Anda di halaman 1dari 17

VAGINISMUS Alisa Salsabila

Millatul Malihah
Aulia Azzahra
P R E S E P T O R : D R. U N T U N G S E N T O S A , S P. K J . , Shera Amalia Kholida
M.KES.
SEJARAH
•Seorang ahli ginekologi Amerika, James Marion Sims untuk pertama
kali menciptakan istilah “vaginismus” pada tahun 1862, pada
saat dirinya melakukan pemeriksaan VT (Vaginal Tousse) pada
seorang wanita di sebuah klinik bersalin. Dia menjelaskan bahwa
pada saat jari telunjuknya dimasukkan ke dalam vagina untuk
melakukan VT, terjadi kontraksi otot-otot vagina yang berlebihan
sehingga terjadi penolakan dengan adanya sensasi yang sangat
nyeri dan menyakitkan. (Crowley et al, 2006)
•Pada tahun 1834, P.C Huguier juga mendefinisikan sindrom
disfungsi vagina ini sebagai kondisi dimana terjadi kontraksi
involunter dari otot dinding vagina. (Suryadjaja, 2013)
•Vaginismus merupakan istilah yang menggambarkan kesulitan
penetrasi vagina. (Reissing et al, 2004)
DEFINISI
•Vaginismus adalah konstriksi involunter dari otot
sepertiga luar vagina yang mengganggu masuknya
penis dan intercourse. (Sadock, 2008)
FAKTOR PREDISPOSISI
•Memiliki pengalaman koitus yang menyakitkan
•Kondisi negative masa kanak-kanak yang menganggap
seks sebagai sesuatu yang kotor, penuh dosa dan
memalukan
•Trauma seksual pada awal masa kanak-kanak
•Trauma pada saat pertama kali pemeriksaan pelvis
•Fobia kehamilan
•Fobia penyakit kelamin (Townsend, 1998)
ETIOLOGI
Dari faktor fisik :
•Infeksi traktus genitalis (candidiasis, Ca Cervix oleh HPV, Vestibulitis)
•Penyakit sistem vaskular (atherosklerosis)
•Penyakit yang mempengaruhi sistem saraf (diabetes, multiple
sclerosis, cedera saraf tulang belakang)
•Penurunan kadar testosteron
•Penurunan kadar estrogen setelah menopause, melahirkan dan
sedang menyusui
•Obat-obatan: antihipertensi, antidepresan jenis SSRI (prozac dan
zoloft)
•Konsumsi alkohol yang berlebihan
ETIOLOGI
Dari faktor psikologis :
•Trauma psikoseksual (pemerkosaan)
•Informasi seksual yang tidak adekuat
•Religius: menganggap taboo
MEKANISME KONTRAKSI OTOT
POLOS VAGINISMUS
TANDA DAN GEJALA
•Pada umumnya vaginismus berawal dari rasa sakit ketika
mengalami sentuhan pada kelamin. Wanita yang
mengalami vaginismus merasa sangat takut dengan
setiap sentuhan pada kelamin, apalagi hubungan seksual.
(Wimpie, P 2004)
•Wanita yang mengalami vaginismus tetap mempunyai
dorongan (gairah) seksual ketika melakukan aktivitas
seksual seperti berciuman dan berpelukan. Perlendiran
vagina juga normal, bahkan dapat mencapai orgasme
dengan cara lain, misalnya rangsangan pada payudara.
Namun, begitu aktivitas seksual berubah ke sentuhan
pada kelamin, reaksi penolakan muncul dalam bentuk
vaginismus. (Wimpie, 2004)
TANDA DAN GEJALA
•Pada vaginismus, otot polos langsung berkontraksi
begitu ada rangsangan, biasanya saat ada penis
berusaha masuk ke vagina. Pada kasus vaginismus
ekstrem, otot lurik ikut berkontraksi. Akibatnya, penis
tidak bisa penetrasi.
•Kondisi itu membuat perempuan penderita vaginismus
merasa nyeri setiap ada upaya penetrasi.
•Sebagian besar penderita vaginismus sangat merasa
ketakutan untuk melakukan aktivitas seksual,
meskipun mereka tidak mengalami gangguan dalam
gairah seksual. (Jusni, 2007)
DIAGNOSIS
F52.5 Vaginismus Non-Organik
Terjadi spasme otot-otot vagina menyebabkan tertutupnya pembukaan vagina.
Masuknya penis menjadi tak mungkin atau nyeri.
DSM-IV-TR Diagnostic Criteria for Vaginismus
Berulangnya atau menetapnya spasme otot involunter dari 1/3 otot vagina bagian
luar yang terjadi saat melakukan sexual intercourse.
Gangguan tersebut ditandai dengan adanya distress atau kesulitan interpersonal.
Gangguan tersebut lebih baik tidak dihubungkan dengan gangguan Axis I dan
bukan afek fisiologis dari kondisi umum.
Specify type:
   Lifelong type
   Acquired type
Specify type:
   Generalized type
   Situational type
Specify:
   Due to psychological factors
   Due to combined factors
DIAGNOSIS
Diagnosis vaginismus ditentukan berdasarkan ada tidaknya gejala-
gejala di bawah ini :
1. Sulitnya penetrasi pada saat hubungan seksual. Rasa sesak dan nyeri
pada saat penetrasi merupakan salah satu tanda adanya vaginismus.
2. Adanya rasa nyeri seksual terus menerus yang terjadi setelah problem
pelvis, persoalan medis, atau bedah.
3. Nyeri seksual setelah melahirkan. Rasa nyeri seksual dan sesak saat
penetrasi setelah melahirkan (setelah semuanya sembuh) juga menjadi
salah satu pertanda vaginismus sekunder.
4. Nyeri seksual terus menerus dan rasa sesak saat penetrasi tanpa
adanya penyebab fisik yang terlihat.
5. Vaginismus sering terjadi selama aktifitas seksual berlangsung dan
dokter tidak dapat menemukan penyebab pasti kesulitan dalam
hubungan seksual tersebut.
6. Penolakan hubungan seksual akibat rasa nyeri atau gagalnya penetrasi.
PEMERIKSAAN
•Pemeriksaan lain yang dapat digunakan untuk
mendiagnosis vaginismus adalah dengan
menggunakan surface electromyography (sEMG) or
needle electromyography. Dari penelitian terhadap
sEMG dan needle EMG dapat menunjukkan kekuatan
otot-otot pelvic floor dan tonus otot pelvis serta vagina
dalam diagnosa vaginismus.
•Dari penelitian menunjukkan bahwa kekuatan otot
vagina dan pelvic floor pada wanita dengan
vaginismus lebih besar dibanding wanita normal.
TERAPI
Fokus utama terapi pada penggalian konflik yang tidak disadari,
motivasi, fantasi, dan berbagai kesulitan interpersonal
a. Dual-Sex Therapy
Kunci program ini adalah sesi meja-bundar, yaitu tim terapi
laki-laki dan perempuan mengklarifikasi, mendiskusikan, dan
menyelesaikan masalah dengan pasangan. Terapi bersifat
jangka pendek dan berorientasi perilaku. Terapis memiliki sikap
edukatif, dan menyarankan aktivitas seksual tertentu yang
dilakukan pasangan tersebut di rumah mereka. Awalnya,
hubungan seks dilarang dan pasangan belajar memberikan
serta menerima kesenangan tubuh tanpa adanya tuntutan
performa dan penetrasi (komunikasi secara nonverbal).
TERAPI
b. Specific Techniques and Exercises
Pada kasus vaginismus, seorang perempuan disarankan
melebarkan lubang vagina dengan jarinya atau dengan dilator
bertahap.
c. Hypnotherapy
Memfokuskan diri pada gejala yang menimbulkan ansietas
yaitu disfungsi seksual tertentu, sehingga fokus utamanya
adalah membuang gejala dan merubah sikap.
d. Group Therapy
Kelompok ini merupakan forum yang berguna untuk
melawan mitos seksual, memperbaiki kesalahan konsep, dan
memberikan informasi yang akurat mengenai anatomi
seksual, fisiologi, dan berbagai perilaku.
TERAPI
e. Biological Treatments
Farmakoterapi
• Antiansietas dapat memiliki beberapa penerapan pada
pasien yang tegang walaupun obat ini juga dapat
menggangu respon seksual
• Antidepresan disarankan untuk terapi pasien yang memiliki
fobia terhadap seks dan pada pasien dengan gangguan stres
pascatrauma setelah perkosaan
• Agen dopaminergik dapat meningkatkan libido dan
memperbaiki fungsi seksual, seperti L-dopa (prekursor
dopamin) dan bromocriptine (agonis dopamin). Antidepresan
bupropion memiliki efek dopaminergik dan meningkatkan
dorongan seks
SUMBER
•Sadock, Benjamin J., Sadock, Virginia A., 2008, Kaplan
& Sadock’s Concise Textbook of Clinical Psychiatry,
Third Edition, Lippincott Williams & Wilkins.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai