Anda di halaman 1dari 19

REFARAT

RUPTUR UTERI
MAULINA FADILA PUTRI
16174244

PEMBIMBING :
dr. FAHMI NASUTION, Sp.OG
DEFINISI

Ruptur uteri adalah robeknya dinding uterus pada saat usia


kehamilan lebih dari 28 minggu. Yang dimaksud dengan ruptur uteri
komplit adalah keadaan robekan pada rahim dimana telah terjadi
hubungan langsung antara rongga amnion dan rongga peritoneum.
EPIDIMIOLOGI

Angka kejadian ruptur uteri di Indonesia masih tinggi yaitu


berkisar antara 1:92 sampai 1:428 persalinan. Angka-angka
tersebut masih sangat tinggi jika dibandingkan dengan negara-
negara maju yaitu antara 1:1250 sampai 1:2000 persalinan.

Angka kematian ibu akibat ruptur uteri juga masih tinggi yaitu
berkisar antara 17,9% sampai 62,6%, sedangkan angka kematian
anak pada ruptur uteri berkisar antara 89,1% sampai 100%.
ETIOLOGI

Ruptur uteri bisa disebabkan oleh anomali atau kerusakan yang


telah ada sebelumnya, karena trauma, atau sebagai komplikasi
persalinan pada rahim yang masih utuh.

Pasien yang beresiko tinggi antara lain :


• Persalinan yang mengalami distosia, grande multipara,
penggunaan oksitosisin atau prostaglandin untuk mempercepat
persalinan.
• Pasien hamil yang pernah melahirkam sebelumnya melalui bedah
sesksio sesarea atau operasi lain pada rahimnya.
KLASIFIKASI

1. MENURUT KONDISI ROBEKNYA


2. MENURUT WAKTU TERJADINYA
3. MENURUT LOKASINYA
4. MENURUT ETIOLOGINYA
5. MENURUT GEJALA KLINIS
1. MENURUT KONDISI ROBEKNYA :

a. Ruptur uteri inkomplit ( subperitoneal)

b. Ruptur uteri komplit (transperitoneal)

2. MENURUT WAKTU TERJADINYA :

a. Ruptur uteri gravidarum


Terjadi waktu sedang hamil, dan sering berlokasi pada korpus.

b. Ruptur uteri durante partum


Terjadi pada saat melahirkan anak, lokasinya sering pada SBR.
3. MENURUT LOKASINYA :

a. Korpus uteri
Ini biasanya terjadi pada rahim yang sudah pernah mengalami
operasi seperti seksio sesarea klasik ( korporal ), miemektomi

b. Segmen bawah rahim ( SBR )


Ini biasanya terjadi pada partus yang sulit dan lama tidak
maju, SBR tambah lama tambah regang dan tipis dan
akhirnya terjadilah ruptur uteri yang sebenarnya.

c. Serviks Uteri
ini biasanya terjadi pada waktu melakukan ekstraksi forseps
versi dan ekstraksi sedang pembukaan belum lengkap

d. Kolpoporeksis
Robekan-robekan di antara serviks dan vagina.
4. MENURUT ETIOLOGINYA :

a. Ruptur uteri spontanea ( non violent )


Ruptur uteri spontanea dapat terjadi akibat dinding rahim yang lemah
seperti pada bekas operasi sesar, bekas miomektomi, bekas perforasi
tindakan kuret atau bekas tindakan plasenta manual.

b. Ruptur uteri Traumatika ( violenta )


Ruptur uteri violenta dapat terjadi akibat tindakan – tindakan seperti
misalnya Ekstraksi forceps, versi dan ekstraksi ,embriotomi , manual
plasenta, kuretase ataupun trauma tumpul dan tajam dari luar.

5. MENURUT GEJALA KLINIS NYA :

a. Ruptur uteri immines


b. Ruptur uteri
MANIFESTASI KLINIS

a. Ruptur uteri yang mengancam :

• Partus berlangsung lama b. Ruptur uteri :


• Nyeri perut setiap munculnya
kontraksi, pasien akan memegang perut • Kontraksi persalinan menurun
kesakitan. atau berhenti mendadak
• Frekuensi nafas dan denyut nadi lebih • Berhentinya DJJ
cepat dari biasa • Keadaan syok peritoneal
• His lebih lama dan lebih kuat • Perdarahan eksternal
• Di antara korpus dan SBR tampak • Perdarahan internal
lingkaran bandl
• Pasien sering ingin berkemih
• DJJ tidak teratur
PATOFISIOLOGI

Saat his korpus uteri berkontraksi dan mengalami retraksi. Dengan


demikian, dinding korpus uteri atau segmen atas rahim menjadi lebih
tebal dan volume korpus uteri menjadi lebih kecil. Akibatnya tubuh
janin yang menempati korpus uteri terdorong ke dalam segmen bawah
rahim. Segmen bawah rahim menjadi lebih lebar dan karenanya
dindingnya menjadi lebih tipis karena tertarik keatas oleh kontraksi
segmen atas rahim yang kuat, berulang dan sering sehingga lingkaran
retraksi yang membatasi kedua segmen semakin bertambah tinggi.
Apabila bagian terbawah janin tidak dapat turun oleh karena suatu sebab
(misalnya : panggul sempit atau kepala besar) maka volume korpus
yang bertambah mengecil pada waktu ada his harus diimbangi perluasan
segmen bawah rahim ke atas. Dengan demikian lingkaran retraksi
fisiologis semakin meninggi kearah pusat melewati batas fisiologis
menjadi patologis yang disebut lingkaran bandl (ring van bandl).

