PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Family Planning
Family planning atau Keluarga Berencana menurut WHO (World Health
Organisation) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri
untuk : (1) menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, (2) mendapatkan
kelahiran yang diinginkan, (3) mengatur interval diantara kelahiran, (4)
mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami dan istri,
(5) menetukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2004).
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang
diinginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau
alternatif untuk mencegah ataupun
(SDKI)
2012 mengisyaratkan
bahwa
indikator
pembangunan
dan
berpengaruh
dan
dipengaruhi
oleh
keberhasilan
pembangunan
berkelanjutan.
Upaya pengendalian pertumbuhan penduduk dilakukan melalui Program
Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga dalam rangka
mewujudkan norma keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera, serta diharapkan juga
dapat memberikan kontribusi terhadap perubahan kuantitas penduduk yang
ditandai dengan perubahan jumlah, struktur, komposisi dan persebaran penduduk
yang seimbang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
(RENSTRA BKKBN, 2015).
2.2 Kontrasepsi
Kontrasepsi (Contraception) adalah alat, obat, efek atau tindakan yang
dimaksudkan untuk mencegah kehamilan. Secara halus, kontrasepsi diistilahkan
juga sebagai Keluarga Berencana atau KB.
pemakaiannya
Cara penggunaannya sederhana
Harganya murah supaya dapat dijangkau masyarakat luas
Dapat diterima oleh pasangan suami-isteri
(Hartanto,2003)
kegagalan tinggi
Penggunaan IUD-Mini bagi yang belum mempunyai anak pada masa ini
dapat dianjurkan, terlebih bagi calon peserta dengan kontraindikasi
terhadap pil oral
hampir 100%, karena pada masa ini peserta belum mempunyai anak
Efektivitas yang tinggi, karena kegagalan akan menyebabkan terjadinya
kehamilan dengan risiko tinggi dan kegagalan ini merupakan kegagalan
program
(Hartanto, 2003)
2) Fase menjarangkan kehamilan
Periode usia isteri antara 20 30/35 tahun merupakan periode usia paling baik
untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran
adalah 2 4 tahun. Hal ini dikenal sebagai Catur warga.
Alasan untuk menjarangkan kehamilan, disebabkan :
Umur antara 20 30 tahun merupakan usia yang terbaik untuk
anak lagi
Dapat dipakai 2 sampai 4 tahun yaitu sesuai dengan jarak kehamilan anak
yang direncanakan
Tidak menghambat air susu ibu (ASI), karena ASI adalah makanan terbaik
untuk bayi sampai umur 2 tahun dan akan mempengaruhi angka kesakitan
Maksud dari kebijaksanaan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak
akibat melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan
melahirkan pada usia tua. (Julianto, 2007)
2.2.2 Memilih Metode Kontrasepsi
Dalam mencapai kenyamanan dan hasil yang optimal dari penggunaan
kontrasepsi, diperlukan pemilihan metode kontrasepsi yang cocok dengan
akseptor yang bersangkutan. Karena hal ini sangat penting, maka perlu
diperhatikan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi
yang baik antara lain :
Aman/tidak berbahaya
Dapat diandalkan
Murah
Umur
Gaya hidup
Frekuensi sanggama
Sikap kewanitaan
Sikap kepriaan
Status kesehatan
Riwayat haid
Riwayat keluarga
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan panggul
Efektivitas
Kerugian
Biaya
Dalam hal memilih metode kontrasepsi, kita harus dapat memandangnya dari dua
sudut :
Pihak medis/petugas KB
Pihak inilah yang sebaiknya menjelaskan kepada calon akseptor mengenai :
o Efektivitas dan risiko dari masing-masing metode kontraseptif yang ada
o Keuntungan non-kontraseptif
o Kontraindikasi
o Tanda-tanda bahaya dari metode kontraseptif yang ada
o Efek bahaya penggunaan poli farmasi
10
dari yang paling sederhana sampai metode yang dianggap paling mantap atau
biasa disebut KONTAP:
1. Cara alamiah, meliputi metode senggama terputus dan metode kalender
2. Cara sederhana, terdiri dari kondom, jelly, diafragma, spermisida, tisu KB.
3. Alat kontrasepsi hormonal, yakni pil dan susuk (implan)
4. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR/IUD) yang dikenal dalam beberapa
jenis desain seperti lippes loop (spiral), Cu T, multiload, Cu 7
5. Kontrasepsi mantap (KONTAP) yakni tubektomi (untuk perempuan) dan
vasektomi (untuk laki-laki)
2.3.1 Metode Sederhana
Metode sederhana dapat dibagi menjadi :
1. Tanpa alat :
a. KB alamiah :
i. Metode Kalender (Ogino-Knaus)
11
Spermisid :
1. Vaginal cream
2. Vaginal foam
3. Vaginal jelly
4. Vaginal suppositoria
5. Vaginal tablet (busa)
6. Vaginal soluble film
2.3.2. Metode Modern
1. Kontrasepsi Hormonal :
a. Per-oral
i. Pil oral kombinasi
ii. Mini pil
iii. Morning after pill
b. Injeksi/suntikan
i.
DMPA
ii.
NET-EN
iii.
Microspheres
iv.
Microcapsules
c. Sub-kutis : Implan (Alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK))
12
i. Implan non-biodegradable
1. Norplant
2. Norplant-2
3. ST-1435
4. Implanon
ii. Implan biodegradable
1. Capronor
2. Pellets
2. Intra Uterine Devices (IUD / AKDR)
3. Kontrasepsi mantap
Pada Wanita
o Penyinaran : Radiasi Sinar-X, Radium Cobalt, Sinar Laser
o Operatif Medis Operatif Wanita
Ligasi tuba fallopii
Elektro-koagulasi tuba fallopii
Fimbriektomi
Salpingektomi
Ovarektomi bilateral
Histerektomi
Fimbriotexy (Fimbrial Cap)
Ovariotexy
o Penyumbatan Tuba Fallopii Secara Mekanis
a. Penjepitan Tuba Fallopii
-
Hemoclip
Spring-loaded clip
Filshie clip
b. Solid Plugs (Intra Tubal Devices)
Polyethylene Plug
13
Ag-nitrat
Gelatin-Resorcinol-Formaldehyde (GRF)
Ovabloc
Pada Pria
o Operatif Medis Operatif Pria
Vasektomi/Vasektomi tanpa pisau (VTP)
o Penyumbatan vas deferens secara mekanis :
Penjepitan vas deferens : Vaso-clips
o Plugs
o Intra Vas Devices :
-
Shug
o Vas Valves
- Phaser (Bionyx Control)
- Reversible Intravasal Occlusive Devices (RIOD)
o Penyumbatan vas deferens secara kimiawi :
Kuinakrin
Etanol
Ag-nitrat
2.4 Pembahasan Metode Kontrasepsi
A. Metode Kalender
Metode kb kalender atau pantang berkala adalah cara/metode kontrasepsi
sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan
senggama atau hubungan seksual pada masa subur/ovulasi.
KB kalender adalah usaha untuk mengatur kehamilan dengan menghindari
hubungan badan selama masa subur seorang wanita. Sebab pembuahan memang
hanya terjadi pada saat masa subur, atau lebih tepatnya 12-24 jam setelah puncak
masa subur (sel telur dilepas). 12-24 jam ini dari masa hidup sel telur rata-rata.
Metode ini efektif bila dilakukan secara baik dan benar. Dengan penggunaan
sistem kalender setiap pasangan dimungkinkan dapat merencanakan setiap
kehamilannya. Berbeda dengan sistem kontrasepsi lainnya, sistem kalender
menjanjikan aneka kelebihan dan karena itu banyak yang lebih menyukainya.
Sebelum menggunakan metode ini, tentunya pasangan suami istri harus
14
mengetahui masa subur. Siklus masa subur pada tiap wanita tidak sama. Untuk itu
perlu pengamatan minimal 6 kali siklus menstruasi.
Prinsip kerja metode kalender ini berpedoman kepada kenyataan bahwa
wanita dalam siklus haidnya mengalami ovulasi (subur) hanya satu kali sebulan,
dan biasanya terjadi beberapa hari sebelum atau sesudah hari ke-14 dari haid yang
akan datang. Sel telur dapat hidup selama 6-24 jam, sedangkan sel mani selama
48-72 jam, jadi suatu konsepsi mungkin akan terjadi kalau koitus dilakukan 2 hari
sebelum ovulasi. Hendaknya sebelum memakai cara para pemakai harus diberikan
penerangan medik yang jelas tentang cara ini
Hal yang perlu diperhatikan pada siklus menstruasi wanita sehat ada tiga tahapan:
1. Pre ovulatory infertility phase (masa tidak subur sebelum ovulasi).
2. Fertility phase (masa subur).
3. Post ovulatory infertility phase (masa tidak subur setelah ovulasi).
Perhitungan masa subur ini akan efektif bila siklus menstruasinya normal
yaitu 21-35 hari. Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus menstruasi dilakukan
minimal enam kali siklus berturut-turut. Kemudian hitung periode masa subur
dengan melihat data yang telah dicatat.
Menghitung masa subur dengan siklus haid dan melakukan pantang berkala
atau lebih dikenal dengan sistem kalender merupakan salah satu cara atau metode
kontrasepsi alami (Kb alami) dan sederhana yang dapat dikerjakan sendiri oleh
pasangan suami istri dengan cara tidak melakukan sanggama pada masa subur.
Sebelum menggunakan metode ini, tentunya pasangan suami istri harus
mengetahui masa subur. Siklus masa subur pada tiap wanita tidak sama. Untuk itu
perlu pengamatan minimal 6 kali siklus menstruasi. Berikut ini cara mengetahui
dan menghitung masa subur :
Bila siklus haid teratur (28 hari) :
a. Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1
b. Masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke- 16 dalam siklus haid
Bila siklus haid tidak teratur :
a. Catat jumlah hari dalam satu siklus haid selama 6 bulan (6 siklus). Satu
siklus haid dihitung mulai dari hari pertama haid saat ini hingga hari
pertama haid berikutnya, catat panjang pendeknya.
15
b. Masukan dalam rumus; jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid
dikurangi 18. Hitungan ini menentukan hari pertama masa subur.
c. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini
menentukan hari terakhir masa subur.
Hal yang dapat menyebabkan metode kalender menjadi tidak efektif adalah:
a. Penentuan masa tidak subur didasarkan pada kemampuan hidup sel
sperma dalam saluran reproduksi (sperma mampu bertahan selama 3 hari).
b. Anggapan bahwa perdarahan yang datang bersamaan dengan ovulasi,
diinterpretasikan sebagai menstruasi. Hal ini menyebabkan perhitungan
masa tidak subur sebelum dan setelah ovulasi menjadi tidak tepat.
c. Penentuan masa tidak subur tidak didasarkan pada siklus menstruasi
sendiri.
d. Kurangnya pemahaman tentang hubungan masa subur/ovulasi dengan
perubahan jenis mukus/lendir serviks yang menyertainya.
e. Anggapan bahwa hari pertama menstruasi dihitung dari berakhirnya
perdarahan menstruasi. Hal ini menyebabkan penentuan masa tidak subur
menjadi tidak tepat.
Keuntungan KB kalender
a) Ditinjau dari segi ekonomi : KB kalender dilakukan secara alami dan tanpa
biaya sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli alat kontrasepsi.
b) Dari segi kesehatan : sistem kalender ini jelas jauh lebih sehat karena bisa
dihindari adanya efek sampingan yang merugikan seperti halnya memakai alat
kontrasepsi lainnya (terutama yang berupa obat).
c) Dari segi psikologis : yaitu sistem kalender ini tidak mengurangi
kenikmatan hubungan itu sendiri seperti bila memakai kondom misalnya. Meski
tentu saja dilain pihak dituntut kontrol diri dari pasangan untuk ketat berpantang
selama masa subur.
Kerugian KB kalender
16
Kemungkinan kegagalan yang jauh lebih tinggi. Ini terutama bila tidak
dilakukan pengamatan yang mendalam untuk mengetahui dengan pasti masa
subur, karena tidak ada yang bisa menjamin ketepatan perhitungan sebab masa
suburpun terjadi secara alami, selain itu kedua pasangan tidak bisa menikmati
hubungan suami istri secara bebas karena ada aturan yang ditetapkan dalam sistem
ini. Masa berpantang yang cukup lama dapat membuat pasangan tidak bisa
menanti dan melakukan hubungan pada waktu berpantang
Efektivitas
Bagi wanita dengan siklus haid teratur, efektifitasnya lebih tinggi
dibandingkan wanita yang siklus haidnya tidak teratur. Angka kegagalan berkisar
antara 6 42. Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan
benar. Sebelum menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri harus
mengetahui masa subur. Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah sama. Oleh
karena itu, diperlukan pengamatan minimal enam kali siklus menstruasi. Selain
itu, metode ini juga akan lebih efektif bila digunakan bersama dengan metode
kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian dr. Johnson dan kawan-kawan di Sidney,
metode kalender akan efektif tiga kali lipat bila dikombinasikan dengan metode
simptothermal. Angka kegagalan penggunaan metode kalender adalah 14 per 100
wanita per tahun.
17
Suhu normal tubuh sekitar 36 derajat Celcius. Pada waktu ovulasi, suhu akan
turun terlebih dahulu dan naik menjadi 37-38 derajat kemudian tidak akan
kembali pada suhu 35 derajat Celcius. Pada saat itulah terjadi masa subur/ovulasi
Kondisi kenaikan suhu tubuh ini akan terjadi sekitar 3-4 hari, kemudian akan
turun kembali sekitar 2 derajat dan akhirnya kembali pada suhu tubuh normal
sebelum menstruasi. Hal ini terjadi karena produksi progesteron menurun.
Apabila grafik (hasil catatan suhu tubuh) tidak terjadi kenaikan suhu tubuh,
kemungkinan tidak terjadi masa subur/ovulasi sehingga tidak terjadi kenaikan
suhu tubuh. Hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya korpus luteum yang
memproduksi progesteron. Begitu sebaliknya, jika terjadi kenaikan suhu tubuh
dan terus berlangsung setelah masa subur/ovulasi kemungkinan terjadi kehamilan.
Karena, bila sel telur/ovum berhasil dibuahi, maka korpus luteum akan terus
memproduksi hormon progesteron. Akibatnya suhu tubuh tetap tinggi.
Manfaat
1. Metode suhu basal tubuh dapat bermanfaat sebagai konsepsi maupun
kontrasepsi.
2. Manfaat konsepsi
3. Metode suhu basal tubuh berguna bagi pasangan yang menginginkan
kehamilan.
4. Manfaat kontrasepsi
5. Metode suhu basal tubuh berguna bagi pasangan yang menginginkan
menghindari atau mencegah kehamilan.
Efektifitas
Metode suhu basal tubuh akan efektif bila dilakukan dengan benar dan
konsisten. Suhu tubuh basal dipantau dan dicatat selama beberapa bulan berturutturut dan dianggap akurat bila terdeteksi pada saat ovulasi. Tingkat keefektian
metode suhu tubuh basal sekitar 80 persen atau 20-30 kehamilan per 100 wanita
per tahun. Secara teoritis angka kegagalannya adalah 15 kehamilan per 100 wanita
per tahun. Metode suhu basal tubuh akan jauh lebih efektif apabila
dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain seperti kondom, spermisida
ataupun metode kalender atau pantang berkala (calender method or periodic
abstinence).
Faktor yang Mempengaruhi Keandalan Metode Suhu Basal Tubuh
18
Adapun faktor yang mempengaruhi keandalan metode suhu basal tubuh antara
lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Penyakit.
Gangguan tidur.
Merokok dan atau minum alkohol.
Penggunaan obat-obatan ataupun narkoba.
Stres.
Penggunaan selimut elektrik.
Keuntungan
Keuntungan dari penggunaan metode suhu basal tubuh antara lain:
1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pada pasangan suami istri
tentang masa subur/ovulasi.
2. Membantu wanita yang mengalami siklus haid tidak teratur mendeteksi
masa subur/ovulasi.
3. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi ataupun meningkatkan kesempatan
untuk hamil.
4. Membantu menunjukkan perubahan tubuh lain pada saat mengalami masa
subur/ovulasi seperti perubahan lendir serviks.
5. Metode suhu basal tubuh yang mengendalikan adalah wanita itu sendiri.
Keterbatasan
Sebagai metode KBA, suhu basal tubuh memiliki keterbatasan sebagai berikut:
1. Membutuhkan motivasi dari pasangan suami istri.
2. Memerlukan konseling dan KIE dari tenaga medis.
3. Suhu tubuh basal dapat dipengaruhi oleh penyakit, gangguan tidur,
merokok, alkohol, stres, penggunaan narkoba maupun selimut elektrik.
4. Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan pada waktu yang sama.
5. Tidak mendeteksi awal masa subur.
6. Membutuhkan masa pantang yang lama.
Petunjuk Bagi Pengguna Metode Suhu Basal Tubuh
Aturan perubahan suhu/temperatur adalah sebagai berikut:
1. Suhu diukur pada waktu yang hampir sama setiap pagi (sebelum bangun
dari tempat tidur).
2. Catat suhu ibu pada kartu yang telah tersedia.
3. Gunakan catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama dari
siklus haid untuk menentukan suhu tertinggi dari suhu yang normal dan
19
20
menstruasi dengan mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva
menjelang hari-hari ovulasi.
Esensi Metode Mukosa Serviks
Lendir/mukosa seviks adalah lendir yang dihasilkan oleh aktivitas biosintesis sel
sekretori serviks dan mengandung tiga komponen penting yaitu:
1. Molekul lendir.
2. Air.
3. Senyawa kimia dan biokimia (natrium klorida, rantai protein, enzim, dll).
Lendir/mukosa serviks ini tidak hanya dihasilkan oleh sel leher rahim tetapi
juga oleh sel-sel vagina. Dalam vagina, terdapat sel intermediet yang mampu
berperan terhadap adanya lendir pada masa subur/ovulasi.
Ovulasi adalah pelepasan sel telur/ovum yang matang dari ovarium/indung
telur. Pada saat menjelang ovulasi, lendir leher rahim akan mengalir dari vagina
bila wanita sedang berdiri atau berjalan. Ovulasi hanya terjadi pada satu hari di
setiap siklus dan sel telur akan hidup 12-24 jam, kecuali dibuahi sel sperma. Oleh
karena itu, lendir pada masa subur berperan menjaga kelangsungan hidup sperma
selama 3-5 hari.
Pengamatan lendir serviks dapat dilakukan dengan:
1. Merasakan perubahan rasa pada vulva sepanjang hari.
2. Melihat langsung lendir pada waktu tertentu.
Pada malam harinya, hasil pengamatan ini harus dicatat. Catatan ini akan
menunjukkan pola kesuburan dan pola ketidaksuburan.
Pola Subur adalah pola yang terus berubah, sedangkan Pola Dasar Tidak
Subur adalah pola yang sama sekali tidak berubah. Kedua pola ini mengikuti
hormon yang mengontrol kelangsungan hidup sperma dan konsepsi/pembuahan.
Dengan demikian akan memberikan informasi yang bisa diandalkan untuk
mendapatkan atau menunda kehamilan.
Manfaat
Metode mukosa serviks bermanfaat untuk mencegah kehamilan yaitu dengan
berpantang senggama pada masa subur. Selain itu, metode ini juga bermanfaat
bagi wanita yang menginginkan kehamilan.
Efektifitas
21
Keberhasilan metode ovulasi billings ini tergantung pada instruksi yang tepat,
pemahaman yang benar, keakuratan dalam pengamatan dan pencatatan lendir
serviks, serta motivasi dan kerjasama dari pasangan dalam mengaplikasikannya.
Angka kegagalan dari metode mukosa serviks sekitar 3-4 perempuan per 100
perempuan per tahun. Teori lain juga mengatakan, apabila petunjuk metode
mukosa serviks atau ovulasi billings ini digunakan dengan benar maka
keberhasilan dalam mencegah kehamilan 99 persen.
Kelebihan
Metode mukosa serviks ini memiliki kelebihan, antara lain:
1. Mudah digunakan.
2. Tidak memerlukan biaya.
3. Metode mukosa serviks merupakan metode keluarga berencana alami lain
yang mengamati tanda-tanda kesuburan.
Keterbatasan
Sebagai metode keluarga berencana alami, metode mukosa serviks ini memiliki
keterbatasan. Keterbatasan tersebut antara lain:
1. Tidak efektif bila digunakan sendiri, sebaiknya dikombinasikan dengan
metode kontrasepsi lain (misal metode simptothermal).
2. Tidak cocok untuk wanita yang tidak menyukai menyentuh alat
kelaminnya.
3. Wanita yang memiliki infeksi saluran reproduksi dapat mengaburkan
tanda-tanda kesuburan.
4. Wanita yang menghasilkan sedikit lendir.
Hal yang Mempengaruhi Pola Lendir Serviks
Pola lendir serviks pada wanita dapat dipengaruhi oleh:
1. Menyusui.
2. Operasi serviks dengan cryotherapy atau electrocautery.
3. Penggunaan produk kesehatan wanita yang dimasukkan dalam alat
4.
5.
6.
7.
8.
reproduksi.
Perimenopause.
Penggunaan kontrasepsi hormonal termasuk kontrasepsi darurat.
Spermisida.
Infeksi penyakit menular seksual.
Terkena vaginitis.
24
Kerja sama dengan pasangan adalah perlu, karena ia harus bersedia untuk
membantu untuk menghindari kehamilan baik dengan tidak melakukan hubungan
seksual atau menggunakan beberapa metode penghalang selama hari-hari paling
subur.
Hal yang Mempengaruhi Metode Simptothermal Tidak Efektif
Metode simptothermal dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain:
1.
2.
3.
4.
Wanita yang mempunyai bayi, sehingga harus bangun pada malam hari.
Wanita yang mempunyai penyakit.
Pasca perjalanan.
Konsumsi alkohol.
obat-obatan
tertentu
tertentu
yang
yang
dapat
yang dibutuhkan.
Aman.
Ekonomis.
Meningkatkan hubungan kerjasama antar pasangan.
Dapat langsung dihentikan apabila pasangan menginginkan kehamilan.
25
6. Tidak memerlukan tindak lanjut atau alat kontrasepsi lain setelah belajar
metode simptothermal dengan benar.
Keterbatasan
Metode simptothermal mempunyai keterbatasan antara lain:
1. Tidak cocok digunakan oleh wanita yang mempunyai bayi, berpenyakit,
pasca perjalanan maupun konsumsi alkohol.
2. Metode simptothermal kurang efektif karena pengguna harus mengamati
dan mencatat suhu basal tubuh maupun perubahan lendir serviks.
3. Metode simptothermal memerlukan kerjasama antara pasangan suami istri.
4. Pengguna harus mendapatkan pelatihan atau instruksi yang benar.
Petunjuk bagi Pengguna Metode Simptothermal
Pengguna/klien metode simptothermal harus mendapat instruksi atau petunjuk
tentang metode lendir serviks, metode suhu basal tubuh maupun metode kalender.
Hal ini bertujuan agar pengguna dapat menentukan masa subur dengan mengamati
perubahan suhu basal tubuh maupun lendir serviks.
1. Klien dapat melakukan hubungan seksual hingga dua hari berikutnya
setelah haid berhenti (periode tidak subur sebelum ovulasi).
2. Ovulasi terjadi setelah periode tidak subur awal yang ditandai dengan
mulai keluarnya lendir dan rasa basah pada vagina sama dengan metode
lendir serviks. Lakukan pantang senggama karena ini menandakan periode
subur sedang berlangsung.
3. Pantang senggama dilakukan mulai ada kenaikan suhu basal 3 hari
berurutan dan hari puncak lendir subur.
4. Apabila dua gejala ini tidak menentukan periode tidak subur awal, periode
subur, periode tak subur akhir maka ikuti perhitungan periode subur yang
terpanjang dimana masa pantang senggama harus dilakukan.
Contoh Pengamatan dan Pencatatan Grafik Simptothermal
Di bawah ini merupakan contoh pengamatan dan pencatatan pada grafik
simptothermal.
Grafik metode simptothermal
Interpretasi Grafik
Buat pengamatan Anda dalam urutan yang sama:
26
28
29
yang
menggunakan
obat-obatan
jenis
ergotamine,
anti
30
Keadaan
Ketika mulai
pemberian
Anjuran
makanan Membantu
klien
memilih
metode
pemberian ASI.
Membantu klien
memilih
metode
pemberian ASI.
Membantu klien
memilih
metode
pemberian ASI.
Membantu klien
memilih
metode
penting yang perlu diketahui yaitu cara menyusui yang benar meliputi posisi,
perlekatan dan menyusui secara efektif.
Langkah-Langkah Penentuan Pemakaian KB MAL
Di bawah ini merupakan langkah-langkah menentukan dalam menggunakan
kontrasepsi Metode Amenorea Laktasi (MAL).
Efektifitas
Metode coitus interuptus akan efektif apabila dilakukan dengan benar dan
konsisten. Angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan per tahun.
Pasangan yang mempunyai pengendalian diri yang besar, pengalaman dan
kepercayaan dapat menggunakan metode ini menjadi lebih efektif.
Manfaat
Coitus interuptus memberikan manfaat baik secara kontrasepsi maupun non
kontrasepsi.
Manfaat kontrasepsi
1. Alamiah.
2. Efektif bila dilakukan dengan benar.
3. Tidak mengganggu produksi ASI.
4. Tidak ada efek samping.
5. Tidak membutuhkan biaya.
6. Tidak memerlukan persiapan khusus.
7. Dapat dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
8. Dapat digunakan setiap waktu.
Manfaat non kontrasepsi
1. Adanya peran serta suami dalam keluarga berencana dan kesehatan
reproduksi.
2. Menanamkan sifat saling pengertian.
3. Tanggung jawab bersama dalam ber-KB.
Keterbatasan
Metode coitus interuptus ini mempunyai keterbatasan, antara lain:
1. Sangat tergantung dari pihak pria dalam mengontrol ejakulasi dan
tumpahan sperma selama senggama.
2. Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual (orgasme).
3. Sulit mengontrol tumpahan sperma selama penetrasi, sesaat dan setelah
interupsi coitus.
4. Tidak melindungi dari penyakit menular seksual.
5. Kurang efektif untuk mencegah kehamilan.
33
Penilaian Klien
Klien atau akseptor yang menggunakan metode kontrasepsi coitus interuptus
tidak memerlukan anamnesis atau pemeriksaan khusus, tetapi diberikan
penjelasan atau KIE baik lisan maupun tertulis. Kondisi yang perlu
dipertimbangkan bagi pengguna kontrasepsi ini adalah:
Coitus Interruptus
Sesuai untuk
Tidak Sesuai untuk
Suami yang tidak mempunyai masalah Suami dengan ejakulasi dini
dengan interupsi pra orgasmil
Pasangan yang tidak mau metode Suami yang tidak dapat mengontrol
kontrasepsi lain
interupsi pra orgasmic
Suami yang ingin berpartisipasi aktif Suami dengan kelainan fisik/psikologis
dalam keluarga berencana
Pasangan yang memerlukan kontrasepsi Pasangan yang tidak dapat bekerjasama
segera
Pasangan yang memerlukan metode Pasangan yang tidak komunikatif
sementara, sambil menunggu metode
lain
Pasangan yang membutuhkan metode Pasangan
yang
tidak
bersedia
pendukung
melakukan senggama terputus
Pasangan yang melakukan hubungan
seksual tidak teratur
Menyukai senggama
yang
dapat
34
seksual
termasuk
HIV/AIDS.
Kondom
akan
efektif
apabila
pemakaiannya baik dan benar. Selain itu, kondom juga dapat dipakai bersamaan
dengan kontrasepsi lain untuk mencegah PMS.
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan
diantaranya lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang
dipasang pada penis saat berhubungan. Kondom terbuat dari karet sintetis yang
tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang digulung
berbentuk rata. Standar kondom dilihat dari ketebalannya, yaitu 0,02 mm.
Jenis Kondom
Ada beberapa jenis kondom, diantaranya:
1. Kondom biasa.
2. Kondom berkontur (bergerigi).
3. Kondom beraroma.
4. Kondom tidak beraroma.
Kondom untuk pria sudah lazim dikenal, meskipun kondom wanita sudah ada
namun belum populer.
Cara Kerja Kondom
Alat kontrasepsi kondom mempunyai cara kerja sebagai berikut:
1. Mencegah sperma masuk ke saluran reproduksi wanita.
2. Sebagai alat kontrasepsi.
3. Sebagai pelindung terhadap infeksi atau tranmisi mikro organisme
penyebab PMS.
Efektifitas Kondom
Pemakaian kontrasepsi kondom akan efektif apabila dipakai secara benar
setiap kali berhubungan seksual. Pemakaian kondom yang tidak konsisten
35
membuat tidak efektif. Angka kegagalan kontrasepsi kondom sangat sedikit yaitu
2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun.
Manfaat Kondom
Indikasi atau manfaat kontrasepsi kondom terbagi dua, yaitu manfaat secara
kontrasepsi dan non kontrasepsi.
