Anda di halaman 1dari 5

Diabetes Pragestasional

DEFINISI

Gestational diabetes mellitus (GDM) didefinisikan sebagai intoleransi glukosa dengan onset
atau baru diakui pertama kali timbul saat kehamilan. Sedangkan pregestasional diabetes
mellitus adalah diabetes mellitus yang sudah ada sejak sebelum adanya kehamilan.

Diabetes pregestasional merupakan sebuah kondisi dimana pasien sudah memiliki penyakit
diabetes baik tipe 1 maupun tipe 2 (preexisting diabetes) yang kemudian pasien tersebut
hamil. Secara prinsip hiperglikemia yang terjadi hampir sama namun bukan akibat proses
dari kehamilan. Pasien dengan diabetes pregestasional membutuhkan penatalaksanaan lebih
spesifik baik sebelum hamil, saat hamil, saat melahirkan dan saat setelah melahirkan.2

Insidensi

Diabetes dalam kehamilan adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kadar gula darah
puasa > 126 mg/ml, dan > 200 mg/ml pada pemeriksaan sewaktu pada ibu hamil (Perkeni
1996). Sedangkan WHO menetapkan patokan kadar gula darah puasa > 105 mg/dl dan kadar
gula darah dua jam sesudah makan > 120 mg/dl. (3,4)

Prevalensi global diabetes mellitus diperkirakan akan mencapai 380 juta pada tahun 2025.
Pada tahun 2002 di Amerika terdapat lebih dari 131.000 perempuan hamil yang menderita
komplikasi diabetes mellitus. Jumlah ini merupakan 3,3% dari seluruh kelahiran hidup dan
lebih dari 90%-nya menderita komplikasi diabetes mellitus gestasional. Meningkatnya
prevalensi diabetes tipe 2, khususnya pada penduduk yang lebih muda, menyebabkan
kehamilan dengan diabetes meningkat pula.1

Diabetes Pragestasional
Kelas
Usia Onset Durasi (tahun) Penyakit vaskuler Terapi
A Setiap usia Setiap waktu Tidak ada A-1, Hanya diet

B > 20 tahun < 10 tahun Tidak ada Insulin

C 10 hingga 19 tahun 10 hingga 19 Tidak ada Insulin


D < 10 tahun tahun Retinopati benigna Insulin

F Setiap usia > 20 tahun Nefropati Insulin

R Setiap usia Setiap waktu Retinopati proliferatif Insulin

H Setiap usia Setiap waktu Penyakit jantung Insulin

Setiap waktu

PATOFISIOLOGI

Dalam keadaan hamil dengan diabetes mellitus keadaan hiperglikemi yang sudah
terjadi sebelum kehamilan menyebabkan glukosa dapat berdifusi secara tetap melalui
plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir menyerupai kadar dalam
darah ibu. Insulin ibu tidak dapat mencapai janin, sehingga kadar gula darah ibu akan
mempengaruhi kadar gula darah janin. Pengendalian kadar gula darah terutama dipengaruhi
oleh insulin, disamping beberapa hormon lain: estrogen, steroid, dan plasenta laktogen.

Akibat lambatnya resorpsi makanan, maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan
ini menuntut kebutuhan insulin. Menjelang kehamilan aterm, kebutuhan insulin meningkat
sehingga mencapai 3 kali dari keadaan normal. Hal ini disebut sebagai tekanan diabetojenik
dalam kehamilan. Secara fisiologik telah terjadi restensi insulin yaitu apabila ia ditambah
dengan insulin eksogen, maka ia tak mudah menjadi hipoglikemia. Pada keadaan ini yang
menjadi masalah adalah bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin,
sehingga terjadi hipoinsulin yang mengakibatkan hiperglikemia atau diabetes kehamilan
(diabetes yang timbul hanya dalam kehamilan).

Resistensi insulin juga disebabkan oleh adanya hormon estrogen, progesteron,


kortisol, prolaktin, dan plasenta laktogen. Hormon tersebut mempengaruhi reseptor insulin
pada sel, sehingga mengurangi afinitas insulin. (1,2,3,4,5,6)
PENEGAKAN DIAGNOSIS

Wanita yang ditemukan dengan gejala glukosuria, kadar glukosa plasma yang tinggi dan
dengan ketonemia serta ketonuria, tidak menimbulkan kesulitan dalam penegakan diagnosis.

Wanita yang berada pada ujung lain spektrum tersebut, yaitu wanita dengan gangguan
(6)
metabolisme yang ringan, mungkin sulit dikenali. Menurut Sullivan dkk (1973),
pemeriksaan kadar gula darah dianjurkan bagi semua wanita hamil.

Diagnosis diabetes dalam kehamilan dapat ditegakkan berdasarkan:

1. Anamnesis.

Riwayat persalinan yang lalu; abortus, partus prematurus, kematian janin dalam kandungan
dan riwayat melahirkan anak besar, riwayat keluarga (herediter). Dan juga didapatkan
keluhan-keluhan seperti: poliuri, polidipsi, polifagi serta riwayat berobat sakit gula pada
dokter.

2. Pemeriksaan:

 Pemeriksaan urin.
 Pemeriksaan kadar gula darah puasa dan post pradinal.
 Glukosa Toleran Test (GTT)

Pasien diberi test beban glukosa oral 50 gram dan 1 jam kemudian dilakukan
pemeriksaan kadar gula darahnya, jika nilai glukosa plasma > 150 mg/dl (130 mg/dl
darah) maka perlu dilanjutkan dengan test toleransi glukosa 3 jam.

 Test toleransi glukosa

Pasien diberi beban glukosa oral 100 gram, kemudian dilakukan pemeriksaan kadar
gula darah

Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Pregestasional


Pada diabetes pregestasional, pasien yang DM kemudian ingin hamil, harus
menjalani serangkaian proses pengelolaan untuk menjaga kadar gula darah agar tetap
optimal untuk mencegah komplikasi yang terjadi akibat kondisi hiperglikemik.
Secara prinsip tidak jauh berbeda dengan DM gestasional namun terdapat beberapa
hal spesifik yang sebaiknya dijalankan untuk mempersiapkan kehamilan hingga saat
postpartum. Untuk penatalaksanaan selama hamil dan sesudah hamil, prinsip
penatalaksanaan bersifat sama dengan diabetes gestasional, yang berbeda hanya pada
penatalaksaan sebelum kehamilan. Kunci terpenting dari manajemen diabetes dalam
kehamilan adalah dengan menjaga kadar gula darah sedekat mungkin dengan nilai
1,2
normal.
Sebelum Hamil
a. Melakukan konseling secara komprehensif untuk merencanakan kehamilan
dengan tim gabungan beberapa ahli yaitu ahli kebidanan, ahli penyakit dalam, dan
ahli gizi.
b. Melanjutkan terapi rutin untuk mendapatkan kadar glukosa yang sedekat
mungkin dengan normal, kemudian dikonfirmasi dengan memeriksakan HbA1C.
Kadar yang dianjurkan adalah maksimum ≤7%.
c. Terapi obat antidiabetik harus dihentikan karena dapat menembus barrier
plasenta, dan obat anti diabetik dalam golongan D yaitu mungkin mempengaruhi
pertumbuhan janin.
d. Terapi OAD diganti menjadi insulin, oleh karena itu dibutuhkan penghitungan
dosis harian insulin. Penghitungan dilakukan sebagai berikut

Penghitungan Terapi Insulin Harian 3


e. Melakukan pemeriksaan mata untuk mengetahui kondisi sistem pengelihatan
untuk mewaspadai apakah akan terjadi perburukan saat kehamilan akibat retinopati
diabetik.
f. Screening fungsi ginjal. Bisa dengan melakukan pemeriksaan protein urin.
Hal ini juga terkait dengan kejadian preeklampsia. DM gestasional dan
pregestasional diketahui memiliki kaitan dengan pre eklampsia.
g. Konsumsi suplemen asam folat setidaknya 3 bulan prekonsepsi, selama hamil,
hingga 6 minggu postpartum untuk mencukupi kebutuhan asam folat serta
mengurangi komplikasi yang terjadi. 2

PROGNOSIS

Prognosis diabetes dalam kehamilan pada umumnya cukup baik apabila penyakitnya cepat
diketahui dan segera ditangani/diobati oleh dokter yang ahli, serta kehamilan dan
persalinannya ditangani oleh dokter spesialis kebidanan. (2)

Daftar Pustaka

1. Mochtar R. “Sinopsis Obstetri” Edisi kedua. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
1998: 170 – 3.
2. Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Penerbit yayasan ina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo. Jakarta. 1999: 518 – 25.
3. Levena KJ., Cunningham FG., Gant NF., Alexander JM., Bloom SL., Casey BM.,
Dashe JS., Sheffield JS., Yost NP., “Williams Manual of Obstetrics”. The University
of Texas: 569 – 74.
4. Kumpulan Catatan Obstetri dan Ginekologi: 134 – 136.
5. Waspadji S. Diabetes Dalam Kehamilan. In:
Http://www.geocities.com/Yosemite/Rapids/1744/cklobpt3.html.
6. Cunningham FG, Mac Donald, Obstetri Williams, Edisi 18, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta: 978 – 87.

Anda mungkin juga menyukai