Jika his berlangsung terus menerus kuat, tetapi bagian terbawah janin
tidak kunjung turun lebih ke bawah, maka lingkaran retraksi semakin
lama semakin tinggi dan segmen bawah rahim semakin tertarik ke atas
dan dindingnya menjadi sangat tipis. Ini menandakan telah terjadi
rupture uteri iminens dan rahim terancam robek. Pada saat dinding
segmen bawah rahim robek spontan dan his berikutnya, terjadilah
perdarahan yang banyak (rupture uteri spontanea).
DIAGNOSIS
 Anamnesis
- Adanya riwayat partus yang lama atau macet
- Adanya riwayat multiparitas
- Adanya riwayat operasi pada uterus (misalnya seksio sesaria. Enukleasi
mioma atau miomektomi, histerektomi, histeritomi, dan histerorafi.

 Gambaran Klinis
Gambaran klinis ruptur uteri didahului oleh gejala-gejala ruptur uteri yaitu
didahului his yang kuat dan terus menerus, rasa nyeri yang hebat di perut
bagian bawah, nyeri waktu ditekan, gelisah, nadi dan pernapasan cepat.
segmen bawah uterus tegang, nyeri pada perabaan, lingkaran retraksi (Van
Bandle Ring) meninggi sampai mendekati pusat, dan ligamentum rotunda
menegang.
Pada saat terjadinya ruptur uteri penderita dapat merasa sangat kesakitan
dan seperti ada robek dalam perutnya.
 Pemeriksaan Luar

1. Nyeri tekan abdominal


2. Perdarahan per vaginam
3. Kontraksi uterus biasanya akan hilang
4. Pada palpasi bagian janin mudah diraba di bawah dinding perut
ibu atau janin teraba di samping uterus
5. Di perut bagian bawah teraba uterus kira-kira sebesar kepala
bayi
8. Jika kejadian ruptur uteri telah lama, maka akan timbul gejala-
gejala meteorismus dan defans muskular yang menguat
sehingga sulit untuk meraba bagian-bagian janin.
 Pemeriksaan Dalam

Pada ruptur uteri komplit:


1. Perdarahan pervaginam disertai perdarahan intra abdomen
sehingga didapatkan tanda cairan bebas dalam abdomen.

2. Pada pemeriksaan pervaginal bagian bawah janin tidak teraba


lagi atau teraba tinggi dalam jalan lahir, selain itu kepala atau
bagian terbawah janin dengan mudah dapat didorong ke atas hal
ini terjadi akrena seringkali seluruh atau sebagian janin masuk
ke dalam rongga perut melalui robekan pada uterus.

3. Kadang-kadang kita dapat meraba robekan pada dinding rahim


dan jika jari tangan dapat melalui robekan tadi, maka dapat
diraba omentum, usus, dan bagian janin.
Pada ruptur uteri inkomplit:

1. Perdarahan biasanya tidak terlalu banyak, darah berkumpul di


bawah peritoneum atau mengalir keluar melalui vagina.
2. Janin umumnya tetap berada dalam uterus.
3. Pada kateterisasi didapat urin berdarah
KOMPLIKASI

Syok hipovolemik karena perdarahan yang hebat


dan sepsis akibat infeksi adalah dua komplikasi
yang fatal pada peristiwa ruptura uteri.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dari ruptur uteri adalah:
 Perbaiki keadaan Umum
- Atasi syok dengan pemberian cairan dan darah
- Berikan antibiotika
- Oksigen

 Laparatomi
- Histerektomi
Histerektomi adalah operasi pengangkatan kandungan (rahim dan
uterus) pada seorang wanita, sehingga setelah menjalani operasi
ini dia tidak bisa lagi hamil dan mempunyai anak.
- Histerorafi
Histerorafi adalah tindakan operatif dengan mengeksidir luka dan
dijahit dengan sebaik-baiknya.
PROGNOSIS

Prognosis bergantung pada apakah ruptur uteri pada uterus yang


masih utuh atau pada bekas seksio sesarea atau suatu dehisens.
Bila terjadi pada bekas seksio sesarea atau pada dehisens
perdarahan yang terjadi minimal sehingga tidak sampai
menimbulkan kematian maternal dan kematian perinatal.
THANK YOU 

Anda mungkin juga menyukai