta kehamilan dan persalinannya ditangani oleh dokter spesialis
kebidanan. Kematian sangat jarang terjadi, apabila penderita sampai meninggal
biasanya karena penderita sudah mengidap diabetes sudah lama dan berat, terutama yang
disertai komplikasi pembuluh darah atau ginjal. Sebaliknya, prognosis bagi anak jauh
lebih buruk dan di pengaruhi oleh :

 Berat dan lamanya penyakit, terutama disertai asetonuria


 Insufisiensi plasenta
 Prematuritas
 Gawat napas (respiratory distress)
 Cacat bawaan
 Komplikasi persalinan (distosia bahu)

A. KONSEP KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Asuhan keperawatan pada tahap pertama yaitu pengkajian. Dalam pengkajian perlu
dikaji biodata pasien dan data data untuk menunjang diagnosa. Data tersebut harus
seakurat akuratnya, agar dapat digunakan dalam tahap berikutnya, meliputi nama
pasien,umur, keluhan utama.
b. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan nyeri, kesemutan pada
esktremitas,luka yang sukar sembuh Sakit kepala, menyatakan seperti mau
muntah, kesemutan, lemah otot disorientasi, letargi, koma dan bingung.
b. Riwayat kesehatan lalu Biasanya klien DM mempunyai Riwayat hipertensi,
penyakit jantung seperti Infark miokard
c. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya Ada riwayat anggota keluarga yang menderita DM
c. Pengkajian Pola Gordon
a. Pola persepsi
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan tatalaksana
hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gangren pada kaki
diabetik, sehingga menimbulkan persepsi negatif terhadap diri dan kecendurangan
untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama,lebih dari 6
juta dari penderita DM tidak menyadari akan terjadinya resiko kaki diabetik
bahkan mereka takut akan terjadinya amputasi (Debra Clair,Jounal Februari 2015)
b. Pola nutrisi
metabolik Akibat produksi insulin yang tidak adekuat atau adanya defisiensi
insulin maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan
keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan menurun dan
mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi
dan metabolisme yang dapat mempengarui status kesehatan penderita. Nausea,
vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek , mual muntah. (Debra
Clair,Jounal Februari 2015).
c. Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang
menyebabkan pasien sering kencing(poliuri) dan pengeluaran glukosa pada
urine(glukosuria). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
d. Pola ativitas dan latihan
57 Kelemahan, susah berjalan dan bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan
tidur,tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan bahkan sampai
terjadi koma. Adanya luka gangren dan kelemahanotot otot pada tungkai bawah
menyebabkan penderita tidak mampu melakukan aktivitas sehari hari secara
maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.
e. Pola tidur dan istirahat
Istirahat tidak efektif adanya poliuri,nyeri pada kaki yang luka,sehingga klien
mengalami kesulitan tidur
f. Kongnitif persepsi
Pasien dengan gangren cendrung mengalami neuropati/ mati rasa pada luka
sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri. Pengecapan mengalami penurunan,
gangguan penglihatan.
g. Persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh menyebabkan penderita mengalami
gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh , lamanya perawatan,
banyaknya baiaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami
kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self esteem)
h. Peran hubungan Luka
gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu dan
menarik diri dari pergaulan.
i. Seksualitas Angiopati
dapat terjadi pada pebuluh darah diorgan reproduksi sehingga menyebabkan
gangguan potensi sek,gangguan kualitas maupun ereksi seta memberi dampak
dalam proses ejakulasi serta orgasme. Adanya perdangan 58 pada vagina, serta
orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria. Risiko lebih tinggi terkena kanker
prostat berhubungan dengan nefropatai.
j. Koping
toleransi Lamanya waktu perawatan,perjalannya penyakit kronik, persaan tidak
berdaya karena ketergantungan menyebabkan reasi psikologis yang negatif berupa
marah, kecemasan, mudah tersinggung, dapat menyebabkan penderita tidak
mampu menggunakan mekanisme koping yang kontruktif/adaptif.
k. Nilai kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka pada
kaki tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi
mempengarui pola ibadah penderita.
d. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan Vital Sign Yang terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu.
Tekanan darah dan pernafasan pada pasien dengan pasien DM bisa tinggi atau
normal, Nadi dalam batas normal, sedangkan suhu akan mengalami perubahan jika
terjadi infeksi.
b. Pemeriksaan Kulit Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang dari normal dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan tidak elastis. kalau sudah terjadi komplikasi
kulit terasa gatal.
c. Pemeriksaan Kepala dan Leher 59 Kaji bentuk kepala,keadaan rambut Biasanya tidak
terjadi pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah bening, dan JVP (Jugularis Venous
Pressure) normal 5-2 cmH2.
d. Pemeriksaan Dada (Thorak) Pada pasien dengan penurunan kesadaran acidosis
metabolic pernafasan cepat dan dalam.
e. Pemeriksaan Jantung (Cardiovaskuler) Pada keadaan lanjut bisa terjadi adanya
kegagalan sirkulasi.
f. Pemeriksaan Abdomen Dalam batas normal
g. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus Sering BAK
h. Pemeriksaan Muskuloskeletal Sering merasa lelah dalam melakukan aktifitas, sering
merasa kesemutan
i. Pemeriksaan Ekstremitas Kadang terdapat luka pada ekstermitas bawah bisa terasa
nyeri, bisa terasa baal
j. Pemeriksaan Neurologi GCS :15, Kesadaran Compos mentis Cooperative(CMC)
(SDKI, 2018).

