Anda di halaman 1dari 19

A.

ANATOMI PELVIS
Jalan lahir terbagi :
1

Bagian tulang ( tulangtulang panggul dengan sendi-sendinya,articulatio )

Bagian lunak ( otot,jaringan dan ligament )

Gambar 1 : Anatomi tulang panggul


Tulang panggul terdiri dari 3 jenis yaitu:
1) os coxae (os ilium, os ischium, os pubis)
2) os sacrum
3) os coccigeus.
Tulang-tulang tersebut satu sama lain saling berhubungan. Os illium merupakan
tulang terbesar dengan permukaan anterior berbentuk konkaf yang disebut fossa iliaka.
Bagian atasnya disebut Krista iliaka. Ujung-ujungnya disebut spina iliaka anterior superior
dan spina illiaka posterior superior. Os ischium merupakan bagian terendah dari os coxae.
Tonjolan di belakang disebut tuber ischii yang menyangga tubuh waktu duduk.
Os pubis terdiri dari ramus superior dan inferior. Ramus superior berhubungan
dengan os ilium., sedang ramus inferior kanan dan kiri membentuk arkus pubis. Ramus
inferior berhubungan dengan os ischium kira-kira 1/3 distal dari foramen obturatorius.
Kedua os pubis bertemu dan simetris.
Sakrum berbentuk baji, terdiri atas 5 vertebra sakralis. Vertebra pertama paling besar
menghadap ke depan. Pinggir atas vertebta ini dikenal sebagai promontorium, merupakan
suatu tanda penting dalam penilaian ukuran-ukuran panggul. Permukaan sacrum berbentuk
konkaf. Os coccygis merupakan tulang kecil, terdiri atas 4 vertebra koksigis.

Gambar 2. Tulang pembentuk pelvis


JALAN LAHIR
Secara fungsional panggul terdiri atas 2 bagian yang terdiri dari pelvis mayor dan pelvis
minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis diatas linea terminalis yang tidak banyak
pentingnya dalam obstetric. Yang lebih penting adalah pelvis minor, dibatasi oleh pintu atas
panggul (inlet) dan pintu bawah panggul (outlet). Pelvis minor berbentuk saluran yang
mempunyai sumbu lengkung ke depan (sumbu carus)
Gambar 3. Potongan sagital panggul

a. Pintu Atas Panggul


Pintu atas panggul dibentuk oleh promontorium corpus vertebra sacrum, linea
innominata, serta pinggir atas simfisis. Konjugata diagonalis adalah jarak dari pinggir bawah
simfisis ke promontorium, Secara klinis, konjugata diagonalis dapat diukur dengan

memasukkan jari telunjuk dan jari tengah yang dirapatkan menyusur naik ke seluruh
permukaan anterior sacrum, promontorium teraba sebagai penonjolan tulang. Dengan jari
tetap menempel pada promontorium, tangan di vagina diangkat sampai menyentuh arcus
pubis dan ditandai dengan jari telunjuk tangan kiri. Jarak antara ujung jari pada
promontorium sampai titik yang ditandai oleh jari telunjuk merupakan panjang konjugata
diagonalis.
Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium yang dihitung
dengan mengurangi konjugata diagonalis 1,5 cm, panjangnya lebih kurang 11 cm. Konjugata
obstetrika merupakan konjugata yang paling penting yaitu jarak antara bagian tengah dalam
simfisis dengan promontorium, Selisih antara konjugata vera dengan konjugata obstetrika
sedikit sekali.

Gambar 1. Diameter pada Pintu Atas Panggul


b. Panggul Tengah (Pelvic Cavity)
Ruang panggul ini memiliki ukuran yang paling luas. Pengukuran klinis panggul
tengah tidak dapat diperoleh secara langsung. Terdapat penyempitan setinggi spina isciadika,
sehingga bermakna penting pada distosia setelah kepala engagement. Jarak antara kedua
spina ini yang biasa disebut distansia interspinarum merupakan jarak panggul terkecil yaitu
sebesar 10,5 cm. Diameter anteroposterior setinggi spina isciadica berukuran 11,5 cm.
Diameter sagital posterior, jarak antara sacrum dengan garis diameter interspinarum
berukuran 4,5 cm.
c.

Pintu Bawah Panggul

Pintu bawah panggul bukanlah suatu bidang datar namun terdiri dari dua segitiga dengan
dasar yang sama yaitu garis yang menghubungkan tuber isciadikum kiri dan kanan. Pintu
bawah panggul yang dapat diperoleh melalui pengukuran klinis adalah jarak antara kedua
tuberositas iscii atau distansia tuberum (10,5 cm), jarak dari ujung sacrum ke tengah-tengah
distensia tuberum atau diameter sagitalis posterior (7,5 cm), dan jarak antara pinggir bawah
simpisis ke ujung sacrum (11,5 cm).
Jenis panggul menurut Caldwell-Moloy :
1

Panggul ginekoid
Bentuk panggul yang khas pada wanita, dengan pintu atas pangul yang bundar atau
dengan diameter transversa yang lebih panjang sedikit daripada diameter anteroposterior
dan dengan panggul tengah serta pintu bawah panggul yang cukup luas. Panggul jenis ini
paling baik untuk wanita, ditemukan pada 45% wanita.

Panggul anthropoid
Dengan diameter anteroposterior yang lebih panjang daripada diameter transversa
sehingga bentuk p.a.p lonjong kedepan, dan dengan arkus pubis menyempit sedikit.
Ditemukan pada 35% wanita.

Panggul android
Dengan pintu atas panggul yang berbentuk segitiga berhubungan dengan penyempitan
kedepan, dengan spina ischiadica menonjol ke dalam dan dengan arkus pubis menyempit.
Umumnya pria yang memiliki panggul jenis ini, dan hanya ditemukan 15% pada wanita.

Panggul platipelloid
Dengan diameter anteroposterior yang jelas lebih pendek daripada diameter transversa
pada pintu atas pangul dan dengan arkus pubis yang luas. Ditemukan pada 5% wanita.
Tipe panggul campuran disebut bila tidak memenuhi criteria 4 macam bentuk
pelvis dasar yang dibagi oleh Cadwell. Untuk menentukan kombinasi ini mula mula yang
disebut adalah jenis segmen pelvis bagian belakang dahulu kemudian baru bagian segmen
depan.
Berhubung dengan faktor ras dan sosial ekonomi, frekuensi dan ukuran-ukuran jenis
panggul berbeda-beda diantara berbagai bangsa. Dengan demikian standar untuk panggul
normal pada seorang wanita Eropa berbeda dengan standar wanita Asia. Pada panggul
dengan ukuran normal, kelahiran pervaginam janin dengan berat badan yang normal tidak
akan mengalami kesukaran.

Gambar 6 : klasifikasi Caldwell-Moloy

B. DEFINISI
Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarka ketidaksesuaian antara
kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina. Disproporsi
sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya.
istilah cephalopelvic disproportion mulai digunakan pada abad 20 untuk menggambarkan
adanya hambatan persalinan akibat ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dengan pelvis ibu.
C. ETIOLOGI
Penyebab dari cephalopelvic disproportion:
1

Janin yang besar

Panggul sempit

I.Janin yang Besar


Janin yang besar ialah janin yang beratnya lebih dari 4000 gram. Menurut
kepustakaan lain, anak yang besar dapat menimbulkan kesulitan dalam persalinan jika
beratnya lebih dari 4500 gram.3

Penyebab anak besar yaitu:

Diabetes mellitus

Herediter

Multiparitas

Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan karena besarnya kepala atau besarnya
bahu. Karena regangan dinding rahim oleh anak yang sangat besar, dapat timbul inersia uteri
dan kemungkinan perdarahan postpartum akibat atonia uteri juga lebih besar.
Jika panggul normal biasanya diusahakan persalinan pervaginam karena penentuan
besarnya anak dengan palpasi Leopold sangat sulit. Pemeriksaan USG dapat membantu
diagnosis bila anak letak kepala dan kepala belum masuk pintu atas panggul.3

II.Panggul Sempit
Batasan panggul sempit menurut Pedoman diagnosis dan Terapi Obstetri dan
Ginekologi RSHS yaitu setiap kelainan pada diameter panggul yang mengurangi
kapasitas panggul, sehingga dapat menimbulkan distosia pada persalinan. Distosia adalah
persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya kemajuan persalinan. Distosia
dapat disebabkan oleh kelainan pada servik, uterus, janin, tulang panggul ibu atau
obstruksi lain di jalan lahir. Kelainan ini oleh ACOG dibagi menjadi tiga yaitu:
1

Kelainan kekuatan (power) yaitu kontraktilitas uterus dan upaya ekspulsif ibu.
a. Kelainan his : inersia uteri / kelemahan his
b. kekuatan mengejan yang kurang misalnya pada hernia atau sesak nafas.

Kelainan yang melibatkan janin (passenger), misalnya letak lintang, letak dahi,
hidrosefalus.

Kelainan jalan lahir (passage), misalnya panggul sempit, tumor yang mempersempit
jalan lahir.
Ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil karena pengaruh gizi, lingkungan atau hal

lain sehingga menimbulkan kesulitan pada persalinan pervaginam. Panggul sempit yang
penting pada obstetric bukan sempit secara anatomis namun panggul sempit secara
fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul. Selain panggul sempit dengan

ukuran yang kurang dari normal, juga terdapat panggul sempit lainnya. Panggul ini
digolongkan menjadi empat, yaitu:
1

Kelainan karena gangguan pertumbuhan intrauterine: panggul Naegele, panggul


Robert, split pelvis, panggul asimilasi.

Kelainan karena kelainan tulang dan/ sendi: rakitis, osteomalasia, neoplasma,


fraktur, atrofi, nekrosis, penyakit pada sendi sakroiliaka dan sendi sakrokoksigea.

Kelainan panggul karena kelainan tulang belakang: kifosis, skoliosis,


spondilolistesis.

Kelainan panggul karena kelainan pada kaki: koksitis, luksasio koksa, atrofi atau
kelumpuhan satu kaki.
Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas panggul
dapat menyebabkan distosia saat persalinan. penyempitan dapat terjadi pada pintu
atas panggul, pintu tengah panggul, pintu bawah panggul, atau panggul yang
menyempit seluruhnya.

D.

KLASIFIKASI.

Penyempitan dapat terjadi pada pintu atas panggul, pintu tengah panggul, pintu bawah
panggul, atau panggul yang menyempit seluruhnya.5
Klasifikasi panggul sempit :
a

Kesempitan pintu atas panggul

Kesempitan bidang tengah

Kesempitan pintu bawah panggul

a.Penyempitan pintu atas panggul


Pintu atas panggul dianggap sempit apabila diameter anterioposterior terpendeknya
(konjugata vera) kurang dari 10 cm atau apabila diameter transversal terbesarnya kurang dari
12 cm. Diameter anteroposterior pintu atas panggul sering diperkirakan dengan mengukur
konjugata diagonal secara manual yang biasanya lebih panjang 1,5 cm. Dengan demikian,
penyempitan pintu atas panggul biasanya didefinisikan sebagai konjugata diagonal yang
kurang dari 11,5 cm. Mengert (1948) dan Kaltreider (1952) membuktikan bahwa kesulitan

persalinan meningkat pada diameter anteroposterior kurang dari 10 cm atau diameter


transversal kurang dari 12 cm. Distosia akan lebih berat pada kesempitan kedua diameter
dibandingkan sempit hanya pada salah satu diameter.
Diameter biparietal janin berukuran 9,5-9,8 cm, sehingga sangat sulit bagi janin bila
melewati pintu atas panggul dengan diameter anteroposterior kurang dari 10 cm. Wanita
dengan tubuh kecil kemungkinan memiliki ukuran panggul yang kecil, namun juga memiliki
kemungkinan janin kecil. Dari penelitian Thoms pada 362 nullipara diperoleh rerata berat
badan anak lebih rendah (280 gram) pada wanita dengan panggul sempit dibandingkan
wanita dengan panggul sedang atau luas.
Pada panggul sempit ada kemungkinan kepala tertahan oleh pintu atas panggul,
sehingga gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi uterus secara langsung menekan bagian
selaput ketuban yang menutupi serviks. Akibatnya ketuban dapat pecah pada pembukaan
kecil dan terdapat resiko prolapsus funikuli. Setelah selaput ketuban pecah, tidak terdapat
tekanan kepala terhadap serviks dan segmen bawah rahim sehingga kontraksi menjadi
inefektif dan pembukaan berjalan lambat atau tidak sama sekali. Jadi, pembukaan yang
berlangsung lambat dapat menjadi prognosa buruk pada wanita dengan pintu atas panggul
sempit.
Pada nulipara normal aterm, bagian terbawah janin biasanya sudah masuk dalam
rongga panggul sebelum persalinan. Adanya penyempitan pintu atas panggul menyebabkan
kepala janin megapung bebas di atas pintu panggul sehingga dapat menyebabkan presentasi
janin berubah. Pada wanita dengan panggul sempit terdapat presentasi wajah dan bahu tiga
kali lebih sering dan prolaps tali pusat empat sampai enam kali lebih sering dibandingkan
wanita dengan panggul normal atau luas.
b. Penyempitan panggul tengah.
Dengan sacrum melengkung sempurna, dinding-dinding panggul tidak
berkonvergensi, foramen isciadikum cukup luas, dan spina isciadika tidak menonjol ke
dalam, dapat diharapkan bahwa panggul tengah tidak akan menyebabkan rintangan bagi
lewatnya kepala janin. Penyempitan pintu tengah panggul lebih sering dibandingkan pintu
atas panggul.Hal ini menyebabkan terhentunya kepala janin pada bidang transversal sehingga
perlu tindakan forceps tengah atau seksio sesarea.
Penyempitan pintu tengah panggul belum dapat didefinisikan secara pasti seperti
penyempitan pada pintu atas panggul. Kemungkinan penyempitan pintu tengah panggul

apabila diameter interspinarum ditambah diameter sagitalis posterior panggul tangah adalah
13,5 cm atau kurang. Ukuran terpenting yang hanya dapat ditetapkan secara pasti dengan
pelvimetri roentgenologik ialah distansia interspinarum. Apabila ukuran ini kurang dari 9,5
cm, perlu diwaspadai kemungkinan kesukaran persalinan apalagi bila diikuti dengan ukuran
diameter sagitalis posterior pendek.
c.Penyempitan Pintu Bawah Panggul
Pintu bawah panggul bukan suatu bidang datar melainkan dua segitiga dengan
diameter intertuberosum sebagai dasar keduanya. Penyempitan pintu bawah panggul terjadi
bila diameter distantia intertuberosum berjarak 8 cm atau kurang. Penyempitan pintu bawah
panggul biasanya disertai oleh penyempitan pintu tengah panggul.
Disproporsi kepala janin dengan pintu bawah panggul tidak terlalu besar dalam
menimbulkan distosia berat. Hal ini berperan penting dalam menimbulkan robekan perineum.
Hal ini disebabkan arkus pubis yang sempit, kurang dari 900 sehingga oksiput tidak dapat
keluar tepat di bawah simfisis pubis, melainkan menuju ramus iskiopubik sehingga perineum
teregang dan mudah terjadi robekan.

E. DIAGNOSA
1. ANAMNESIS
Perkiraan panggul sempit dapat diperoleh dari pemeriksaan umum dan anamnesa.
Dari anamnesa persalinan terdahulu juga dapat diperkirakan kapasitas panggul. Apabila pada
persalinan terdahulu berjalan lancar dengan bayi berat badan normal, kemungkinan panggul
sempit adalah kecil.
2.PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik umum
Misalnya pada tuberculosis vertebra, poliomyelitis, kifosis. Pada wanita dengan tinggi
badan yang kurang dari normal atau tinggi kurang dari 5 kaki ada kemungkinan memiliki

kapasitas panggul sempit, namun bukan berarti seorang wanita dengan tinggi badan yang
normal tidak dapat memiliki panggul sempit.
Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan salah satu cara untuk memperoleh
keterangan tentang keadaan panggul. Melalui pelvimetri dalam dengan tangan dapat
diperoleh ukuran kasar pintu atas dan tengah panggul serta memberi gambaran jelas pintu
bawah panggul. Adapun pelvimetri luar tidak memiliki banyak arti.
Pemeriksaan fisik khusus
Teknik perasat Osborn:
1

Pasien terlentang, tungkai sedikit fleksi.

Kepala janin dipegang oleh tangan kiri pemeriksa.

Dua jari lainnya di atas simfisis, permukaan jari berada pada permukaan anterior dari
simfisis.

Tentukan derajat tumpang tindih ketika kepala janin ditekan ke bawah dan ke
belakang.

Interpretasi perasat Osborn:


-

Kepala dapat ditekan ke dalam panggul, tidak terdapat tumpang tindih dari tulang
parietal, berarti CPD (-).

Kepala dapat ditekan sedikit, terdapat sedikit tumpang tindih dari tulang parietal,
sekitar 0,5 cm, berarti CPD sedang. Pemeriksaan dilanjutkan dengan perasat Muller.

Kepala tidak dapat dimasukkan ke dalam tulang panggul, tulang parietal


menggantung di atas simfisis dengan dibatasi jari, berarti CPD positif.

Teknik perasat Muller:


1

Pasien terlentang, tungkai sedikit fleksi.

Satu tangan memegang kepala dari luar di atas simfisis.

Dua jari dari tangan yang lain masuk ke dalam vagina, sampai pintu atas panggul.

Tangan luar mendorong kepala anak ke arah simfisis.

Interpretasi perasat Muller:


-

Kepala anak teraba oleh kedua jari, berarti CPD (-).

Kepala anak tidak teraba oleh kedua jari, berarti CPD (+).

Persangkaan panggul sempit Seseorang harus ingat akan kemungkinan panggul sempit
jika:3

Pada primipara, kepala anak belum turun setelah minggu ke 36.

Pada primipara ada perut menggantung atau pendulum

Pada multipara, persalinan yang dulu-dulu sulit.

Ada kelainan letak pada hamil tua.

Terdapat kelainan bentuk badan ibu (cebol, skoliosis, pincang, dll.)

Tanda Osborn positif.

Gambar Abdomen Pendulum dengan Kehamilan.

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Radiologi
Pelvimetri radiologis dapat memberi gambaran yang jelas dan mempunyai tingkat
ketelitian yang tidak dapat dicapai secara klinis. Pemeriksaan ini dapat memberikan
pengukuran yang tepat dua diameter penting yang tidak mungkin didapatkan dengan
pemeriksaan klinis yaitu diameter transversal pintu atas dan diameter antar spina iskhiadika.
Tetapi pemeriksaan ini memiliki bahaya pajanan radiasi terutama bagi janin sehingga jarang
dilakukan.
CT SCAN
Pelvimetri dengan CT scan dapat mengurangi pajanan radiasi, tingkat keakuratan lebih
baik dibandingkan radiologis, lebih mudah, namun biayanya mahal. Selain itu juga dapat
dilakukan pemeriksaan dengan MRI dengan keuntungan antara lain tidak ada radiasi,

pengukuran panggul akurat, pencitraan janin yang lengkap. Pemeriksaan ini jarang dilakukan
karena biaya yang mahal. Dari pelvimetri dengan pencitraan dapat ditentukan jenis panggul,
ukuran pangul yang sebenarnya, luas bidang panggul, kapasitas panggul, serta daya
akomodasi yaitu volume dari bayi yang terbesar yang masih dapat dilahirkan spontan.

Kriteria diagnosis :
a

Kesempitan pintu atas pangul.3


Panggul sempit relatif

: Jika konjugata vera > 8,5-10 cm

Panggul sempit absolut

: Jika konjugata vera < 8,5 cm

Kesempitan panggul tengah


Bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah simfisis dan spina os ischii
dan memotong sacrum kira-kira pada pertemuan ruas sacral ke-4 dan ke-5.3,5
Ukuran yang terpenting dari bidang ini ialah:
1

Diameter transversa (diameter antara kedua spina) 10,5 cm.

Diameter anteroposterior dari pinggir bawah simfisis ke pertemuan ruas sakral ke4 dan ke-5 11,5 cm.

Diameter sagitalis posterior dari pertengahan garis antara kedua spina ke


pertemuan sacral ke-4 dan ke-5 5 cm.
Dikatakan bahwa bidang tengah panggul itu sempit jika :
1

Jumlah diameter transversa dan diameter sagitalis posterior 13,5 cm atau


kurang (10,5 cm + 5 cm = 15,5 cm).

Diameter antara spina kurang dari 9 cm .


Ukuran-ukuran bidang tengah panggul tidak dapat diperoleh secara klinis
harus diukur secara rontgenologis, tetapi jika dapat juga menduga adanya
kesempitan bidang tengah panggul jika:
1

Spina ischiadica sangat menonjol.

Dinding samping panggul konvergen.

Diameter antara tuber ischii 8,5 cm atau kurang.

4
c

Kesempitan pintu bawah panggul

jika dijumpai diameter interiscia tuberosum 8,5 cm, dan dengan distansia tuberum
bersama dengan diameter sagitalis posterior kurang dari 15 cm, timbul kemacetan
pada kelahiran janin ukuran biasa.

F. PENGARUH PANGGUL SEMPIT


Pengaruh panggul sempit pada kehamilan :
1

Retroflexi uteri gravidi incarcerate

Kepala tidak dapat turun pada bulan terakhir

Fundus menonjol ke depan hingga perut menggantung

Abdomen pendulum pada primi gravid

Biasanya anak lebih kecil dari ukuran bayi rata-rata

Pengaruh pada persalinan :


1

Persalinan lebih lama dari biasanya, karena gangguan pembukaan ataupun banyaknya
waktu yang diperlukan untuk moulage kepala anak. Kelainan pembukaan dapat terjadi
karena ketuban belum pecah sebelum waktunya karena bagian depan kurang menutup
pintu atas panggul, selanjutnya setelah ketuban pecah kepala tidak dapat menekan
pada serviks karena tertahan pada pintu atas panggul.3

Sering terjadi kelainan presentasi atau posisi

Ruptur uteri, jika his menjadi telalu kuat dalam usaha mengatasi rintangan yang
ditimbulkan panggul sempit.

Sebaliknya, jika otot rahim menjadi lelah karena rintangan oleh pangul sempit, dapat
terjadi infeksi intrapartum.

Fistel vesikovaginal dan rektovaginal, akibat tekanan lama pada jaringan yang dapat
menimbulkan iskemi yang menyebabkan nekrosis.

Ruptur simfisis (simfisiolisis), pasien merasakan nyeri di daerah simfisis dan tidak
dapat mengangkat tungkainya.

Paresis kaki ibu akibat tekanan dari kepala pada urat-urat saraf di dalam rongga
panggul. Yang paling sering terjadi adalah kelumpuhan nervus peroneus.

Pengaruh pada anak :


1

Kematian perinatal meningkat pada partus yang lama.

Prolapsus foeniculi

Perdarahan otak karena moulage yang kuat, terutama jika diameter biparietal
berkurang lebih dari 0,5 cm.

PENANGANAN
Pola Persalinan Kriteria Diagnostik Penanganan yang dianjurkan Penanganan
Khusus

Panggul dengan ukuran normal tidak akan mengalami kesukaran kelahiran


pervaginam pada janin dengan berat badan yang normal.
3.3.1
3.4 Perkiraan Kapasitas Panggul Sempit

Sebenarnya panggul hanya merupaka salah satu faktor yang menentukan apakah anak
dapat lahir spontan atau tidak, disamping banyak faktor lain yang memegang peranan dalam
prognosa persalinan.
Kesempitan pintu atas panggul berdasarkan ukuran conjugata vera (CV):
CV 8,5 10 cm dilakukan partus percobaan yang kemungkinan berak hir
dengan partus spontan ataudengan ekstraksi vakum, atau ditolong dengan secio
caesaria sekunder atas indikasi obstetric lainnya.
C V = 6 - 8 , 5 c m d i l a k u k a n S C p r i m e r.
CV = 6 cm dilakukan SC primer mutlak.

1. Pemeriksaan ginekologis
2. Pemeriksaan penunjang
- Ultrasonografi
- Radiologis

Kesempitan pintu

Kesempitan

Kesempitan pintu

atas panggul

panggul tengah

bawah panggul

Relatif

Absolut

(konjugata vera

(Konjugata vera < 8,5 cm)

8,5-10 cm)

Partus percobaan

Seksio sesarea
Primer

Berhasil

Gagal

Seksio sesarea
Persalinan berikut dengan seksio sesarea primer
Persalinan Percobaan
Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara kepala janin dan
panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat berlangsung per vaginan dengan selamat
dapat dilakukan persalinan percobaan. Cara ini merupakan tes terhadap kekuatan his, daya
akomodasi, termasuk moulage karena faktor tersebut tidak dapar diketahui sebelum
persalinan.
Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak bisa pada
letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak lainnya. Ketentuan lainnya adalah
umur keamilan tidak boleh lebih dari 42 minggu karena kepala janin bertambah besar
sehingga sukar terjadi moulage dan ada kemungkinan disfungsi plasenta janin yang akan
menjadi penyulit persalinan percobaan.
Pada janin yang besar kesulitan dalam melahirkan bahu tidak akan selalu dapat diduga
sebelumnya. Apabila dalam proses kelahiran kepala bayi sudah keluar sedangkan dalam
melahirkan bahu sulit, sebaiknya dilakukan episiotomy medioateral yang cukup luas,
kemudian hidung dan mulut janin dibersihkan, kepala ditarik curam kebawah dengan hatihati dan tentunya dengan kekuatan terukur. Bila hal tersebut tidak berhasil, dapat dilakukan
pemutaran badan bayi di dalam rongga panggul, sehingga menjadi bahu depan dimana
sebelumnya merupakan bahu belakang dan lahir dibawah simfisis. Bila cara tersebut masih
juga belum berhasil, penolong memasukkan tangannya kedalam vagina, dan berusaha
melahirkan janin dengan menggerakkan dimuka dadanya. Untuk melahirkan lengan kiri,
penolong menggunakan tangan kanannya, dan sebaliknya. Kemudian bahu depan diputar ke
diameter miring dari panggul untuk melahirkan bahu depan.
Persalinan percobaan ada dua macam yaitu trial of labour dan test of labour. Trial of
labour serupa dengan persalinan percobaan di atas, sedangkan test of labour sebenarnya
adalah fase akhir dari trial of labour karena baru dimulai pada pembukaan lengkap dan
berakhir 2 jam kemudian. Saat ini test of labour jarang digunakan karena biasanya

pembukaan tidak lengkap pada persalinan dengan pangul sempit dan terdapat kematian anak
yang tinggi pada cara ini.
Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat lahir sontan per vaginam atau
dibantu ekstraksi dengan keadaan ibu dan anak baik. Persalinan percobaan dihentikan apabila
pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannnya, keadaan ibu atau anak kurang baik, ada
lingkaran bandl, setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah kepala tidak masuk PAP
dalam 2 jam meskipun his baik, serta pada forceps yang gagal. Pada keadaan ini dilakukan
seksio sesarea.
Seksio Sesarea
Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan kehamilan
aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga dapat dilakukan pada
kesempitan panggul ringan apabila ada komplikasi seperti primigravida tua dan kelainan
letak janin yang tak dapat diperbaiki. Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama
beberapa waktu) dilakukan karena peralinan perobaan dianggap gagal atau ada indikasi untuk
menyelesaikan persalinan selekas mungkin sedangkan syarat persalinan per vaginam belum
dipenuhi.
Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada simfisis.
Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.
Kraniotomi dan Kleidotomi
Kraniotomi adalah suatu tindakan yang memperkecil ukuran kepala janin dengancara
melubangi tengkorak janin dan mengeluarkan isi tengkorak, sehingga janin dapatdengan
mudah lahir pervaginam.
Sedangkan kleidotomi adalah tindakan yang dilakukan setelah janin pada presentasi
kepala dilahirkan, akan tetapi kesulitan untuk melahirkan bahu karena terlalu lebar. Setelah
janin

meninggal,

tidak

ada

keberatan

klavikula) pada satu atau kedua klavikula

untuk

melakukan

kleidotomi

(memotong

DAFTAR PUSTAKA
1

Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.


Obstetri Fisiologi. Bandung: Elemen, 1983.

Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC,
2005.

Israr YA, Irwan M, Lestari, dkk. Arrest of Decent- Cephalopelvc Disproportion


(CPD).2008.
[Online]Hyperlink:http://72.14.235.132/:yayanakhyar.wordpress.com/2008/09/05/arrestof-decent-cephalopelvic-disproportion-cpd/+Cephalo-pelvic+disproportion&cd, 20 Mei
2009.

Lowe, N.K. The Dystocia Epidemic in Nulliparous Women. School of Nursing Oregon
Health

&

Science

University.

2005.

[Online]

Hyperlink:

http://196.33.159.102/1961VOLXXXV20JulDec/Articles/20October/20ACLASSIFICAT
IONOFCEPHALO-PELVICDISPROPORTION.C.J.T Craig.pdf 10 Mei 2009.
5

Pbl 25 Distosia Et Causa Cpd Pata, http://www.scribd.com/doc/59856124/Pbl-25Distosia-Et-Causa-CPD-Pata


6 Presus Cpd Ruu, http://www.scribd.com/doc/75701319/PRESUS-CPDRUU

Saifuddin AB. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Keempat. Jakarta: BPSP,2008.

Sari Wardani MP, Indikasi Operasi Caesar Pada Pasien Dengan Disproporsi Kepala
Panggu,http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?
page=indikasi+operasi+caesar+pada+pasien+dengan+disproporsi+kepala+panggul&highl
ight=search, 22 of Sep, 2010 [03:07 UTC]

Winkjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Jakarta: YBP-SP, 2007.

Anda mungkin juga menyukai