Anda di halaman 1dari 9

Home » Diseases » DIABETES MELLITUS ( PENYAKIT KENCING MANIS )

DIABETES MELLITUS ( PENYAKIT KENCING MANIS )


Posted by: Edi Kusmiadi Posted date: Sunday, November 27, 2011 / comment : 0

Pendahuluan

Penyakit diabetes terdapat pada sekitar 1% wanita usia reproduksi dan 1 – 2% diantaranya akan penderita diabetes gestasional.
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia (meningkatnya kadar gula darah)
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.

Gejala umum diabetes melitus


 Banyak kencing (poliuria).
 Haus dan banyak minum (polidipsia), lapar (polifagia).

 Letih, dan lesu.


 Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
 Lemah badan, kesemutan, gatal, pandangan kabur, disfungsi ereksi pada pria, dan pruritus vulvae pada wanita.

Pembagian diabetes melitus


1. DM tipe 1 : Kerusakan fungsi sel beta di pancreas, autoimun, idiopatik.
2. DM tipe 2 : Menurunnya produksi insulin, berkurangnya daya kerja insulin, atau keduanya.
3. DM tipe lain : Kelainan genetik, penyakit pankreas, obat, infeksi, antibodi, sindroma penyakit lain.
4. DM pada masa kehamilan : Gestasional Diabetes.

Pada DM dengan kehamilan, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu :


- Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil.
- Si ibu mengalami/menderita DM saat hamil.

Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke :


1. Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan menghilang setelah melahirkan.
2. Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan berlanjut setelah hamil.
3. Pregestasional diabetes, yang disertai dengan komplikasi penyakit pembuluh darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh
darah panggul dan pembuluh darah perifer.

Sekitar 90% dari wanita hamil yang menderita diabetes termasuk ke dalam kategori DM Gestasional (Tipe II) dan DM yang tergantung pada
insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus = IDDM, tipe I).

Diagnosis diabetes melitus

Kriteria Diagnosis:
1. Gejala klasik DM + gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dl. Gula darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memerhatikan waktu makan terakhir. Atau:
2. Kadar gula darah puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam. Atau:
3. Kadar gula darah 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/dl. Test Toleransi Glucose Oral (TTGO) dilakukan dengan Standard WHO
menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan dalam air.

Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1994) :


1. Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan
kegiatan jasmani seperti biasa.
2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan.
3. Diperiksa kadar glukosa darah puasa.
4. Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa), atau 1,75 g/Kg BB (anak-anak), dilarutkan dalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5
menit.
5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah minum larutan glukosa selesai.
6. Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa.
7. Selama proses pemeriksaan, subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.

Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi criteria normal atau DM, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok TGT (Toleransi Glukosa
Terganggu) atau GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh.
 TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140 – 199 mg/dl.
 GDPT : glukosa darah puasa antara 100 – 125 mg/dl.

Reduksi urine

Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan urine rutin yang selalu dilakukan di klinik. Hasil yang (+) menunjukkan
adanya glukosuria. Beberapa hal yang perlu diingat dari hasil pemeriksaan reduksi urine adalah:
 Digunakan pada pemeriksaan pertama sekali untuk tes skrining, bukan untuk menegakkan diagnosis.
 Nilai (+) sampai (++++).

 Jika reduksi (+): masih mungkin oleh sebab lain, seperti: renal glukosuria, obat-obatan, dan lainnya.
 Reduksi (++) à kemungkinan KGD : 200 – 300 mg%.
 Reduksi (+++) à kemungkinan KGD : 300 – 400 mg%.
 Reduksi (++++) à kemungkinan KGD : ≥ 400 mg%.
 Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan.
 Bila ada gangguan fungsi ginjal, tidak bisa dijadikan pedoman.

Risiko Tinggi DM Gestasional :


 Umur lebih dari 30 tahun.
 Obesitas dengan indeks massa tubuh ≥ 30 kg/m2.

 Riwayat DM pada keluarga (ibu atau ayah).


 Pernah menderita DM gestasional sebelumnya.
 Pernah melahirkan anak besar > 4.000 gram.
 Adanya glukosuria.
 Riwayat bayi cacat bawaan.
 Riwayat bayi lahir mati.
 Riwayat keguguran.
 Riwayat infertilitas.
 Hipertensi.

Komplikasi pada ibu hamil :


 Hipoglikemia, terjadi pada enam bulan pertama kehamilan.
 Hiperglikemia, terjadi pada kehamilan 20 - 30 minggu akibat resistensi insulin.

 Infeksi saluran kemih.


 Preeklampsi.
 Hidramnion.
 Retinopati.
 Trauma persalinan akibat bayi besar.

Masalah pada janin :


 Abortus.
 Kelainan kongenital seperti sacral agenesis, neural tube defek.

 Respiratory distress.
 Neonatal hiperglikemia.
 Makrosomia.
 Hipocalcemia.
 Kematian perinatal akibat diabetic ketoasidosis.
 Hiperbilirubinemia.

Penderita DM Gestasional memunyai resiko yang tinggi terhadap kambuhnya penyakit diabetes yang pernah dideritannya pada saat hamil
sebelumnya.

Saran : 6-8 minggu setelah melahirkan, ibu tersebut melakukan test plasma glukosa puasa dan TTGO 75 gram glukosa. Pasien gemuk
penderita GDM, sebaiknya mengontrol BB, karena diperkirakan akan menjadi DM dalam 20 tahun kemudian.

Prinsip pengobatan diabetes melitus


 Diet.
 Penyuluhan.

 Exercise (latihan fisik/olah raga).


 Obat : Oral hipoglikemik, insulin.
 Cangkok pancreas.

Tujuan pengobatan diabetes mellitus 


 Mencegah komplikasi akut dan kronik.
 Meningkatkan kualitas hidup, dengan menormalkan KGD, dan dikatakan penderita DM terkontrol, sehingga sama dengan orang
normal.
 Pada ibu hamil dengan DM, mencegah komplikasi selama hamil, persalinan, dan komplikasi pada bayi.

Prinsip diet diabetes melitus


 Tentukan kalori basal dengan menimbang berat badan.
 Tentukan penggolongan pasien: underweight (berat badan kurang), normal, overweight (berat badan berlebih), atau obesitas
(kegemukan).

             -  Persentase = BB (kg) / (Tinggi Badan (cm) – 100) X 100%.


             -  Underweight : < 90%
             -  Normal : 90–110%
             -  Overweight : 110–130%
             -  Obesitas : > 130%
 Jenis kegiatan sehari hari; ringan, sedang, berat, akan menentukan jumlah kalori yang ditambahkan. Juga umur dan jenis kelamin.
 Status gizi.

 Penyakit penyerta.
 Serat larut dan kurangi garam.
 Kenali jenis makanan.

Penyuluhan terpadu untuk penderita DM dan lingkungannya :


 Penyuluhan dari Dokter, Perawat dan ahli gizi - di beberapa RS sudah ada Klinik Diabetes Terpadu.
 Sasaran : Penderita, keluarga penderita, lingkungan sosial penderita.
Obat diabetes melitus 

1. Meningkatkan jumlah insulin


 Sulfonilurea (glipizide GITS, glibenclamide, dsb.)
 Meglitinide (repaglinide, nateglinide)

 Insulin injeksi

2. Meningkatkan sensitivitas insulin


 Biguanid/metformin
 Thiazolidinedione (pioglitazone, rosiglitazone)

3. Mempengaruhi penyerapan makanan : Acarbose


4. Hati-hati risiko hipoglikemia berikan glukosa oral (minuman manis)

Sasaran pengontrolan gula darah :


 Kadar gula darah sebelum makan 80 – 120 mg/dl.
 Kadar gula darah 2 jam sesudah makan < 140 mg/dl.

 Kadar HbA1c < 7%.

Penanganan Diabetes pada kehamilan

Kehamilan harus diawasi secara teliti sejak dini untuk mencegah komplikasi pada ibu dan janin. Tujuan utama pengobatan DM dengan
hamil:
 Mencegah timbulnya ketosis dan hipoglikemia.
 Mencegah hiperglikemia dan glukosuria seminimal mungkin.

 Mencapai usia kehamilan seoptimal mungkin.

Biasanya kebanyakan penderita diabetes atau DM gestasional yang ringan dapat di atasi dengan pengaturan jumlah dan jenis makanan,
pemberian anti diabetik secara oral, dan mengawasi kehamilan secara teratur.
Karena 15-20% dari pasien akan menderita kekurangan daya pengaturan glukosa dalam masa kehamilan, maka kelompok ini harus cepat-
cepat diidentifikasi dan diberikan terapi insulin. Bila kadar plasma glukosa sewaktu puasa 105 mg/ml atau kadar glukosa setelah dua jam
postprandial 120 mg/ml pada dua pemeriksaan atau lebih, dalam tempo 2 (dua) minggu, maka dianjurkan agar penderita diberikan terapi
insulin. Obat DM oral kontraindikasi. Penentuan dosis insulin bergantung pada: BB ibu, aktivitas, KGD, komplikasi yang ada.

Prinsip : dimulai dengan dosis kecil reguler insulin 3 kali sehari, dosis dinaikkan bertahap sesuai respons penderita.

Penyuntikan Insulin
 Kenali jenis insulin yang ada, kandungan/ml (unit/ml).
 Kenali jenis spuit insulin yang tersedia: 40 u/ml, 100 u/ml, 50u/0,5 ml.

 Suntikan diberikan subkutan di deltoid, paha bagian luar, perut, sekitar pusat.
 Tempat suntikan sebaiknya diganti-ganti.
 Suntikan diberikan secara tegak lurus.
 Pasien segera diberi makan setelah suntikan diberikan. Paling lama setengah jam setelah suntikan diberikan.
 Kalau pasien suntik sendiri, harus dapat melihat dengan jelas angka pada alat suntik.
 Saat ini ada alat suntik bentuk pena dengan kontrol dosis yang lebih mudah dan lebih tepat, dan mudah dibawa-bawa.

Bagaimana wanita dengan diabetes?


 Dapat hamil dan punya anak sepanjang gula darah terkontrol.
 Disarankan memilih kontrasepsi dengan kadar estrogen rendah.

 Dapat memakai pil tambahan hormone progesteron.


 IUD dapat menimbulkan risiko infeksi.

Tanda komplikasi diabetes mellitus


 Makrovaskular : stroke, penyakit jantung koroner, ulkus/ gangren.
 Mikrovaskular : retina (retinopati) dan ginjal (gagal ginjal kronik), syaraf (stroke, neuropati).
 Koma : hiperglikemi, hipoglikemi, stroke.

Anda mungkin juga menyukai