Pendahuluan
enyakit diabetes terdapat pada sekitar 1%
wanita usia reproduksi dan 12%
diantaranya akan menderita diabetes
gestasional.
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok
penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia (meningkatanya kadar gula darah)
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau keduanya.
Gejala Umum dari Diabetes Melitus (DM)
Banyak kencing (poliuria).
Haus dan banyak minum (polidipsia), lapar
(polifagia).
Letih, lesu.
Penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya
Lemah badan, kesemutan, gatal, pandangan
kabur, disfungsi ereksi pada pria, dan pruritus
vulvae pada wanita
P
2
Pembagian DM
DM tipe 1
- Kerusakan fungsi sel beta di pankreas
- Autoimun, idiopatik
DM Tipe 2
Menurunnya produksi insulin atau berkurangnya
daya kerja insulin atau keduanya.
DM tipe lain:
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas,
obat, infeksi, antibodi, sindroma penyakit lain.
DM pada masa kehamilan = Gestasional
Diabetes
Pada DM dengan kehamilan, ada 2 kemungkinan
yang dialami oleh si Ibu:
1. Ibu tersebut memang telah menderita DM
sejak sebelum hamil
2. Si ibu mengalami/menderita DM saat hamil
Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke:
Klas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes
yang timbul pada waktu hamil dan
menghilang setelah melahirkan.
Klas II : Pregestasional diabetes, yaitu
diabetes mulai sejak sebelum hamil
dan berlanjut setelah hamil.
Klas III : Pregestasional diabetes yang
disertai dengan komplikasi penyakit
pembuluh darah seperti retinopati,
nefropati, penyakit pemburuh darah
panggul dan pembuluh darah perifer.
3
90% dari wanita hamil yang menderita Diabetes
Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak sadarkan diri
bahkan memasuki tahapan koma. Gejala kencing manis dapat berkembang dengan cepat waktu
ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang anak yang menderita
penyakit diabetes mellitus tipe 1.
Lain halnya pada penderita diabetes mellitus tipe 2, umumnya mereka tidak mengalami berbagai
gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing manis.
Tipe Penyakit Diabetes Mellitus
1. Diabetes mellitus tipe 1
Diabetes tipe 1 adalah diabetes yang bergantung pada insulin dimana tubuh kekurangan hormon
insulin,dikenal dengan istilah Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Hal ini disebabkan
hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas. Diabetes tipe 1
banyak ditemukan pada balita, anak-anak dan remaja.
Sampai saat ini, Diabetes Mellitus tipe 1 hanya dapat di obati dengan pemberian therapi insulin
yang dilakukan secara terus menerus berkesinambungan. Riwayat keluarga, diet dan faktor
lingkungan sangat mempengaruhi perawatan penderita diabetes tipe 1. Pada penderita diebetes
tipe 1 haruslah diperhatikan pengontrolan dan memonitor kadar gula darahnya, sebaiknya
menggunakan alat test gula darah. Terutama pada anak-anak atau balita yang mana mereka
sangat mudah mengalami dehidrasi, sering muntah dan mudah terserang berbagai penyakit.
2. Diabetes mellitus tipe 2
Diabetes tipe 2 adalah dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan
semestinya, dikenal dengan istilah Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Hal ini
dikarenakan berbagai kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi insulin, resistensi terhadap
insulin atau berkurangnya sensitifitas (respon) sell dan jaringan tubuh terhadap insulin yang
ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah.
Ada beberapa teori yang mengutarakan sebab terjadinya resisten terhadap insulin, diantaranya
faktor kegemukan (obesitas). Pada penderita diabetes tipe 2, pengontrolan kadar gula darah dapat
dilakukan dengan beberapa tindakan seperti diet, penurunan berat badan, dan pemberian tablet
diabetik. Apabila dengan pemberian tablet belum maksimal respon penanganan level gula dalam
darah, maka obat suntik mulai dipertimbangkan untuk diberikan.
Kadar Gula Dalam Darah
Normalnya kadar gula dalam darah berkisar antara 70 - 150 mg/dL {millimoles/liter (satuan unit
United Kingdom)} atau 4 - 8 mmol/l {milligrams/deciliter (satuan unit United State)}, Dimana 1
mmol/l = 18 mg/dl.