C. Diagnosa keperawatan

1. Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan resistensi insulin

2. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera fisik

3. Infeksi berhubungan dengan peningkatan Leukosit

4. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan imobilitas

D. Intervensi

Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi


Keperawata Hasil

Ketidakstabilan gula darah Setelah dilakuakan Observasi :


b.d resistensi insulin asuhan keperawatan  Identifikasi kemungkinan
DS: selama 1 x 24 jam maka penyebab hiperglikemia
 Pasien mengatakan kestabilan gula darah membaik,  Monitor tanda dan gejala
badan lemah dan letih Dengan kriteria hiperglikemia
 Pasien mengatkan
hasil :  Identifikasi pengobatan
sering minum
 Pasien Sering buang  Kestabilan kadar yang direkomendasi
aiar kecil ±10 X glukosa darah membaik Terapeutik :
DO:  Status nutrisi membaik  Berikan asupan cairan oral
 Gula darah puasa ,  Tingkat pengetahuan  Berikan dukungan untuk
284) meningkat menjalani program
 Klien tampak lelah pengobatan dengan baik
 Klien tampa sering dan benar
buang air kecil Edukasi :
 Klien tampak sering  Ajurkan kepatuhan
minum terhadap diet
 Jelaskan mamfaat dan efek
samping pengobatan
 Anjurkan mengosumsi obat
sesuai indikasi

Nyeri Akut b.d Agen Setelah dilakuakan Observasi :


cedera fisik asuhan  Identifikasi identifikasi
DS: keperawatan 1 x 24 lokasi, karakteristik, durasi,
 Klien mengatakan jam Dengan kriteria frekuensi,
nyeri pada kakinya hasil : kualitas,intensitas nyeri
yang luka  Tingkat nyeri menurun  Identifikasi skala nyeri
 Keluarga  Penyembuhan luka  Identifikasi kesiapan dan
mengatakan pasien membaik kemampuan menerima
tidak nyaman  Tingkat cidera menurun informasi
dengan lukanya Terapeutik :
DO:  Berikan teknik non
 Klien meringis farmakologis untuk
kesakitan mengurangi rasa nyeri
 Klien meringis  Sediakan materi dan media
kesakitan pendidikan kesehatan
 Skala nyeri 7
 Klien tampak Edukasi:
gelisah  Jelaskan penyebab dan
periode dan pemicu nyeri
 Jelaskan tujuan dan
mamafaat teknik nafas
dalam
 Jelaskan prosedur teknik
nafas dalam
Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian
analgetik
 Pengcegahan Infeksi

Infeksi b.d Peningkatan Setelah diberikan Observasi:


Leukosit. asuhan keperawatan  Monitor tanda dan gejala
DS: kepada klien infeksi lokal dan
 Klien mengatakan selama 1 x 24 jam sistematik
luka masih basah maka tingkat infeksi menurun Terapetik :
dan berbau Dengan kriteria  Berikan perawatan kulit
 klien mengatakan hasil : pada area edema
ada luka dikaki  Tingkat nyeri menurun  Cuci tangan sebelum dan
sebelah kiri  Integritas kulit dan sesudah kontak dengan
 klien mengatakan jaringan membaik pasien dan lingkungan
luka sejak 3 bulan  Kontrol resiko pasien
sebelum masuk meningkat
DO: Edukasi :
 Terdapat pus  Jelaskan tanda dan gejala
didaerah kaki yang infeksi
luka  Ajarkan cara memeriksa
 Leukosit kondisi luka
27.33[10^3/ul] Kolaborasi:
 Tampakedema,  Kolaborasi pemberian
terbuka) ,ukuran analgetik
2x2x3 cm terdapat
(luka
Intoleransi Aktivitas b.d Setelah dilakukan tintdakan  Terapi aktivitas
imobilitas keperawatan selama 1x 24 jam Observasi :
DS: intoleransi aktivitas membaik  Identifikasi defisit tingkat
 klien mengtakan dengan kriteria hasil: aktivitas
aktivitas dibantu  Toleransi aktivitas  Identifikasi kemapuan
keluarga  Ambulasi berpartisipasi dalam
 klien mengatkan  Tingkat keletihan aktivitas tertentu
aktivitas tebatas Terapeutik :
DO:  Fasilitasi pasien dan
 aktivitas klien keluarga dalam
tampak dibantu menyesuiakan lingkungan
keluaraga untuk mengakomodasi
 aktivitas tampak aktivitas yang di pilih
terbatas  Libatkan keluarga dalam
 saat makan klien aktivitas
nampak dibantu Edukasi:
keluarga  Ajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih

E. Evaluasi

Dari 4 diagnosa yang ditegakkan sesuai dengan apa yang penulis temukan dalam studi kasus
dan melakukan asuhan keperawatan kurang lebih sudah mencapai perkembangan yang lebih
baik dan optimal, maka dari itu dalam melakukan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil
yang maksimal memerlukan adanya kerja sama antara penulis dengan klien, perawat, dokter,
dan tim kesehatan lainnya.
a. Pada Diagnosa Pertama yakni Ketidakstabilan gula darah berhubunga dengan resistensi
insulin sudah tertasi sebagian karena kadar glukosa darah klien sudah menurun
b. Pada Diagnosa Kedua yakni Nyeri Akut berhubunga dengan Agen cedera fisik sudah
teratasi sebagian karena nyeri yang klien rasakan sudah mulai hilang
c. Untuk Diagnosa ketiga Resiko Infeksi berhubungan dengan peningkatan Leukosit teratasi
sebagian karena resiko infeksi sudah mulai membaik
d. Pada Diagnosa Kempat intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas sudah teratasi
sebagian karena intoleransi aktivitas sudah mulai membaik (SDKI, 2018).
DAFTAR PUSTAKA

(IDF). (2015) . Idf diabetes altas sixth edition. Diakses pada tanggal 15 april 2016 dari
http://www.idf.org/sites/default/files/Atlas-poster-2015_EN.pdf

American Diabetes Association (ADA), (2013). Diakses tgl 11 juni 2017 Diabetes
bacic. Http://www.diabetes.org/ diabetes-bacics

Biologi Gonzaga.(2010). Diakses tanggal 02 Februari 2010. http://biologigonz.blogspost.com

Farrar D, Simmonds M, Bryant M, Sheldon T, Tuffnell D, Golder S. Treatment for gestasional


diabetes: a

Fatimah, R. N. (2015). Diabetes melitus tipe 2. Jurnal Majority, 4(5).

Kurniawan, L. B. (2016). Patofisiologi, Skrining dan Diagnosis Laboratorium Diabetes Melitus


Gestasional. Cermin Dunia Kedokteran, 43(11), 811-813.
PERKERNI.(2015). Konsensus pengelolaan dan pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia. Jakarta :PERKERNI

pp. 1065-1072. systematic review and meta-analysis. BMJ Open. 2017;7:1-15.


PPNI DPP SDKI Pokja Tim, 2018. Standar Diagnosia Keperawatan Indonesia Edisi 1 : Jakarta:
DPP PPNI

PPNI DPP SIKI Pokja Tim, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 : Jakarta:
DPP PPNI

PPNI DPP SLKI Pokja Tim, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 : Jakarta: DPP
PPNI

Rahayu, A., & Rodiani, R. (2016). Efek Diabetes Melitus Gestasional terhadap Kelahiran Bayi
Makrosomia. Jurnal Majority, 5(4), 17-22.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas ).2017. Badan penelitian dan pengembangan Kesehatan

Shadine,M,2010. Mengenal Penyakit Diabetes Melitus. Jakarta : Penebit Keenbooks


Smeltzer, S.C dan B,G Bare. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai