Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KOMPLIKASI KEHAMILAN

DENGAN DIABETES MILITUS

Dosen Pengajar :

Asmawati,S.Kp,M.Kep

Di Susun Oleh :

1. Aswatun cindi
2. Anita trisulisti
3. Inggi putri A.K
4. Sachiazahara Balqis

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2020
IBU HAMIL DENGAN DIABETES MELITUS
A. Konsep Diabetes Melitus

1.   Definisi
Diabetes Melitus pada kehamilan atau sering disebut Diabetes Melitus Gestasional,
merupakan penyakit diabetes yang terjadi pada ibu yang sedang hamil. Gejala utama dari
kelainan ini pada prinsipnya sama dengan gejala utama pada penyakit diabetes yang lain yaitu
sering buang air kecil (polyuri), selalu merasa haus (polydipsi), dan sering merasa lapar
(polyfagi). Cuma yang membedakan adalah keadaan pasien saat ini sedang hamil. Sayangnya
penemuan kasus kasus diabetes gestasional sebagian besar karena kebetulan sebab pasien tidak
akan merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya selain kehamilan, dan gejala sering kencing dan
banyak makan juga biasa terjadi pada kehamilan normal.

2.  Etiologi
Diabetes mellitus dapat merupakan kelainan herediter dengan cara insufisiensi atau
absennya insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi. Berkurangnya
glikogenesis. Diabetes dalam kehamilan menimbulkan banyak kesulitan, penyakit ini akan
menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada penderita yang juga
dipengaruhi oleh kehamilan. Sebaliknya diabetes akan mempengaruhi kehamilan dan persalinan.

Risiko Tinggi DM Gestasional:


1. Umur lebih dari 30 tahun
2. Obesitas dengan indeks massa tubuh 30 kg/m2
3. Riwayat DM pada keluarga (ibu atau ayah)
4. Pernah menderita DM gestasional sebelumnya
5. Pernah melahirkan anak besar > 4.000 gram
6. Adanya glukosuria

3.    Klasifikasi
Pada Diabetes Mellitus Gestasional, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu:
1. Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
2. Si ibu mengalami/menderita DM saat hamil

Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke:


1. Klas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan
menghilang setelah melahirkan.
2. Klas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan berlanjut
setelah hamil.
3. Klas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit pembuluh
darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh darah panggul dan pembuluh darah
perifer, 90% dari wanita hamil yang menderita Diabetes termasuk ke dalam kategori DM
Gestasional (Tipe II).
4.    Patofisiologi
Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di
mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan
resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu
bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi). Melalui difusi terfasilitasi dalam
membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal.
(menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga
hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia,
hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya).

Jika pada pemeriksaan berat badan bayi ditemukan bayinya besar sekali maka perlu
dilakukan induksi pada minggu ke 36 – 38 untuk mencegah terjadinya komplikasi saat
persalinan. Proses persalinan ini harus dalam pengawasan ketat oleh dokter spesialis kebidanan
dan dokter spesialis penyakit dalam.
Biasanya setelah bayi lahir maka kadar gula darah akan kembali normal, apabila tidak, maka
perlu dilanjutkan pemberian antidiabetes oral sampai jangka waktu tertentu. Pada kehamilan
normal terjadi banyak perubahan pada pertumbuhan dan perkembangan fetus secara optimal.
Pada kehamilan normal kadar glukosa darah ibu lebih rendah secara bermakna. Hal ini
disebabkan oleh :
1. Pengambilan glukosa sirkulasi meningkat
2. Produksi glukosa dari hati menurun
3. Produksi alanin (salah satu precursor glukoneogenesis ) menurun.
4. Aktifitas ekskresi ginjal meningkat
5. Efek-efek hormon gestasional (kortisol, human plasenta lactogen, estrogen, dll)
6. Perubahan metabolism lemak dan asam amino
 
5.    Manifestasi Klinis
1. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap
ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan
dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.

2. Polidipsi (banyak minum)


Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri,
sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.

3. Polipagi (banyak makan)


Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar). Sehingga
untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja
makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.

1. Penurunan berat badan


2. Kesemutan, gatal
3. Pandangan kabur
4. Pruritus vulvae pada wanita
5. Lemas, lekas lelah, tenaga kurang.

Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama
mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh
terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di
tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun
banyak makan akan tetap kurus.
6.    Pemeriksaan Diagnostik
Kriteria Diagnosis:
1. Gejala klasik DM + gula darah sewaktu ≤ 200 mg/dl. Gula darah sewaktu merupakan
hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan terakhir.
Atau:
2. Kadar gula darah puasa 126 mg/dl.Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori
tambahan sedikitnya 8 jam. Atau:
3. Kadar gula darah 2 jam pada TTGO 200 mg/dl. TTGO dilakukan dengan Standard WHO,
menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan
dalam air.

Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1994)


1. Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan
karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa
2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air putih
tanpa gula tetap diperbolehkan
3. Diperiksa kadar glukosa darah puasa
4. Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa), atau 1,75 g/Kg BB (anak-anak), dilarutkan
dalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit
5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah
minum larutan glukosa selesai
6. Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
7. Selama proses pemeriksaan, subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi criteria normal atau DM, maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT
(Glukosa Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh.
 TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140 – 199 mg/dl
 GDPT : glukosa darah puasa antara 100 – 125mg/dl.
Reduksi Urine
Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan urine rutin yang selalu
dilakukan di klinik. Hasil yang (+) menunjukkan adanyaglukosuria. Beberapa hal yang perlu
diingat dari hasil pemeriksaan reduksi urine adalah:
1. Digunakan pada pemeriksaan pertama sekali untuk tes skrining, bukan untuk
menegakkan diagnosis
2. Nilai (+) sampai (++++)
3. Jika reduksi (+): masih mungkin oleh sebab lain, seperti: renal glukosuria, obat-obatan,
dan lainnya
4. Reduksi (++) kemungkinan KGD: 200 –300 mg%
5. Reduksi (+++)  kemungkinan KGD: 300 – 400 mg%
6. Reduksi (++++) kemungkinan KGD:  400 mg%
7. Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan
8. Bila ada gangguan fungsi ginjal, tidak bisa dijadikan pedoman.

7.   Penatalaksanaan

1. Terapi Diet
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk mengatur glukosa
darah dan mencegah timbulnya komplikasi akut dan kronik. Jika klien berhasil mengatasi
diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau hypoglikemia.
Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet
dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.

Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus adalah tiga J
(jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :

J I : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.


J 2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
J 3 : jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis).
Diet pada penderita diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain :
 Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak 30 %, protein
20 %.
 Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.
 Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.
 Diet B1 dan B2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan gangguan faal ginjal.
 
NO Tipe Indikasi Diet
Diet
1. Diet A Diberikan pada semua penderita diabetes mellitus pada umumnya.
2. Diet B Diberikan pada penderita diabetes terutama yang :
1. Kurang tahan lapan dengan dietnya.
2. Mempunyai hyperkolestonemia.
3. Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya pernah mengalami
cerobrovaskuler accident (cva) penyakit jantung koroner.
4. Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya terdapat retinopati
diabetik tetapi belum ada nefropati yang nyata.
5. Telah menderita diabetes dari 15 tahun
3. Diet B1 Diberikan pada penderita diabetes yang memerlukan diet protein tinggi, yaitu
penderita diabetes terutama yang :
1. Mampu atau kebiasaan makan tinggi protein tetapi normalip idemia.
2. Kurus (underweight) dengan relatif body weight kurang dari 90 %.
3. Masih muda perlu pertumbuhan.
4. Mengalami patah tulang.
5. Hamil dan menyusui.
6. Menderita hepatitis kronis atau sirosis hepatitis.
7. Menderita tuberkulosis paru.
8. Menderita penyakit graves (morbus basedou).
9. Menderita selulitis.
10. Dalam keadaan pasca bedah. Indikasi tersebut di atas selama tidak ada
kontra indikasi penggunaan protein kadar tinggi.
4. Diet B1 Diet B2 (Diberikan pada penderita nefropati dengan gagal ginjal kronik yang
dan B2 klirens kreatininnya masih lebar dari 25 ml/mt).

Sifat-sifat diet B2
1. Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari tetapi mengandung protein
kurang.
2. Komposisi sama dengan diet B, (68 % hidrat arang, 12 % protein dan
20 % lemak) hanya saja diet B2 kaya asam amino esensial.
3. Dalam praktek hanya terdapat diet B2 dengan diet 2100 – 2300 kalori /
hari. Karena bila tidak maka jumlah perhari akan berubah.

Diet B3 (Diberikan pada penderita nefropati diabetik dengan gagal ginjal


kronik yang klibers kreatininnya kurang dari 25 MI/mt)

Sifat diet B3
1. Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari).
2. Rendah protein tinggi asam amino esensial, jumlah protein 40
gram/hari.
3. Karena alasan No 2 maka hanya dapat disusun diet B3 2100 kalori dan
2300 / hari. (bila tidak akan merubah jumlah protein).
4. Tinggi karbohidrat dan rendah lemak.
5. Dipilih lemak yang tidak jenuh. Semua penderita diabetes mellitus
dianjurkan untuk latihan ringan yang dilaksanakan secara teratur tiap
hari pada saat setengah jam sesudah makan. Juga dianjurkan untuk
melakukan latihan ringan setiap hari, pagi dan sore hari dengan maksud
untuk menurunkan BB. Penyuluhan kesehatan, untuk meningkatkan
pemahaman maka dilakukan penyuluhan melalui perorangan antara
dokter dengan penderita yang datang. Selain itu juga dilakukan melalui
media-media cetak dan elektronik.

Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya, pengelolaan DMG juga terutama
didasari atas pengelolaan gizi/diet dan pengendalian berat badan ibu.
1. Kontrol secara ketat gula darah, sebab bila kontrol kurang baik upayakan lahir lebih dini,
pertimbangkan kematangan paru janin. Dapat terjadi kematian janin mendadak. Berikan
insulin yang bekerja cepat, bila mungkin diberikan melalui drips.
2. Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya. Lakukan upaya pencegahan
infeksi dengan baik.
3. Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus
glukosa.
4. Penanganan DMG yang terutama adalah diet, dianjurkan diberikan 25 kalori/kgBB ideal,
kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah.
5. Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10% BB.
6. Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari:

 Kalori basal 25 kal/kgBB ideal


 Kalori kegiatan jasmani 10-30%
 Kalori untuk kehamilan 300 kalori
 Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-1.5 gr/kgBB

Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal
atau normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mg/dl dan 2 jam pp di bawah
120 mg/dl, maka terapi insulin harus segera dimulai.

Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler.
Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya, dengan
ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa
kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai.

Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk :

1. Mempertahankan kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl


2. Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp < 120 mg/dl
3. Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) < 6%
4. Mencegah episode hipoglikemia
5. Mencegah ketonuria/ketoasidosis deiabetik
6. Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal.

Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari, jika
mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah). Dianjurkan kontrol sesuai jadwal
pemeriksaan antenatal, semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin sering
Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali.

Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-2.5 kg pada trimester pertama dan selanjutnya
rata-rata 0.5 kg setiap minggu. Sampai akhir kehamilan, kenaikan berat badan yang dianjurkan
tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg, ibu BB normal 12.5-17.5 kg dan ibu
BB lebih/obesitas 7.5-12.5 kg).

Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil, maka insulin langsung digunakan. Insulin yang
digunakan harus preparat insulin manusia (human insulin), karena insulin yang bukan berasal
dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkan terbentuknya antibodi terhadap insulin
endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar darah plasenta (placental blood barrier)
sehingga dapat mempengaruhi janin.

Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG karena efek teratogenitasnya yang
tinggi dan dapat diekskresikan dalam jumlah besar melalui ASI.

Pada pemeriksaan antenatal dilakukan pemantauan keadaan klinis ibu dan janin, terutama
tekanan darah, pembesaran/ tinggi fundus uteri, denyut jantung janin, kadar gula darah ibu,
pemeriksaan USG dan kardiotokografi (jika memungkinkan).

Pada tingkat Polindes dilakukan pemantauan ibu dan janin dengan pengukuran tinggi
fundus uteri dan mendengarkan denyut jantung janin. Pada tingkat Puskesmas dilakukan
pemantauan ibu dan janin dengan pengukuran tinggi fundus uteri dan mendengarkan denyut
jantung janin. Pada tingkat rumah sakit, pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan cara :
Pengukuran tinggi fundus uteri

 NST – USG serial


 Penilaian menyeluruh janin dengan skor dinamik janin plasenta (FDJP), nilai FDJP < 5
merupakan tanda gawat janin.
 Penilaian ini dilakukan setiap minggu sejak usia kehamilan 36 minggu. Adanya
makrosomia, pertumbuhan janin terhambat (PJT) dan gawat janin merupakan indikasi
untuk melakukan persalinan secara seksio sesarea.
 Pada janin yang sehat, dengan nilai FDJP > 6, dapat dilahirkan pada usia kehamilan
cukup waktu (40-42 mg) dengan persalinan biasa. Pemantauan pergerakan janin (normal
>l0x/12 jam).
 Bayi yang dilahirkan dari ibu DMG memerlukan perawatan khusus.
 Bila akan melakukan terminasi kehamilan harus dilakukan amniosentesis terlebih dahulu
untuk memastikan kematangan janin (bila usia kehamilan < 38 mg).
 Kehamilan DMG dengan komplikasi (hipertensi, preeklamsia, kelainan vaskuler dan
infeksi seperti glomerulonefritis, sistitis dan monilisasis) harus dirawat sejak usia
kehamilan 34 minggu. Penderita DMG dengan komplikasi biasanya memerlukan insulin.

Penatalaksanaan pada DMG

Meningkatkan jumlah insulin


1. Sulfonilurea (glipizide GITS, glibenclamide, dsb.)
2. Meglitinide (repaglinide, nateglinide)
3. Insulin injeksi
4. Meningkatkan sensitivitas insulin
5. Biguanid/metformin
6. Thiazolidinedione (pioglitazone, rosiglitazone)
7. Memengaruhi penyerapan makanan
8. Acarbose
9. Hati-hati risiko hipoglikemia berikan glukosa oral (minuman manis atau permen) 6-8
minggu setelah melahirkan, ibu tersebut melakukan test plasma glukosa puasa dan OGTT
75 gram glukosa. Pasien gemuk penderita GDM, sebaiknya mengontrol BB, karena
diperkirakan akan menjadi DM dalam 20 tahun kemudian

2. Terapi Insulin

Menurut Prawirohardjo, (2002) yaitu sebagai berikut : Daya tahan terhadap insulin
meningkat dengan makin tuanya kehamilan, yang dibebaskan oleh kegiatan antiinsulin plasenta.
Penderita yang sebelum kehamilan sudah memerlukan insulin diberi insulin dosis yang sama
dengan dosis diluar kehamilan sampai ada tanda-tanda bahwa dosis perlu ditambah atau
dikurangi. Perubahan-perubahan dalam kehamilan memudahkan terjadinya hiperglikemia dan
asidosis tapi juga menimbulkan reaksi hipoglikemik. Maka dosis insulin perlu ditambah/dirubah
menurut keperluan secara hati-hati dengan pedoman pada 140 mg/dl. Pemeriksaan darah yaitu
kadar post pandrial.

Selama berlangsungnya persalinan dan dalam hari-hari berikutnya cadangan hidrat arang
berkurang dan kebutuhan terhadap insulin berkurang yang mengakibatkan mudah mengalami
hipoglikemia bila diet tidak disesuaikan atau dosis insulin tidak dikurangi. Pemberian insulin
yang kurang hati-hati dapat menjadi bahaya besar karena reaksi hipoglikemik dapat disalah
tafsirkan sebagai koma diabetikum. Dosis insulin perlu dikurangi selama wanita dalam
persalinan dan nifas dini. Dianjurkan pula supaya dalam masa persalinan diberi infus glukosa
dan insulin pada hiperglikemia berat dan keto asidosis diberi insulin secara infus intravena
dengan kecepatan 2-4 satuan/jam untuk mengatasi komplikasi yang berbahaya.

Penanggulangan Obstetri pada penderita yang penyakitnya tidak berat dan cukup dikuasi
dengan diit saja dan tidak mempunyai riwayat obstetri yang buruk, dapat diharapkan partus
spontan sampai kehamilan 40 minggu. lebih dari itu sebaiknya dilakukan induksi persalinan
karena prognosis menjadi lebih buruk. Apabila diabetesnya lebih berat dan memerlukan
pengobatan insulin, sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini sebaiknya kehamilan 36-37 minggu.
Lebih-lebih bila kehamilan disertai komplikasi, maka dipertimbangkan untuk menghindari
kehamilan lebih dini lagi baik dengan induksi atau seksio sesarea dengan terlebih dahulu
melakukan amniosentesis. Dalam pelaksanaan partus pervaginam, baik yang tanpa atau dengan
induksi, keadaan janin harus lebih diawasi jika mungkin dengan pencatatan denyut jantung janin
terus – menerus.

Strategi terapi diabetes mellitus pada ibu hamil meliputi manajemen diet, menjaga berat
badan ibu tetap ideal, terapi insulin untuk menormalkan kontrol glikemik dan olah raga.

3. Olahraga
Kecuali kontraindikasi, aktivitas fisik yang sesuai direkomendasikan untuk memperbaiki
sensitivitas insulin dan kemungkinan memperbaiki toleransi glukosa. Olahraga juga dapat
membantu menaikkan berat badan yang hilang dan memelihara berat badan yang ideal ketika
dikombinasi dengan pembatasan intake kalori.

