Pendahuluan
Penyakit diabetes terdapat pada sekitar 1% wanita usia reproduksi dan 1 – 2% diantaranya akan penderita diabetes gestasional.
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia (meningkatnya kadar gula darah)
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.
Sekitar 90% dari wanita hamil yang menderita diabetes termasuk ke dalam kategori DM Gestasional (Tipe II) dan DM yang tergantung pada
insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus = IDDM, tipe I).
Kriteria Diagnosis:
1. Gejala klasik DM + gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dl. Gula darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memerhatikan waktu makan terakhir. Atau:
2. Kadar gula darah puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam. Atau:
3. Kadar gula darah 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/dl. Test Toleransi Glucose Oral (TTGO) dilakukan dengan Standard WHO
menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan dalam air.
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi criteria normal atau DM, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok TGT (Toleransi Glukosa
Terganggu) atau GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh.
TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140 – 199 mg/dl.
GDPT : glukosa darah puasa antara 100 – 125 mg/dl.
Reduksi urine
Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan urine rutin yang selalu dilakukan di klinik. Hasil yang (+) menunjukkan
adanya glukosuria. Beberapa hal yang perlu diingat dari hasil pemeriksaan reduksi urine adalah:
Digunakan pada pemeriksaan pertama sekali untuk tes skrining, bukan untuk menegakkan diagnosis.
Nilai (+) sampai (++++).
Jika reduksi (+): masih mungkin oleh sebab lain, seperti: renal glukosuria, obat-obatan, dan lainnya.
Reduksi (++) à kemungkinan KGD : 200 – 300 mg%.
Reduksi (+++) à kemungkinan KGD : 300 – 400 mg%.
Reduksi (++++) à kemungkinan KGD : ≥ 400 mg%.
Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan.
Bila ada gangguan fungsi ginjal, tidak bisa dijadikan pedoman.
Respiratory distress.
Neonatal hiperglikemia.
Makrosomia.
Hipocalcemia.
Kematian perinatal akibat diabetic ketoasidosis.
Hiperbilirubinemia.
Penderita DM Gestasional memunyai resiko yang tinggi terhadap kambuhnya penyakit diabetes yang pernah dideritannya pada saat hamil
sebelumnya.
Saran : 6-8 minggu setelah melahirkan, ibu tersebut melakukan test plasma glukosa puasa dan TTGO 75 gram glukosa. Pasien gemuk
penderita GDM, sebaiknya mengontrol BB, karena diperkirakan akan menjadi DM dalam 20 tahun kemudian.
Penyakit penyerta.
Serat larut dan kurangi garam.
Kenali jenis makanan.
Insulin injeksi
Kehamilan harus diawasi secara teliti sejak dini untuk mencegah komplikasi pada ibu dan janin. Tujuan utama pengobatan DM dengan
hamil:
Mencegah timbulnya ketosis dan hipoglikemia.
Mencegah hiperglikemia dan glukosuria seminimal mungkin.
Biasanya kebanyakan penderita diabetes atau DM gestasional yang ringan dapat di atasi dengan pengaturan jumlah dan jenis makanan,
pemberian anti diabetik secara oral, dan mengawasi kehamilan secara teratur.
Karena 15-20% dari pasien akan menderita kekurangan daya pengaturan glukosa dalam masa kehamilan, maka kelompok ini harus cepat-
cepat diidentifikasi dan diberikan terapi insulin. Bila kadar plasma glukosa sewaktu puasa 105 mg/ml atau kadar glukosa setelah dua jam
postprandial 120 mg/ml pada dua pemeriksaan atau lebih, dalam tempo 2 (dua) minggu, maka dianjurkan agar penderita diberikan terapi
insulin. Obat DM oral kontraindikasi. Penentuan dosis insulin bergantung pada: BB ibu, aktivitas, KGD, komplikasi yang ada.
Prinsip : dimulai dengan dosis kecil reguler insulin 3 kali sehari, dosis dinaikkan bertahap sesuai respons penderita.
Penyuntikan Insulin
Kenali jenis insulin yang ada, kandungan/ml (unit/ml).
Kenali jenis spuit insulin yang tersedia: 40 u/ml, 100 u/ml, 50u/0,5 ml.
Suntikan diberikan subkutan di deltoid, paha bagian luar, perut, sekitar pusat.
Tempat suntikan sebaiknya diganti-ganti.
Suntikan diberikan secara tegak lurus.
Pasien segera diberi makan setelah suntikan diberikan. Paling lama setengah jam setelah suntikan diberikan.
Kalau pasien suntik sendiri, harus dapat melihat dengan jelas angka pada alat suntik.
Saat ini ada alat suntik bentuk pena dengan kontrol dosis yang lebih mudah dan lebih tepat, dan mudah dibawa-bawa.