Dosen Pengajar :
Asmawati,S.Kp,M.Kep
Di Susun Oleh :
1. Aswatun cindi
2. Anita trisulisti
3. Inggi putri A.K
4. Sachiazahara Balqis
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
IBU HAMIL DENGAN DIABETES MELITUS
A. Konsep Diabetes Melitus
1. Definisi
Diabetes Melitus pada kehamilan atau sering disebut Diabetes Melitus Gestasional,
merupakan penyakit diabetes yang terjadi pada ibu yang sedang hamil. Gejala utama dari
kelainan ini pada prinsipnya sama dengan gejala utama pada penyakit diabetes yang lain yaitu
sering buang air kecil (polyuri), selalu merasa haus (polydipsi), dan sering merasa lapar
(polyfagi). Cuma yang membedakan adalah keadaan pasien saat ini sedang hamil. Sayangnya
penemuan kasus kasus diabetes gestasional sebagian besar karena kebetulan sebab pasien tidak
akan merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya selain kehamilan, dan gejala sering kencing dan
banyak makan juga biasa terjadi pada kehamilan normal.
2. Etiologi
Diabetes mellitus dapat merupakan kelainan herediter dengan cara insufisiensi atau
absennya insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi. Berkurangnya
glikogenesis. Diabetes dalam kehamilan menimbulkan banyak kesulitan, penyakit ini akan
menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada penderita yang juga
dipengaruhi oleh kehamilan. Sebaliknya diabetes akan mempengaruhi kehamilan dan persalinan.
3. Klasifikasi
Pada Diabetes Mellitus Gestasional, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu:
1. Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
2. Si ibu mengalami/menderita DM saat hamil
Jika pada pemeriksaan berat badan bayi ditemukan bayinya besar sekali maka perlu
dilakukan induksi pada minggu ke 36 – 38 untuk mencegah terjadinya komplikasi saat
persalinan. Proses persalinan ini harus dalam pengawasan ketat oleh dokter spesialis kebidanan
dan dokter spesialis penyakit dalam.
Biasanya setelah bayi lahir maka kadar gula darah akan kembali normal, apabila tidak, maka
perlu dilanjutkan pemberian antidiabetes oral sampai jangka waktu tertentu. Pada kehamilan
normal terjadi banyak perubahan pada pertumbuhan dan perkembangan fetus secara optimal.
Pada kehamilan normal kadar glukosa darah ibu lebih rendah secara bermakna. Hal ini
disebabkan oleh :
1. Pengambilan glukosa sirkulasi meningkat
2. Produksi glukosa dari hati menurun
3. Produksi alanin (salah satu precursor glukoneogenesis ) menurun.
4. Aktifitas ekskresi ginjal meningkat
5. Efek-efek hormon gestasional (kortisol, human plasenta lactogen, estrogen, dll)
6. Perubahan metabolism lemak dan asam amino
5. Manifestasi Klinis
1. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap
ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan
dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama
mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh
terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di
tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun
banyak makan akan tetap kurus.
6. Pemeriksaan Diagnostik
Kriteria Diagnosis:
1. Gejala klasik DM + gula darah sewaktu ≤ 200 mg/dl. Gula darah sewaktu merupakan
hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan terakhir.
Atau:
2. Kadar gula darah puasa 126 mg/dl.Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori
tambahan sedikitnya 8 jam. Atau:
3. Kadar gula darah 2 jam pada TTGO 200 mg/dl. TTGO dilakukan dengan Standard WHO,
menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan
dalam air.
7. Penatalaksanaan
1. Terapi Diet
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk mengatur glukosa
darah dan mencegah timbulnya komplikasi akut dan kronik. Jika klien berhasil mengatasi
diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau hypoglikemia.
Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet
dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.
Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus adalah tiga J
(jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :
Sifat-sifat diet B2
1. Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari tetapi mengandung protein
kurang.
2. Komposisi sama dengan diet B, (68 % hidrat arang, 12 % protein dan
20 % lemak) hanya saja diet B2 kaya asam amino esensial.
3. Dalam praktek hanya terdapat diet B2 dengan diet 2100 – 2300 kalori /
hari. Karena bila tidak maka jumlah perhari akan berubah.
Sifat diet B3
1. Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari).
2. Rendah protein tinggi asam amino esensial, jumlah protein 40
gram/hari.
3. Karena alasan No 2 maka hanya dapat disusun diet B3 2100 kalori dan
2300 / hari. (bila tidak akan merubah jumlah protein).
