Anda di halaman 1dari 19

PPROM

Definisi
PPROM adalah pecahnya selaput ketuban yang mendahului
waktu kelahiran saat usia kehamilan ≤ 37 minggu (Eleje et al,
2014).
Penyebab
(Getahun et al, 2010)
 Genetik  gen RLN
 Maternal
 Fetal
 Lingkungan  infeksi bakteri  Streptococcus spp.,
Staphylococcus aureus, & Eschericia coli

(Rocha et al, 2013)


 Iatrogenik  prosedur invasif  amniocentesis, chorionic villus
sampling, cervical surgery/ mechanical trauma
Faktor Risiko
(Getahun et al, 2010)
 Umur ibu
 Primiparitas
 Merokok
 Infeksi kelamin
 Kondisi respirasi
 Short cervical length
 Struktur selaput ketuban yang abnormal
 PPROM & kelahiran prematur pada kehamilan sebelumnya
 Jarak antar kehamilan pendek
(Van der Heyden et al, 2013)
 Cervical insufficiency
 Multiple gestation
 Antepartum bleeding
(Zhou et al, 2014)
 Recurrent induced abortion
 Mobilisasi
Patofisiologi
(Getahun et al, 2010)
 Infeksi bakteri yang menaik dari saluran kelamin.
 Imunologis  Infeksi yang jauh dari kelamin wanita  sitokin
proinflamasi & kemokin.
(Rocha et al, 2013)
Desidua & placenta  gen RLN 
1. Peningkatan ekspresi gen & protein spesifik & aktivitas regulator
matrix metalloproteinase yang berpengaruh pada PPROM.
2. Memodulasi produksi sitokin proinflamasi secara langsung.
3. Memproduksi IL-6 & IL-8
Diagnosis
Gold standard untuk menegakkan PROM bergantung
pada kemampuan klinisi untuk mengidentifikasi 3
tanda klinis berikut dalam pemeriksaan spekulum”
1. Pooling cairan jernih di fornix posterior
2. Nitrazine test: kertas lakmus yang berubah warna dari
kuning menjadi biru setelah paparan cairan amnion
3. Ferning test: Gambaran palis yang terlihat di
mikroskop ketika mengamati sekret cervicovaginal
yang mengering

● Test menjadi lebih tidak akurat ketika dilakukan lebih


dari 1 jam setelah ketuban pecah
● Test Nitrazine memiliki sensitifitas 90-97%
dan spesifisitas 16-70%. Angka false positif
yang tinggi ditemukan pada keadaan
cervicitis, vaginitis (bacterial vaginosis), dan
kontaminasi oleh darah, urin, semen, atau
agen antiseptik.
● Ferning test bisa memberikan hasil false
positif oleh sidikjari atau kontaminasi oleh
semen dan kontaminasi oleh semen dan
mukus serviks.
● False negatif bisa dikarenakan technical error
atau kontaminasi dengan darah.
● Sensitiditas 98% dan spesifisitas 88%
● Diagnosis yang tepat dapat mengoptimalkan
tindakan obstetric yang diambil dan
meminimalisir efek buruk seperti prolaps tali
pusar, chorioamnionitis, neonatal sepsis.
● Diagnosis yang tidak tepat akan
mengakibatkan intervensi yang tidak perlu
seperti rawat inap, pemberian antibiotik dan
kortikosteroid, dan induksi persalinan.
● Amnio dye test ( tes tampon) dapat dilakukan
jika tes konvensional utk PPROM tidak
memberikan hasil yang jelas dan usia
kehamilah masih jauh dari aterm.
● Tes ini melibatkan amniocentesis dan
memasukkan dye ke cavitas amnion.
Keluarnya cairan berwarna biru melalui
vagina dalam 20-30 menit, dibuktikan dengan
tampon, dikatakan positif PPROM.
● Resiko dari prosedur invasif ini antara lain:
Manajemen
 34 – 36 minggu
 terminasi kehamilan dengan cara induksi. Manajemen konservatif bisa menyebabkan faktor
risiko terjadinya chorioamnionitis.
 pemberian corticosteroid tidak dianjurkan
 Pemberian antibiotik prophylaxis untuk GBS.
 32 – 33 minggu
 pemberian corticosteroid untuk maturitas paru janin.
 Terminasi kehamilan pada usia kehamilan 34 minggu, jika tidak ada infeksi.
 amniocentesis
 24 – 31 minggu
 Jika tidak ada intraamniotic infeksi dipertahankan kehamilan sehingga 34 minggu.
 Pemberian corticosteroid, antibiotic.
 Monitoring : fetal tachycardia, suhu tinggi, maternal tachycardia, His, leucocytosis  tanda2
chorioamnionitis
 Amnioncentesis
 <24 minggu
 Mayoritas pasien lahir dalam 1 minggu.
 Tujuan utama adalah keselamatan ibu sebab ‘survival rate’ janin rendah.’
 Diberi opsi yaitu melahirkandengan induksi atau perawatan di rumah dan follow up.
Komplikasi
(Van der Heyden et al, 2013)
 Kelahiran prematur dalam seminggu 50-75%
 Respitarory distress syndrome 35%
 Cord Compression 32-76%
 Chrioamnionitis 13-60 %
 Abrutio placentae 4-12%
 Antepartum fetal death 1-2 %
Prognosis
Tergantung manajemen yang diberikan, induksi persalinan atau
manajemen ekspektasi : (van der Ham et al, 2013)
 Pregnancy
 Neonatal
 Maternal
Prognosis
(Van der Heyden et al, 2013)
 Prognosis tergantung pada usia kandungan. Tingkat
mortalitas perinatal lebih rendah pada PPROM dengan usia
kehamilan yang lebih tua.
 Kelangsungan hidup bervariasi tergantung usia kehamilan, 41
% dari neonatal yang bertahan hidup mengalami morbiditas
berat.
Eleje, GU, Adinma, JI, Ghasi, S, et al. 2014. “Antibiotic susceptibility pattern of genital tract
bacteria in pregnant women with preterm premature rupture of membranes in a resource-limited setting”.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0020729214003026.
Getahun, D, Strickland, D, Ananth, CV, et al. 2010. “Recurrence of preterm premature rupture
of membranes in relation to interval between pregnancies”. 10.1016/j.ajog.2009.12.010.
Rocha, FG, Slavin, TP, Li, D, et al. 2013. “Genetic associations of relaxin : preterm birth and
premature rupture of fetal membranes”.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0002937813004997.
Zhou, Q, Zhang, W, Xu, H, et al. 2014. “Risk factors for preterm premature rupture of
membranes in Chinese women from urban cities”.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0020729214004159. Van der Ham, DP, Van
der Heyden, JL, Opmeer, BC, et al. 2012. “Management of late-preterm premature rupture of membranes:
the PPROMEXIL-2 trial”. http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0002937812007764.
Van der Heyden, JL, Van der Ham, DP, Van Kuijk, S, et al. 2013. “Outcome of pregnancies with
preterm prelabor rupture of membranes before 27 weeks’ gestation: a retrospective cohort study”.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0301211513002728.
Medina, TM,Hill, A. 2006. “ Preterm premature rupture of membrane: diagnosis and
management”. American Family Physician.

Anda mungkin juga menyukai