Anda di halaman 1dari 14

Diabetes Melitus Gestasional

Natalia
102012391 F7
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara no. 6 Jakarta Barat 11510
email: me_donat@yahoo.com

Pendahuluan
Secara umum, DM pada kehamilan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu DM yang
memang sudah diketahui sebelumnya dan kemudian menjadi hamil (DM pragestasional) dan
DM yang baru ditemukan saat hamil (DM gestasional).
Diabetes Melitus Gestasional adalah tipe diabetes yang berkembang atau terdiagnosis
pertama kali selama kehamilan. Diabetes gestasional bukan disebabkan oleh berkurangnya
produksi insulin. Namun, lebih berhubungan dengan perubahan normal pada metabolisme
glukosa yang merangsang pertumbuhan janin. Human Placental Lactogen (HPL), suatu
hormon kehamilan, mengurangi efek insulin sehingga membebaskan lebih banyak glukosa
untuk pertumbuhan janin. Pada beberapa wanita, responnya terhadap HPL tidak seimbang
sehingga menyebabkan terbentuknya kadar glukosa darah yang sangat tinggi. Deteksi dini
dan pengobatan yang tepat untuk diabetes gestational dapat membantu mencegah timbulnya
masalah yang sama dengan pada wanita yang mengalami diabetes pra gestasional. Pada saat
ini di sentra yang maju pasien diabetes melitus hamil diperlakukan sebagai kehamilan dengan
resiko tinggi, karena itu perlu penatalaksanaan terpadu antara ahli penyakit dalam, ahli
obstetri-ginekologi dan ahli gizi. Dengan penatalaksanaan diabetes miletus yang semakin
baik, komplikasi perinatal akan lebih ditentukan oleh keadaan normoglikemi sebelum dan
selama hamil.1,2
Anamnesis
Merupakan suatu bentuk wawancara antara dokter dan pasien dengan memperhatikan
petunjuk-petunjuk verbal dan non verbal mengenai riwayat penyakit pasien. Anamnesis bisa
dilakukan pada pasien itu sendiri yang disebut auto anamnesa apabila pasien dalam kondisi
sadar dan baik, bisa juga melalui keluarga terdekat atau orang yang bersama pasien selama ia
sakit apabila pasien dalam kondisi tidak sadar atau kesulitan berbicara disebut dengan allo
anamnesa. Dengan dilakukanya anamnesis maka 70% diagnosis dapat ditegakkan. Hal yang
perlu ditanyakan dokter pada saat anamnesis antara lain:
1

o Identitas: Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan, agama, dan suku
bangsa.
o Riwayat penyakit sekarang: Keluhan utama yang menyebabkan pasien dibawa berobat
beserta dengan onset, lokasi, kronologis, kualitas, kuantitas, gejela penyerta, keluhan lain,
dan faktor pemberat atau memperingan penyakit dari pasien. Pertanyaan yang bisa
-

ditanyakan sesuai kasus adalah:


Apakah ini kehamilan pertama kali? Pernahkah abortus sebelumnya?
Apakah pasien banyak makan, minum, dan banyak kencing?
Apakah pernah dirawat dengan penurunan kesadaran karena lupa makan setelah minum

obat?
Apakah pernah dirawat dengan penurunan kesadaran karena diare berlebihan?
Apakah adanya buram, katarak, buta, retinopati, atau glaucoma?
Apakah ada kesemutan, sakit maag dan impotensi?
Apakah ada bengkak pada kaki?
Apakah sering merasa lemas?
apakah ada luka yang sukar sembuh, jaringan parut pada kulit dan luka yang bau?
Apakah ada batuk lebih dari tiga minggu?
Adakah gejala lain seperti gatal? (tanyakan lokasi, onset, pernah digaruk)
Adakah peningkatan atau penurunan berat badan?
Riwayat penyakit dahulu: Keluhan seputar apakah dulu pernah menagalami sakit yang
sama seperti saat ini, apakah ada penyakit lain sebelumnya dan juga jenis obat apa yang
pernah dikonsumsi sebelumnya (tanyakan penyakit atau keluhan yang serupa, darah
tinggi, kencing manis, asam urat, kolesterol tinggi, penyakit jantung dan pernah

pengobatan apa saja).


o Riwayat penyakit keluarga: Apakah ada keluarga ayau kerabat dekat yang pernah
mengalami gangguan yang sama.
o Riwayat sosial dan lingkungan: Pekerjaan, aktivitas sehari-hari, makan asin, makan
masakan tinggi lemak, merokok, minum alkohol, berolahraga rutin berapa kali.
Pada anamnesis didapatkan seorang wanita berusia 31 tahun G1P0A0 dengan usia
gestasional 25 minggu mengeluh sering lemas-lemas sejak 2 minggu yang lalu. Saat
malam sulit tidur karena terbangun tiap 2-3 jam untuk BAK, leher sering terasa kering
sehingga sering minum 7-8 gelas air dari jam 22:00 06:00 pagi. Pasien juga mengeluh
adanya gatal pada daerah kemaluan dan peningkatan berat badan 50kg menjadi 57kg
dalam 1 bulan.3
Pemeriksaan Fisik
Untuk mengetahui keadaan umum ibu, sejauh mana keluhan yang dirasakan ibu,
mempengaruhi kondisi kesehatan ibu secara umum. Biasanya pada ibu DMG ibu akan
tampak cemas, gelisah. Keadaan Umum untuk mengetahui bagaimana keadaan umum pasien
2

apakah tampak sakit ringan, sedang, atau berat. Kesadaran Untuk mengetahui bagaimana
tingkat kesadaran pasien. TTV (Tandatanda Vital) Untuk mengetahui keadaan tekanan
darah, suhu, nadi, respirasi sehubungan dengan keluhan yang dirasakan ibu.
Berat badan dan tinggi badan: Untuk mengetahui seberapa besar lonjakan kenaikan
berat badan ibu, hal ini sebagai pendeteksi utama untuk mengetahui ibu DM atau tidak,
karena kenaikan berat badan yang cepat akan menimbulkan komplikasi DMG.
Anogenital:

Pemeriksaan

dilakukan

apabila

ibu

mengalami

keluhan

yang

berhubungan alat reproduksinya. misalnya pada ibu DMG mengalami infeksi saluran kemih
yang diakibatkan karena perubahan sistem imunitas atau pertahanan tubuhnya, juga mereka
yang menderita penyakit yang menekan sistem daya tahan tubuh.
Mata, dokter harus bisa melakukan pemeriksaan awal pada mata. Penggunaan
oftalmoskopi diperlukan untuk melihat keadaan retina.
Pemeriksaan Ekstremitas: Ulkus diabetes mempunyai kecenderungan terjadi pada
beberapa daerah yang menjadi tumpuan beban terbesar, seperti tumit, area kaput metatarsal di
telapak, ujung jari yang menonjol (pada jari pertama dan kedua). Ulkus dapat timbul pada
malleolus karena pada daerah ini sering mendapatkan trauma.4
Dalam skenario terdapat pemeriksaan fisik dengan tekanan darah 130/80, Heart rate
78 kali/menit dan yang lain dalam batas normal.
Pemeriksaan Penunjang
Periksaan urine lengkap: Untuk mengetahui apakah ada kandungan glukosa pada
urine sehingga menunjang untuk ditegakkannya diagnose DMG pada ibu hamil.
Periksa kadar kolesterol trigliserida: Makan yang banyak mengandung kolesterol
harus dikurangi pada wanita hamil karna hanya memperburuk keadaan jika ibu itu DMG.
Pemeriksaan infeksi TORCH: Untuk mendeteksi apakah ibu hamil tersebut
mengalami infeksi pada trimester petama, karena apabila terjadi infeksi janin akan
mengalami cacat bawaan.
Untuk deteksi DM: pemeriksaan glukosa darah/hiperglikemia (puasa, 2 jam setelah
makan/post prandial/PP) dan setelah pemberian glukosa per-oral (TTGO). Dapat juga
dilakukan pemeriksaan HbA1C.
Sampling untuk Pemeriksaan Kadar Gula Darah
Untuk glukosa darah puasa, pasien harus berpuasa 6-12 jam sebelum diambil
darahnya. Setelah diambil darahnya, penderita diminta makan makanan seperti yang biasa dia
makan/minum glukosa per oral (75 gr ) untuk TTGO, dan harus dihabiskan dalam waktu 15-

20 menit. Dua jam kemudian diambil darahnya untuk pemeriksaan glukosa 2 jam PP. Darah
disentrifugasi untuk mendapatkan serumnya, kemudian diperiksa kadar glukosanya.
Bila pemeriksaan tidak langsung dilakukan (ada penundaan waktu), darah dari
penderita bisa ditambah dengan antiglikolitik (gliseraldehida, fluoride, dan iodoasetat) untuk
menghindari terjadinya glukosa darah yang rendah palsu. Ini sangat penting untuk diketahui
karena kesalahan pada fase ini dapat menyebabkan hasil pemeriksaan gula darah tidak sesuai
dengan sebenarnya, dan akan menyebabkan kesalahan dalam penatalaksanaan penderita DM.4
Dalam skenario terdapat hasil pemeriksaan GD puasa: 130mg/dL, GD 2 jam pp: 150mg/dL,
dan pada urin rutin terdapat keton (+).
Working Diagnosis
Diabetes melitus gestasional (DMG) didefinisikan sebagai suatu keadaan intoleransi
glukosa atau karbohidrat dengan derajat yang bervariasi yang terjadi atau pertama kali
ditemukan pada saat kehamilan berlangsung. Gestational diabetes mempengaruhi 3-10% dari
kehamilan, tergantung pada populasi yang diteliti. Tidak ada penyebab khusus telah
diidentifikasi, namun diyakini bahwa hormon yang dihasilkan selama kehamilan
meningkatkan ketahanan wanita terhadap insulin, sehingga toleransi glukosa terganggu.
Wanita dengan diabetes gestasional berada pada peningkatan risiko diabetes melitus tipe 2
setelah kehamilan, serta memiliki insiden yang lebih tinggi dari bagian pre-eclampsia dan
cesar, keturunan mereka yang rentan terhadap mengembangkan obesitas, diabetes tipe 2 di
kemudian hari. Kebanyakan pasien diobati hanya dengan modifikasi diet dan olahraga
moderat tetapi beberapa anti-diabetes obat, termasuk insulin.3
Keadaan ibu dan anak pada wanita DM hamil tergantung pada berat dan lamanya
perlangsungan penyakit. Klasifikasi Priscilla White terutama menitik beratkan pada umur saat
diketahuinya DM, lamanya mengidap DM dan adanya komplikasi vaskuler khususnya retinorenal. Klasifikasi ini awalnya digunakan untuk meramalkan prognosis perinatal dan untuk
menentukan penanganan obstetrinya. Karena mortalitas perinatal menurun secara tajam pada
semua klasifikasi, maka sistem ini digunakan sampai sekarang terutama untuk
menggambarkan dan membandingkan populasi DM hamil. Klasifikasi White menekankan
bahwa kerusakan target organ khususnya mata, ginjal, jantung mempunyai akibat yang sangat
berarti pada anak. Klasifikasi DMG yang direkomendasikan oleh American College of
Obstetricians and Gynecologists pada tahun 1994 adalah klasifikasi sebagai berikut:

Class

B
C
D
F
R

Gestational
Gestational
Age of Onset (yr)
Over 20
10 - 19
Before 10
Any
Any

Fasting Plasma
Glucose
< 105 mg/dL
> 105 mg/dL
Duration (yr)
< 10
10 -19
> 20
Any
Any

Any

Any

A1
A2
Class

Onset

2-hour postprandial
Glucose
< 120 mg/dL
> 120 mg/dL
Vascular Disease
None
None
Benign Retinopathy
Nephropathy*
Proliperative retinopathy
Heart

Therapy
Diet
Insullin
Therapy
Insulin
Insulin
Insulin
Insulin
Insulin
Insulin

Tabel 1. Klasifikasi DM hamil menurut White6

Selanjutnya Pyke dari Kings College Hospital London membuat klasifikasi yang
sederhana dimana DM hamil hanya dibagi atas tiga kelompok, yaitu:
1. Mereka yang DM diketahui saat hamil yang identik dengan DM gestasi.
2. DM pragestasi yang tanpa komplikasi atau dengan komplikasi ringan.
3. DM pragestasi yang disertai denngan komplikasi berat seperti nefropati, retiopati dan
penyakit jantung koroner.
Pada saat ini terdapat dua kriteria diagnosis yaitu American Diabetes Association
(ADA) dan kriteria diagnosis dari WHO. Skrining selektif seharusnya digunakan pada
diabetes gestasional seperti skrining diabetes pada umumnya. Teknik skrining dianjurkan bagi
semua wanita hamil menurut American Diabetes Association (2005) dengan menggunakan:

Pasien diberikan 50 g beban glukosa oral, dan kadar gula darahnya diperiksa 1 jam
kemudian. Biar kadar glukosa plasma > 140 mg/dl maka perlu dilanjutkan dengan tes
toleransi glukosa 3 jam atau 2 jam. Tes ini cukup efektif untuk mengidentifikasikan

wanita dengan diabetes gestasional.


Tes toleransi glukosa oral adalah tes dimana pasien diberikan 100g beban glukosa (TTGO
3 jam pp) atau 75g (TTGO 2 jam pp) oral, kemudian diperiksa kadar gula darahnya
dengan hasil pada pasien normal:
Pemeriksaan

Kadar Gula darah (mg/dl)

puasa

<95

Jam 1

<180

Jam 2

<155

Jam 3

<140

Tabel 2. Tes Beban Glukosa Oral (American Diabetes Association, 2005)2

Bila ditemukan 2 nilai abnormal maka ibu tersebut menderita diabetes melitus. Tes tersebut
dilakukan pada awal kehamilan kemudian diulang lagi pada usia kehamilan 34 minggu.
World

Health

Organization

(WHO)

merekomendasikan

kriteria

diagnostik

menggunakan tes beban glukosa oral 75 g. Diabetes gestasional didiagnosis bila:


Pemeriksaan

Kadar Gula darah (mg/dl)

Puasa

>126

Jam 2

>200
Tabel 3. Tes Beban Glukosa Oral (WHO)2

Penyaringan menurut WHO sama dengan populasi bukan wanita hamil. Dalam
keadaan berpuasa pada pagi hari, diambil contoh darah kemudian diberikan beban glukosa 75
gram. Contoh darah berikutnya diperiksa dua jam setelah beban glukosa. Kriteria diagnosis
yaitu 126 mg/dl atau/dan dua jam 200 mg/dl. Yang mempunyai kadar glukosa darah
puasa antara 110-126 mg% dan dua jam antara 140-200 mg% disebut toleransi glukosa
terganggu. Khusus untuk wanita hamil yang tergolong toleransi glukosa terganggu pun harus
dikelola sebagai DM.
Merekomendasikan skrining untuk mendeteksi Diabetes Gestasional:

Resiko rendah:

Tes glukosa darah tidak dibutuhkan apabila: angka kejadian diabetes gestasional pada daerah
tersebut rendah, tidak didapatkan riwayat diabetes pada kerabat dekat, usia <25 tahun, berat
badan normal sebelum hami, tidak memiliki riwayat metabolisme glukosa terganggu, tidak
ada riwayat obstetric terganggu sebelumnya.

Resiko sedang:

Dilakukan tes gula darah pada kehamilan 24-28 minggu terutama pada wanita dengan ras
Hispanik, Afrika, Amerika, Asia Timur, dan Asia Selatan.

Resiko tinggi:

Wanita dengan obesitas, riwayat keluarga dengan diabetes, mengalami glukosuria (air seni
mengandung glukosa).
Dilakukan tes gula darah secepatnya. Bila diabetes gestasional tidak terdiagnosis maka
pemeriksaan gula darah diulang pada minggu 24-28 kehamilan atau kapanpun ketika pasien
mendapat gejala yang menandakan keadaan hiperglikemia (kadar gula di dalam darah
berlebihan).

Penyaringan DMG yang dilakukan pada umur kehamilan muda akan memberikan
hasil tes nagetif yang terlalu tinggi, sebaliknya pada kehamilan yang terlalu tua
mengakibatkan keterlambatan pengobatan pada mereka yang DMG. Beberapa peneliti
menganjurkan penyaringan sebaiknya dimulai pada umur kehamilan 24 28 minggu. Pada
mereka yang mempunyai faktor risiko yang sangat mencurigakan sebaiknya penyaringan
dilakukan pada pertemuan pertama dan diulang kembali pada minggu gestasi ke- 24-28
apabila hasil tes negatif. Konsensus PERKENI menganjurkan penyaringan dilakukan sejak
pertemuan pertama dengan setiap pasien hamil.2,5
Gejala Klinik
o
o
o
o
o
o
o
o

Melalui hasil tes laboraturium, kadar gula darahnya berlebihan


Cepat merasa haus terus menerus
Sering buang air kecil, terutama pada malam hari
Mudah lelah
Sering mual
Mengalami infeksi pada kandung kemih, vagina maupun kulit
Penglihatan agak kabur
Setelah melahirkan biasanya bayi yang dilahirkan berukuran besar (giant baby).5

Diagnosa Banding
Diabetes mellitus tipe-1
Pada orang dengan diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat membuat insulin. Hormon ini
penting membantu sel-sel tubuh mengubah gula menjadi energi. Tanpa itu, gula menumpuk
dalam darah dan dapat mencapai tingkat berbahaya. Untuk menghindari komplikasi yang
mengancam jiwa, orang dengan diabetes tipe 1 harus mengambil beberapa cara memperoleh
insulin untuk seluruh hidup mereka. Gejala-gejala diabetes tipe 1 cenderung datang tiba- tiba
dan mungkin termasuk: Merasa lebih haus daripada biasanya, mulut kering, napas berbau,
sering buang air kecil, kehilangan berat badan. Diabetes tipe 1 sering mengarah ke:
penurunan berat badan terus menerus, meningkatkan nafsu makan, kurangnya energi,
mengantuk. Banyak orang dengan diabetes tipe 1 mempunyai kondisi kulit yang aneh,
termasuk: Infeksi bakteri, infeksi jamur, gatal, kulit kering, sirkulasi yang buruk. Gejala
ketika gula darah tidak dikontrol dapat menyebabkan gejala yang lebih serius, seperti: mati
rasa atau kesemutan di kaki, penglihatan kabur, gula darah yang rendah/hipoglikemia,
kehilangan kesadaran bahkan ketoacidosis.
Mendiagnosa Diabetes tipe 1: Tes darah sederhana dapat mendiagnosa diabetes.
Sebuah tes gula darah setelah berpuasa atau tes gula darah sewaktu (ditambah adanya gejala)
7

dapat digunakan. Tes HbA1C, yang mengungkapkan kadar gula darah rata-rata untuk 2-3
bulan terakhir, juga dapat digunakan. Tes harus diulang pada dua hari yang berbeda untuk
mendiagnosa diabetes. Tes toleransi glukosa juga akan membantu menentukan apakah
memiliki diabetes. Jika didiagnosis dengan diabetes tipe 1, mungkin dapat menentukan jenis
dengan memeriksa antibodi tertentu dalam darah.
Perawatan : Suntikan Insulin. Setiap orang dengan diabetes tipe 1 harus mendapat
insulin untuk membantu tubuh memproses gula darah. Kebanyakan pasien mendapat insulin
berupa suntikan dan perlu beberapa suntikan per hari. Tenaga kesehatan akan menjelaskan
bagaimana untuk menyesuaikan suntikan insulin berdasarkan hasil tes gula darah Anda.
Tujuannya adalah untuk menjaga kadar glukosa dalam kisaran normal.
Jika diabetes tipe 1 tidak terkontrol dan disaat kehamilan, dapat menyebabkan
komplikasi, termasuk cacat lahir. Mencapai kontrol gula darah yang baik sebelum konsepsi
menurunkan resiko keguguran dan cacat lahir ke tingkat yang sama dengan yang ada pada
populasi umum. Hal ini juga mengurangi resiko komplikasi, seperti tekanan darah sampai
tahap berbahaya dan kerusakan retina pada ibu.5,7
Diabetes mellitus tipe-2
Diabetes melitus tipe 2 adalah jenis yang paling banyak ditemukan (lebih dari 90%).
Timbul makin sering setelah umur 40 tahun. Diabetes tipe 2 ditandai dengan gangguan
sekresi insulin, resistensi insulin, produksi glukosa hati yang berlebihan, dan metabolisme
lemak yang abnormal. Obesitas, khususnya visceral atau pusat, sangat umum pada diabetes
melitus tipe 2. Pada tahap awal kelainan, toleransi glukosa masih dalam batas normal,
meskipun ada resistensi insulin, karena sel-sel beta pankreas mengimbanginya dengan
mengeluarkan insulin lebih banyak. Seiring dengan peningkatan resistensi insulin dan
kompensasi lewat hiperinsulinemia, pankreas pada individu tertentu tidak dapat
mempertahankan keadaan hyperinsulinemia. Toleransi Glukosa terganggu (TGT), ditandai
dengan peningkatan glukosa postprandial, dan kemudian memburuk. Penurunan sekresi
insulin dan peningkatan produksi glukosa hepatik menyebabkan diabetes dengan gambaran
hiperglikemia pada saat puasa.
Obesitas dapat menjadi penyebab terjadinya diabetes mellitus tipe 2 dikarenakan
obesitas ini dapat meningkatkan resistansi insulin ke suatu tahap yang tidak lagi dapat
dikompensasi dengan meningkatkan produksi insulin. Konsep resistansi insulin adalah
sebagai berikut: pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja
insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu,
8

kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus


membran sel. Pada pasien dengan diabetes tipe 2 terdapat kelainan dalam pengikatan insulin
dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang
responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara
komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa resistensi insulin yang berkaitan erat dengan obesitas menimbulkan stres berlebihan
pada sel beta yang akhirnya mengalami kegagalan dalam menghadapi peningkatan kebutuhan
insulin.2,7
Patofisiologi
Diabetes melitus gestational terjadi pada 4% wanita hamil, dapat kambuh pada
kehamilan berikutnya, dan cenderung sembuh setelah melahirkan. Pada kehamilan terjadi
resistensi insulin fisiologi akibat peningkatan hormon-hormon kehamilan (human placental
lactogen/ HPL, progeteron, kortisol, prolaktin) yang mencapai puncaknya pada trisemester
ketiga kehamilan. Tidak berbeda dengan patofisiologi DMT 2, pada DMG juga terjadi
gangguan sekresi sel beta pancreas. Kegagalan sel beta ini dipikirkan karena bebrapa hal
diantaranya: 1) autoimun, 2) kelainan genetik, dan 3) resistensi insulin kronik. Dalam
kehamilan

terjadi

perubahan

metabolisme

endokrin

dan

karbohidrat

yang

menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat
berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin
hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tak dapat mencapai janin, sehingga kadar
gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian kadar gula terutama
dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormon lain seperti estrogen, steroid dan
plasenta laktogen. Akibat lambatnya resorpsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang
relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin
meningkat sehingga mencapai 3 kali dari keadaan normal. Hal ini disebut sebagai tekanan
diabetogenik dalam kehamilan. Secara fisiologik telah terjadi resistensi insulin yaitu bila ia
ditambah dengan insulin eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemi. Akan tetapi, bila ibu
tidak mampu meningkatkan produksi insulin, sehingga ia relative hipoinsulin yang
menyebabkan hiperglikemia atau diabetes kehamilan. Resistensi insulin juga disebabkan
adanya hormon estrogen, progesteron, kortisol, prolaktin dan plasenta laktogen. Kadar
kortisol plasma wanita hamil meningkat dan mencapai 3 kali dari keadaan normal hal ini
mengakibatkan kebutuhan insulin menjadi lebih tinggi, demikian juga dengan human
plasenta laktogen (HPL) yang dihasilkan oleh plasenta yang mempunyai sifat kerja mirip
9

pada hormon tubuh yang bersifat diabetogenik. Pembentukan HPL meningkat sesuai dengan
umur kehamilan. Hormon tersebut mempengaruhi reseptor insulin pada sel sehingga
mempengaruhi afinitas insulin. Hal ini patut diperhitungkan dalam pengendalian diabetes.
Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di
mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan
resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu
bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi). Melalui difusi terfasilitasi
dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi
abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi).2,8
Etiologi
Pada saat seorang wanita hamil, ada beberapa hormon yang mengalami peningkatan
jumlah. Misalnya, hormon kortisol, estrogen, dan human placental lactogen (HPL). Ternyata
saat hamil, peningkatan jumlah hormon-hormon tersebut mempunyai pengaruh terhadap
fungsi insulin dalam mengatur kadar gula darah (glukosa). Kondisi ini menyebabkan kondisi
yang kebal terhadap insulin yang disebut sebagai insulin resistance. Saat fungsi insulin dalam
mengendalikan kadar gula dalam darah terganggu, jumlah gula dalam darah pasti akan naik.
Hal inilah yang kemudian menyebabkan seorang wanita hamil menderita diabetes
gestasional. Selain hal tersebut, ada beberapa faktor memperbesar terjadinya diabetes
gestasional pada ibu-ibu hamil. Faktor-faktor tersebut di antaranya adalah kegemukan,
obesitas, tekanan darah tinggi, pernah melahirkan bayi yang besar (lebih dari 4 kg), pernah
melahirkan bayi yang cacat, pernah mengalami diabetes gestasional sebelumnya, mempunyai
keluarga yang menderita diabetes, berasal dari suku bangsa tertentu (Afrika, latin, Asia, dan
Amerika), dan hamil saat berusia diatas 30 tahun.2
Epidemiologi
Insidens Diabetes Mellitus dalam kehamilan sekitar 2% - 3%. Dari kepustakaan lain
dikatakan bahwa diabetes mellitus terdapat pada 1-2% wanita hamil, dan hanya 10% dari
wanita tersebut yang diketahui menderita diabetes mellitus sebelum hamil, dengan demikian
dapat disimpulkan sebagian besar yang terjadi pada kehamilan adalah diabetes mellitus
gestational. Insidens DMG bervariasi antara 1,2 12%. Kepustakaan lain mengatakan 1
14%. Di Indonesia insidens DMG berkisar 1,9 -2,6%. Perbedaan insidens DMG ini terutama
disebabkan oleh karena perbedaan kriteria diagnosis materi penyaringan yang diperiksa. Di
Amerika Serikat insidens kira-kira

4%. Kejadian DMG juga sangat erat hubungannya


10

dengan ras dan budaya seseorang. Contoh yang khas adalah DMG pada orang kulit putih
yang berasal dari Amerika bagian barat hanya 1,5-2% sedangkan penduduk asli Amerika
yang berasal dari barat daya Amerika

mempunyai angka kejadian sampai 15%. Pada ras

Asia, Afrika Amerika dan Spanyol insidens DMG

sekitar 5-8% sedangkan

pada ras

Kaukasia sekitar 1,5%.2


Komplikasi
Tekanan darah tinggi, preeclampsia dan eclampsia. Gestational diabetes akan
meningkatkan resiko ibu untuk mengalami tekanan darah yang tinggi selama kehamilan. Hal
tersebut juga akan meningkatkan resiko ibu untuk terkena preeclampsia dan eclampsia, yaitu
2 buah komplikasi serius dari kehamilan yang menyebabkan naiknya tekanan darah & gejala
lain,yang dapat membahayakan ibu maupun sang buah hati.
Diabetes di kemudian hari. Jika mengalami gestational diabetes, maka kemungkinan
besar akan mengalami kembali pada kehamilan berikutnya. Selain itu, ibu juga beresiko
untuk menderita diabetes tipe 2 di kemudian hari. Akan tetapi dengan mengatur gaya hidup
seperti makan makanan yang bernutrisi & berolahraga dapat mengurangi resiko terkena
diabetes tipe 2 nantinya. Untuk wanita dengan riwayat gestational diabetes, yang berhasil
menurunkan berat badan hingga ideal setelah melahirkan, maka resikonya untuk terkena
diabetes tipe 2 hanya kurang dari 1 per 4 wanita.
Komplikasi pada janin. Makrosomia, Hambatan pertumbuhan janin dengan
komplikasi vaskular akan memberikan bayi dengan BB rendah pada kehamilan 37-40
minggu. Hal ini dapat terjadi juga karena adanya perubahan metabolik ibu di awal persalinan.
Cacat bawaan terjadi paling banyak pada kehamilan dengan Diabetes Gestational yang tidak
terpantau sebelum kehamilan dan pada trimester pertama. Hipoglikemi, hipokalsemi dan
hipomagnesia, hiperbilirubinemia. Komplikasi jangka panjang pada anak dapat terjadi
gangguan toleransi glukosa, diabetes dan obesitasn sedangkan pada ibu adalah gangguan
toleransi glukosa sampai DM.5
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan DMG sebaiknya dilaksanakan secara terpadu oleh spesialis penyakit
dalam, spesialis obstetrik ginekologi, ahli gizi dan spesialis anak. Tujuaan penatalaksanaan
adalah untuk menurunkan angkakesakitan dan kematian ibu, kesakitan dan kematian
perinatal. Pengobatan obat hipoglikemi oral sejauh ini tidak direkomendasikan. Beberapa ahli
tidak mutlak melarang OHO pada kehamilan untuk daerah terpencil. Penatalaksanaan harus
11

dimulai dengan terapi nutrisi medik yang diatur oleh ahli gizi. Secara umum, pada trimester
pertama tidak diperlukan penambahan asupan kalori. Sedangkan pada ibu hamil dengan berat
badan normal secara umum memerlukan tambahan 300 kcal pada trimester kedua dan ketiga.
Jumlah kalori yang dianjurkan adalah 30kcal/ berat badan saat hamil. Pada mereka yang
obesitas dengan IMT > 30kg/m2, maka pembatasan kalori perlu dilakukan yaitu jumlah kalori
hanya 25kcal/kgbb. Asupan karbohidrat sebaiknya terbagi sepanjang hari untuk mencegah
ketonemia yang berdampak pada perkembangan kognitif bayi. Aktifitas fisik selama
kehamilan seperti ergometer, senam erobik dan treadmil dapat memicu kontraksi uterus.
Maka dianjurkan untuk meraba perut semasa olahraga agar dapat mendeteksi kontraksi
subklinis dan bila ada segera menghentikan olahraganya. Dampak positif yang didapat dari
olah raga adanya penurunan A1c, glukosa puasa, dan 1 jam pp.
Sasaran glukosa darah yang ingin dicapai adalah konsentrasi glukosa plasma puasa
<105mg/dl dan dua jam setelah makan ,120mg/dl. Apabila sasaran tersebut tidak tercapai
maka perlu ditambahkan insulin. Beberapa klinik menganjurkan apabila konsentrasi glukosa
plasma puasa >130mg/dl dapat segera dimulai dengan insulin. Jenis insulin yang dipakai
adalah insulin human. Insulin analog belum dianjurkan untuk wanita hamil mengingat
struktur asam aminonya berbeda dengan insulin human. Perbedaan struktur ini menimbulkan
perbedaan afinitas antara insulin analog dan insulin human terhadap reseptor insulin dan
reseptor IGF-1. Mengingat kerja HPL melalui reseptor IGF-1, maka perubahan afinitas ini
dikhawatirkan dapat mempengaruhi janin atau kehamilan. Dosis dan frekuensi pemberian
insulin sangat tergantung dari karakteristik rerata konsentrasi glukosa darah setiap pasien.
Berbeda dengan diabetes hamil pragestasional, pemberian insulin pada diabetes melitus
gestasional selain dosis yang lebih rendah juga frekuensi pemberian lebih sederhana.
Pemberian insulin kombinasi kerja singkat dan kerja sedang seperti Mixtard atau Humulin
30-70 dilaporkan sangat berhasil.
Kendali glikemik ketat sangat dibutuhkan pada semua wanita diabetes melitus dengan
kehamilan. Penting sekali memantau glukosa darah sendiri oleh pasien di rumah, terutama
pada mereka yang mendapat suntikan insulin. Pasien perlu dibekali dengan alat meter
(Reflectance meter) untuk memantau glukosa darah sendiri di rumah. Penggunaan HbA1c
sebagai pemantauan belum menunjukan dampak yang signifikan dalam kendali glukosa
darah.2

12

Gmbar 1. Bagan penatalaksanaan diabetes melitus gestasional2

Pencegahan
1. Mengurangi makan-makanan manis
2. Menjaga jumlah asupan makanan terutama ketika trisemester ketiga kehamilan agar berat
badan tidak bertambah, akan tetapi ibu hamil tidak boleh sampai kekurangan makanan
3. Berolahraga dengan teratur serta melakukan aktivitas fisik dari mulai yang ringan hingga
sedang sehingga kalori yang tidak diperlukan dalam tubuh akan terbakar dengan sendirinya.5
Prognosis
Jika dahulu angka kematian ibu 50% sekarang berkisar 0,4-2%. Sebaliknya, angka
kematian anak tetap tinggi yaitu antara 10-20%. Prognosis ini di pengaruhi oleh beratnya
diabetes, lamanya ibu menderita diabetes, apabila sudah ada kelainan pembuluh darah,
apakah terjadi penyulit kehamilan.5

Daftar Pustaka
1. Simkin P, Whalley J. Paduan lengkap kehamilan, melahirkan, dan bayi. 1 st ed. Jakarta:
Penerbit Arcan; 2009.h.55.
2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk, penyunting. Buku ajar ilmu penyakit dalam.
5th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2009.h.1952-65.
3. Gleadle J. At a glance: anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga;
2007.h.10-5.
4. Hartono A. Buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan Bates. Terjemahan.
Lynn SB. Bates guide to physical examination & history taking. Edisi ke-8. Jakarta:
EGC; 2009.h.81-7.
5. Mansjoer A. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Ed. 3. Jakarta:Media Aesculapius
6.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000.h77-9.


Adam JMF, editor. Skrining diabetes mellitus pada kehamilan.

Dalam:

Endokrinologi praktis. Diabetes mellitus, tiroid, hiperlipidemi. Ujung Pandang: PT.


Organon; 2000.h.105 13.

13

7.

Wilson, Martin, Fauci, etc. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC; 2001.h.44-7.


8. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi. Edisi Keenam. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2006.h.76-8.

14

Anda mungkin juga menyukai