Anda di halaman 1dari 61

Kelainan Kongenital

(Cacat Bawaan)

H. R. Siswosudarmo, DSOG
Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran UGM / RS Sarjito
Yogyakarta
Pendahuluan
 Kelainan anatomis, dibawa sejak lahir.
 15% kematian neonatal disebabkan karena
cacat bawaan
 Penyebab
 Faktor genetik: kelainan gena (20%), dan
kromosom 3,5%
 Faktor lingkungan: infeksi 2,3 % , kelainan
metabolisme 1,2%, obat 2%, radiasi dll 2,3%
 Kombinasi
 Tidak diketahui
Kelainan Kromosom
 Kelainan Jumlah
Trisomi, monosomi, triploidi, tetraploidi,
mozaik
 Kelainan struktur
Translokasi,
delesi, duplikasi, inversi,
isokromosom, kromosom cincin dan insersi
TRISOMI 21, Fenotipe (1)
 Hipotoni, tanda yang dominan pada bayi.
 Kepala kecil dan bulat, oksiput datar,
 Tengkuk pendek, datar, besar dengan kulit
berlebih.
 Wajah bulat, profil datar dan kening
menonjol (nonong).
 Celah mata miring ke arah luar atas.
 Pada mata yang biru, terdapat bercak
Brushfield.
TRISOMI 21, Fenotipe (2)
 Hidung pendek radiks datar, ,
 Mulut kecil, bibir tebal, lidah besar dan
menonjol.
 Telinga kecil dan bulat
 Peru buncit
 Tangan lebar, tebal dengan jari yang
pendek,
 Hanya terdapat satu lipatan fleksi.
 Kaki lebar, kecil dan datar, jari pendek.
TRISOMI 21, Kelainan organ.
 Kelainan jantung (40%)
 Kelainan alat pencernaan
 Kelainan tulang ( tulang panggul dan
jari)
TRISOMI 21, Kelainan Mental
 Retardasi mental
 IQ bervariasi
Pada usia 5 tahun, IQ rata rata adalah 50
Pada usia 15 tahun, kira 38.
Pada kasus tertentu, IQ mencapai 78-80,
TRISOMI 21, Sitogenetika
 92,5%, trisomi bebas
 4,8%, translokasi, yakni t (Dq 21q),
atau t (21q Gq)
 Sebagian kecil, trisomi 21 parsial dan
mosaik
TRISOMI 13, sifat umum
 Ditemukan oleh Patau ( 1960), sindroma
Patau.
 Umur rata-rata melahirkan 31,6 tahun.
 Frekuensinya 1 per 4.000 - 10.000 kelahiran.
 Bayi mati dalam 1- 6 bulan pertama.
 Harapan hidup rata rata 130 hari.
 Satu kasus dilaporkan hidup sampai dua
tahun.
TRISOMI 13 Fenotipe
 Trias : mulut sepertiserigala (Gueule de loup),
mikroftalmi dan heksadaktili.
 Kepala kecil dengan dahi menonjol
 Bola mata kecil, kadang anoftalmia
 Pada duapertiga kasus, terdapat sumbing
bibir atas, biasanya bilateral, disertai
sumbing langit (labio palato gnato schisis).
 Heksa daktili, terutama jari tangan kadang
juga heksa daktili kaki
TRISOMI 13, Kelainan organ.
 Laki-laki: criptorchismus dan kelainan
skrotum.
 Perempuan: uterus bikornis, hipertrofi
klitoris dan vagina dupleks.
 Kelainan jantung ( 80% kasus).
 hubunganinterventrikular
 duktusarteriosus persiten
 hubungan interaurikular.

 Ginjal:ginjal polikistik, hidronefrosis dan


ureter dupleks.
TRISOMI 13, Sitogenetika
 Pada 80% kasus, trisomi bebas
 20% sisanya
 mosaik (46,XX /47 XX + 13 atau
 46,XY /47 XY + 13 )
 translokasi, t (13q 14q).
TRISOMI 18 , sifat umum
 Ditemukan pertama Edward (1960)
 Frekuensi: 1 per 8.000 kelahiran
 4 perempuan dibanding 1 laki laki
 Umur ibu rata rata: 32,5 tahun
 Umur kehamilan rata rata 42 minggu
(sebagian besar postterm)
 Berat lahir rata rata 2.240 gram (trisomi
21 dan 13, > 2500 gram).
TRISOMI 18, fenotipe (1)

 Sangat hipotrofis, kepala dolikosefal (ukuran


depan belakang lebih besar), oksiput
menonjol, mikrosefali, mikrognati, aurikula
spt binatang
 Kornea keruh dan mikroftalmia
 Bentuk kaki seperti kampak es
 Tangan selalu mengepal, jari ke 2 menutupi
jari ke 3, dan jari ke 4 menutupi jari ke 5.
 Sindaktili jari ke 2 dan ke 3.
TRISOMI 18, fenotipe (2)
 lakilaki selalu kriptorchismus.
 wanita, sering hipertrofi klitoris.
 Sering terjadi anus imperforata.
 Kelainan jantung (lebih dari 95% kasus)
 hubungan interventrikel
 duktus arteriosus persisten.

 Ginjal bentuk tapal kuda, atau ektopik.


TRISOMI 18, kualitas hidup
 IQ sulit diukur (dipastikan) sangat
rendah.
 Harapan hidup pada anak laki kira kira
3-4 bulan, perempuan 10 bulan.
 Dua kasus mosaik pernah dilaporkan
hidup sampai 15 dan 19 tahun.
TRISOMI 18, sitogenetika

 80%, trisomi bebas


 10%, mosaik
 10%, translokasi atau aneuploidi
Sindroma Turner, Fenotipe
Ukuran kecil. TB dewasa, <= 150 cm
Limfedema di punggung tangan dan kaki
Organ genital tidak tumbuh
Muka trianguler, celah mata miring ke luar
bawah
Tengkuk lebar dan pendek, terdapat
pterygium colli
Kubitus valgus (lengan bengkok ke lateral)
Diameter biakromial sanga lebar dibanding
diameter pelvis
Sindroma Turner, organ
genital
+ Genital eksterna infantil
+ Rambut pubis jarang, atau tidak tumbuh
+ Agenesis ovarium, bentuk sebagai streak
gonads
+ tidak ada folikel, hanya jar fibrosa
+ amenorea dan steril
+ Uterus hipoplasi
+ Payudara, hipoplasi
Sindroma Turner, profil
hormonal

 Estrogen dan progesteron: tidak


dijumpai
 FSH tinggi
 Pemberian estrogen sejak usia <14 tahun,
memacu pertumbuhan seks sekunder
Sindroma Turner, kariotipe
 Monosomi X, 55%
 Isokromosom X 20%
 Mosaik, 10%
 Ring X, 5%
 Delesi X, 5%
 Lain, 5%
Sindroma Klinefelter: fenotipe

 Pada bayi sulit dikenal, diagnosis dibuat sekitar


pubertas
 Ginekomasti mulai umur 12-13 tahun (25-33%)
 Atrofi testis, merupakan tanda konstan
 Penis normal atau hipoplasi
 Skrotum: ukuran dan warna normal
 Konstitusi tubuh hampir selalu normal
Sindroma Klinefelter
histologi testis
 Pada anak-anak, masih normal
 Pada pubertas, tubulus seminiferus atrofi,
hialinisasi, hanya berisi sel Sertoli. Sel
germinal hanya sisa-sisa.
 Azoospermia tanda yang konstan
 Sel Leydig ada, terletak di antara tubulus
yang atrofis
Sindroma Klinefelter,
endokrinologi

 Sebelum pubertas, normal


 Sekitar pubertas, FSH meningkat
 Ketosteroid lain: normal, atau turun
 Libido dan aktifitas seksual menurun
Sindroma Klinefelter,
sitogenetika
 80%, adalah 47, XXY
 20% adalah mosaik, misal
47,XXy/46,XY

47,XXY/46,XX dsb
Kelainan Kongenital karena
Agen Infeksi
 TORCH
 Toxoplasma Gondii,
 Rubella,
 Cytomegalovirus
 Herpes Simplex.
Toxoplasma Gondii
 Toxoplasma Gondii: protozoa
 tiga bentuk: ookista, takhizoit dan kista.
 Host definitif: kucing - tinjanya banyak
mengandung ookista.
 Ookista terdapat dalam tanah, sayuran.
 Ookista termakan (manusia maupun hewan),
menjadi takhizoit yang sangat infektif.
 Di dalam organ ia menjadi bentuk ketiga, kista
 Peka terhadap infeksi toksoplasma: janin dan
orang dengan defisiensi sistem imun.
Prevalensi seropositif

 Di RS Sarjito: 56% (ibu hamil)


 Agka infeksi kongenital di LN 1-7 per
1000 kelahiran
Cara penularan
 Leawat makanan: sayuran (ookista) atau
daging (kista)
 Transfusi darah (takhizoit)
 Transmisi konenital, pada fase infeksi akut
 Makin dini infeksi pada ibu hamil, makin
berat kelainan kongenital yang ada,
meskipun sebenarnya kemungkinan
transmisi kongenital makin kecil dan
sebaliknya
Tanda Infeksi kongenital
toksoplasmosis
 Trias: hidrosefalus, korioretinitis dan
kalsifikasi intrakranial.
 Kebanyakan bayi tampak sehat dan gejala
baru muncul kemudian
 Diagnosis: uji serologik (IgG dan IgM)
 Sekuele: korioretinitis, strabismus, kebutaan,
hidrosefalus, mikrosefalus, gangguan
psikomotor, epilepsi, dan ketulian setelah
beberapa bulan sampai beberapa tahun
kemudian.
Rubella
 Merupakan penyakit yang ringan pada anak
dan dewasa muda
 Pada ibu hamil berbahaya untuk janinnya
 Virus ini dapat menular transplasenta.
 Trias rubella kongenital adalah katarak,
kelainan jantung bawaan dan tuli.
 15-20% bayi yang lahir dari ibu yang
menderita rubella pada trimester pertama
akan menderita trias tersebut.
 Gejala lain: BBLR, trombositopeni purpura,
mikroftalmia, mikrosefali, ensefalitis,
retardasi mental, hepatosplenomegali dll
Diagnosis rubella
 Klinis
 Serologis
 isolasi virus dari urine, usapan tenggorok
dan cairan serebrospinal.
 Pencegahan: vaksinasi, tetapi vaksin
rubella tidak boleh diberikan sepanjang
kehamilan dan dua bulan sebelumnya.
Cytomegalovirus (CMV).
 Hampir 50-80% manusia dewasa telah
mempunyai antibodi
 Infeksi primer biasanya terjadi pada saat
masih bayi, kanak-kanak atau remaja
 Penularan: kontak intim orofaringeal, genital
atau transfusi darah.
 Biasanya penyakit berjalan asimptomatik
 Reaktivasi CMV akan terjadi bila host
mengalami supresi imunologik (hamil,
pengobatan dengan kemoterapi)
Manifestasi klinik pada bayi
 BBLR (berat badan lahir rendah )
 Hepatosplenomegali
 Petekie (rash, atau ruam)
 Pneumonitis
 Cacat sistem saraf pusat: mikrosefali,
korioretinitis, kemunduran mental,
gangguan visual, mikroftamia dan
katarak, kalsifikasi intraserebral..
Herpes simpleks (HSV2).
 Transmisi infeksi virus: transplasental,
melalui jalan lahir atau kontak pasca lahir.
 Seksio sesarea mengurangi risiko tertular,
asal
 ketuban belum pecah (atau kurang dari 12 jam)
 belum ada usaha melahirkan per vaginam
 Seksio sesarea sebaiknyadikerjakan bila infeksi
herpes genitalis pada ibu terjadi dalam 2 minggu
terakhir kehamilan
Gambaran klinis herpes
kongenital
 Letargi, gangguan pernafasan
 Rash, hiper/ hipotermia, perdarahan,
sianosis
 Kelainan jantung, hepatomegali, ikterus
 Mikrosefali, kalsifikasi intrakranial,
korioretinitis, keratokonjungtivitis
 Di samping itu, kejadian abortus, janin mati
dalam kandungan dan partus prematurus
juga meningkat.
Sifilis (Lues)
 Penyebab: Treponema pallidum.
 TP tidak dapat menembus barier plasenta
sebelum u.k. 16 minggu
 Sebelum jaman penisilin, sifilis merupakan
penyakit yang sangat menakutkan
 Sepertiga kematian janin dalam kandungan
adalah akibat sifilis.
 Janin lahir mati dalam keadaan maserasi
dahulu adalah khas untuk sifilis.
Tanda klinis sifilis kongenital
 Pemfigus sifilitikus
 Deskuamasi telapak tangan dan kaki
 Ragade di kiri kanan mulut
 Kelainan pada gigi.
 Secara mikroskopik: perubahan pada
jaringan interstisial paru, hati, pankreas,
limpa dan osteokondritis pada tulang
panjang.
Kelainan Kongenital karena
Obat-obatan
(Klasifikasi obat teratogenik)

 Obat dengan sifat teratogenik kuat


(strong teratogens)
 Obat dengan kecurigaan kuat bersifat
teratogenik (probable teratogens)
 Obat dengan dugaan bersifat teratogenik
(possible teratogens)
Teratogenik kuat
 Talidomide
 Obat anti tumor
 Hormon tertentu (kortikosteroid,
androgen, progestogen)
 Valproat (antikonvulsan)
 Isotretionin
Kecurigaan kuat bersifat
teratogenik
 Antikonvulsan
 Tembakau (nikotin)
 Alkohol
 Litium(antipsikotik)
 Warfarin (antikoagulan)
Diduga bersifat teratogenik
 Salisilat,
Antasida
 Penekan nafsu makan
 Barbiturat, Obat psikotropik
 Sulfonamida, Kotrimoksazol, Klorokuin
 Nikotinamida
 Antidiabetika oral
 Antibiotika
 Vaksin tertentu
Talidomid (alfa ftalimido
glutaramid)
 Hipnotika dan Antivomitus
 Amelia (anggota badan tidak tumbuh)
 Fokomelia (tangan dan kaki menempel
langsung pada badan
 Meromelia (pemendekan anggota badan)
 95% kasus intelegensia normal.
Obat antitumor
 Zat alkilasi (klorambusil, siklofosfamid,
busulfan dan lain- lain)
 Anti metabolit (aminopterin, metotreksat
dan lain- lain)
 Alkaloid (vinkristin, vinblastin)
 Antibiotika (aktinomisin D)
 MTX (metotreksat): teratogenik yang
paling kuat
Hormon
 Kortison : celah langit
 Androgen dan progestin: virilasi janin
perempuan
 Estrogen: clear cell adenocarcinoma
Sodium valproat
 Antikonvulsan
 Spina bifida.
Isotretionin
 Pengobatan cystic acne
 Kelainan telinga, hidrosefalus dan cacat
jantung.
 Risiko abortus meningkat
Antikonvulsan
 Fenitoin, trimetadion, dan karbamazepin
 celah bibir, celah langit, retardasi mental,
hipertrofi ginggiva dan cacat rangka.
Tembakau (rokok dan nikotin)
 Insidensi abortus dan partus prematurus
meningkat
 Insidensi bayi dengan berat lahir rendah
juga meningkat.
 Kelainan bawaan: kelainan jantung
kongenital, seperti tetralogi Fallot dan
patent ductus arteriosus.
Alkohol (kronik)
 Mikrosefalus, celah langit
 Kelainan kardiovaskular
 Janin tumbuh lambat
 Retardasi mental..
Litium
 Obat ini digunakan pada penyakit mania
depresif.
 Masih kontroversi.
 Kaki bengkok, spina bifida, miningokel.
Warfarin
 Antikoagulan
 Kelainan rangka, muka dan retardasi
mental.
 Heparin adalah antikoagulan yang aman,
karena obat ini tidak menembus barrier
plasenta.
Barbiturat
Sulfonamida
 Pada achir kehamilan ia dapat
menyebabkan ikterus yang hebat (kern
icterus), yang dapat mengakibatkan
kerusakan pada sistim saraf pusat.
 Kotrimoksazol berisi sulfonamida dan
anti asam folat, trimetoprim,sehingga
obat ini bersifat teratogenik.
Antimalaria
 Kinin: menyebakan abortus (efek oksitosik ) &
kerusakan saraf ke-8.
 Klorokuin dapat mengganggu histogenesis
sistem saraf pusat (retina dan saraf ke-8)
sehingga dapat menyebabkan kelainan mata
atau tuli kongetinal terutama bila diberikan
dalam trimester pertama kehamilan.
 Primakuin dan pentakuin relatif lebih aman.
 Pirimetamin: anti asam folat yang digunakan
sebagai antimalaria dan antitoksoplasmosis..
Anestetika
 Eter: risiko abortus lebih besar.
 Risiko kelainan kongenital lebih besar
 Efek seperti ini juga terjadi pada anak
yang lahir dari wanita yang suaminya
bekerja di kamar operasi.
Tetrasiklin
 Trimester I, gangguan pertumbuhan
tulang, mikromelia dan sindaktili.
 Trimester II, warna kekuningan pada
gigi dan hipoplasia organ enamel.
 Meskipun gigi berwarna kekuningan
ternyata gigi tersebut lebih tahan
terhadap karies dibandingkan dengan
gigi yang normal.
Aminoglikosida.
 streptomisin, kanamisin, gentamisin dan
vankomisin.
 kerusakan pada saraf kedelapan janin
dan organ labirin (tuli kongenital).
Rifampisin
 Spina bifida
 Celah langit bila diberikan dalam dosis
150 mg/kg berat badan.
 Bukti teratogenik pada manusia belum
didapatkan
Kloramfenikol.
 Obat ini tidak bersifat teratogenik tetapi bila
diberikan menjelang persalinan dapat
menyebabkan kolaps sirkulasi pada bayi
baru lahir.
 Pemberian dalam jangka lama dengan dosis
besar harus berhati-hati karena obat ini
mengganggu sintesis protein di tingkat
ribosom sehingga kemungkinan efek
teratogenik belum dapat dikesampimgkan.
Vaksin.
 Vaksinasi pada trimester I, menaikkan
risiko abortus
 Vaksin rubela tidak boleh diberikan
sepanjang kehamilan dan dua bulan
menjelang kehamilan

Anda mungkin juga menyukai