Namun demikian, kadar gula tentu saja terjadi peningkatan setelah makan dan mengalami
penurunan diwaktu pagi hari bangun tidur. Seseorang dikatakan mengalami hyperglycemia
apabila kadar gula dalam darah jauh diatas nilai normal, sedangkan hypoglycemia adalah suatu
kondisi dimana seseorang mengalami penurunan nilai gula dalam darah dibawah normal.
Diagnosa Diabetes dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan gula darah puasa mencapai level 126
mg/dl atau bahkan lebih, dan pemeriksaan gula darah 2 jam setelah puasa (minimal 8 jam)
mencapai level 180 mg/dl. Sedangkan pemeriksaan gula darah yang dilakukan secara random
(sewaktu) dapat membantu diagnosa diabetes jika nilai kadar gula darah mencapai level antara
140 mg/dL dan 200 mg/dL, terlebih lagi bila dia atas 200 mg/dl.
Banyak alat test gula darah yang diperdagangkan saat ini dan dapat dibeli dibanyak tempat
penjualan alat kesehatan atau apotik seperti Accu-Chek, BCJ Group, Accurate, OneTouch
UltraEasy machine. Bagi penderita yang terdiagnosa Diabetes Mellitus, ada baiknya bagi mereka
jika mampu untuk membelinya.
Pengobatan dan Penanganan Penyakit Diabetes
Penderita diabetes tipe 1 umumnya menjalani pengobatan therapi insulin (Lantus/Levemir,
Humalog, Novolog atau Apidra) yang berkesinambungan, selain itu adalah dengan berolahraga
secukupnya serta melakukan pengontrolan menu makanan (diet).
Pada penderita diabetes mellitus tipe 2, penatalaksanaan pengobatan dan penanganan difokuskan
pada gaya hidup dan aktivitas fisik. Pengontrolan nilai kadar gula dalam darah adalah menjadi
kunci program pengobatan, yaitu dengan mengurangi berat badan, diet, dan berolahraga. Jika hal
ini tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka pemberian obat tablet akan diperlukan. Bahkan
pemberian suntikan insulin turut diperlukan bila tablet tidak mengatasi pengontrolan kadar gula
darah.
Diabetes Articles : diabetes-mellitus-dm.blogspot.com
DIABETES MELITUS
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hyperglikemia (kadar gula darah tinggi) yang kronik disertai berbagai kelainan meta
bolik akibat gangguan hormonal.
Akibat gangguan hormonal tsb dapat
menimbulkan komplikasi pada mata se
perti katarak ,ginjal (nefropati) ,saraf
dan pembuluh darah.
Ada dua type DM ,yang pertama adalah
yang tergantung dengan insulin ,type ini biasanya
disebabkan karena destruksi
dari sel beta langerhans akibat proses
auto imun.
Sedangkan type yang kedua adalah DM yang tidak tergantung
pengobatan.
Diabetes mellitus
Klasifikasi dan bahan-bahan eksternal
ICD-10
ICD-9
MedlinePlus
eMedicine
MeSH
E10.E14.
250
001214
med/546 emerg/134
C18.452.394.750
Lingkaran biru, adalah simbol bagi diabetes mellitus, sebagaimana pita merah
untuk AIDS.[1]
atau keduanya.
Berbagai penyakit, sindrom dan simtoma dapat terpicu oleh diabetes mellitus, antara lain:
Alzheimer, ataxia-telangiectasia, sindrom Down, penyakit Huntington, kelainan mitokondria,
distrofi miotonis, penyakit Parkinson, sindrom Prader-Willi, sindrom Werner, sindrom Wolfram,
[3]
leukoaraiosis, demensia,[4] hipotiroidisme, hipertiroidisme, hipogonadisme,[5] dan lain-lain.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Gejala umum
2 Klasifikasi
3 Penyebab
4 Diagnosa
8 Komplikasi
o
8.2 Hipoglikemi
9 Penanganan
10 Lihat pula
12 Pranala luar
dan setelah jangka panjang tanpa perawatan memadai, dapat memicu berbagai komplikasi
kronis, seperti:
gangguan pada sistem saraf hingga disfungsi saraf autonom, foot ulcer,
amputasi, charcot joint dan disfungsi seksual,
dan gejala lain seperti dehidrasi, ketoasidosis, ketonuria dan hiperosmolar non-ketotik yang
dapat berakibat pada stupor dan koma.
Kata diabetes mellitus itu sendiri mengacu pada simtoma yang disebut glikosuria, atau kencing
manis, yang terjadi jika penderita tidak segera mendapatkan perawatan.
[sunting] Klasifikasi
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan bentuk diabetes mellitus berdasarkan
perawatan dan simtoma:[2]
1. Diabetes tipe 1, yang meliputi simtoma ketoasidosis hingga rusaknya sel beta
di dalam pankreas yang disebabkan atau menyebabkan autoimunitas, dan
bersifat idiopatik. Diabetes mellitus dengan patogenesis jelas, seperti fibrosis
sistik atau defisiensi mitokondria, tidak termasuk pada penggolongan ini.
2. Diabetes tipe 2, yang diakibatkan oleh defisiensi sekresi insulin, seringkali
disertai dengan sindrom resistansi insulin
3. Diabetes gestasional, yang meliputi gestational impaired glucose tolerance,
GIGT dan gestational diabetes mellitus, GDM.
dan menurut tahap klinis tanpa pertimbangan patogenesis, dibuat menjadi:
4. Insulin requiring for survival diabetes, seperti pada kasus defisiensi peptidaC.
5. Insulin requiring for control diabetes. Pada tahap ini, sekresi insulin
endogenus tidak cukup untuk mencapai gejala normoglicemia, jika tidak
disertai dengan tambahan hormon dari luar tubuh.
Kelas empat pada tahap klinis serupa dengan klasifikasi IDDM (bahasa Inggris: insulindependent diabetes mellitus), sedang tahap kelima dan keenam merupakan anggota klasifikasi
NIDDM (bahasa Inggris: non insulin-dependent diabetes mellitus). IDDM dan NIDDM
merupakan klasifikasi yang tercantum pada International Nomenclature of Diseases pada tahun
1991 dan revisi ke-10 International Classification of Diseases pada tahun 1992.
Klasifikasi Malnutrion-related diabetes mellitus, MRDM, tidak lagi digunakan oleh karena,
walaupun malnutrisi dapat memengaruhi ekspresi beberapa tipe diabetes, hingga saat ini belum
ditemukan bukti bahwa malnutrisi atau defisiensi protein dapat menyebabkan diabetes. Subtipe
MRDM; Protein-deficient pancreatic diabetes mellitus, PDPDM, PDPD, PDDM, masih
dianggap sebagai bentuk malnutrisi yang diinduksi oleh diabetes mellitus dan memerlukan
penelitian lebih lanjut. Sedangkan subtipe lain, Fibrocalculous pancreatic diabetes, FCPD,
diklasifikasikan sebagai penyakit pankreas eksokrin pada lintasan fibrocalculous pancreatopathy
yang menginduksi diabetes mellitus.
Klasifikasi Impaired Glucose Tolerance, IGT, kini didefinisikan sebagai tahap dari cacat regulasi
glukosa, sebagaimana dapat diamati pada seluruh tipe kelainan hiperglisemis. Namun tidak lagi
dianggap sebagai diabetes.
Klasifikasi Impaired Fasting Glycaemia, IFG, diperkenalkan sebagai simtoma rasio gula darah
puasa yang lebih tinggi dari batas atas rentang normalnya, tetapi masih di bawah rasio yang
ditetapkan sebagai dasar diagnosa diabetes.
[sunting] Penyebab
Kemungkinan induksi diabetes tipe 2 dari berbagai macam kelainan hormonal, seperti hormon
sekresi kelenjar adrenal, hipofisis dan tiroid merupakan studi pengamatan yang sedang laik daun
saat ini. Sebagai contoh, timbulnya IGT dan diabetes mellitus sering disebut terkait oleh
akromegali dan hiperkortisolisme atau sindrom Cushing.
Hipersekresi hormon GH pada akromegali dan sindrom Cushing sering berakibat pada resistansi
insulin, baik pada hati dan organ lain, dengan simtoma hiperinsulinemia dan hiperglisemia, yang
berdampak pada penyakit kardiovaskular dan berakibat kematian.[7]
GH memang memiliki peran penting dalam metabolisme glukosa dengan menstimulasi
glukogenesis dan lipolisis, dan meningkatkan kadar glukosa darah dan asam lemak. Sebaliknya,
insulin-like growth factor 1 (IGF-I) meningkatkan kepekaan terhadap insulin, terutama pada otot
lurik. Walaupun demikian, pada akromegali, peningkatan rasio IGF-I tidak dapat menurunkan
resistansi insulin, oleh karena berlebihnya GH.
Terapi dengan somatostatin dapat meredam kelebihan GH pada sebagian banyak orang, tetapi
karena juga menghambat sekresi insulin dari pankreas, terapi ini akan memicu komplikasi pada
toleransi glukosa.
Sedangkan hipersekresi hormon kortisol pada hiperkortisolisme yang menjadi penyebab obesitas
viseral, resistansi insulin, dan dislipidemia, mengarah pada hiperglisemia dan turunnya toleransi
glukosa, terjadinya resistansi insulin, stimulasi glukoneogenesis dan glikogenolisis. Saat
bersinergis dengan kofaktor hipertensi, hiperkoagulasi, dapat meningkatkan risiko
kardiovaskular.
Hipersekresi hormon juga terjadi pada kelenjar tiroid berupa tri-iodotironina dengan
hipertiroidisme yang menyebabkan abnormalnya toleransi glukosa.
Pada penderita tumor neuroendokrin, terjadi perubahan toleransi glukosa yang disebabkan oleh
hiposekresi insulin, seperti yang terjadi pada pasien bedah pankreas, feokromositoma,
glukagonoma dan somatostatinoma.
Hipersekresi hormon ditengarai juga menginduksi diabetes tipe lain, yaitu tipe 1. Sinergi hormon
berbentuk sitokina, interferon-gamma dan TNF-, dijumpai membawa sinyal apoptosis bagi sel
beta, baik in vitro maupun in vivo.[8] Apoptosis sel beta juga terjadi akibat mekanisme Fas-FasL,
[9][10]
dan/atau hipersekresi molekul sitotoksik, seperti granzim dan perforin; selain hiperaktivitas
sel T CD8- dan CD4-.[10]
[sunting] Diagnosa
DM
>2
00
Darah kapiler
<90
>2
00
90 - 199
>1
26
Darah kapiler
<90
90 - 109
>1
10
metformin), dan pada hakekatnya menipis pembalasan hormon insulin ( e.g., thiazolidinediones).
Jika ini gagal, ilmu pengobatan hormon insulin akan jadilah diperlukan untuk memelihara
normal atau dekat tingkatan glukosa yang normal. Suatu cara hidup yang tertib tentang cek
glukosa darah direkomendasikan dalam banyak kasus, paling terutama sekali dan perlu ketika
mengambil kebanyakan pengobatan.
Sebuah zat penghambat dipeptidyl peptidase 4 yang disebut sitagliptin, baru-baru ini
diperkenankan untuk digunakan sebagai pengobatan diabetes mellitus tipe 2.[19] Seperti zat
penghambat dipeptidyl peptidase 4 yang lain, sitagliptin akan membuka peluang bagi
perkembangan sel tumor maupun kanker.[20][21]
Sebuah fenotipe sangat khas ditunjukkan oleh NIDDM pada manusia adalah defisiensi
metabolisme oksidatif di dalam mitokondria[22] pada otot lurik.[23][24] Sebaliknya, hormon triiodotironina menginduksi biogenesis di dalam mitokondria dan meningkatkan sintesis ATP
sintase pada kompleks V, meningkatkan aktivitas sitokrom c oksidase pada kompleks IV,
menurunkan spesi oksigen reaktif, menurunkan stres oksidatif,[25] sedang hormon melatonin akan
meningkatkan produksi ATP di dalam mitokondria serta meningkatkan aktivitas respiratory
chain, terutama pada kompleks I, III dan IV.[26] Bersama dengan insulin, ketiga hormon ini
membentuk siklus yang mengatur fosforilasi oksidatif mitokondria di dalam otot lurik.[27] Di sisi
lain, metalotionein yang menghambat aktivitas GSK-3beta akan mengurangi risiko defisiensi
otot jantung pada penderita diabetes.[28][29][30]
Simtoma yang terjadi pada NIDDM dapat berkurang dengan dramatis, diikuti dengan
pengurangan berat tubuh, setelah dilakukan bedah bypass usus. Hal ini diketahui sebagai akibat
dari peningkatan sekresi hormon inkretin, namun para ahli belum dapat menentukan apakah
metoda ini dapat memberikan kesembuhan bagi NIDDM dengan perubahan homeostasis
glukosa.[31]
Pada terapi tradisional, flavonoid yang mengandung senyawa hesperidin dan naringin, diketahui
menyebabkan:[32]
penurunan rasio plasma asam lemak dan kadar trigliserida pada hati
penurunan rasio plasma dan kadar kolesterol dalam hati, antara lain dengan
menekan 3-hydroxy-3-methylglutaryl-coenzyme reductase, asil-KoA,
kolesterol asiltransferase
[sunting] Komplikasi
Komplikasi jangka lama termasuk penyakit kardiovaskular (risiko ganda), kegagalan kronis
ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan retina yang dapat menyebabkan kebutaan, serta
kerusakan saraf yang dapat menyebabkan impotensi dan gangren dengan risiko amputasi.
Komplikasi yang lebih serius lebih umum bila kontrol kadar gula darah buruk.
[sunting] Ketoasidosis diabetikum
Pada penderita diabetes tipe I, gejalanya timbul secara tiba-tiba dan bisa berkembang dengan
cepat ke dalam suatu keadaan yang disebut dengan ketoasidosis diabetikum. Kadar gula di dalam
darah adalah tinggi tetapi karena sebagian besar sel tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin,
maka sel-sel ini mengambil energi dari sumber yang lain. Sel lemak dipecah dan menghasilkan
keton, yang merupakan senyawa kimia beracun yang bisa menyebabkan darah menjadi asam
(ketoasidosis). Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum adalah rasa haus dan sering kencing,
mual, muntah, lelah dan nyeri perut (terutama pada anak-anak). Pernafasan menjadi dalam dan
cepat karena tubuh berusaha untuk memperbaiki keasaman darah. Bau nafas penderita tercium
seperti bau aseton. Tanpa pengobatan, ketoasidosis diabetikum bisa berkembang menjadi koma,
kadang dalam waktu hanya beberapa jam. Bahkan setelah mulai menjalani terapi insulin,
penderita diabetes tipe I bisa mengalami ketoasidosis jika mereka melewatkan satu kali
penyuntikan insulin atau mengalami stres akibat infeksi, kecelakaan atau penyakit yang serius.
Penderita diabetes tipe II bisa tidak menunjukkan gejala selama beberapa tahun. Jika kekurangan
insulin semakin parah, maka timbullah gejala yang berupa sering kencing dan haus. Jarang
terjadi ketoasidosis.[rujukan?] Jika kadar gula darah sangat tinggi (sampai lebih dari 1.000 mg/dL,
biasanya terjadi akibat stres-misalnya infeksi atau obat-obatan), maka penderita akan mengalami
dehidrasi berat, yang bisa menyebabkan kebingungan mental, pusing, kejang dan suatu keadaan
yang disebut koma hiperglikemik-hiperosmolar non-ketotik.[rujukan?]
[sunting] Hipoglikemi
[sunting] Penanganan
Pasien yang cukup terkendali dengan pengaturan makan saja tidak mengalami kesulitan kalau
berpuasa. Pasien yang cukup terkendali dengan obat dosis tunggal juga tidak mengalami
kesulitan untuk berpuasa. Obat diberikan pada saat berbuka puasa. Untuk yang terkendali dengan
obat hipoglikemik oral (OHO) dosis tinggi, obat diberikan dengan dosis sebelum berbuka lebih
besar daripada dosis sahur. Untuk yang memakai insulin, dipakai insulin jangka menengah yang
diberikan saat berbuka saja. Sedangkan pasien yang harus menggunakan insulin (DMTI) dosis
ganda, dianjurkan untuk tidak berpuasa dalam bulan Ramadhan.[6]
Diabetes insipidus
Atorvastatin
Lektin
makroalbuminuria (99%). Blood test for serum creatinin showed 89% with serum
creatinin <2 mg/dl and 11% with
serum creatinin >2 mg/dl. Another chronic complication were neuropathy
(10.1%); cataract (10.4%); background
retinopathy (8.6%), healed ulcer (3%), stroke (2%), leg amputation (1%), absence
of foot pulse (1%), acute
ulcer/gangrene (1%), myocard infard/CABG/angioplasty (1%).
Keywords: diabetes mellitus, diabetes control, diabetes management, late
complication.
PENDAHULUAN
Diabetes melitus (DM) saat ini merupakan
penyakit yang banyak dijumpai dengan prevalensi
diseluruh dunia 4%. Prevalensinya akan terus
meningkat dan diperkirakan pada tahun 2025 akan
mencapai 5,4% WHO memperkirakan di Cina dan
India pada tahun jumlahnya akan mencapai 50
juta. Di meskipun belum didapat data yang resmi
diperkirakan prevalensinya akan terus meningkat.
Penatalaksanaan Pasien Diabetes Melitus Di Poliklinik Rumah Sakit Sanglah Denpasar
Losen Adnyana, Hensen, Anak Agung Gde Budhiarta
187
Mean SD
Umur(th) 59,4 9,4
Lama menderita DM (th) 59,4 9,4
Berat badan (kg) 2,1 1,0
Tinggi badan (m) 63,7 10,6
Lingkar perut (cm) 1,6 0,07
IMT 89,68,7
Tekanan darah sistolik (mmHg) 25,1 33
Tekanan darah diastolik (mmHg) 136,2 20,1
Glukosa puasa (mg/dl) 78,4 9,8
Glukosa 2jam PP(mg/dl) 143,5 59,7
Kol- total (mg/dl) 198,2 79,8
Trigliserida (mg/<H) 207,7 48,9
Kol-HDL (mg/dl) 49,7 17,6
Kol-UL(mg/dl) 129.2 39,0
AIC(%) 7,4 1.9
188
3 September 2006
Tipe DM Kelamin
1 2 DMG n Laki Wanita
N rr (%)
(%) (%) (%) (%) (%)
100 100.0 4 95 1 65,9 35,0
onset
Faktor Risiko
Kebanyakan pendeirta tidak perokok (88%) dan
tidak minum alkohol (96%)
189
Perokok Alkohol*
n rr(%) Ya
(%)
Tidak
(%)
?
(%)
n rr(%) Ya
(%)
Tidak
(%)
?
(%)
100 100.0 12 88 0.0 100 100.0 4 96.0 0.0
Kriteria pengendalian5
Untuk BSN : baik (80-109 mg/dl); sedang (110-125 mg/dl); buruk
(126 mg/dl)
Untuk 2 jPP: baik (80-144 mg/dl); sedang (145-179 mg/dl); buruk
(180 mg/dl)
A1C (mg/dl)*
n rr(%)
Baik (%) Sedang (%) Buruk (%)
100 100.0 40 32 28
Kriteria pengendalian5
Baik : < 6,5; Sedang: 6-5-8% ; Buruk : > 8%
100 74,0 50 50
* Kriteria pengendalian 5
Pengendalian baik apabila kol-HDL > 45 mg/dl
Kol-LDL(mg/dl)*
n rr(%)
Baik (%) Sedang (%) Buruk (%)
100 74,0 27,0 21,6 51,4
* Kriteria pengendalian 5
Baik < 100 mg/dl; Sedang 100-129 mg/dl; Buruk 130 mg/dl
Kol-total(mg/dl)*
n rr(%)
Baik (%) Sedang (%) Buruk (%)
100 74,0 45,9 28,4 25,7
* Kriteria pengendalian 5
Baik < 100 mg/dl; Sedang 200-239 mg/dl; Buruk 240 mg/dl
Trigliserida(mg/dl)*
n rr(%)
Baik (%) Sedang (%) Buruk (%)
100 74,0 67,6 20,3 12,2
* Kriteria pengendalian 5
Baik < 150 mg/dl; Sedang 150-199 mg/dl; Buruk 200 mg/dl
190
3 September 2006
Fungsi ginjal
Evaluasi terhadap rungsi ginjal dilakukan
den-gan pemeriksaan tes mikral untuk mendeteksi
mikro-albuminuria, protein dipstik untuk protein
uria dan serum kreatinin. Tes mikral dikerjakan
191
PEMBAHASAN
Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang
memerlukan perawatan medis dan penyuluhan
untuk self management yang berkesinambungan
untuk mencegah komplikasi akut maupun kronis.
Untuk mencegah dan menghambat komplikasi
mikrovaskuler dan makrovaskuler,
penatalaksanaan diabetes ditujukan untuk
pengendalian faktor metabolik dan faktor risiko
kardiovaskuler.4 Kontrol glukosa darah
192
3 September 2006
193