Manfaat kondom secara kontrasepsi antara lain:
1. Efektif bila pemakaian benar.
2. Tidak mengganggu produksi ASI.
3. Tidak mengganggu kesehatan klien.
4. Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
5. Murah dan tersedia di berbagai tempat.
6. Tidak memerlukan resep dan pemeriksaan khusus.
7. Metode kontrasepsi sementara
Manfaat kondom secara non kontrasepsi antara lain:
1. Peran serta suami untuk ber-KB.
2. Mencegah penularan PMS.
3. Mencegah ejakulasi dini.
4. Mengurangi insidensi kanker serviks.
5. Adanya interaksi sesama pasangan.
6. Mencegah imuno infertilitas.
Keterbatasan Kondom
Alat kontrasepsi metode barier kondom ini juga memiliki keterbatasan, antara
lain:
1. Efektifitas tidak terlalu tinggi.
2. Tingkat efektifitas tergantung pada pemakaian kondom yang benar.
3. Adanya pengurangan sensitifitas pada penis.
4. Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.
5. Perasaan malu membeli di tempat umum.
6. Masalah pembuangan kondom bekas pakai.
Penilaian Klien
36
Klien atau akseptor kontrasepsi kondom ini tidak memerlukan anamnesis atau
pemeriksaan khusus, tetapi diberikan penjelasan atau KIE baik lisan maupun
tertulis. Kondisi yang perlu dipertimbangkan bagi pengguna alat kontrasepsi ini
adalah:
Kondom
Baik digunakan
Ingin berpartisipasi dalam program KB
panjang
Tidak mau terganggu dalam persiapan
Hanya
ingin
menggunakan
After Pil
Berikan kondom jenis alami atau ganti
metode kontrasepsi lain
37
Morning
H. Spermiside
Spermisida adalah alat kontrasepsi yang mengandung bahan kimia (non
oksinol-9) yang digunakan untuk membunuh sperma.
Jenis spermisida terbagi menjadi:
1. Aerosol (busa).
2. Tablet vagina, suppositoria atau dissolvable film.
3. Krim.
Cara Kerja
Cara kerja dari spermisida adalah sebagai berikut:
1. Menyebabkan sel selaput sel sperma pecah.
2. Memperlambat motilitas sperma.
3. Menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.
Pilihan
1. Aerosol (busa) akan efektif setelah dimasukkan (insersi).
2. Aerosol dianjurkan bila spermisida digunakan sebagai pilihan pertama
atau metode kontrasepsi lain tidak sesuai dengan kondisi klien.
3. Tablet vagina, suppositoria dan film sangat mudah dibawa dan disimpan.
Penggunaannya dianjurkan menunggu 10-15 menit setelah dimasukkan
(insersi) sebelum hubungan seksual.
4. Jenis spermisida jeli biasanya digunakan bersamaan dengan diafragma.
Manfaat
Alat kontrasepsi spermisida ini memberikan manfaat secara kontrasepsi maupun
non kontrasepsi.
Manfaat kontrasepsi
1. Efektif seketika (busa dan krim).
2. Tidak mengganggu produksi ASI.
3. Sebagai pendukung metode lain.
4. Tidak mengganggu kesehatan klien.
38
kontrasepsi
Spermisida
Tidak sesuai untuk klien yang:
boleh Mempunyai resiko tinggi apabila hamil
hormonal (berdasar
umur,
paritas,
39
masalah
kontrasepsinya
Menyusui dan memerlukan kontrasepsi Memerlukan metode kontrasepsi efektif
pendukung
Tidak ingin hamil dan terlindung dari Tidak mau repot untuk mengikuti
penyakit
menular
seksual,
sindrom
syok
karena keracunan
Penanganan Efek Samping
Pemakaian alat kontrasepsi spermisida juga mempunyai efek samping dan
masalah lain. Di bawah ini merupakan penanganan efek samping dan masalahmasalah yang timbul akibat pemakaian spermisida.
Efek Samping Atau Masalah
Penanganan
Iritasi vagina atau iritasi penis dan tidak Periksa adanya vaginitis dan penyakit
nyaman
sarankan
memakai
lain.
Periksa reaksi alergi atau terbakar.
Yakinkan bahwa rasa hangat adalah
normal. Bila tidak ada perubahan,
sarankan
menggunakan
spermisida
bahan
kimia
berbeda
atau
40
bantu
Diafragma adalah kap berbentuk bulat, cembung, terbuat dari lateks (karet)
yang dimasukkan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutupi
serviks.
Jenis diafragma antara lain:
1. Flat spring (flat metal band).
2. Coil spring (coiled wire).
3. Arching spring (kombinasi metal spring).
Flat spring (Diafragma pegas datar)
Jenis ini cocok untuk vagina normal dan disarankan untuk pemakaian pertama
kali. Memiliki pegas jam yang kuat dan mudah dipasang.
Coil spring (Diafragma pegas kumparan)
Jenis ini cocok untuk wanita yang vaginanya kencang dan peka terhadap
tekanan. Jenis ini memiliki pegas kumparan spiral dan jauh lebih lunak dari pegas
datar.
Arching spring
Jenis ini bermanfaat pada dinding vagina yang tampak kendur atau panjang
dan posisi serviks menyebabkan pemasangan sulit. Tipe ini merupakan kombinasi
dari flat spring dan coil spring, dan menimbulkan tekanan kuat pada dinding
vagina.
Cara Kerja
Alat kontrasepsi metode barier yang berupa diafragma ini mempunyai cara kerja
sebagai berikut:
1. Mencegah masuknya sperma melalui kanalis servikalis ke uterus dan
saluran telur (tuba falopi).
2. Sebagai alat untuk menempatkan spermisida.
Manfaat
Alat kontrasepsi diafragma memberikan dua manfaat secara kontrasepsi dan non
kontrasepsi.
Manfaat kontrasepsi
41
mengganggu
telah
dipersiapkan
sebelumnya.
4. Tidak mengganggu kesehatan klien.
5. Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
Manfaat non kontrasepsi
1. Memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual.
2. Dapat menampung darah menstruasi, bila digunakan saat haid.
Keterbatasan
Meskipun alat kontrasepsi diafragma ini mempunyai manfaat secara
kontrasepsi maupun non kontrasepsi, tetapi alat ini juga mempunyai keterbatasan.
Adapun keterbatasan diafragma, antara lain:
1. Efektifitas tidak terlalu tinggi (angka kegagalan 6-16 kehamilan per 100
perempuan per tahun pertama, bila digunakan dengan spermisida).
2. Keberhasilan kontrasepsi ini tergantung pada cara penggunaan yang benar.
3. Memerlukan motivasi dari pengguna agar selalu berkesinambungan dalam
penggunaan alat kontrasepsi ini.
4. Pemeriksaan pelvik diperlukan untuk memastikan ketepatan pemasangan.
5. Dapat menyebabkan infeksi saluran uretra.
6. Harus masih terpasang selama 6 jam pasca senggama.
Penilaian Klien
Sebelum alat kontrasepsi diafragma digunakan oleh klien, sebaiknya petugas
kesehatan mengkaji klien terlebih dahulu. Sehingga alat kontrasepsi ini sesuai atau
tidak digunakan oleh wanita tersebut.
Sesuai untuk klien yang:
Tidak
mau
atau
tidak
menggunakan
metode
Diafragma
Tidak sesuai untuk klien yang:
boleh Mempunyai umur dan paritas serta
42
sindrom
syok
dengan pasangannya
karena keracunan
Ingin melindungi dari penyakit menular Ingin metode KB efektif
seksual
Memerlukan
metode
sederhana
Penanganan
Pemberian
antibiotik,
sarankan
atau
gunakan
metode
kontrasepsi lain
Berikan spermisida bila ada gejala
iritasi vagina pasca senggama dan tidak
mengidap PMS atau bantu memilih
metode lain
Rasa nyeri pada tekanan terhadap Nilai kesesuaian ukuran forniks dan
kandung kemih/rectum
ada
alat
PMS,
lakukan
sesuai
dengan
pencegahan infeksi
Luka dinding vagina akibat tekanan Hentikan penggunaan diafragma untuk
pegas diafragma
43
kehamilan
diluar
kandungan,
mengurangi
risiko
anemia,
tidak
44
<12 jam
Lupa 1 Pil
Minum pil terlupa
Lupa 2 pil
Minum 2
>12 jam
pil
yang
telupa
keesokan harinya
Pakailah kondom hingga 7 hari
ke
depan
apabila
ingin
K. Pil KB kombinasi
Mengandung 2 hormon Levonogestrel 0,15mg dan Ethynilestradiol 0,03mg
(estrogen), dalam 1 blister terdapat 28 pil mengandung hormone dan 7 pil
pengingat.
Efektifitas
Efektifitas tergantung akseptor. Risiko terjadinya kehamilan akan meningkat
apabila jadwal minum terlewati.
Waktu kembali subur
Akseptor akan kembali kepada kesuburan begitu berhenti mengkonsumsi. Pil KB
kombinasi tidak mempengaruhi siklus menstruasi akseptor.
Yang dapat menggunakan Pil KB Yang tidak dianjurkan menggunakan Pil
kombinasi
Hampir semua
menggunakan
Pil
perempuan
KB
KB kombinasi
dapat Dalam kondisi hamil
Merokok
anak
Baru mengalami keguguran
Memiliki anemia
Dari berbagai kalangan umur
45
Lupa 1 Pil
Minum pil terlupa
Lupa 2 pil
Minum 2
>12 jam
pil
yang
telupa
keesokan harinya
Pakailah kondom hingga 7 hari
ke
depan
apabila
ingin
Kondom bocor
Lupa minum pil KB
Terlewat jadwal suntik
Tidak menggunakan kontrasepsi
Efektifitas
Kemungkinan terjadinya kehamilan adalah 1 dari 100 perempuan yang
melakukan hubungan seksual.
Waktu untuk memulai minum pil kontrasepsi darurat
Minum pil pertama paling lambat 72 jam setelah hubungan seks. Pil kedua
diminum setelah 12jam setelah pil pertama
Semakin cepat pil kontrasepsi darurat diminum setelah hubungan seks,
semakin tinggi efektifitasnya.
Efek samping umum
1. Spotting 1-2 hari setelah konsumsi pil kontrasepsi darurat
2. Sakit kepala, mual, nyeri abdominal
3. Perubahan siklus haid (lebih cepat atau lambat)
M. Pil KB Fe
Mengandung 2 hormon Levonogestrel 0,15mg, Ethynilestradiol 0,03mg
(estrogen) dan Ferrous fumarate 75mg yang mudah diserap usus halus, dalam 1
blister terdapat 28 pil mengandung hormone dan 7 pil pengingat.
47
Efektifitas
Efektifitas tergantung akseptor. Risiko terjadinya kehamilan akan meningkat
apabila jadwal minum terlewati.
Waktu kembali subur
Akseptor akan kembali kepada kesuburan begitu berhenti mengkonsumsi. Pil
KB kombinasi tidak mempengaruhi siklus menstruasi akseptor.
Yang dapat menggunakan pil KB Yang tidak dianjurkan menggunakan pil
kombinasi dengan kandungan Zat besi
besi
Hamil
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Menyusui
Tekanan darah tinggi
Merokok
Usia diatas 35 tahun
Penderita diabetes
Sensitif terhadap salah satu zat
aktif di dalam pil KB kombinasi
Manfaat lain
1.
2.
3.
4.
48
Lupa 1 Pil
Minum pil terlupa
Lupa 2 pil
Minum 2
>12 jam
pil
yang
telupa
keesokan harinya
Pakailah kondom hingga 7 hari
ke
depan
apabila
ingin
49
Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk kembali subur adalah 1 bulan setelah
penghentian metode.
Akseptor suntikan KB 1 bulan tetap menstruasi seperti biasa.
Yang dapat menggunakan suntikan KB Yang tidak dianjurkan menggunakan
1 bulan
Sudah ataupun belum memiliki anak
suntikan KB 1 bulan
1. Hamil
2. Menyusui
3. Tekanan darah tinggi
4. Merokok
5. Usia diatas 35 tahun
6. Penderita diabetes
7. Sensitif terhadap salah satu zat
sejarah
kanker
payudara
Manfaat lain
1.
2.
3.
4.
O. Suntikan KB 3 bulan 1 ml
Suntikan KB 3 bulan mengandung Medroxyprogesterone Acetate 150
mg/DMPA (progestin), tersedia dalam larutan 3 ml dan 1 ml (rekomendasi WHO
3 bulan 1 ml). tidak mengandung hormone estrogen sehingga dapat digunakan
oleh ibu menyusui. Mencegah terjadinya ovulasi dan mengentalkan lendir rahim
hingga tidak dapat ditembus oleh sperma.
Efektifitas
Efektifitas tergantung dari kepatuhan dalam mengikuti jadwal suntik ulang.
Risiko terjadinya kehamilan akan meningkat apabila jadwal suntikan terlewati.
Dengan penggunaan yang tipikal, 97 dari 100 orang perempuan tidak akan hamil
(tingkat efektifitas 97%). Apabila jadwal suntikan ulang dipenuhi dengan baik,
50
Menyusui
diketahui penyebabnya
Sensitif
atau
alergi
terhadap
Medroxyprogesterone Acetate
Riwayat diabetes dan Hipertensi
Manfaat lain
Mengurani risiko kanker rahim dan kanker indung telur
Melindungi dari anemia
Mengurangi risiko kehamilan di luar rahim
P. Implant
Implant adalah salah satu jenis alat kontrasepsi yang berupa susuk yang
terbuat dari sejenis karet silastik yang berisi hormon, dipasang pada lengan atas
(Handayani, 2010:116).
Implant adalah Alat kontrasepsi yang berbentuk kapsul kosong silastic
(karet silikon) yang di isi dengan hormon dan ujung-ujungnya kapsul yang ditutup
dengan silastic adhesive (Hanafi, 2004:179).
Kontrasepsi implant adalah alat kontrasepsi berbentuk kapsul silastik berisi
hormon jenis progestin (progestin sintetik) yang dipasang dibawah kulit
(BKKBN, 2003).
51
Implanon
Nyaman
Dapat dipakai oleh semua Ibu dalam usia Reproduksi
Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan
Kesuburan segera kembali setelah implant dicabut
Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak
dan amenorea
7. Aman dipakai pada masa laktasi
Menurut Handayani (2010:116) terdapat 2 macam implant ada 2 yaitu:
1. Non Biodograndable implant
Dengan ciri ciri sebagai berikut :
a. Norplant (6 kasul), berisi hormon Levonogrestel, daya kerja 5 tahun.
b. Norplant-2 (2 batang), berisi hormon Levonogrestel, daya kerja 3
tahun.
c. Satu batang, berisi hormon ST-1435, daya kerja 2 tahun. Rencana siap
pakai : tahun 2000
d. Satu batang, berisi hormone 3-keto desogesteri daya kerja 2,5-4 tahun.
Sedangkan Non Biodograndable Implant dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
a. Norplant
Dipakai sejak tahun 1987, terdiri dari 6 kapsul kosong silastic (karet
silicon) yang diisi dengan hormon Levonogrestel dan ujung ujung kapsul
ditutup dengan silastic adhesive. Tiap kapsul mempunyai panjang 34 mm,
diameter 2,4 mm, berisi 36 mg levonorgestrel, serta mempunyai ciri sangat
efektif dalam mencegah kehamilan untuk lima tahun. Saat ini Norplant banyak
dipakai.
b.
Norplant -2
Dipakai sejak tahun 1987, terdiri dari dua batang silactic yang padat, dengan
panjang tiap batang 44 mm. Dengan masing masing batang diisi 70 mg
Levonorgestrel di dalam matriks batangnya. Ciri norplan- 2 adalah sangat
efektif untuk mencegah kehamilan 3 tahun.
52
2. Biodegrodable Implant
Macam implant biodegradable dibagi menjadi 2 macam :
a.
Carpronor
suatu kapsul polymer yang berisi levonorgestrel, pada awal penelitian dan
pengembangannya, carpronor berupa suatu kapsul biodegradable yang
mengandung levonorgestrel yang dilarutkan dalam minyak ethyl-aleate
dengan diameter kapsul< 0,24 cm dan panjang kapsul yang teliti terdiri
dari 2 ukuran, yaitu :
2,5 cm : berisi 16 mg levonogestrel, melepaskan 20 mcg hormonnya/
hari.
4 cm : berisi 25 levonorgestrel, melepaskan 30 50 mcg
hormonal/hari.
b.
Narethindrone Pellets
Pellets dibuat dari 10 % kolesterol murni dan 90% norechindrone (NET).
Setiap pellets panjang 8 mm berisi 35 mg NET, yang akan dilepaskan saat
pellet dengan perlahan lahan melarut.
Pellets berukuran kecil, masing masing sedikit lebih besar dari pada butir
besar.
Uji coba pendahuluan menggunakan n4 dan 5 pellets.
Dosis harian NET dan efektivitas kontrasepsi bertambah dengan
banyaknya jumlah pellets.
Sediaan empat pellets tampaknya memberikan perlindungan yang besar
terhadap kehamilan untuk sekurang kurangnya 12 bulan.
Lebih dari 50% akseptor pellets mengalami pola haid regular. Perdarahan
inter menstrual atau perdarahan bercak merupakan problin utama.
Terjadi rasa sakit payudara pada 4 % akseptor
Jumlah kecil dari kolesterol dalam masing masing pellets kurang dari
2% kolesterol dalam satu butir telur ayam tidak mempunyai efek pada
kadar kolesterol darah akseptor.
Insersi pellets dilakukan pada bagian dalam lengan atas prosedur insersi
seperti pada capronor dan dapat dipakai dengan inserter yang sama.
Daerah insersi disuntikkan dengan anestesi lokal lalu dibuat insisi 3 mm.
Pellets diletakkan kira kira 3 cm dibawah kulit. Tidak diperlukam
penjahitan luka insisi, cukup ditutup dengan verband saja.
Cara Kerja
Cara kerja implant menurut Saifuddin (2006:MK:54) adalah sebagai berikut:
53
Kerugian
a. Tidak memberikan efek protektif
terhadap
panjang
(sampai 5 tahun).
c. Pengembalian tingkat kesuburan
yang cepat setelah pencabutan.
d. Tidak memerlukan pemeriksaan
dalam.
e. Bebas dari pengaruh estrogen.
f. Tidak
mengganggu
kegiatan
senggama.
g. Tidak mengganggu ASI.
h. Klien hanya perlu kembali ke
klinik bila ada keluhan.
i. Dapat dicabut setiap saat sesuai
dengan kebutuhan.
penyakit
Menular
untuk
insersi
dan
pencabutan.
c. Akseptor tidak dapat menghentikan
sendiri pemakaian kontrasepsi ini
sesuai keinginan, akan tetapi harus
pergi ke klinik untuk pencabutan.
d. Dapat
mempengaruhi
baik
penurunan maupun kenaikan berat
badan
e. Memiliki semua risiko sebagai
layaknya setiap tindak bedah minor
(infeksi,
hematoma
dan
perdarahan).
f. Secara kosmetik susuk Norplant
54
kejadian
beberapa
g. Pada
dapat
sedang
dalam
Kontraindikasi
masa Hamil atau diduga hamil.
jelas penyebabnya.
Benjolan
kanker
payudara
atau
tidak
penggunaan
diinginkan
pil
kontrasepsi
Penyakit tromboemboli.
55
Efek samping
Amenore
Spotting
Infeksi pada daerah insersi
Berat badan tidak stabil
Q. IUD/AKDR
IUD (Intra Uterine Device) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
adalah alat kontrasepsi yang disisipkan ke dalam rahim, terbuat dari bahan
semacam plastik, ada pula yang dililit tembaga, dan bentuknya bermacam-macam.
Bentuk yang umum dan mungkin banyak dikenal oleh masyarakat adalah bentuk
spiral.
Dari berbagai jenis IUD, saat ini yang umum beredar dipakai di Indonesia ada 3
macam jenis yaitu:
IUD Copper T, terbentuk dari rangka plastik yang lentur dan tembaga yang
berada pada kedua lengan IUD dan batang IUD.
IUD Nova T, terbentuk dari rangka plastik dan tembaga. Pada ujung
lengan IUD bentuknya agak melengkung tanpa ada tembaga, tembaga
hanya ada pada batang IUD.
IUD Mirena, terbentuk dari rangka plastik yang dikelilingi oleh silinder
pelepas hormon Levonolgestrel (hormon progesteron) sehingga IUD ini
dapat dipakai oleh ibu menyusui karena tidak menghambat ASI.
Efektifitas
56
Cara kerja
Cara kerja dari alat kontrasepsi IUD adalah sebagai berikut
Keuntungan
Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi
Efek samping
57
Komplikasi
penyebab anemia
Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar)
Kerugian
58
SUMBER : sepydiscovery.wordpress.com/2012/12/04/iud-intra-uterine-device/,
2012
IUD
TCu
380A Safe
Load
59
adalah
kontrasepsi
yang
paling
semua
IUD
perempuan,termasuk Memiliki kanker rahim
Menyusui
diketahui penyebabnya
60
Manfaat lain
Metode operatif wanita (MOW), dan Metode Operatif Pria (MOP), termasuk
ke dalam golongan kontrasepsi mantap. Metode operatif wanita (MOW) disebut
juga dengan tubektomi merupakan salah satu metode kontrasepsi yang bersifat
permanen bagi seorang wanita bila tidak ingin hamil lagi dengan cara mengoklusi
61
tuba falopii. Oklusi tuba dilakukan dengan cara mengikat, memotong, atau
memasang cincin di tuba falopii, sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan
ovum (BKKBN & Kemenkes RI, 2012).
Metode Operatif Pria (MOP) adalah prosedur klinik untuk menghentikan
kapasitas reproduksi pria dengan cara mengoklusi vas defferens, sehingga jalur
transportasi spermatozoa terhambat, dan proses fertilisasi tidak terjadi. Kedua
metode ini dilakukan dengan prosedur operasi (BKKBN & Kemenkes RI, 2012).
Keuntungan MOW dan MOP
Keuntungan Metode Operatif Wanita (MOW) antara lain:
1. Efektif
MOW sangat efektif dengan angka kegagalan yang sangat rendah, yaitu
hanya 0,5 kehamilan per 100 perempuan selama 1 tahun pertama
penggunaan.
2. Efek samping rendah
3. Tidak mempengaruhi produksi asi
4. Tidak ada perubahan fungsi seksual
5. Tidak memerlukan kepatuhan akseptor (Hartanto,2004)
Metode Operatif Pria (MOP) memiliki beberapa keuntungan antara lain:
1. Efektif : MOP memiliki efektifitas yang tinggi, dengan angka kegagalan 1
banding 1000
2. Efek samping jarang terjadi
3. Tidak memerlukan kepatuhan akseptor
4. Tidak mengganggu fungsi seksual(Hartanto,2004).
Kerugian Metode operatif wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP)
Pada umumnya kerugian Metode operatif wanita (MOW) dan Metode
Operatif Pria (MOP) adalah metode kontrasepsi ini bersifat permanen, dalam
artian kesuburan sangat sulit untuk dikembalikan apabila suatu saat akseptor ingin
memiliki anak kembali. Oleh karena itu, metode ini hanya dilakukan terutama
pada pasangan yang telah memiliki anak, dan tidak menginginkan anak lagi.
Kerugian lainnya metode ini perlu dilakukan dengan tindakan operatif, dan harus
dilakukan di tempat yang memiliki fasilitas yang lengkap dan tenaga kerja yang
terlatih. Selain itu biaya untuk metode ini cenderung lebih mahal dari metode
lainnya. Pada perempuan yang melakukan prosedur MOW efek samping lainnya
yaitu nyeri bekas luka operasi, infeksi pada luka oprasi, dan apabila terjadi
kehamilan maka kehamilan yang terjadi berupa kehamilan ektopik. Pada pria
dapat terjadi komplikasi akibat prosedur operatif. Akseptor MOP harus
menggunakan kontraepsi tambahan selama 3 bulan setelah prosedur atau kurang
lebih 20 kali ejakulasi (BKKBN dan Kemenkes RI, 2012).
KontraindikasiMOW:
1. Kehamilan
2. PID
3. Penyakit jantung
4. Hipertensi
5. DM
62
6.
7.
8.
9.
Tumor pelvis
Penyakit perdarahan
Anemia berat/ pasien dengan anemia
Tidak dianjurkan untuk orang yang tidak stabil secara perkawinan,
psikologis dan seksual (Hartanto, 2004)
Kontraindikasi MOP
1. Infeksi pada kulit lokal disekitar tempat pembedahan
2. Infeksi traktus genitalis
3. Kelainan pada scrotum dan sekitarnya: varicocele, hydrocele, filariasis,
hernia inguinalis dan scrotum yang sangat tebal.
4. Tidak dianjurkan untuk orang yang tidak stabil secara perkawinan,
psikologis dan seksual (Hartanto, 2004)
63
BAB III
KESIMPULAN
Family planning atau Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu
individu atau pasangan suami isteri untuk menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara
kelahiran, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami
dan istri, menetukan jumlah anak dalam keluarga.
Sasaran utama dari pelayanan KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS).
Pelayanan KB diberikan di berbagai unit pelayanan baik oleh pemerintah maupun
swasta dari tingkat desa hingga tingkat kota dengan kompetensi yang sangat
bervariasi.
Jenis alat/obat kontrasepsi antara lain kondom, pil KB, suntik KB, AKDR,
implant, vasektomi, dan tubektomi. Untuk jenis pelayanan KB jenis kondom
dapat diperoleh langsung dari apotek atau toko obat, pos layanan KB dan kader
desa. Pelayanan kontrasepsi suntik KB sering dilakukan oleh bidan dan dokter
sedangkan pelayanan AKDR, implant dan vasektomi/tubektomi harus dilakukan
oleh tenaga kesehatan terlatih dan berkompeten.
64
DAFTAR PUSTAKA
1. Saifuddin AB. 1996. Buku Acuan Nasional Pelayanan Keluarga Berencana.
Edisi 1. Yogyakarta: NRC-POGI.
2. Badan Pusat Statistik Indonesia. Hasil Sensus Penduduk Indonesia Tahun
2010. 8 September 2010. Diakses tanggal 18 oktober 2016
3. Baird DT, Glasier AF. Hormonal Contraception, N. Engl. J. Med. 1993; 328:
1543-49.
4. Mochtar R. Kependudukan dan Keluarga Berencana. Dalam : Sinopsis
Obstetri. Jakarta: EGC, 1998: 236,250-251,255-256,268-274.
5. Smith MW. The No-Period Pills. 13 April 2011. Diakses tanggal 18 oktober
2016 dari http://www.webmd.com/sex/birth-control/features/no-period-pills?
page=2
6. Goldfien H, Monroe SE, Ovarium Dalam: Endokrinologi Dasar & Klinik,
Edisi 4, Jakarta: EGC, 2000 : 554, 562-567.
7. Mtawali G, Pina M, Angle M, Murphy C, The Menstrual Cycle and Its
Relation to Contraceptive Methods: A Reference for Reproductive Health
Trainers, 1st edition, Chapel Hill: INTRAH, 1997: 3-16, 27-32.
8. Hartanto H, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 2003: 36-38, 42-45,96-100, 46-57.
9. Julianto A, Biran S. Kontrasepsi. 20 November 2007. diakses tanggal 18
oktober
2016
dari
http://bintangmawar.net/forum/come_inside.php?
s=1a2db39cae8188.
10. Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw KD,
Cunningham FG, Contraception and Sterilization, In: Williams Gynecology, 1st
edition. Dallas: The McGraw Hill Companies, Inc, 2008: 252-62.
11. Glaiser A, Contraception, In: Dewhursts Textbook of Obstetrics &
Gynaecology, 7th edition, Edmonds DK, ed. London: Blackwell Publishing,
2007: 299-309.
12. Bloom SL, Hauth JC, Contraception, In: Williams Obstetrics, 23rd edition,
Cunningham FG, Leveno KJ, ed. Philadelphia: The McGraw-Hill Companies,
Inc, 2005: 356-60.
65
13. Stubblefield PG, Carr-Ellis S, Kapp N, Family Planning, In: Berek & Novaks
Gynecology, 14th edition, Berek JS, ed. USA: Lippincott William & Wilkins,
2008: 450-56.
14. Hansen LB. Oral Contraceptives: An Update on Health Benefits and Risks:
Progestin-Only Minipill, J Am Pharm Assoc. 2001; 41: 15-16.
15. Speroff L, Darney PD, Oral Contraception, In: A Clinical Guide for
Contraception, 4th edition, Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2005:
12138.
16. Rivera R, Yacobson I, Grimes D. The mechanism of action of hormonal
contraceptives and intrauterine contraceptive devices. Am J Obstet Gynecol.
1999; 181: 126369.
17. Cibula D, Gompel A, Mueck AO, La Vecchia C, Hannaford PC, Skouby SO,
et al. Hormonal contraception and risk of cancer. Human Reproduction
Update. 2010; 16: 630-32.
66