8.   Komplikasi
A. Komplikasi pada Ibu
1. Hipoglikemia, terjadi pada enam bulan pertama kehamilan
2. Hiperglikemia, terjadi pada kehamilan 20-30 minggu akibat resistensi insulin
3. Infeksi saluran kemih
4. Preeklampsi
5. Hidramnion
6. Retinopati
7. Trauma persalinan akibat bayi besar

B. Masalah pada anak :


1. Abortus
2. Kelainan kongenital spt sacral agenesis, neural tube defek
3. Respiratory distress
4. Neonatal hiperglikemia
5. Makrosomia
6. Hipocalcemia
7. Kematian perinatal akibat diabetic ketoasidosis
8. Hiperbilirubinemia
Tanda terjadi komplikasi pada DM gestasional
1. Makrovaskular: stroke, penyakit jantung koroner,ulkus/ gangren.
2. Mikrovaskular: retina (retinopati) dan ginjal (gagal ginjal kronik), syaraf
(stroke,neuropati).
3. Koma: hiperglikemi, hipoglikemi, stroke
9. Prognosis
Prognosis bagi wanita hamil dengan diabetes pada umumnya cukup baik, apalagi
penyakitnya lekas diketahui dan dengan segera diberikan pengobatan oleh dokter ahli, serta
kehamilan dan persalinannya ditangani oleh dokter spesialis kebidanan. Kematian sangat jarang
terjadi, apabila penderita sampai meninggal biasanya karena penderita sudah mengidap diabetes
sudah lama dan berat, terutama yang disertai komplikasi pembuluh darah atau ginjal. Sebaliknya,
prognosis bagi anak jauh lebih buruk dan di pengaruhi oleh ;

1. Berat dan lamanya penyakit, terutama disertai asetonuria


2. Insufisiensi plasenta
3. Prematuritas
4. Gawat napas (respiratory distress)
5. Cacat bawaan
6. Komplikasi persalinan (distosia bahu)

B. Konsep Penyakit

A.    Pengertian
Penyakit gula dapat merupakan penyakit keturunan dengan cirri kekurangan atau tidak
terbentuknya insulin, yang sangat penting untuk metabolism gula dan pembentukan glikogen.
Akibatnya kadar gula dalam darah akan tinggi yang dapat mempengaruhi metabolism tubuh
secara menyeluruh dan mempengaruhi pula pertumbuhan dan perkembangan janin. Kejadian
penyakit gula sekitar 0,3% samapi 0,7%.
Kemungkinan atau dugaan penyakit makin tinggi terjadi pada:
1.      Umur penderita makin tua.
2.      Pada multiparitas
3.      Penderita gemuk.
4.      Kelainan anak lebih besar dari 4000gr.
5.      Riwayat kehamilan yang mengalami sering meninggal dalam rahim, sering mengalami lahir
mati, sering mengalami keguguran.
6.      Bersifat keturunan.
7.      Pada pemeriksaan terdapat gula dalam urin
.
Kejadian penyakit gula dalam kehamilan sering memberikan pengaruh yang kurang
menguntungkan dan dapat dijabarkan sebagai berikut:
1.      Pengaruh kehamilan, persalinan, dan nifas terhadap penyakit gula diantaranya:
a.       Keadan pre-diabetes lebih lebih jelas menimbulkan gejala pada kehamilan, persalinan,
dan kala nifas.
b.      Penyakit diabetes (gula) makin berat.
c.       Saat persalinan, karena meerlukan tenaga yang besar, dapat terjadi koma diabetikum.
2.      Pengaruh penyakit gula terhadap kehamilan diantaranya:
a.       Dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin dalam rahim: terjadi keguguran, persalinan
premature, kematian dalam rahim, lahir mati atau bayi yang besar.
b.      Dapat terjadi hidramnion.
c.       Dapat menimbulkan pre-eklampsia-eklampsia.
3.      Pengaruh penyakit terhadap persalinan diantaranya:
a.       Gangguan kontraksi otot rahim yang menimbulkan persalinan lama atau terlantar.
b.      Janin besar dari sering memerlukan tindakan opersai.
c.       Gangguan pembuluh darah plasenta yang menimbulkan asfiksia sampai lahir mati.
d.      Perdarahan postpartum karena gangguan kontraksi otot rahim.
e.       Postpartum mudah terjadi infeksi.
f.       Bayi mengalami hipoglisemia postpartum dan dapat menimbulkan kematian.
4.      Pengaruh penyakit gula terhadap kala nifas diantaranya:
a.       Mudah terjadi infeksi postpartum.
b.      Kesembuhan luka terlambat dan cenderung infeksi mudah menyebar.
5.      Pengaruh penyakit terhadap janin (bayi) diantaranya:
a. Dapat terjadi keguguran, persalinan prematuritas, kematian janin dalam rahim (setelah
minggu 36) dan lahir mati.
b. Bayi dengan dismaturitas.
c. Bayi dengan cacat bawaan.
d. Bayi yang potensial mengalami kelainan saraf dan jiwa.
e. Bayi yang dapat menjadi potensial mengidap penyakit gula.

B.     Klasifikasi Diabetes Melitus pada Kehamilan


Pada ibu hamil dengan diabetes mellitus dapat dikemukakan beberapa bentuk
klasifikasi sesuai dengan pengamatan ahli. Klasifikasi pertama berdasarkan apakah
memerlukan insulin atau tidak sehingga disebut dependen insulin/nondependent insulin
sebagai berikut.
White (1965) membagi diabetes berdasarkan kemungkinan komplikasi ibu hamil
dengan diabetes mellitus. Pembagian berdasarkan fungsional diabetes mellitus gestasional
adalah:
1.      D.M. Gestasional
a. Kelas A Diabetes kimiawi, disebut juga diabetes laten, subklinis atau diabetes
kehamilan; tes toleransi glukosa tidak normal. Penderita tidak memerlukan insulin,
cukup diobati dengan diet saja. Prognosis bagi ibu dan anak baik.
b. Kelas B Diabetes dewasa, diketahui secara klinis setelah umur 19 tahun dan
berlangsung kurang daripada 10 tahun, dan tidak disetai kelainan pembuluh darah.
c. Kelas C Diabetes yang diderita antara 10-19 tahun atau timbul pada umur antara 10-19
tahun, dan tampa kelainan pembuluh darah.
d. Kelas D Diabetes telah diderita lama; 20 tahun atau lebih; atau diderita sebelum umur
10 tahun; atau disertai kelainan embuluh darah, termasuk arteroskelrosis pada retina dan
tungkai, dan retinitis.
e. Kelas E Diabetes yang disertai pengapuran pada pembuluh-pembuluh darah penggul,
termasuk arteria uterine.
f. Kelas F Diabetes dengan nefropatia, termasuk glumeluronefritis.
2.      Prekonsepsi dan D.M.
a.       Tanpa komplikasi :
1)      Tipe I: dependen insulin.
2)      Tipe II: nondependen insulin.
b.      Disertai komplikasi dalam bentuk:
1)      Retinopati lanjut
2)      Nefropati.
3)      Neuropati autonomic.
4)      Penyakit jantung koroner.