4. Tinggi karbohidrat dan rendah lemak.
5. Dipilih lemak yang tidak jenuh. Semua penderita diabetes mellitus
dianjurkan untuk latihan ringan yang dilaksanakan secara teratur tiap
hari pada saat setengah jam sesudah makan. Juga dianjurkan untuk
melakukan latihan ringan setiap hari, pagi dan sore hari dengan maksud
untuk menurunkan BB. Penyuluhan kesehatan, untuk meningkatkan
pemahaman maka dilakukan penyuluhan melalui perorangan antara
dokter dengan penderita yang datang. Selain itu juga dilakukan melalui
media-media cetak dan elektronik.
Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya, pengelolaan DMG juga terutama
didasari atas pengelolaan gizi/diet dan pengendalian berat badan ibu.
1. Kontrol secara ketat gula darah, sebab bila kontrol kurang baik upayakan lahir lebih dini,
pertimbangkan kematangan paru janin. Dapat terjadi kematian janin mendadak. Berikan
insulin yang bekerja cepat, bila mungkin diberikan melalui drips.
2. Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya. Lakukan upaya pencegahan
infeksi dengan baik.
3. Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus
glukosa.
4. Penanganan DMG yang terutama adalah diet, dianjurkan diberikan 25 kalori/kgBB ideal,
kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah.
5. Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10% BB.
6. Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari:
Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal
atau normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mg/dl dan 2 jam pp di bawah
120 mg/dl, maka terapi insulin harus segera dimulai.
Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler.
Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya, dengan
ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa
kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai.
Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari, jika
mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah). Dianjurkan kontrol sesuai jadwal
pemeriksaan antenatal, semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin sering
Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali.
Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-2.5 kg pada trimester pertama dan selanjutnya
rata-rata 0.5 kg setiap minggu. Sampai akhir kehamilan, kenaikan berat badan yang dianjurkan
tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg, ibu BB normal 12.5-17.5 kg dan ibu
BB lebih/obesitas 7.5-12.5 kg).
Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil, maka insulin langsung digunakan. Insulin yang
digunakan harus preparat insulin manusia (human insulin), karena insulin yang bukan berasal
dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkan terbentuknya antibodi terhadap insulin
endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar darah plasenta (placental blood barrier)
sehingga dapat mempengaruhi janin.
Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG karena efek teratogenitasnya yang
tinggi dan dapat diekskresikan dalam jumlah besar melalui ASI.
Pada pemeriksaan antenatal dilakukan pemantauan keadaan klinis ibu dan janin, terutama
tekanan darah, pembesaran/ tinggi fundus uteri, denyut jantung janin, kadar gula darah ibu,
pemeriksaan USG dan kardiotokografi (jika memungkinkan).
Pada tingkat Polindes dilakukan pemantauan ibu dan janin dengan pengukuran tinggi
fundus uteri dan mendengarkan denyut jantung janin. Pada tingkat Puskesmas dilakukan
pemantauan ibu dan janin dengan pengukuran tinggi fundus uteri dan mendengarkan denyut
jantung janin. Pada tingkat rumah sakit, pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan cara :
Pengukuran tinggi fundus uteri
2. Terapi Insulin
Menurut Prawirohardjo, (2002) yaitu sebagai berikut : Daya tahan terhadap insulin
meningkat dengan makin tuanya kehamilan, yang dibebaskan oleh kegiatan antiinsulin plasenta.
Penderita yang sebelum kehamilan sudah memerlukan insulin diberi insulin dosis yang sama
dengan dosis diluar kehamilan sampai ada tanda-tanda bahwa dosis perlu ditambah atau
dikurangi. Perubahan-perubahan dalam kehamilan memudahkan terjadinya hiperglikemia dan
asidosis tapi juga menimbulkan reaksi hipoglikemik. Maka dosis insulin perlu ditambah/dirubah
menurut keperluan secara hati-hati dengan pedoman pada 140 mg/dl. Pemeriksaan darah yaitu
kadar post pandrial.
Selama berlangsungnya persalinan dan dalam hari-hari berikutnya cadangan hidrat arang
berkurang dan kebutuhan terhadap insulin berkurang yang mengakibatkan mudah mengalami
hipoglikemia bila diet tidak disesuaikan atau dosis insulin tidak dikurangi. Pemberian insulin
yang kurang hati-hati dapat menjadi bahaya besar karena reaksi hipoglikemik dapat disalah
tafsirkan sebagai koma diabetikum. Dosis insulin perlu dikurangi selama wanita dalam
persalinan dan nifas dini. Dianjurkan pula supaya dalam masa persalinan diberi infus glukosa
dan insulin pada hiperglikemia berat dan keto asidosis diberi insulin secara infus intravena
dengan kecepatan 2-4 satuan/jam untuk mengatasi komplikasi yang berbahaya.
Penanggulangan Obstetri pada penderita yang penyakitnya tidak berat dan cukup dikuasi
dengan diit saja dan tidak mempunyai riwayat obstetri yang buruk, dapat diharapkan partus
spontan sampai kehamilan 40 minggu. lebih dari itu sebaiknya dilakukan induksi persalinan
karena prognosis menjadi lebih buruk. Apabila diabetesnya lebih berat dan memerlukan
pengobatan insulin, sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini sebaiknya kehamilan 36-37 minggu.
Lebih-lebih bila kehamilan disertai komplikasi, maka dipertimbangkan untuk menghindari
kehamilan lebih dini lagi baik dengan induksi atau seksio sesarea dengan terlebih dahulu
melakukan amniosentesis. Dalam pelaksanaan partus pervaginam, baik yang tanpa atau dengan
induksi, keadaan janin harus lebih diawasi jika mungkin dengan pencatatan denyut jantung janin
terus – menerus.
Strategi terapi diabetes mellitus pada ibu hamil meliputi manajemen diet, menjaga berat
badan ibu tetap ideal, terapi insulin untuk menormalkan kontrol glikemik dan olah raga.
3. Olahraga
Kecuali kontraindikasi, aktivitas fisik yang sesuai direkomendasikan untuk memperbaiki
sensitivitas insulin dan kemungkinan memperbaiki toleransi glukosa. Olahraga juga dapat
membantu menaikkan berat badan yang hilang dan memelihara berat badan yang ideal ketika
dikombinasi dengan pembatasan intake kalori.
8. Komplikasi
A. Komplikasi pada Ibu
1. Hipoglikemia, terjadi pada enam bulan pertama kehamilan
2. Hiperglikemia, terjadi pada kehamilan 20-30 minggu akibat resistensi insulin
3. Infeksi saluran kemih
4. Preeklampsi
5. Hidramnion
6. Retinopati
7. Trauma persalinan akibat bayi besar
B. Konsep Penyakit
A. Pengertian
Penyakit gula dapat merupakan penyakit keturunan dengan cirri kekurangan atau tidak
terbentuknya insulin, yang sangat penting untuk metabolism gula dan pembentukan glikogen.
Akibatnya kadar gula dalam darah akan tinggi yang dapat mempengaruhi metabolism tubuh
secara menyeluruh dan mempengaruhi pula pertumbuhan dan perkembangan janin. Kejadian
penyakit gula sekitar 0,3% samapi 0,7%.
Kemungkinan atau dugaan penyakit makin tinggi terjadi pada:
1. Umur penderita makin tua.
2. Pada multiparitas
3. Penderita gemuk.
4. Kelainan anak lebih besar dari 4000gr.
5. Riwayat kehamilan yang mengalami sering meninggal dalam rahim, sering mengalami lahir
mati, sering mengalami keguguran.
6. Bersifat keturunan.
7. Pada pemeriksaan terdapat gula dalam urin
.
Kejadian penyakit gula dalam kehamilan sering memberikan pengaruh yang kurang
menguntungkan dan dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Pengaruh kehamilan, persalinan, dan nifas terhadap penyakit gula diantaranya:
a. Keadan pre-diabetes lebih lebih jelas menimbulkan gejala pada kehamilan, persalinan,
dan kala nifas.
b. Penyakit diabetes (gula) makin berat.
c. Saat persalinan, karena meerlukan tenaga yang besar, dapat terjadi koma diabetikum.
2. Pengaruh penyakit gula terhadap kehamilan diantaranya:
a. Dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin dalam rahim: terjadi keguguran, persalinan
premature, kematian dalam rahim, lahir mati atau bayi yang besar.
b. Dapat terjadi hidramnion.
c. Dapat menimbulkan pre-eklampsia-eklampsia.
3. Pengaruh penyakit terhadap persalinan diantaranya:
a. Gangguan kontraksi otot rahim yang menimbulkan persalinan lama atau terlantar.
b. Janin besar dari sering memerlukan tindakan opersai.
c. Gangguan pembuluh darah plasenta yang menimbulkan asfiksia sampai lahir mati.
d. Perdarahan postpartum karena gangguan kontraksi otot rahim.
e. Postpartum mudah terjadi infeksi.
f. Bayi mengalami hipoglisemia postpartum dan dapat menimbulkan kematian.
4. Pengaruh penyakit gula terhadap kala nifas diantaranya:
a. Mudah terjadi infeksi postpartum.
b. Kesembuhan luka terlambat dan cenderung infeksi mudah menyebar.
5. Pengaruh penyakit terhadap janin (bayi) diantaranya:
a. Dapat terjadi keguguran, persalinan prematuritas, kematian janin dalam rahim (setelah
minggu 36) dan lahir mati.
b. Bayi dengan dismaturitas.
c. Bayi dengan cacat bawaan.
d. Bayi yang potensial mengalami kelainan saraf dan jiwa.
e. Bayi yang dapat menjadi potensial mengidap penyakit gula.
Diet dilakukan walapun ibu hamil memerlukan kalori yang di butuhkan untuk hal-hal
berikut:
1. Pertumbuhan janin intrauteri.
2. Persiapan laktasi.
3. Penyangga metabolisme umum.
4. Tingginya estrogen/progesterone menimbulkan retensi air dan garam.
5. Persiapan organ reproduksi untuk menyangga hamil:
a. Persiapan laktasi mama.
b. Deposit lemak, glukosa protein untuk energy inpartu
c. Persiapan untuk inpartu. Kenaikan idealnya harus mendapat perhatian khusus.
Nutrisi dan kenaikan berat badan yang berlebihan akan menimbulkan komplikasi,
diantaranya diabetes mellitus gestasional dengan segala manifestasi klinik.
Secara umum kebutuhan kalori ibu hamila yang didapatkan dari berbagai sumber dalah:
1. Ibu hamil normal: 2.000-2.500 kalori/24 jam.
2. Ibu hamil gemuk: 1.600-2.000 kalori/24 jam
Kalori dalam jumlah tersebut diharapkan dapat memenuhi semua kebutuhan ibu hamil dan
janin intrauteri dengan proposi wajar dan kenaikan berat badan ideal.
H. Prognosis
Prognosis bagi wanita hamil dengan diabetes pada umumnya cukup baik, dan apabila
penyakitnya lekas diketahui dan segera diobati oleh dokter yang ahli, serta kehamilan dan
persalinannya ditangani oleh dokter spesialis kebidanan. Kematian sangat jarang terjadi, dan
apabila penderita sampai meninggal, hal ini biasanya dijumpai pada diabetes yang sudah lama
dan berat. Terutama yang disertai komplikasi pembuluh darah atau ginjal. Sebaliknya prognosis
bagi anak jauh lebih buruk dan dipengaruhi oleh
1) berat dan lamanya penyakit, terutama apabila disertai asetonuria,
2) insufisiensi plasenta,
3) prematuritas,
4) gawat nafas,
5) cacat bawan, dan
6) komplikasi persalinan.
Laporan tentang kematian perinatal berbeda-beda, yang disebabkan oleh belum adanya
kebulatan pendapat mengenai ukuran bagi diagnosis diabetes dalam kehamilan, belum ada
keseragaman dalam penanganan kehamilan dan persalinan, dan/atau tidak adanya fsilitas
perawatan neonates oleh dokterspesialis kesehatan anak.
Pada umumnya anak kematian perinatal diperkirakan anak 10-15%, dengan pengertian
bahwa sangat tinggi ditemukan pada para penderita diabetes kelas D, E, F, dan G. tidak saja
angka kematian perinatal maningkat, melainkan dalam jangka panjang pula terjadi kelainan-
kelainan neuro-psikologik dan kelainan dalam pertumbuhan anak.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN DIABETES MELITUS
A. Pengkajian
1. Identitas
Usia : perlu diketahui kapan ibu dan berapa tahun ibu mendeita Diabetes melitus, karena
semakin lama ibu menderita DM semakin berat komplikasi yang muncul. Seperti yang
dijelaskan pada klasifikasi DM.
2. Keluhan Utama
Biasanya ibu hamil dengan DM mengeluh Mual, muntah, penambahan berat badan
berlebihan atau tidak adekuat, polipdipsi, poliphagi, poluri, nyeri tekan abdomen dan
retinopati.
3. Riwayat Kehamilan
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu dikaji apakah ada keluarga yang menderita DM, karena DM bersifat keturunan.
5. Riwayat Obstetri
a. Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya, baunya ,
keluhan waktu haid, HPHT
b. Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia mulai
hamil
c. Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada abortus, retensi
plasentadan perlu dikaji apakah ada riwayat Diabetes mellitus
gestasional, Hipertensi karena kehamilan, Infertilitas, Bayi low gestasional
age, Riwayat kematian janin, Lahir mati tanpa sebab jelas, Anomali
congenital, Aborsi spontan, Polihidramnion, Makrosomia atau berat bayi lebih dari
4000 gram.
d. Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat
bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan anak lahir atau mati, berat badan
anak waktu lahir, panjang waktu lahir
e. Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI cukup atau
tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri, kontraksi, dan adanya infeksi.
6. Riwayat Kehamilan sekarang
a. Hamil muda, keluhan selama hamil muda
b. Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi badan, suhu,
nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan
lain.
7. Riwayat antenatal care meliputi :
Dimana tempat pelayanan, beberapa kali, perawatan serta pengobatannya yang
didapat. Pada saat antenatalcare perlu diobservasi secara ketat juga kepatuhan ibu
dalam menjalani diet, kadar gula darah dan perawatan yang diberikan.
8. Pola Aktivitas Sehari-hari
a. Pola nutrisi
Frekuensi makan : pasien dengan DM biasanya mengeluh sering lapar dan haus.
b. Pola eliminasi
BAK : pasien dengan DM memiliki gejala yaitu poliuri atau sering berkemih.
BAB : biasanya tidak ada gangguan.
c. Pola personal hygiene
Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi, keramas.
d. Pola istirahat dan tidur
Gangguan pola tidur karena perubahan peran dan melaporkan kelelahan yang
berlebihan.
e. Pola aktifitas dan latihan
Aktivitas yang berlebih pada keadaan hipoglikemi dapat menyebabkan rasa lapar
meningkat, pusing, nyeri kepala, berkeringat, letih, lemah, pernapasan dangkal
dan pandangan kabur. Jika ini terjadi maka ibu akan rentan terhapad cedera dan
jika rasa lapar berlebih ini akan menyebabkan ketidakpatuhan diet ibu.
9. Pemeriksaan Fisik
o Keadaan umum :
Jika dalam keadaan hipoglikemi ibu bisa merasa lemah dan letih
o TD :
ibu dengan DM perlu diobservasi tekanan darahnya karena komplikasi dari ibu
dengan DM adalah preeklamsia dan eklamsia.
o Nadi :
pada keadaan hiperlikemi biasanya nadi lemah dan cepat.
o Respirasi :
pada keadaan hiperglikemi atau diabetik ketoasidosis biasanya meningkat dan
napas bau keton.
o Suhu :
tidak ada gangguan, tetapi biasanya kulit pasien lembab pada kondisi
hipoglikemi.
o Berat badan :
ibu dengan DM biasanya memiliki berat badan berlebih, dan terjadi peningkatan
berat badan waktu hamil yang berlebih.
a. Kepala dan rambut
: Tidak gangguan
b. Wajah
: Pasien pada keadaan hipoglekmia biasanya terlihat pucat.
c. Mata
: Pada keadaan hipoglikemi pasien akan mengeluh pandangan kabur
atau ganda dan pada keadaan hiperglikemi pasien akan mengeluh pandangan
redup.
d. Hidung
: Pasien dengan hiperglikemia pernapasana cepat dan dangkal, napas
bau keton.
e. Keadaan mulut
: Tidak ada gangguan.
f. Telinga
: Tidak ada gangguan.
g. Leher
: Tidak ada gangguan.
h. Dada dan payudara
1) Dada
Pasien dengan hiperglikemia pernapasana cepat dan dangkal, napas
bau keton.
2) Sirkulasi jantung
Perlu dikaji peningkatan tekanan darah dan nadi pasien.
3) Payudara
Pada umumnya tidak gangguan.
i. Ekstremitas dan kulit
Pada keadaan hipoglikemia pasien akan berkeringat dan kulit pasien lembab.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata
maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994).
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan Diabetes mellitus (Doenges, 1999) adalah:
1. Resiko Berat Badan Lebih berhubungan dengan kelebihan mengonsumsi
makanan
2. Inkontinensia Urin berkanjut berhubungan dengan Neuro arkus refleks
3. Resiko cedera berhubungan dengan hiperglikemia
Intervensi Keperawatan
A. Intervensi Keperawatan
1. Resiko Berat Badan Lebih berhubungan dengan kelebihan mengonsumsi makanan
2. Inkontinensia Urin berkanjut berhubungan dengan Neuro arkus refleks
3. Resiko cedera berhubungan dengan hiperglikemia
4. Urin glukosa
1/2/3/4/5
5. Urin keton
1/2/3/4/5
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arief, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI.
NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2012-2014, Editor;
Barrarah Barid, dkk. Jakarta: EGC.
Nurarif, Amin Huda & Hardi Kusuma. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 1 & 2. Yogyakarta : Mediaction Publishing.
Smeltzer, S. dan Bare, B. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Edisi 8; Volume 1. Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis NANDA, Intervensi
NIC, Kriteria Hasil NOC Edisi 9. Jakarta : EGC.