Anda di halaman 1dari 9

PRESENTASI KASUS

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU


Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Tugas Kepaniteraan Klinik
Ilmu Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung

Dokter Pembimbing :
dr. Agung Budi Setiyanto, Sp.OG, M.Kes

Disusun Oleh :
Andika Wima Pratama
20184010100

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI & GINEKOLOGI


RSUD TEMANGGUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019

1
A. PENGALAMAN
IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. NDAS


Usia : 32 tahun
Alamat : Padangan Timur, Temanggung
Tanggal masuk: 13 Juli 2019 pukul 20:20

SUBJEKTIF
Keluhan Utama : Nyeri Perut saat hamil
G1P0A0, merasa mengetahui ia hamil sejak selasa (+-4 hari SMRS), tidak ada kencang
– kencang, tidak keluar lendir dan darah pada jalan lahir namun nyeri perut dirasakan
sejak hari minggu. Saat dianamnesis di PONEK, pasien tidak merasakan nyeri perut.
HPHT : 18/5/2019
HPL : 25/2/2020  UK : 8 minggu
Riw KB :-
Riwayat siklus menstruasi : teratur, menarche usia 14 tahun, lama 8 hari, tanpa disertai
dismenore
Riwayat penyakit medis : Riwayat DM (-), Hipertensi (-), Alergi (-), TB(+) dalam
pengobatan sejak april 2019 (sudah 3 bulan)
ANC baru dilakukan 1x di Sp. OG dan di USG
Menikah : 1x lama 10 tahun

OBJEKTIF
KU : Cukup, CM
Vital Sign :
TD : 120/80 mmHg
N : 112 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36.7 ° C
SpO2 : 98%

Mata : conjunctiva pucat (-/-)


Leher : JVP dbn, Pembesaran KGB (-)
Thorax : C/S1 S2 reguler

2
P/sdv (+/+), st (-/-)
Abdomen : BU (+) NT(-)
Extremitas : edema akral dingin

STATUS GYNEKOLOGI
Px Dalam  v/u : tenang
P : mecucu
ɸ : seujung jari
STLD (-), PPV (-), Nyeri goyang portio (-)
Px. Laboratorium
Darah lengkap
Jenis Pemeriksaan Hasil (satuan) Nilai Rujukan Interprestasi
Hemoglobin 11.6 11,7 – 15,5 g/dL Low
Leukosit 9,4 3,6 – 11 10^3/ul Normal
Hematokrit 32 35 – 47% Low
Eritrosit 3.87 3,80 – 5,20 10^6/ul Normal
Trombosit 238 150 – 440 10^3/ul Normal
MCV 89.7 80 – 100 fL Normal
MCH 29,7 26 – 34 Pg Normal
MCHC 33.1 32 – 36 q/dL Normal
Masa Pembekuan/CT 6’00” 5 – 8 menit Normal
Masa Perdarahan/BT 1’30” 1 – 3 menit Normal
Gula Darah Sewaktu 110 70 – 140 mg/dL Normal
Ureum 9,5 10 – 50 Low
Kreatinin 0,55 0,60 – 1,20 Low

3
Px. Penunjang
USG

ASSESSMENT
Dx : G1P0A0 gravida 8 minggu dengan Kehamilan Ektopik Terganggu
PLANNING
 R/ Operasi CITO Salphingektomi Sinistra
 Antibiotik Pre OP ceftriaxon 1gr IV

Lembar Follow Up
Tanggal Hasil Pemeriksaan Planning
14/7/19 S : Pasien mengeluhkan nyeri luka post op, - inj. Ceftriaxon 2x1gr IV
- inj. Ketorolac 3x1 amp IV
06.00 mual (-), muntah (-), pusing (-), mobilisasi (-),
- infus RL+2A Ketorolac+1A
batuk – batuk(-). Perdarahan jalan lahir (+) Fentanyl 20tpm
- OAT tetap diteruskan
sedikit.
O : KU : Cukup, CM
Vital Sign :
TD : 110/70 mmHg N : 68x/menit
RR : 20x/menit S : 36.3 ° C
Mata : conjunctiva anemis (-/-)
Leher : JVP dbn, Pembesaran KGB (-
)
Thorax : C/S1-S2 reguler

4
P/sdv (+/+), st (-/-)
Abdomen : Supel, BU (+), NT (+) pada
daerah post op,

Extremitas : edema akral dingin


DC (+) jernih, Infus (+) RL+Fentanyl
2A+Ketorolac 2A
A : Post OP Salphingektomi Sinistra +
Adhesiolisis a/i KET H+1/2
15/07/19 S : Pasien mengeluhkan nyeri post op -AFF infus + DC
06.10 berkurang, mulas (-), flatus(+), mobilisasi (+) -Ciprofloxaxin 2x500mg PO
terbatas pada duduk. Pusing(-) -Metronidazole 3x500mg PO
O : KU : Baik, CM
Vital Sign :
TD : 110/70 mmHg N : 81x/menit
RR : 20x/menit S : 36.7 ° C
Mata : conjunctiva anemis (-/-)
Leher : JVP dbn, Pembesaran KGB (-
)
Thorax : C/S1 S2 reguler
P/sdv (+/+), st (-/-)
Abdomen : Supel, BU (+), NT (+) pada
sekitar luka post op.

Extremitas : edema akral dingin


DC (+) Jernih, Infus (+) RL 20tpm
A : Post OP Salphingektomi Sinistra +
Adhesiolisis a/i KET H+1 1/2
02/08/18 S : Pasien mengatakan nyeri post op R/ BLPL
01.00 berkurang, BAK lancar, Flatus (+), BAB (-) Obat pulang :
O : KU : Baik, CM Ciprofloxaxin 2x500mg PO
Vital Sign : Metronidazole 3x500mg PO
TD : 110/80 mmHg N : 80x/menit Asam Mefenamat 3x500 PO

5
RR : 20x/menit S : 36.5 ° C
Mata : conjunctiva anemis (-/-)
Leher : JVP dbn, Pembesaran KGB (-
)
Thorax : C/S1 S2 reguler
P/sdv (+/+), st (-/-)
Abdomen : BU (+), NT (+) sekitar luka
post op
Extremitas : edema akral dingin
A : Post OP Salphingektomi Sinistra +
Adhesiolisis a/i KET H+2 1/2

LAPORAN OPERASI

Diagnosa Pre OP : KET

Diagnosa Post OP : Idem + Perlengketan abdomen

Nama Operasi : Salphingektomi Sinistra + Adhesiolisis

Macam Pembedahan : Khusus + Emergency dengan penyulit

Laporan Operasi:

1. Buka abdomen
2. Setelah peritoneum dibuka, tampak darah dan bekuan darah +-300cc mengisi rongga
abdomen
3. Dilakukan eksplorasi, tampak tuba fallopi kiri membesar berwarna merah kebiruan
dengan ukuran 5x4x3 cm dengan ostium tuba pars abdominalis kiri aktif mengeluarkan
darah.
4. Uterus tampak dbn.
5. Adneksa tampak dbn.
6. Kesan abortus tuba sinistra
7. Dilakukan salphingektomi sinistra
8. Dilakukan eksplorasi lebih lanjut, tampak omentum lengket dengan dinding peritoneum
sisi kanan, dilakukan adhesiolisis
9. Rongga abdomen dicuci dengan NaCl 0,9%
10. Luka operasi ditutup

6
B. MASALAH YANG DIKAJI
Apa yang dimaksud dengan Kehamilam Ektopik Terganggu dan mengapa hal ini dapat
terjadi?
Bagaimana penegakan diagnosis Kehamilam Ektopik Terganggu?
Bagaimana penatalaksanaan Kehamilam Ektopik Terganggu?
C. ANALISIS
1. Definisi
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dimana setelah fertilisasi, implantasi terjadi diluar
endometrium kavum uteri. Sedangkan kehamilan ektopik tergangguialah kehamilan
ektopik yang mengalami abortus atau rupture apabila masa kehamilan berkembang
melebihi kapasitas ruang implantasi (misalnya : Tuba).
.
2. Mekanisme
Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang telah
dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio
dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada
beberapa kemungkinan akibat dari hal ini yaitu :

1. Kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung distal
(fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan
ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak
begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.
2. Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat dari
distensi berlebihan tuba.
3. Faktor abortus ke dalam lumen tuba. Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum
berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi
secara spontan atau karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan
terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit hingga banyak, sampai
menimbulkan syok dan kematian.
3. Diagnosis

1. Anamnesis dan gejala klinis

7
Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau tidak ada
perdarahan per vaginam, ada nyeri perut kanan / kiri bawah. Berat atau ringannya nyeri
tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam peritoneum.

2. Pemeriksaan fisis
a) Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa.
b) Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat dan ekstremitas
dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri
tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.
c) Pemeriksaan ginekologis
3. Pemeriksaan dalam: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan
kiri.
4. Pemeriksaan Penunjang
a) Laboratorium : Hb, Leukosit, urine B-hCG (+). Hemoglobin menurun setelah 24
jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat.
b) b) USG : - Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
- Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
- Adanya massa komplek di rongga panggul
5. Kuldosentesis : suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum
Douglas ada darah.
6. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.
7. Ultrasonografi berguna pada 5 – 10% kasus bila ditemukan kantong gestasi di luar
uterus.
4. Penatalaksanaan
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Pada laparotomi
perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksa yang
menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dalam
rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan. Dalam tindakan demikian, beberapa hal
yang harus dipertimbangkan yaitu: kondisi penderita pada saat itu, keinginan penderita
akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik. Hasil ini menentukan apakah
perlu dilakukan salpingektomi (pemotongan bagian tuba yang terganggu) pada
kehamilan tuba. Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif). Peninggian
kadar HCG yang berlangsung terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang
belum terangkat.

8
Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan transfusi, infus, oksigen,
atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika dan antiinflamasi. Sisa-sisa
darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat
dan harus dirawat inap di rumah sakit.

D. KESIMPULAN
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dimana setelah fertilisasi, implantasi terjadi diluar
endometrium kavum uteri. Sedangkan kehamilan ektopik tergangguialah kehamilan
ektopik yang mengalami abortus atau rupture apabila masa kehamilan berkembang
melebihi kapasitas ruang implantasi (misalnya : Tuba).
Ketuban pecah dini dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
inspekulo, pemeriksaan kuldosentesis, serta pemeriksaan penunjang berupa USG. Pada
ketuban pecah dini terdapat penatalaksanaan aktif berupa laparotomi sekaligus dilakukan
salphingektomi pada bagian tuba yang terganggu (pada kehamilan tuba).

E. DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan, edisi 3, Cetakan Kelima, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 1999 : 281 – 300
2. Cunningham FG, Gant F.G, et all, William Manual of Obstetrics, 21st Edition Boston,
McGraw Hill, 2003 : 339 – 47.

Anda mungkin juga menyukai