Anda di halaman 1dari 33

Gejala Biopsikososial pada Menopause

Adelfina Maretti Hana, Lianawati

I. Pendahuluan

Menopause menandakan berakhirnya kesuburan dan berakhirnya

menstruasi. Disamping itu sering timbul gejala akut dan kecemasan akan

pengaruh jangka panjang, seperti penyakit kardiovaskuler serta

osteoporosis. Dari segi emosi menandakan waktu terjadinya perubahan

besar saat wanita memiliki kesempatan untuk membuat pengkajian

kehidupan yang sudah ia lalui, ia mungkin harus beradaptasi dengan

perubahan peran dalam keluarga dan masyarakat, serta harus menghadapi

perubahan tubuh serta harapan dalam hidup. Perubahan fisik, sosial, dan

emosi dalam hidup, serta perubahan psikologis pada diri wanita membuat

masa menopause menjadi salah satu goncangan dan analisis diri terbesar

bagi beberapa wanita. Menopause merupakan kejadian yang sangat

individual dengan berbagai masalah usia paruh baya yang menyertainya

sehingga bagaimana setiap wanita menerima dan mengalami waktu

perubahan fisik ini sangat bervariasi. Pengobatan dapat membantu sebagian

wanita, konseling mungkin diperlukan oleh beberapa wanita lain.1

Klimakterium adalah masa transisi yang berawal dari akhir tahap

reproduksi dan berakhir pada awal senium, terjadi pada wanita usia 35 – 65

tahun. Masa ini ditandai dengan berbagai macam keluhan endokrinologis

dan vegetatif. Keluhan tersebut terutama disebabkan oleh menurunnya

fungsi ovarium. Gejala menurunnya fungsi ovarium adalah berhentinya

Page 1
menstruasi pada seorang wanita yang dikenal sebagai menopause.

Menopause merupakan suatu peristiwa fisiologis yang disebabkan oleh

menuanya ovarium yang mengarah pada penurunan produksi hormon

estrogen dan progesteron yang dihasilkan dari ovarium. Kekurangan

hormon ini menimbulkan berbagai gejala somatik, vasomotor, urogenital,

dan psikologis yang mengganggu kualitas hidup wanita secara keseluruhan.1

Secara endokrinologis, masa klimakterium ditandai oleh turunnya

kadar estrogen dan meningkatnya pengeluaran gonadotropin. Kekurangan

hormon estrogen ini menyebabkan menurunnya berbagai fungsi degeneratif

ataupun endokronologik dari ovarium yang menimbulkan rasa cemas pada

sebagian wanita. Keluhan-keluhan pada masa ini disebabkan oleh sindroma

klimakterik. Tercatat di Eropa sekitar 70-80%, Amerika sekitar 60%,

Malaysia sekitar 57%, China 18% dan di Jepang serta Indonesia sekitar

10%.2

II. Anatomi dan Fisiologi Organ Genitalia

(Gambar 1. Dikutip dari kepustakaan no. 3)

Page 2
a. Saluran tuba

Tuba fallopi terdiri atas (1) pars interstisialis, yaitu bagian yang

terdapat di dinding uterus (2) pars ismika, merupakan bagian medial tuba

yang sempit seluruhnya (3) pars ampullaris, yaitu bagian yang terbentuk

sebagai saluran agak lebar, tempat konsepsi terjadi (4) infundibulum,

yaitu bagian ujung tuba yang terbuka ke abdomen dan mempunyai

fimbria. Fimbria penting artinya bagi tuba untuk menangkap telur dan

selanjutnya menyalurkan telur ke dalam tuba. Saluran tuba fallopi adalah

tempat konsepsi dan otot dinding tuba yang terdapat didalamnya selaput

dengan sel-sel yang bersekresi dan bersilia yang khas, berfungsi untuk

menyalurkan telur atau hasil konsepsi ke arah kavum uteri.3

Penyusutan dalam panjang saluran tuba fallopi mengakibatkan

hilangnya epitel bersilia dan hilangnya mukosa selaput yang berlipat-

lipat. Perubahan ini terkait dengan usia dan mengakibatkan penurunan

kesuburan, dan mungkin menjelaskan mengapa wanita yang lebih tua

meningkat angka risiko terjadinya kehamilam ektopik.3

b. Uterus dan leher rahim

Uterus terdiri dari atas (1) fundus uteri, (2) korpus uteri, (3) serviks

uteri. Fundus uteri adalah bagian uterus proksimal, disitu kedua tuba

fallopi masuk ke uterus. Secara histologik dari dalam ke luar, uterus

terdiri atas 3 lapisan yaitu: (1) endometrium, mempunyai arti penting

dalam siklus haid perempuan dalam masa reproduksi. Dalam masa haid,

endometrium sebagian besar dilepaskan, untuk kemudian tumbuh lagi

Page 3
dalam masa reproduksi dibawah pengaruh dari estrogen. Ketika produksi

estrogen menurun, siklus untuk tumbuh kembali menjadi terganggu, dan

lama-lama menjadi berhenti. (2) miometrium, lapisan tengah uterus yang

terdiri dari banyak serat otot polos yang berfungsi untuk kontraksi uterus.

Estrogen membantu mempertahankan fungsi dari otot polos tersebut,

dengan berkurangnya hormon estrogen berarti berkurang juga serat otot

polos. (3) perimetrium, merupakan lapisan paling luar dan yang

berhubungan dengan rongga perut yang berfungsi sebagai pelindung

uterus, akan tampak berubah seiring bertambahnya usia.3

Leher rahim atau serviks terdiri atas (1) pars vaginalis servisis uteri

yang dinamakan porsio (2) pars supravaginalis servisis uteri yaitu bagian

serviks yang berada di atas vagina. Saluran yang terdapat dalam serviks

disebut kanalis servikalis, saluran ini dilapisi oleh kelenjar-kelenjar

serviks, berbentuk sel-sel torak bersilia dan berfungsi sebagai

reseptakulum seminis. Menopause dikaitkan dengan berkurangnya

produksi kelenjar pada serviks.3

III. Fisiologi Menopause

Penyebab menopause adalah “matinya” (burning out) ovarium.

Sepanjang kehidupan seksual seorang wanita kira-kira 400 folikel primodial

tubuh menjadi folikel vesikuler dan berevulasi. Sementara beratus-ratus dan

ribuan ovum berdegenerasi. Seorang wanita rata-rata bisa mengalami sekitar

400 peristiwa ovulasi selama masa reproduksinya. Ini merupakan persentase

Page 4
yang sangat kecil dari 6-7000000 oosit hadir pada minggu ke-20 kehamilan,

atau bahkan 400.000 oosit saat lahir. Proses atresia folikel, sebagian besar

tergantung siklus menstruasi, yang menyebabkan hilangnya aktivitas

ovarium dan menopause.4

Menopause terjadi akibat hilangnya sensitivitas ovarium terhadap

stimulasi gonadotropin, yang secara langsung berkaitan dengan gesekan

folikel. Oosit dalam ovarium mengalami atresia sepanjang siklus kehidupan

seorang wanita, yang mengakibatkan penurunan dan kualitas folikel.

Dengan demikian, variabel panjang siklus menstruasi selama menopause

transisi (MT) lebih disebabkan ukuran folikel menyusut dari kegagalan

folikel.5

Setiap wanita lahir dengan folikel dalam jumlah tertentu yang

berkurang melalui ovulasi dan jika terjadi atresia. Ketika jumlah folikel

menurun, estrogen dan progesterone yang diproduksi ovarium menurun

sebagai respon terhadap FSH (Follicle-stimullating-hormone) yang

dikeluarkan hipopisis, sampai lama-kelamaan tidak terjadi lonjakan LH

(Lutineizing Hormone). Selama siklus tanpa ovulasi selanjutnya, hipopisis

meningkatkan produksi FSH sebagai upaya meningkatkan produksi

estrogen. Kadar LH juga ikut meningkat. Siklus ini dapat memanjang dan

haid menjadi lebih ringan. Siklus menjadi lebih ringan tanpa ovulasi dan

tidak teratur, dengan pendarahan per vaginam terjadi pada fase lutcal yang

tidak adekuat atau setelah kadar estradiol menjadi puncak tanpa ovaluasi

atau berbentuk kopus leteum. Lonjakan estrgen dapat menyebabkan haid

Page 5
yang lebih banyak dan pembesaran fibroid uterus. Hormon-hormon terus

berfluktuasi dengan cara ini selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.

Setelah kurang lebih 400 kali ovulasi, kapasitas reproduksi menjadi aus dan

terjadilahlah menopause.6

Ovarium terus memproduksi sedikit estrogen. Precursor hormone

androstenedion diubah menjadi estrone, suatu bentuk estrogen, dalam sel-sel

lemak. Estron (E1) adalah estrogen dominan pasca menopause. Estriol (E)

merupakan estrogen yang secara biologis lemah, yang dihasilkan dari

metabolisme estron. Sekitar 75% wanita mengalami gejala menopause.

Kadar LH dan FSH digunakan secara klinis untuk memastikan awitan

menopause. Kadar maksimum dicapai 1-2 tahun setelah menopause yang

alami dan tetap meninggi selama 10-15 tahun. Menopause akibat

pembedahan terjadi jika ovarium diangkat atau jika kegagalan ovarium

terjadi setelah histerektomi sebagai akibat gangguan aliran darah didalam

ovarium. Setelah menopause karena pembedahan, kadar FSH dan LH

meningkat 20-30 hari.6

IV. Definisi Biopsikososial

Seseorang terdiri dari sistem biologi dan psikologi yang saling

berintersi, dimana seseorang ini berhubungan pula dengan sistem sosialnya.

Dewasa ini banyak dikenal masyarakat bahwa beberapa penyakit atau

perilaku kesehatan lainnya tidak hanya dipahami berdasarkan pertimbangan

medis.7

Page 6
Faktor psikososial adalah masalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang

mempunyai pengaruh timbal balik, sebagai akibat terjadinya perubahan

sosial dan atau gejolak sosial dalam masyarakat yang dapat menimbulkan

gangguan jiwa.7

Psikososial adalah suatu kondisi yang terjadi pada individu yang

mencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial menunjuk

pada hubungan yang dinamis antara faktor psikis dan sosial, yang saling

berinteraksi dan memengaruhi satu sama lain. Psikososial sendiri berasal

dari kata psiko dan sosial. Kata psiko mengacu pada aspek psikologis dari

individu (pikiran, perasaan dan perilaku) sedangkan sosial mengacu pada

hubungan eksternal individu dengan orang-orang di sekitarnya.7

Menurut Biopsychosocial Model (Engel 1977, 1980; Kazaerian dan

Evans 2001) kesehatan seseorang dipengaruhi oleh faktor biologi, psikologi

dan sosial yang saling berhubungan. Ketiga faktor tersebut dapat

mempengaruhi dan dipengaruhi satu sama lain. Berikut skemanya:7

(Gambar 2. Dikutip dari kepustakaan nomor 7)

Page 7
Wanita dengan keseimbangan psikologis emosional yang baik,

berpengetahuan luas dan dikelilingi keluarga yang harmonis, umumnya

mengalami hanya sedikit gangguan psikologis. Cemas merupakan suatu

reaksi emosional yang timbul oleh penyebab yang tidak pasti dan tidak

spesifik yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan merasa

terancam. Faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah lingkungan

disekitar individu, dan sumber umum dari kecemasan adalah pergaulan, usia

yang bertambah, keguncangan rumah tangga, dan adanya problem. Selain

itu kecemasan juga ditimbulkan karena tidak terpenuhinya kebutuhan

seksual, atau frustasi karena tidak tercapainya apa yang diingini baik

material maupun sosial.2

V. Definisi Menopause

Menopause merupakan istilah yang digunakan mengambarkan

perdarahan terakhir dalam kehidupan seorang wanita. Terjadi apabila

ovarium berhenti, maka haid berhenti secara permanen selama 1 tahun.1,2,6

Istilah Klimaterium lebih menekankan pada fase waktu terjadinya

menopause, bukan dari sisi perdarahan terakhir. Pada fase klimaterium

inilah gejala menopause umumnya timbul. Klimakterium mulai kira-kira 6

tahun sebelum menopause berdasarkan keadaan endokrinologik. Sedangkan

klimakterium berakhir kira-kira 6-7 tahun sesudah menopause. Baik tenaga

profesional cenderung menggunakan istilah menopause untuk

mengambarkan fase dalam kehidupan seorang wanita saat kesuburan tiada

Page 8
dan menstruasi berhenti wanita maupun. Istilah-istilah berikut juga sering

digunakan :1,6,8

1. Pramenopause, Waktu sebelum periode menstruasi berakhir, biasanya

sebelum gejala mulai muncul.

2. Perimenopause, Waktu di sekitar menopause saat perdarahan

menstruasi tidak teratur dan gejala menopause dapat muncul. Secara

teoritis konsepsi masih dapat terjadi walaupun siklus yang terjadi

mungkin merupakan siklus anovulatori. Perimenopause ini juga sering

disebut sebagai masa “transisi menopause”, pada fase transisi ini

seorang wanita akan mengalami perubahan kadar hormon estrogen

dan progesterone yang akan memberikan gejala “hot flushes”.

Beberapa gejala dapat bertahan berbulan-bulan atau bertahun-tahun.

Namun umunya berlangsung perimenopause berlangsung 3-5 tahun.

3. Pascamenopause, Waktu dalam kehidupan wanita setelah periode

menstruasi berhenti atau dimulai satu tahun setelah haid terakhir.

a. Usia Menopause

Walaupun masa waktu yang dihabiskan selama menopause ( 1/3

dari masa hidup) terus meningkat, usia onset menopause tidak banyak

berubah yaitu sekitar 50-51 tahun. Perempuan pada masa yunani kuno

mengalami menopause pada usia yang sama seperti perempuan

modern, dengan masa transisi simtomatik biasanya dimulai dari usia

45,5-47,7 tahun. Berdasarkan survey perkumpulan menopause

Page 9
indonesia tahun 2005, usia menopause rata-rata wanita indonesia 49

tahun.9

Di Inggris Raya, usia rata-rata saat periode menstruasi berhenti

setelah 51 tahun. Usia ini masih konstan selama bertahun-tahun meski

perbaikan umum dalam pemberian layanan perawatan kesehatan

mengakibatkan peningkatan usia harapan hidup yang jauh lebih tua

dibandingkan usia harapan hidup yang diketahui oleh generasi

sebelumnya. Saat ini, wanita diharapkan dapat hidup lebih lama lagi

setelah menopause dan ini merupakan sebagian alasan mengapa

wanita lebih memikirkan pengaruh jangka panjang defisiensi estrogen.

Meski 51 tahun merupakan usia rata-rata menopause, menopause

umumnya terjadi lebih awal pada beberapa wanita. Menopause yang

terjadi sebelum 40 tahun disebut kegagalan ovarium premature. Lama

rata-rata perimenopause kurang lebih 4 tahun. Usia harapan hidup

bagi wanita adalah 79,2 tahun, sehingga sebagian besar wanita

memiliki harapan hidup sekitar 3 dekade setelah menopause.1,6

Beberapa istilah berikut ini yang digunakan untuk menjelaskan

jenis menopause :1

1. Alamih/spontan : menstruasi berhenti sesuai waktu

2. Pembedahan : ovarium diangkat melalui pembedahan,

mengakibatkan menopause terjadi segera.

3. Premature : menopause terjadi sebelum usia 40 tahun, apapun

alasannya.

Page 10
4. Diinduksi : menopause terjadi akibat faktor eksternal, seperti

kemoterapi dan radioterapi.

VI. Faktor yang Mempengaruhi terjadinya Menopause dan Klasifikasi

Menopause

Menopause rupanya berhubungan dengan menarche, dimana makin

dini menarche terjadi, maka makin lambat menopause timbul sebaliknya

makin lambat menarche terjadi maka makin cepat menopause timbul. Tetapi

beberapa sumber juga menyebutkan bahwa usia menarche tidak

mempengaruhi waktu terjadinya menopause pada wanita. Wanita yang

kurus, wanita nulipara, dan wanita yang merokok mengalami nenopause

yang lebih dini. Usia terjadinya menopause juga dipengaruhi oleh kebiasaan

merokok yang dapat mempercepat terjadinya menopause hingga 1-2 tahun

lebih cepat. Pajanan terhadap bahan toksik (seperti kemoterapi) biasanya

juga menyebabkan menopause terjadi lebih dini. Umur waktu terjadinya

menopause juga dipengaruhi oleh keturunan, kesehatan umum, dan pola

kehidupan. Selain itu ovarium yang diangkat melalui pembedahan juga

menyebabkan menopause segera.1,6,8,10

Menopause dapat terjadi secara alamiah, maupun akibat pembedahan

atau penyinaran. Pada menopause dapat terjadi masalah pada jadwal

terjadinya menopause, yaitu:11

1. Menopause Premature. Terjadi sebelum usia 40 tahun. Biasanya

disebabkan karena herediter, pembedahan, alami, dan iatrogenik. Jika

Page 11
kedua ovarium diangkat, menopause terjadi dengan segera. Gejala

yang dialami mungkin cukup parah walaupun hanya terjadi dalam

waktu singkat. Tetapi sulih hormone yang diberikan tidak hanya untuk

mencegah timbulnya gejala,tetapi juga untuk membantu melindungi

dari penyakit kardiovaskuler dan osteoporosis.

2. Menopause terlambat. Terjadi diatas usia 52 tahun. Biasanya

disebabkan oleh konstitusional, fibromioma uteri, dan tumor ovarium

yang menghasilkan estrogen.

VII. Gejala-gejala Menopause

a. Gejala Klinis

Perubahan hormone pada wanita menjelang proses menopause

mengalami perbedaan pada tiap wanita. Pada sebagian besar orang gejala

menopause yang paling nyata adalah rasa panas dan kemerahan pada

wajah serta leher (hot flush). Meskipun demikian masih banyak gejala

lain yang dapat timbul selama menopause beberapa diantaranya dapat

menyebabkan distress berat terutama jika wanita tidak menyadari gejala

ini disebabkan oleh menopause yang mereka alami.1

1. Perubahan pada kulit

Reseptor estrogen terdapat diepidermis dan dermis. Kulit kering,

kecenderungan memar yang meningkat, dan penyembuhan yang

lambat, penurunan aktivitas melanosit, dan kadang-kadang jerawat

dialami oleh wanita perimenopause.6

Page 12
Tonjolan kulit, keratosis seboroik (papul-papul yang berbatas

tegas, datar kecoklatan), bintik De Morgan (angioma vherry-papul

berbentuk kubah kemerahan), dan acne rosasca (kondisi peradangan

pada kelenjar sebasca) terjadi dengan peningkatan frekuensi. Selama

perimenopause beberapa wanita mengalami sensasi kulit yang

mengganjil, seperti perasaan gatal yang menjalar. Wanita lain

mengalami kekeringan di mukosa oral mereka.6

Ketika seorang wanita menjadi lebih tua, kulitnya menjadi kurang

elatic, terutama kerusakan akibat cahaya. Berkurangnya estrogen pada

masa menopause menyebabkan keriputan dan kekeringan

menjadinyata. Namun sampai derajat tertentu gangguan memberikan

respon terhadap terapi.12

2. Atrofi genitourinaria

Penurunan produksi estrogen juga menyebabkan atrofi vagina dan

gejala-gejala vaginitis atrofik. Vaginitis atrofik ditandai dengan rasa

gatal, rasa tidak nyaman, rasa terbakar, dispareunia, dan kadang-

kadang pendarahan vagina karena penipisan epitel. Estrogen dalam

kadar rendah dapat juga menyebabkan penipisan mukosa inflamasi

pada uretra dan kandungan kemih. Kelainan tersebut akan tampak

pada 2-5 tahun setelah menopause. Gejala yang tampak berupa

pruritus dispareunia, uretritis, frekuensi dan urgensi berkemih, disuria,

inkontinesia dan prolaps pelvis. Inkontinesia telah dilaporkan pada

15%-60% wanita pasca menopause, kendati banyak penelitian yang

Page 13
dilakukan pada wanita usia >60 tahun. Gejala pada perkemihan dapat

berkaitan dengan konstipasi kronis atau aktivitas seksual.6,10

3. Hot Flushes

Diperkirakan bahwa 30-80% perempuan perimenopause dan

pascamenopause mengalami hot flushes. Sekitar 40% perempuan

tersebut menderita gejala-gejala yang cukup parah sehingga mereka

mencari pengobatan. Salah satu studi observasional menunjukkan

bahwa sebanyak 75% wanita akan mengalami hot flushes setelah

menopause. Hot flushes berhubungan dengan peningkatan denyut

nadi, peningkatan suhu kulit, vasodilatasi perifer dan berkeringat.

Frekuensi, durasi, dan intensitas gejala vasomotor sangat bervariasi

tetapi pada sebagian kasus, gejala tersebut mulai berkurang 4-6 tahun

setelah menopause.10

Gejala sindrom vasomotor :12,13

a) Hot flushes

- Mulai terasa panas dan merah

- Menjalar ke leher, tenggorokan, dan dada bahkan seluruh tubuh

b) Diikuti vasokontriksi yang menimbulkan perasaan dingin

c) Saat timbul panas diikuti pengeluaran keringat, malam hari: night

sweats

Muka merah berlangsung 1-3 menit dan sering disertai

keringat.muka merah dapat terjadi beberapa kali siang dan malam.

Jika terjadi pada malam hari ketika sedang tidur, keringat cenderung

Page 14
sangat banyak dan tidur terganggu. Keesokan harinya ia merasa sangat

lelah.12

Pada 57% wanita, hot flushes menetap selama lebih dari 5 tahun,

10% akan mengalami flashes selama lebih dari 15 tahun, dan yang

lain sekitar 0 tahun. Flushes dijelaskan sebagai suatu perasaan panas

yang hebat mulai dari dada atas atau leher ke wajah dan kepala.

Vasodilatasi terjadi dikulit, bergerak dari satu bagian tubuh ke bagian

tubuh lain, dan dapat disertai oleh palpitasi, vertigo, kelemahan,

pengeluaran keringat, dan ansietas. Frekuensinya berkisar dan jarang

hingga tiap 10-30 menit. Hot flushes terjadi baik pada menopause

yang terjadi karena pembedaan maupun yang secara alami tetapi lebih

hebat dan sering selama 6 bulan pertama setelah menopause bedah.

Penyebab pasti hot flashes belum dipahami, tetapi diduga

neutransmiter hipotalamik berubah akibat kehilangan umpan balik

negatif dari estrogen. Peningkatan kadar norepinefrin menstimulasi

pusat termoregulasi dihipotalamus.6

4. Perubahan siklus menstruasi

Siklus menstruasi menjadi tidak teratur.frekuensinya bisa lebih

jarang atau lebih sering sampai beberapa mengalami perdarahan yang

hebat dengan periode yang lebih panjang. Menstruasi menjadi lebih

berat atau lebih ringan.6

Page 15
5. Penurunan libido

Untuk penurunan libido tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa

menopause sendiri dikaitkan dengan penurunan libido. Banyak wanita

usia lanjut tidak memiliki pasangan seksual karena bercerai atau

suaminya meninggal. Waktu yang diperlukan untuk ransangan seksual

memanjang baik bagi pria dan wanita seiring pertumbuhan usia.

Gejala menopause yang meliputi ketidaknyamanan urogenitalia,

keletihan, insomia, dan depresi dapat secara sekunder mempengaruhi

libido.6

b. Gejala Psikologis

1. Depresi

Di amerika serikat, mencapai 1,3 juta wanita menopause per tahun.

Meskipun sebagian besar wanita transisi menopause tanpa mengalami

masalah kejiwaan, tetapi diperkirakan 20% mengalami depresi pada

saat menopause. Sebuah penilitian menyatakan bahwa gejala depresi

akan meningkat selama masa transisi menopause dan menurun setelah

menopause. Di Amerika Serikat, sebuah studi dengan sampel

komunitas perempuan yang mengalami menopause alami juga

menunjukkan peningkatan gejala depresi selama perimenopause. Para

penelitidari Harvard Study of Moods mengambil sampel wanita

premenopause berusia 36-44 tahun yang tidak memiliki riwayat

depresi berat dan ditindaklanjuti perempuan ini selama 9 tahun untuk

mendekteksi onsets baru depresi berat, hasilnya mereka menemukan

Page 16
bahwa wanita yang memasuki perimenopause dua kali lebih mungkin

untuk memiliki gejala klinis yang signifikan sebagai perempuan yang

belum membuat transisi menopause. Sementara beberapa peneliti

telah menemukan peningkatan insiden depresi pada wanita yang telah

mengalami menopause bedah.4

Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih, karena

kehilangan kemampuan untuk berproduksi, sedih karena kehilangan

kesempatan untuk memilik anak, sedih karena kehilangan daya tarik.

Wanita merasa tertekan karena kehilangan seluruh perannya sebagai

wanita dan harus menghadapi masa tuanya.2

2. Gangguan tidur

Pola yang buruk dapat merupakan tanda adanya penyakit kronis,

depresi atau gangguan tidur atau gangguan pernapasan, atau gejalan

ini dapat disebabkan oleh keringat malam yang mengganggu tidur.

Insomnia terjadi pada 40-50% wanita selama masa transisi

menopause. Wanita dengan insomnia lebih mungkin mengalami

masalah seperti kecemasan, stres, ketegangan, dan gejala depresi.6,14

Gangguan tidur selama menopause telah dikaitkan dengan

defisiensi estrogen; estrogen eksogen terbukti untuk meningkatkan

baik subjektif dan objektif tidur, dikaitkan dengan penurunan hot

flashes. Sebuah studi menunjukkan bahwa tingkat LH yang tinggi

pada akhir menopause menghasilkan kualitas tidur yang buruk melalui

Page 17
mekanisme termoregulasi, mengakibatkan suhu inti tubuh yang

tinggi.14

3. Skizofrenia

Beberapa penelitian telah mengamati memburuknya kursus

skizofrenia pada wanita selama masa transisi menopause. Pengamatan

ini menunjukkan bahwa estrogen mungkin memainkan peran

modulatory dalam patofisiologi skizofrenia.14

4. Gangguan panik

Gangguan panik adalah umum terjadi selama perimenopause.

Gangguan ini mungkin terjadi selama menopause, atau gangguan

panik yang sudah ada sebelumnya dapat memperburuk. Gangguan

panik mungkin yang paling umum terjadi pada wanita dengan banyak

gejala fisik menopause. Dalam sebuah survey cross-sectional dari

3.369 wanita menopause berusia 50-79 tahun, serangan panik yang

paling umum dikalangan wanita dalam transisi menopause. Serangan-

serangan ini terkait dengan peristiwa negatif kehidupan, gangguan

fungsional, dan komorbiditas medis.14

5. Gangguan obsesif-kompulsif

Onset baru gangguan obsesif-kompulsif (OCD), kambuh OCD,

atau perubahan gejala OCD mungkin terjadi selama menopause.

Frekuensi OCD berhubungan dengan siklus menstruasi dan

kehamilan, menunjukkan bahwa tingkat hormon dapat berkontribusi

untuk gangguan ini.14

Page 18
6. Gangguan bipolar

Onset baru gangguan obsesif-kompulsif (OCD), kambuh OCD,

atau perubahan gejala OCD mungkin terjadi selama menopause.

Frekuensi OCD berhubungan dengan siklus menstruasi dan

kehamilan, menunjukkan bahwa tingkat hormon dapat berkontribusi

untuk gangguan ini.14

7. Mudah tersinggung

Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan kecemasan. Wanita

lebih mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang 18

sebelumnya dianggap tidak mengganggu, hal ini mungkin disebabkan

dengan datangnya menopause maka wanita menjadi sangat menyadari

proses mana yang sedang berlangsung dalam dirinya.14

8. Kecemasan

Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya

kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak

pernah dikhawatirkan.14

c. Gejala Sosial

1. Citra tubuh

Citra tubuh adalah cara wanita berpikir dan merasa tentang tubuh

mereka serta bagaimana mereka secara melihat bentuk tubuh mereka.

Chirler dan Ghiz menyarankan bahwa gejala fisiologis yang terkait

dengan menopause, seperti hot flushes dan osteoporosis, dapat

mempengaruhi gambran tubuh wanita secara dapat membuat wanita

Page 19
merasa bahwa tubuh mereka diluar kendali. Perubahan tubuh terkait

dengan penuaan, seperti penampilan fisik keriput, dapat berkontribusi

untuk citra tubuh negatif wanita, sehingga mengakibat kan suasana

hati yang negatif.15

2. Hubungan interpersonal14,15

a) Hubungan dengan anak-anak

Menopause menandakan akhir dari masa-masa kehamilan

seorang wanita, dan sering kali anak-anaknya sendiri meninggalkan

rumah. Untuk beberapa wanita yang belum memiliki anak-anak,

menopause merupakan sinyal kepada mereka bahwa tidak mungkin

lagi memiliki anak dan ini bisa membuat suasana hati tertekan.

b) Hubungan dengan teman-teman/dukungan sosial

Perempuan-perempuan yang mengalami depresi sekitar waktu

menopause juga mungkin memiliki sedikit teman dan dukungan

sosial. Wanita yang memiliki jaringan sosial yang ditemukan

menjadi lebih positif tentang menopause, dan kurang mungkin

mengalami depresi. Tidak memiliki kepercayaan yang juga telah

ditemukan menjadi prediktor morbiditas psikiatri di

postmenopause.

VIII. Diagnosis

Diagnosis menopause dapat ditegakkan baik dengan cara sederhana

maupun dengan cara yang canggih. Perempuan menopause ada yang

Page 20
mengalami gejala dan ada juga yang tidak. Bila pasien sudah memasuki

menopause, pemiriksaan hormone tidak mutlak. Diagnosis dapat ditegakkan

bila ditemukan usia 48-49 tahun, haid mulai tidak teratur, darah haid mulai

sedikit atau banyak, haid berhenti sama sekali, timbul tanda klimaterik atau

tanpa keluhan klimaterik. Diperlukan pemeriksaan hormonal (FSH dan E2)

dan pemeriksaan densitometer untuk melihat densitas tulang. Diagnosis

pasti ditegakkan bila usia > 40 tahun, tidak haid > 6 bulan dengan atau tanpa

keluhan klimaterik, kadar FSH > 40 mIU/ml. Estroge < 30 pg/ml.8

Usia < 40 tahun dengan kriteria diatas disebut menopause perokok dan

bila seseorang perempuan masih mendapatkan haid diatas usia 52 tahun

maka disebut dengan menopause terlambat.8

1. Menopause dini

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan menopause dini/premature yaitu

herediter, gangguan gizi yang cukup berat, penyakit menahun dan

penyakit/keadaan yang merusak kedua ovarium termasuk pengangkatan

saat operasi.

2. Menopause terlambat

Bila masih mendapat haid diatas 52 tahun, maka penelusuran lanjut

diperlukan. Kemungkinan penyebab bisa berupa konstitusional,

fibromioma uteri dan tumor yang menghasilkan estrogen. Pada

perempuan karsinoma endometrium, sering dijumpai adanya menopause

yang terlambat.

Page 21
IX. Pengaruh Jangka Panjang yang Berhubungan dengan Menopause

Tiga penyebab utama kecacatan di negara-negara maju pada wanita

menopause adalah penyakit kardiovaskular, kanker dan osteoporosis disertai

fraktur.1

a. Kardiovaskular

Penyakit kardiovaskular merupakan pembunuh nomor satu di

Amerika Serikat, termasuk kaum wanitanya. Penyakit ini merupakan

penyebab utama kematian dan disabilitas diantara wanita berusia lanjut.

Kadar kolesterol serum total pada wanita lebih rendah sebelum

menopause, kadar trigliserida meningkat. Faktor resiko utama untuk

penyakit jantung meliputi merokok, dislipidemia, diabetes mellitus, usia

> 60 tahun, status pascamenopause, dan riwayat penyakit jantung dalam

keluarga pada wanita yang berusia < 65 tahun.6

Karena penyakit arteri koroner (CAD) adalah penyebab utama

kematian pada wanita menopause, konseling selama masa transisi

menopause mengenai pencegahan primer dari CAD adalah perhatian

utama penyuluhan tentang pencegahan CAD harus mencakup diskusi

modifikasi gaya hidup, termasuk penurunan berat badan, olahraga, dan

berhenti merokok. Intervensi medis untuk pada wanita postmenopause

yang berisiko termasuk pemberian obat antihipertensi dan obat penurun

kadar lipid.6

Page 22
The Canadian Cardiovascular Society Dyslipidemia tahun 2012

merekomendasikan wanita yang diatas usia 50 tahun atau pasca

menopause yang memiliki faktor risiko tambahan seperti merokok,

diabetes, dan hipertensi maka perlu melakukan skrining pemeriksaan

kadar lipid 1-3 tahun. Pada beberapa wanita yang memiliki risiko rendah

maka pemberian farmakoterapi tetap harus dipertimbangkan jika nilai

kolesterol LDL adalah ≥ 5,0 mmol/L atau jika ada bukti dislipidemia

genetik (misalnya, keluarga hiperkolesterolemia). Untuk wanita yang

memiliki risiko menengah, maka perawatan harus dipertimbangkan

dengan kolesterol LDL dari ≤ 3,5 mmmol/L. Pengobatan harus

dipertimbangkan dalam semua wanita berisiko tinggi, terlepas dari

tingkat LDL, dengan sasaran nilai kolesterol LDL dari ≤ 2,0 mmol/L atau

penurunan 50% atau lebih untuk pengurangan risiko optimal.5

Faktor risiko terjadinya jantung koroner pada wanita usia

menopause.13

Faktor risiko Insiden (%)

Klinis:

- Merokok 30

- Kegemukan (≥ 30% berat badan ideal) 25

- Bilateral ooforektomi 25

- Orangtua dengan penyakit koroner, onset 20

sebelum umur 55 tahun

- Hipertensi (sistolik > 150 mmhg atau 15

Page 23
diastolic > 90 mmhg)

- Riwayat stroke atau kelumpuhan 2

- Inaktifitas fisik 40

Laboratorium

- Total kolesterol ≥ 240 mg/dl 33

- Diabetes melitus 3

b. Osteoporosis

Osteoporosis merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan

penurunan massa tulang perunit volume tulang hingga mencapai ukuran

tertentu sehingga fraktur dapat terjadi walaupun setelah trauma yang

minimal. Osteoporosis juga dapat didefenisikan sebagai berkurangnya

struktur penunjang ditulang trabekular, terutama tulang aksial. Saat ini

makin banyak wanita lebih mewaspadai osteoporosis dan fakta bahwa

osteoporosis dapat terjadi pada wanita setelah menopause. National

osteoporosis society, sebuah organisasi Nirlaba nasional memastikan

bahwa osteoporosis sekarang jauh lebih dipahami dibandingkan

dahulu.1,10

Pengurangan massa tulang setelah menopause tampaknya berlangsung

dengan kecepatan 1-2% pertahun. Pengeroposan tulang mencapai angka

sekitar 3% selama 5 tahun setelah awitan menopause dan 1% setelahnya.

Osteoporosis ditetapkan sebagai diagnosis jika densitas mineral tulang

berkurang hingga < 2,5 standar deviasi dibawah nilai puncak pada

Page 24
dewasa muda. Sekitar 40% wanita pascamenopause akan mengalami

fraktur akibat osteoporosis. Fraktur panggul sering terjadi 15-25 tahun

setelah menopause, dan 30% angka mortalitas menyertai fraktur tersebut

dalam tahun pertama. Faktor yang melindungi wanita dari osteoporosis

meliputi peningkatan paritas, distribusi lemak tubuh android, laktasi dan

tulang besar dan padat pada masa dewasa dini.6,10

Defisiensi estrogen diperkirakan menjadi kausa utama berkurangnya

massa tulang pada perempuan. Terapi estrogen mengurangi penurunan

tinggi badan, meningkatkan keseimbangan kalsium dan kepadatan tulang,

serta mengurangi jumlah fraktur vertebra, pergelangan tangan, dan

panggul pada perempuan pasca menopause. Dual-photon absrptiometry

dan CT Scan kepadatan tulang merupakan metode tersering yang

digunakan untuk mengevaluasi massa tulang.1,6

Berbagai penelitian terakhir mengisyaratkan bahwa terapi penggantian

estrogen dini dan jangka panjang pada perempuan yang mengalami

menopause dini (akibat pembedahan dan alami) akan bermanfaat.

Pengurangan massa tulang seperti yang diukur oleh biopsy tulang dan

teknik tindak langsung, dikurang oleh terhambatnya resorpsi tulang, dan

perempuan yang mendapat estrogen dilaporkan terjadi penurunan

kejadian fraktur. Dengan demikian, jika ingin mendapat manfaat yang

terbesar dari terapi penggantian tersebut harus dimulai sebelum terjadi

pengurangan massa tulang yang parah.6

Faktor predisposisi terjadinya osteoporosis:6

Page 25
1. Keturunan eropa utara dan asia

2. Riwayat dalam keluarga

3. Kecenderungan tubuh yang kurus

4. Menopause dini

5. Kerusakan fungsi ovarium

6. Kehamilan dini

7. Penyakit medis termasuk kanker

8. Merokok

9. Gaya hidup kurang gerak

10. Asupan alkohol dan kafein

11. Asupan kalsium yang tidak adekuat

12. Kandungan garam, gula, dan fosfor yang tinggi dalam diet

13. Obat-obatan, termasuk agents antineoplastik, antikonvulsan,

steroid, heparin, obat-obatan yang digunakan untuk endometritis, sulih

natrium levotiroksin jangka panjang dan penggunaan depot

medroksiprogesteron asetat (DMPA, depot medroxyprogesterone

acetate).

c. Kanker dan Menopause

Kanker payudara menyumbang hampir 25% dari semua kanker

terdiagnosis pada wanita (1,4 juta kasus di seluruh dunia pada tahun

2008) dan itu jelas merupakan keprihatinan terbesar bagi wanita dalam

mempertimbangkan terapi hormon ketika mengalami masa transisi

menopause. Kumulatif kejadian kanker payudara di kalangan perempuan

Page 26
di Eropa dan Amerika Utara adalah sekitar 2,7% pada usia 55 tahun,

sekitar 5,0% pada usia 65 tahun dan sekitar 7,7% pada usia 75.16

Insiden kanker payudara berkisar dari 72 per 100.000 perempuan di

negara maju. Tingkat kelangsungan hidup 5 tahun adalah antara 85% dan

90% di negara maju tetapi antara 40% dan 50% di negara kurang

berkembang. Kelangsungan hidup dari kanker payudara juga tergantung

pada faktor lainnya, dimana kelangsungan hidup lebih baik pada wanita

berusia 40 sampai 69 tahun yang terdiagnosis pada stadium kelas lebih

rendah, tidak adanya kormobiditas seperti penyakit kardiovaskular,

diabetes, dan kanker lainnya.16

Banyak kontroversi tentang penggunaan estrogen dan kanker

payudara. Beberapa studi menunjukkan peningkatan risiko kanker

payudara dengan menggunakan estrogen pascamenopause, beberapa

lainnya menunjukkan penurunan. Sebuah penemuan untuk kanker

didapatkan temuan bahwa risiko kanker payudara meningkat pada wanita

dengan usia menarche yang lebih cepat dan terkait dengan kapan usia

menopause terjadi. Namun, diamati pengurangan risiko terjadi pada

kehamilan usia dini dan gangguan perubahan hormonal menstruasi. Peran

estrogen dalam perkembangan kanker payudara terus sampai saat ini

masih terus dipelajari.5

Risiko kanker payudara menurun pada paparan (ooforektomi sebelum

menopause). Faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadinya kanker

payudara termasuk eksposur makanan dan lingkungan yang kejadiannya

Page 27
dua kali lebih tinggi di negara-negara maju, usia saat pertama lahir,

menyusui, sejarah pribadi dan keluarga dengan riwayat penyakit yang

sama dan beberapa faktor yang dimodifikasi seperti menopause, berat

badan, olahraga, paparan alkohol, dan penggunaan hormon terapi pada

wanita menopause. Dalam mempertimbangkan faktor risiko lainnya

penting untuk diingat bahwa beberapa faktor risiko kecil dengan

prevalensi kejadian banyak yang menyebabkan kanker seperti minum

alkohol, obesitas dan kejadian pascamenopause sedangkan yang lain

adalah faktor risikonya lebih besar tapi dari prevalensi rendah adalah

mutasi gen.5

X. Pemeriksaan Penunjang

Selama fase perimenopause kadar ekstradiol turun, sedangkan kadar

FSH dan LH meningkat. Akan tetapi, kadar hormone tersebut akan

berfluktuasi disekitar waktu menopause. FSH meningkat secara bertahap

dan mencapai puncak setelah pendarahan terakhir terjadi. Kadar FSH

kembali turun 10-20 tahun setelah menopause.1

Wanita mempercayai bahwa mereka perlu melakukan tes darah untuk

mengukur kadar hormon saat menopause. Pada praktiknya ini tidak

bermanfaat, bahkan tidak sama sekali. Gejala menopause sama sekali tidak

disebabkan kadar estrogen saat itu saja, beberapa wanita dapat mentoleransi

kadar estrogen yang rendah dengan gejala menopause yang ringan, dan

beberapa wanita lain mengalami geja meski hanya terjadi sedikit perubahan

Page 28
pada kadar estrogennya. Kadar FSH sangat berfluktuasi pada saat

menopause terjadi. Satu pemerikasaan serial yang perlu dilakukan untuk

mendignosis saat menopause itu terjadi. Pemeriksaan ini dibutuhkan ketika

kita ingin memulai suatu terapi sulih hormonal. Pemeriksaan kadar FSH

dapat bermanfaat pada wanita yang akan menjalani histerektomi disertai

gejala klimaterium dini. Kadar FSH digunakan untuk menegakan diagnosis

menopause premature jika implikasi medis yang lebih besar bila

dibandingkan dengan usia wanita yang mengalaminya.1

Sekresi hormon gonadotropin meningkat secara dramatis setelah

menopause. Kadar Folikel Stimulating Hormone (FSH) lebih tinggi dari

kadar Luteinizing Hormon (LH) dan keduannya naik ke level yang lebih

tinggi dari pada yang terlihat pada lonjakan selama siklus menstruasi.

Folikel Stimulating Hormone (FSH) mengalami kenaikkan mendahului

kenaikan Luteinizing Hormon (LH). Folikel Stimulating Hormone (FSH)

adalah penanda diagnostik untuk kegagalan ovarium jika kadarnya 40

mIU/mL, sedangkan jika kadarnya lebih dari 10 mIU/mL, digunakan untuk

beberapa program dalam infertilitas seperti invitro fertilization (IVF)

Luteinizing hormon (LH) tidak diperlakukam untuk membuat diagnosis.

Pemeriksaan papsmear memperlihatkan perubahan yang menunjukkan

defisiensi estrogen pada mukosa vagina. Pemeriksaan pelvis, biopsi

endometrium untuk menyingkirkan dugaan adanya penyakit organ yang

dicurigai sebagai penyebab.5,12

Page 29
XI. Pengobatan

1. Medikamentosa

a. Antidepresan

Antidepresan standar adalah lini pertama. Selective Serotonin

Reuptake Inhibitor (SSRI) adalah antidepresan yang paling umum

digunakan dalam pengobatan depresi perimenopause. Dalam

menggunakan obat ini, penting untuk memeriksa interaksi obat pada

setiap pemakaian. SSRI kadang-kadang digunakan untuk mengobati

hot flushes. Misalnya, paroxetin, venlafaxine, escitalopram,

clonidine dan gabapentin.5,17

b. Penggantian hormon

Terapi penggantian hormon saja mungkin tepat. Estrogen dapat

digunakan ketika antidepresan gagal, ketika pasien menolak obat

psikotropika, atau ketika pasien mengalami gejala vasomotor yang

signifikan secara klinis lainnya.5,17

Hormon estrogen dan progestin adalah agen yang paling efektif

yang tersedia untuk meredakan gejala vasomotor. Gangguan tidur

malam yang sering terjadi karena hot flash dapat dikurangi dengan

estrogen konjugasi sintetis-B dalam dosis serendah 0,3 mg/hari.

Dalam tinjauan progesteron micronized oral (OMP) tampaknya

efektif mengobati gejala vasomotor dan gangguan tidur. Penggunaan

bazedoxifene dikombinasikan dengan estrogen terkonjugasi untuk

Page 30
pengobatan gejala vasomotor dan pencegahan osteoporosis pada

wanita, penggunaan paroxetine dosis rendah untuk gejala vasomotor,

dan penggunaan ospemifene untuk dyspareunia.5,17

Kontraindikasi untuk terapi estrogen adalah pendarahan yang

tidak terdiagnosis, penyakit hati berat, kehamilan, trombosis vena,

dan riwayat kanker payudara. Progestin sendiri dapat meredakan

gejala jika pasien tidak dapat mentoleransi estrogen.5,17

Efek merugikan dari terapi penggantian bisa termasuk kembung,

mastodynia, perdarahan vagina, dan sakit kepala. Modulator reseptor

estrogen selektif (SERMs) dan estrogen meningkatkan risiko

kejadian tromboemboli. Efek samping yang tidak dapat dijelaskan

sering menjadi alasan untuk penghentian terapi, dan konseling yang

meyakinkan serta pilihan yang berbeda dan kombinasi dosis harus

dicoba sebelum terapi dihentikan.5,17

2. Non-Medikamentosa

Berupa modifikasi gaya hidup: olahraga teratur, kontrol berat

badan, berhenti merokok.11

Page 31
DAFTAR PUSTAKA

1. Abernethy K. BAB 16 Menopause. In: Andrews G. Buku Ajar Kesehatan

Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2010. Hal: 464-515.

2. Fitriana Yuni. 2014. Fenomena Kecemasan Wanita dalam Menghadapi

Masa Klimakterium. Yogyakarta: Jurnal Ilmu Kebidanan. Volume 11,

No.2, Hal: 63-71.

3. Hollick Catherine. 2017. Systems of Life Reproductive System. Anatomy

and Physiology of Ageing 8: The Reproductive System. EMAP

Publishing. Volume 113 Issue 9.

4. Guyton, Hall Je. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:

EGC. Hal: 1076.

5. Coney P. Menopause. [cited 6 Juni 2018], Available from: URL

http://emedicine.medscape.com/article/264088-overview#al

6. Sinclair C. 2010. Buku Saku Kebidanan. Jakarta: EGC. Hal: 704-733.

7. Ariyani Irmatri. 2009. Aspek Biopsikososial Higiene. Jakarta: FKM

Universitas Indonesia.

8. Sastrawinata S. 2014. Wanita dalam Berbagai Masa Kehidupan.

Klimakterium dan Menopause. In: Prawirohardjo S. Ilmu Kandungan.

Edisi 3. Cetakan 2. Jakarta: PT Bina Pustaka. Hal: 106-110.

9. Sudoyo A W, Setiyohadi B, Alwi I, Samadibrata M, Setiati S. 2009. Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta: Interna Publishing.

Hal: 1989-1990.

Page 32
10. Gant NF, Cunningham GF. 2010. Dasar-dasar Ginekologi dan Obstetri.

Jakarta: EGC. Hal: 226-230.

11. Arif, M. 2016. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Edisi IV. Jakarta: Media

Aesculapius FK UI. Hal: 501-502.

12. Liewellyn J. 2005. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Edisi 6. Jakarta:

EGC. Hal: 299-302.

13. Manuaba, I.B.G. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri

Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC. Hal: 535-545.

14. Gramann SB. Menopause and Mood Disorder. [cited 31 Agustus 2016].

Available from: URL htp://emedicine.medscape.com/article/295382-

overview

15. Deeks Amanda A. 2003. Psychological Aspects of Menopause

Management. Volume 17. Nomor 1. Hal: 17-31.

16. Managing Menopause Chapter 3. 2014. Menopausal Hormone Therapy

and Breast Cancer. Journal of Obstetrics and Gynaecology Canada.

Volume 36. Issue 9. Hal: 23-28.

17. Kaur K. Menopausal Hormone Replacement Therapy. [4 Januari 2018].

Available from: URL http://emedicine.medscape.com/article/276104-

overview

Page 33

Anda mungkin juga menyukai