Anda di halaman 1dari 17

Ruptur uteri

DOSEN PEMBIMBING : MUSTIKA SST, M.K.M


DEBY MAYANG SARI(20002)
YUNELLA WATI (20015)
DEFINISI
 Ruptue uteri adalah robeknya dinding
uterus pada saat kehamilan (pada umur
kehamilan 28 minggu) atau saat persalinan.
KLASIFIKASI RUPTUR UTERI BERDASARKAN :

Lapisan dinding rahim


 Ruptur uteri inkomplit(subperitoneal) : hanya
dinding uterus yang robek sedangkan lapisan
serosa (peritoneum) tetap utuh.
 Ruptur uteri komplit (transperitoneal) : uterus
dan lapisan serosa robek sehingga dapat
berada di rongga perut.
Kapan terjadinya :

• Ruptur uteri pada waktu kehamilan (ruptur


uteri gravidarum) : dinding uterus lemah dan
cacat
• Ruptur uteri pada waktu persalinan
(intrapartum) : dinding uterus baik tetapi
bagian bawah janin tidak maju/turun.
LOKASINYA
• Segmen bawah rahim(SBR) : terjadi pada
partus lama(tidak maju) SBR semakin lama
semakin renggang dan tipis akhirnya terjadi
ruptur uterus.
• Korpus uteri : biasanya terjadi pada rahim
yang pernah operasi.seperti seksio sesarea
klasik/miomektomi
• Serviks : sering terjadi pada tindakan
forseps,sedang pembukaan belum lengkap
etiologi
Ruptur uteri spontan(non Ruptur uteri traumatika
violent) : keadaan janin (violent) :
tidak maju akibat adanya
rintangan pada jalan lahir • Adanya trauma akibat
terjadinya kecelakaan atau
 Panggul sempit tindakan
 Tumor pada jalan lahir • Kecelakaan sebagai factor
 Malposisi kepala trauma pada uterus
 Janin letak lintang berarti tidak berhubungan
dengan proses kehamilan
 Multiparitas
dan persalinan misalnya
 oksitosin trauma pada abdomen.
• Ruptur uteri pada bekas luka parut :
Yang terjadi karena adanya locus minoris pada
dinding uterus akibat parut bekas operasi
pada uterus
sebelumnya(enuklesia.miomektomi,histerekto
mi dll)
Penegak diagnosis
1. Anamnesis
 Adanya riwayat partus yang lama dan macet
 Adanya riwayat partus dengan manipulasi oleh
penolong
 Adanya riwayat multiparitas
 Adanya riwayat operasi pada uterus (misalnya
seksio sesaria, enukleasi mioma atau
miomektomi, histerektomi, histeritomi dan
histerirafi).
GEJALA KLINIS
• Perdarahan
• Nyeri akut
• Lingkaran bandi
• Takikardi
• Teraba bagian janin lebih jelas
• Gawat janin
Risiko Ibu Mengalami Rahim Robek
• Ibu pernah melakukan operasi caesar.
• Pernah melahirkan sebanyak 5 kali atau lebih.
• Rahim yang terlalu besar atau buncit karena
banyaknya cairan ketuban atau mengandung bayi
kembar.
• Plasenta yang menempel terlalu dalam pada dinding
rahim.
• Kontraksi yang terlalu sering dan kuat.
• Trauma rahim.
• Proses persalinan yang lama karena ukuran bayi terlalu
besar bagi panggul ibu.
PEMERIKSAAN LUAR

 Nyeri tekan abdomen


 Perdarahan per vaginam
 Kontraksi uterus biasanya akan hilang
 Pada palpasi bagian janin mudah diraba dibawah dinding
perut ibu atau janin teraba disamping uterus
 Diperut bagian bawah teraba uterus kira-kira sebesar kepala
bayi
 Denyut jantung janin (DJJ) biasanya negatif (bayi sudah
meninggal)
 Terdapat tanda-tanda cairan bebas
 Jika kejadian ruptur uteri tela lama, maka akan timbul
gejala-gejala meteorisme dan defans muskular yang
menguat sehingga sulit untuk meraba bagian-bagian janin
PEMERIKSAAN DALAM
 Pada ruptur komplit
1. Perdarahan per vaginam disertai perdarahan intra abdomen
sehingga didapatkan tanda cairan bebas dalam abdomen.
2. Pada pemeriksaan pervaginam bagian bawah janin tidak
teraba lagi atau tinggi dalam jalan lahir, selain itu kepala
atau bagian terbawah janin dengan mudah dapat didorong
keatas hal ini terjadi karena seringkali seluruh atau sebagian
janin masuk kedalam rongga perut melalui robekan pada
uterus.
3. Kadang-kadang kita dapat meraba robekan pada dinding
rahim dan jika jari tangan dapat melalui robekan tadi, maka
dapat diraba omentum, usus, dan bagian janin
4. Pada katerisasi urin berdarah.
Pada rupture uteri inklomplit

1. Perdarahan biasanya tidak terlalu


banyak, darah berkumpul dibawah
peritoneum atau mengalir keluar melalui
vagina.
2. Janin umumnya tetap berada dalam
uterus.
3. Pada katerisasi didapat urine berdarah.
PENATALAKSANAAN
Tindakan pertama adalah mengatasi syok, memperbaiki
keadaan umum penderita dengan pemberian infus cairan dan
transfusi darah, kardiotonika, antibiotika,dll. Bila keadaan
umum mulai membaik, tindakan selanjutnya adalah
melakukan laparatomi dengan tindakan jenis operasi :
1. Histerektomi, baik total maupun subtotal. Histerektomi total
dilakukan khususnya bila garis robekan longitudinal.
Tindakan histerektomi lebih menguntungkan dari penjahitan
laserasi.
2. Histerorafia, yaitu tepi luka dieksidir lalu dijahit sebaik-
baiknya.
3. Konservatif, hanya dengan tamponade dan pemberian
antibiotik yang cukup.
Laserase pereneum(jalan lahir)
Laserase/robekan jalan lahir
Laserase derajat 1 : robekan pada
kulit
Laserase derajat 2 : kulit hingga
otot pereneum
Laserase derajat 3 : kulit-otot
pereneum-otot spinterani
Laserase derajat 4 : dari kulit-otot
pereneum-otot spinterani-anus

Anda mungkin juga menyukai