Dasar klasifikasi ibu hamil dengan diabetes mellitus adalah:


1.      Umur saat terjadi diabetes mellitus adalah makin muda terjdi, komplikasi semakin besar.
Tatalaksana pemberian terapi semakin sulit.
2.      Lamanya menderita diabetes mellitus makin lama menderita, komplikasi akan semakin
berat. Dampaknya terjadi morbiditas dan mortalitas ibu hamil dan janinnya semakin
besar.
3.      Komplikasi penyakit: kombinasi umur muda dan lamanya menderita akan memperbesar
komplikasi ibu hamil/janin. Terapi akan semakin sulit karena harus memerhatikan fungsi
organ vital yang diharapkan dapat mendukung kesembuhannya.
4.      Kebutuhan insulin:
a.       Membutuhkan insulin berarti penyakitnya cukup serius disertai komplikasi.
b.      Pemberian insulin seharusnya dikonsultasikan dengan ahli penyakit dari subdivisi
endokrinologi.
Dengan memerhatikan klasifikasi dan dasar pembuatan klasifikasi berarti bahwa ibu hamil
dengan diabetes mellitus memerlukan konsultasi dalam bentuk tim. Dengan demikian, terapi
dapat diteruskan dengan perencanaan bersama, termasuk persalinan tepat waktu dan tepat
tindakan untuk mencapai konsep well born baby dan well health mother.
Upaya terapi untuk ibu hamil dengan diabetes mellitus kelas A.1 adalah dengan melakukan
diet seperti yang dijabarkan sebagai berikut.
BB saat ini dan tendensi Kebutuhan kalori/kg Harapan ideal
kenaikan untuk untuk mencapai BB pertambahan BB ibu
mencapai BB ideal ideal hamil
<80-90% 36-40 14-20 kg
Ideal, 80-120% 36 12-17 kg
120-150% 24 7-13 kg
≥ 150% 12-18 7-13 kg

Diet dilakukan walapun ibu hamil memerlukan kalori yang di butuhkan untuk hal-hal
berikut:
1.      Pertumbuhan janin intrauteri.
2.      Persiapan laktasi.
3.      Penyangga metabolisme umum.
4.      Tingginya estrogen/progesterone menimbulkan retensi air dan garam.
5.      Persiapan organ reproduksi untuk menyangga hamil:
a.       Persiapan laktasi mama.
b.      Deposit lemak, glukosa protein untuk energy inpartu
c.       Persiapan untuk inpartu. Kenaikan idealnya harus mendapat perhatian khusus.

Nutrisi dan kenaikan berat badan yang berlebihan akan menimbulkan komplikasi,
diantaranya diabetes mellitus gestasional dengan segala manifestasi klinik.
Secara umum kebutuhan kalori ibu hamila yang didapatkan dari berbagai sumber dalah:
1.      Ibu hamil normal: 2.000-2.500 kalori/24 jam.
2.      Ibu hamil gemuk: 1.600-2.000 kalori/24 jam
Kalori dalam jumlah tersebut diharapkan dapat memenuhi semua kebutuhan ibu hamil dan
janin intrauteri dengan proposi wajar dan kenaikan berat badan ideal.

C.    Komplikasi Diabetes Melitus  Terhadap Kehamilan


Diabetes mellitus dapat menimbulkan komplikasi pada ibu hamil dan janin intrauteri.
Komplikasi ibu hamil dengan dibetes mellitus yang terjadi dalam berbagai manifestasi klinik
dapat bersumber dari :
1.      Lamanya menderita diabetes mellitus.
2.      Konsentrasi kolesterol darah yang tinggi.
3.      Hiperglikemi glukosuria.
4.      Banyak dan lamanya terdapat badan keton dalam darah.

Hal-hal tersebut dapat menimbulkan kerusakan sebagai berikuut:


1.      Kerusakan pembuluh darah.
2.      Viskositas darah meningkat, sehingga distribusi dan suplai O2 ke jaringan makin menurun.
3.      Pembuluh darah mengalami aterosklerosis sekunder dapat menimbulkan hipertensi.
4.      Hipertensi menimbulkan gangguan organ vital terkait melalui:
a.       Diabetika endarteritis.
b.      Mikrokoagulasi.
c.       Ekstravasasi cairan menimbulkan edema.

D.    Bentuk-bentuk Kelainan Kongenital


1.      Kardiovaskuler
a.       Transposisi pembuluh darah besar.
b.      Defek septum ventrikuler.
c.       Defek septum atrial.
d.      Hipoplastik ventrikel kiri.
e.       Situs invrsus.
f.       Anomaly aorta
2.      System saraf pusat
a.       Anensefalus.
b.      Ensefalokel.
c.       Meningomielokele.
d.      holoprosensefale.
e.       Mikrosefali.
3.      Penulangan
a.       Sindrom regresi kuadalis.
b.      Spina bifida
4.      Genitourinari
a.       Tanpa ginjal (Potter syndrome)
b.      Polikistik ginjal.
c.       Ureter ganda.
5.      Gastrointestinal
a.       Fistula trakeo-oesophagus.
b.      Atresiaani
c.       Anus inforferata.

E.     Pengaruh kehamilan pada diabetes


Glukosuria renal sering dijumpai dalam kehamilan. Kelainan ini terdapat tidak karena
kadar glukosa darah tinggi, melainkan karena ambang ginjal terhadap glukosa rendah. Karena itu
diabetes dalam kehamilan tidak bisa dinilai dari pemeriksan reduksi urin.
1.      Pengaruh kehamilan
Telah diuraikan di atas bahwa pre-diabetes dapat menjadi manifest, atau penyakitnya menjadi
lebih berat dan lebih sukar dikendalikan dalam kehamilan, sehingga pengobatan lebih sulit.
Beberapa faktor yang menyebabkan perubahan-perubahan itu ialah:
a.       Hiperemesis gravidarum dapat mengubah metabolismus hidrat arang
b.      Pemakaian glikogen bertambah karena miometrium dan jaringan-jaringan lain bertambah
c.       Janin yang bertumbuh memerlukan makin lama makin banyak bahan makanan, termasuk
hidrat arang
d.      Adanya pancreas dan adrenal janin yang sudah berfungsi in uteron
e.       Meningkatnya metabolisme basal dengan pertukaran zat yang lebih cepat dalam hati ibu
mengurangi banyaknya glikogen cadangan
f.       Sebagian insulin ibu dimusnahkan oleh enzim insulinasi dalam plasenta
g.      Khasiat insulin dalam kehamilan dikurangi oleh plasenta laktogen, dan mungkin juga
oleh estrogen dan progesterone.
2.      Pengaruh persalinan
Kegiatan otot rahim dan usaha meneran mengakibatkan pemakaian glukosa lebih banyak,
sehingga dapat terjadi hioglikemia, apalagi jikalau wanita muntah-muntah.
3.      Pengaruh nifas
Laktasi menyebabkan keluarnya zat-zat makanan, termasuk hidrat-arang dari tubuh ibu.
4.      Pengaruh pada bayi
                        Diabetes mempunyai pengaruh tidak baik terhadap hasil konsepsi, dan dapat terjadi
penyulit sebagai berikut:
a.       Kematian hasil konsepsi dalam kehamilan muda mengakibatkan abortus
b.      Cacat bawaan terutama pada kelas D keatas
c.       Dismaturitas terutama pada kelas D keatas
d.      Janin besar (makrosomia) terutama pada kelas A sampai C
e.       Kematian dalam kandungan, biasanya pada kelas D keatas
f.       Kematian neonatal
g.      Kelainan neurologi dikemudian hari
F.     Penatalaksaan Ibu Hamil dengan Diabetes Melitus
Pengelolan ibu hamil dengan diabetes mellitus bertujuan untuk mengendalikan kadar gula
dalam darah sehingga tercapai keadaan euglukosa. Dengan mempertahankan gula darah dalam
posisi euglukosa maka:
1.      Komplikasi pada ibu hamil tidak akan terjadi.
2.      Komplikasi pada janin dapat ditekan sebanyak mungkin sehingga mordibitas dan
mortalitas perinatal menjadi minimal.
Kemajuan teknologi dan kerjasam antar bidang ilmu dalam upaya pengelolaan ibu hamil
dengan diabetes mellitus dapat menekan mordibitas dan mortalitas sampai nol.
Masalah pertumbuhan janin intrauteri dalam suasana:
1.      Kelebihan nutrisi peningkatan suasana keton bodi
2.      Peningkatan suasana insulinnya
3.      Mungkin kekurangan suplai O2
Perlu evaluasi dengan cermat sehingga dapat ditetapkan:
1.      Waktu persalin yang tepat
2.      Komplikasi minimal dalam proses persalinan.
3.      Tercapai well born baby dan well health mother.
Persalinan umumnya dilakukan:
1.      Umur hamil 37-38 minggu
2.      Paru telah matur
3.      Kemungkinan komplikasi: IUFD/ makrosomia pada ibu hamil yang sulit dikendalikan
kadar konsentrasi glukosa.
G.    Evaluasi Postpartum
Evalusi post partum pada bayi perlu dilakukan oleh karena:
1.      Bayi dalam suasana hiperinsulin, sehingga metabolism dengan cepat dapat menurunkan
glukosa darah menjadi hipoglikemia.
2.      Hiperglikemia yang berlangsung lama postpartum dapat menimbulkan gangguan
perubahan metabolism dari glukosa menuju asam lemak dan protein, sehingga
menimbulkan gangguan siklus Kerb.
3.      Kegagalan siklus Kerb menimbulkan:
a.       Badan keton bayi menungkat
1)      Aseton
2)      Aseto-asetat
3)      Beta hidroksi karbonil.
b.      Terjadi penuruna pH darah menjadi asidosis dengan segala akibatnya.
Keterlambatan melakuakan evaluasi bayi dengan berat 4.000 gr atau ibu hamil dengan
diabetes mellitus akan berakibat fatal, yaitu terjadi kematian neonates.
Kendalipun bayi dengan makrosomia, dalam pengelolaannya, dianggap berstatus
premature sehingga memerlukan intensive care unit. Dengan evaluasi ketat dan teratur maka
gejala dini-hipoglikemia-akan dapat dikenali dan terapi untuk mengatasinya segera dapat
diberikan.
Sepertii dikemukakan bahwa kini ibu hamil dengan diabetes mellitus sudah jarang
dijumpai, demikian juga dengan morbiditas dan mortalitas bagi maternal dan perinatalnya oleh
karena kasus jarang terjadi tetapi harus mencapai tujuan umum obstetri dan pengawasan intensif
dilakukan dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu kedokteran dan teknologi.
Dengan demikian, ibu hamil dengan DM merupakan kasus multi disipliner sehingga
laboratorium obstetric hanya sebagi pelaksana pertolongan dengan rekomendasi:
1.      Persalina letak belakng kepala.
2.      Mungkin dilakuakn outlet vakum dan forceps.
3.      Seksio sesarea.

H.    Prognosis
Prognosis bagi wanita hamil dengan diabetes pada umumnya cukup baik, dan apabila
penyakitnya lekas diketahui dan segera diobati oleh dokter yang ahli, serta kehamilan dan
persalinannya ditangani oleh dokter spesialis kebidanan. Kematian sangat jarang terjadi, dan
apabila penderita sampai meninggal, hal ini biasanya dijumpai pada diabetes yang sudah lama
dan berat. Terutama yang disertai komplikasi pembuluh darah atau ginjal. Sebaliknya prognosis
bagi anak jauh lebih buruk dan dipengaruhi oleh
1) berat dan lamanya penyakit, terutama apabila disertai asetonuria,
2) insufisiensi plasenta,
3) prematuritas,
4) gawat nafas,
5) cacat bawan, dan
6) komplikasi persalinan.
Laporan tentang kematian perinatal berbeda-beda, yang disebabkan oleh belum adanya
kebulatan pendapat mengenai ukuran bagi diagnosis diabetes dalam kehamilan, belum ada
keseragaman dalam penanganan kehamilan dan persalinan, dan/atau tidak adanya fsilitas
perawatan neonates oleh dokterspesialis kesehatan anak.
Pada umumnya anak kematian perinatal diperkirakan anak 10-15%, dengan pengertian
bahwa sangat tinggi ditemukan pada para penderita diabetes kelas D, E, F, dan G. tidak saja
angka kematian perinatal maningkat, melainkan dalam  jangka panjang pula terjadi kelainan-
kelainan neuro-psikologik dan kelainan dalam pertumbuhan anak.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN DIABETES MELITUS

A.    Pengkajian
1.      Identitas
Usia : perlu diketahui kapan ibu dan berapa tahun  ibu mendeita Diabetes melitus, karena
semakin lama ibu menderita DM semakin berat komplikasi yang muncul. Seperti yang
dijelaskan pada klasifikasi DM.
2.      Keluhan Utama
Biasanya ibu hamil dengan DM mengeluh Mual, muntah, penambahan berat badan
berlebihan atau tidak adekuat, polipdipsi, poliphagi, poluri, nyeri tekan abdomen dan
retinopati.
3.      Riwayat Kehamilan
4.      Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu dikaji apakah ada keluarga yang menderita DM, karena DM bersifat keturunan.
5.     Riwayat Obstetri
a.    Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya, baunya ,
keluhan waktu haid, HPHT
b.    Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia mulai
hamil
c.    Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada abortus, retensi
plasentadan perlu dikaji apakah ada riwayat Diabetes mellitus
gestasional, Hipertensi karena kehamilan, Infertilitas, Bayi low gestasional
age, Riwayat kematian janin, Lahir mati tanpa sebab jelas, Anomali
congenital, Aborsi spontan, Polihidramnion, Makrosomia atau berat bayi lebih dari
4000 gram.
d.   Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat
bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan anak lahir atau mati, berat badan
anak waktu lahir, panjang waktu lahir
e.    Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI cukup atau
tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri, kontraksi, dan adanya infeksi.
6.      Riwayat Kehamilan sekarang
a.    Hamil muda, keluhan selama hamil muda
b.    Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi badan, suhu,
nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan
lain.
7.      Riwayat antenatal care meliputi :
Dimana tempat pelayanan, beberapa kali, perawatan serta pengobatannya yang
didapat. Pada saat antenatalcare perlu diobservasi secara ketat juga kepatuhan ibu
dalam menjalani diet, kadar gula darah dan perawatan yang diberikan.
8.     Pola Aktivitas Sehari-hari
a.       Pola nutrisi
    Frekuensi makan : pasien dengan DM biasanya mengeluh sering lapar dan haus.
b.      Pola eliminasi
BAK : pasien dengan DM memiliki gejala yaitu poliuri atau sering berkemih.
BAB : biasanya tidak ada gangguan.
c.       Pola personal hygiene
Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi, keramas.
d.      Pola istirahat dan tidur
Gangguan pola tidur karena perubahan peran dan melaporkan kelelahan yang
berlebihan.
e.       Pola aktifitas dan latihan
Aktivitas yang berlebih pada keadaan hipoglikemi dapat menyebabkan rasa lapar
meningkat, pusing, nyeri kepala, berkeringat, letih, lemah, pernapasan dangkal
dan pandangan kabur. Jika ini terjadi maka ibu akan rentan terhapad cedera dan
jika rasa lapar berlebih ini akan menyebabkan ketidakpatuhan diet ibu.
9.      Pemeriksaan Fisik
o Keadaan umum       :  
Jika dalam keadaan hipoglikemi ibu bisa merasa lemah dan letih
o TD  :
ibu dengan DM perlu diobservasi tekanan darahnya karena komplikasi dari ibu
dengan DM adalah preeklamsia dan eklamsia.
o Nadi           :    
pada keadaan hiperlikemi biasanya nadi lemah dan cepat.
o Respirasi      :
pada keadaan hiperglikemi atau diabetik ketoasidosis biasanya meningkat dan
napas bau keton.
o Suhu                 :           
tidak ada gangguan, tetapi biasanya kulit pasien lembab pada kondisi
hipoglikemi.
o Berat badan               :  
ibu dengan DM biasanya memiliki berat badan berlebih, dan terjadi peningkatan
berat badan waktu hamil yang berlebih.
a.       Kepala dan rambut
: Tidak gangguan
b.      Wajah
: Pasien pada keadaan hipoglekmia biasanya terlihat pucat.
c.       Mata
: Pada keadaan hipoglikemi pasien akan mengeluh pandangan kabur
atau ganda dan pada keadaan hiperglikemi pasien akan mengeluh pandangan
redup.
d.      Hidung
: Pasien dengan hiperglikemia pernapasana cepat dan dangkal, napas
bau keton.
e.       Keadaan mulut
: Tidak ada gangguan.
f.       Telinga
: Tidak ada gangguan.
g.      Leher
: Tidak ada gangguan.
h.      Dada dan payudara
1)     Dada
Pasien dengan hiperglikemia pernapasana cepat dan dangkal, napas
bau keton.
2)      Sirkulasi jantung
Perlu dikaji peningkatan tekanan darah dan nadi pasien.
3)    Payudara
Pada umumnya tidak gangguan.
i.       Ekstremitas dan kulit
Pada keadaan hipoglikemia pasien akan berkeringat dan kulit pasien lembab.

B.     Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata
maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994).
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan Diabetes mellitus (Doenges, 1999) adalah:
1. Resiko Berat Badan Lebih berhubungan dengan kelebihan mengonsumsi
makanan
2. Inkontinensia Urin berkanjut berhubungan dengan Neuro arkus refleks
3. Resiko cedera berhubungan dengan hiperglikemia

Intervensi Keperawatan

A. Intervensi Keperawatan
1. Resiko Berat Badan Lebih berhubungan dengan kelebihan mengonsumsi makanan
2. Inkontinensia Urin berkanjut berhubungan dengan Neuro arkus refleks
3. Resiko cedera berhubungan dengan hiperglikemia

NO DIAGNOSA Tujuan/Kriteria Hasil Rencana RASIONAL


KEPERAWATA (Nursing Outcome Tindakan
N Classificatio/Noc) (Nursing
Intervention
Classification/
Nic)
1. Resiko Berat Setelah dilakukan NIC:
Badan Lebih intervensi Manajemen
berhubungan keperawatan Berat Badan
dengan selama...x... jam,
kelebihan diharapkan pasien: Aktivitas
mengonsumsi NOC: Nafsu Makan keperawatan:
makanan 1. Diskusikan 1. Agar pasien
 Dipertahan dengan pasien mengetahui
dilevel (4) mengenai hubungan asupan-
 Ditingkatkan hubungan antara asupan makanan
ke level (5) asupan dengan olahraga
1. Sangat Terganggu makanan,olahra 2. Agar pasien
2. Banyak ga,peningkatan mau sedikit
Terganggu berat badan menurun berat
3.Cukup Terganggu 2.Diskusikan badan pasien
4. Sedikit Terganggu kepada pasien 3.Agar pasien mau
5.Tidak Terganggu apabila resiko mengubah pola
berlebih nya makanan nya agar
Dengan kriteria berat badan tidak
hasil: pasien menimbulkan
3.Kaji motivasi berat badan nya
1.Energi untuk pasien untuk naik
makanan 1/2/3/4/5 mengubah pola 4.Untuk
makanan nya mengetahui ideal
2.Menyenangi 4.Hitung berat berat bada pasien
makanan 1/2/3/4/5 badan ideal 5.Untuk
pasien mengetahui
3. Merasakan 5.Hitung presntase lemak
makanan1/2/3/4/5 prentase lemak pada pasien
tubuh ideal pada 6.Untuk
4. Intake makanan pasien mempermudah
1/2/3/4/5 6.Dorong pasien mengatasi
untuk membuat permasalahan
5. Rangsangan target kenaikan berat
untuk makan mingguan. badan pasien
1/2/3/4/5 7.Dorong pasien 7. untuk
untuk mengurangi
mengkonsumsi memperimbang
air yang cukup antara cairan dan
makanan pada
pasien

2. Inkontinensia Setelah dilakukan NIC:


Urin berkanjut intervensi Inkontinensia
berhubungan keperawatan Urin
dengan Neuro selama...x... jam, Aktivitas
arkus refleks diharapkan pasien: keperawatan:
NOC: Cairan 1. Diskusikan 1. Untuk
Berlebihan kepada pasien mempermudah
 Dipertahan mengenai atau menangani
dilevel (4) prosedur permasalahan pada
 Ditingkatkan tindakakan yang pasien
ke level (5) diharapkan 2. Agar pasien
1. Berat 2.Modifikasi mudah untuk ke
2.Cukup Berat pakai pasien toilet
3.Sedang untuk 3.Agar pasien dan
4.Ringan mempermudahk keluarga tahu
5.Tidak Ada an pasien untuk tindakan yang
ke toilet dilakukan agar
Dengan kriteria 3.Jelaskan tidak bingung
hasil: penyebab 4. Agar
1. Edema terjadinya mengetahui
Pergelangan inkotinensia Output urin pada
kaki1/2/3/4/5 setiap tindakan pasien
yang dilakukan 5. Agar
2.Peningkatan 4.Instruksikan mempermudah
tingkatan perut pasien dan atau mengatasi
1/2/3/4/5 keluarga pasien inkontinensia
untuk mencatat 6. Agar
3. Peningkatan berat pola dan jumlah Mengetahui
badan 1/2/3/4/5 urine Eliminasi urine
5. Identifkasi pada pasien
4. Penurunan warna faktor penyebab 7.Agar pasien
urin 1/2/3/4/5 inkontinensia tidak mengalami
pada pasien inkontinensia urin
5. Edema 6.Monitor
kaki1/2/3/4/5 eliminasi urin
7. Instruksikan
pasien untuk
minum minimal
1500 cc
3. Resiko cedera Setelah dilakukan NIC:
berhubungan intervensi Manajemen
dengan keperawatan Hiperglikemia
hiperglikemia selama...x... jam,
diharapkan pasien: Aktivitas
keperawatan:
NOC: Kadar
Glukosa Darah 1.Monitor kadar 1.Untuk
glukosa darah mengetahui kadar
 Dipertahan sesuai indikasi glukosa darah
dilevel (4) 2.Monitor tanda 2. Agar
 Ditingkatkan dan gejala mengetahui gejala
ke level (5) hiperglikemia dan tanda dari
1. Deviasi berat dari 3.Identifikasi hiperglikemia
kisaran normal kemungkinan 3.Untuk
2.Deviasi yang penyebab mengetahui
cukup besar dari hiperglikemia penyebab
kisaran normal 4.Batas aktivitas hiperglikemia
3.Deviasi sedang ketika kadar 4.Agar tidak
dari kisaran normal glukosa darah terjadi apa-apa
4.Deviasi ringan dari lebih 250 mg/dl kepada pasien
kisaran normal 5.Dorong 5.Agar pasien
5.Tidak ada deviasi pemantauan mengetahui
dari kisaran normal sendiri kadar pemantauan
glukosa darah langsung pada
Dengan kriteria 6.Riview glukosa darah
hasil: riwayat kadar 6. Agar pasien
1. Glukosa darah glukosa darah mengetahui
1/2/3/4/5 pasien riwayat kadar
7.Instruksikan glukosa darah
2.Hemoglobin pasien untuk 7.Agar tidak
glikosilat melaporkan terjadi hiper pada
1/2/3/4/5 kenoturin kenoturin pada
pasien
3. Fruktosamin
1/2/3/4/5

4. Urin glukosa
1/2/3/4/5

5. Urin keton
1/2/3/4/5

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arief, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI.

NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2012-2014, Editor;
Barrarah Barid, dkk. Jakarta: EGC.

Nurarif, Amin Huda & Hardi Kusuma. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 1 & 2. Yogyakarta : Mediaction Publishing.

Smeltzer, S. dan Bare, B. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Edisi 8; Volume 1. Jakarta: EGC.

Udjianti, Wajan Juni. 2011. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika.

Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis NANDA, Intervensi
NIC, Kriteria Hasil NOC Edisi 9. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai