Oleh :
Primadhy Rahardian Wijaya
10 / 297192 / KU / 13772
Dosen Pembimbing : Dr. dr. Wahyudi Istiono, M.kes
I.4 Tujuan
Universitas Gadjah Mada (UGM) lahir pada 19 Desember 1949 sebagai bukti bahwa
negara Republik Indonesia telah merdeka. Sebagai “universitas perjuangan”, UGM bertekad
selalu mengabdi kepada kepentingan masyarakat, sehingga UGM sering diberi predikat
sebagai universitas kerakyatan. Dua tahun sejak lahirnya UGM, tahun 1951 UGM
mengerahkan mahasiswanya ke luar Jawa sebagai guru yang mengajar pada Sekolah
Lanjutan Atas. Kegiatan ini disebut sebagai Pengerahan Tenaga Mahasiswa (PTM), yang
merupakan bentuk pertama dari kegiatan KKN. Sayangnya kegiatan ini berhenti pada tahun
1962 karena krisis keuangan negara saat itu. Akan tetapi kemudian muncul kegiatan KKN
pada tahun 1971 yang dicetuskan oleh Prof. Koesnadi Hardjasoemantri, SH, pakar hukum
UGM, dan kegiatan KKN tersebut tetap dipertahankan sebagai kegiatan wajib mahasiswa
UGM hingga sekarang. Atas dasar pertimbangan historis lahirnya UGM dan kegiatan KKN
tersebut maka UGM mempunyai kewajiban moral untuk tetap menjaga citra dan mutu
kegiatan KKN. Oleh karena itu KKN tematik muncul di UGM pada tahun 1998 – 1999 sebagai
respon dari kondisi krisis moneter di Indonesia pada tahun 1997. UGM kembali memberikan
respon melalui kegiatan KKN terhadap kuatnya tekanan globalisasi (pada milenium 2)
terhadap lapisan masyarakat ekonomi lemah di Indonesia, yaitu dengan mengubah
paradigma pembangunan (development) menjadi paradigma pemberdayaan (empowerment)
di dalam pelaksanaan kegiatan KKN sehingga kegiatan tersebut menjadi lebih kontekstual.
Sehingga rekontekstualisasi kegiatan KKN ini mampu menghasilkan pemimpin sejati, yaitu
lulusan UGM yang mempunyai empati dan peduli terhadap permasalahan masyarakat
ekonomi lemah dan mampu memberdayakan mereka untuk menolong diri mereka sendiri
Sedangkan tujuan khusus dari “Program Peningkatan Kualitas Laboratorium Terpadu
Di Fasilitas Kesehatan Primer” ini adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di
fasilitas kesehatan primer secara keseluruhan dimana fasilitas laboratorium yang baik demi
mencegah ataupus mengurangi insidensi misdiagnosis yang nantinya akan berujung pada
kesalahan terapi juga sehingga dapat menimbulkan morbiditas bahkan mortalitas pada
pasien atau masyarakat. Sehingga masyarakat dapat merasakan perbedaan pelayanan medis
yang lebih baik dan lebih memuaskan dibandingkan jika berobat ke dukun.
Pemerintah
daerah Puskesmas Setempat
Pemuda dan
Penduduk Pulau
Komodo
Dinas Kesehatan
Daerah
II.2.1 Laboratory Medicine in Africa: A Barrier to Effective Health Care oleh Petti et al.
(2015)
a. Abstract
Memberikan pelayanan kesehatan di sub-Sahara Afrika adalah masalah yang
kompleks. Laporan terbaru memanggil lebih banyak sumber daya untuk membantu dalam
pencegahan dan pengobatan penyakit menular yang mempengaruhi populasi ini, tetapi
pembuat kebijakan, dokter, dan masyarakat sering gagal untuk memahami bahwa diagnosis
sangat penting untuk pencegahan dan pengobatan penyakit. Akses ke tes diagnostik yang
handal sangat terbatas di wilayah ini, dan misdiagnosis sering terjadi. Maklum, alokasi
sumber daya untuk pengujian laboratorium diagnostik belum menjadi prioritas bagi sistem
perawatan kesehatan terbatas sumber daya, tetapi tes diagnostik laboratorium yang tidak
dapat diandalkan dan tidak akurat mengarah ke pengeluaran yang tidak perlu di daerah
yang sudah terganggu oleh kekurangan sumber daya, mempromosikan persepsi bahwa
pengujian laboratorium tidak membantu , dan kompromi perawatan pasien. Kami
mengeksplorasi hambatan pelaksanaan pengujian yang konsisten di kawasan ini dan
menggambarkan kebutuhan untuk pendekatan yang lebih komprehensif untuk diagnosis
infectiousvdiseases, dengan penekanan pada pembuatan laboratorium pengujian prioritas
yang lebih tinggi.
b. Pembahasan
Memberikan pelayanan kesehatan dengan terbatasnya sumber daya diakui sebagai
masalah yang kompleks dan untuk klinik atau rumah sakit kabupaten dengan minimal hingga
tidak ada dukungan laboratorium, diagnosa sering dibuat secara klinis (misalnya, oleh
Penggunaan algoritma klinis malaria dan TBC). Ketergantungan pada diagnosis klinis terjadi
di daerah dengan prevalensi penyakit yang tinggi, tanpa biaya tambahan, dan tidak
memerlukan peralatan laboratorium khusus atau persediaan; Namun, diagnosis berdasarkan
tanda-tanda dan gejala klinis tidak spesifik, tidak reliabel dan dikaitkan dengan peningkatan
mortalitas. Di antara 4670 pasien dirawat di rumah sakit Tanzania yang menerima diagnosis
klinis malaria berat oleh kriteria WHO, 50% memiliki hasil apusan darah mengkonfirmasikan
kehadiran
Plasmodium falciparum. Pasien dengan parasit yang ditemukan pada apusan darah lebih
baik hasil daripada pasien tanpa bukti laboratorium malaria, yang menunjukkan
bahwa penyakit serius lainnya tidak dianggap atau yang mungkin diberhentikan di
mendukung malaria. Dalam analisis retrospektif terhadap anak-anak di sebuah rujukan
tersier pusat di Kumasi, Ghana, 40% dari pasienyang telah diberi klinis WHO didefinisikan
diagnosis malaria yang dikonfirmasi untuk benar-benar memiliki sepsis bakteri. Jelas, tidak
adanya dukungan laboratorium
kontribusi untuk overdiagnosis malaria yang mengarah ke kegagalan untuk mengobati atau
penundaan dalam pengobatan alternatif mengancam jiwa ,infeksi dan berpotensi
meningkatkan angka kematian. Klinis tumpang tindih antara penyakit adalah masalah umum
lain yang berpotensi dapat mengganggu perawatan pasiendan yang dapat mengakibatkan
terapi antimikroba yang tidak tepat. Misdiagnosis terjadi dengan penyakit lain juga. Di
Nigeria, akurasi klinis diagnosa demam tifoid, bila dibandingkan
dengan konfirmasi kultur laboratorium adalah 50% dan diagnosis meningitis bakteri
diabaikan dalam 24% dari anak-anak Kenya ketika pendekatan klinis diaplikasikan sendiri.
Diagnosis dugaan TB juga bisa nonspesifik. Satu studi menemukan bukti infeksi tuberkulosis
hanya 52% dari 229 pasien yang diduga TB di Botswana. Di Selatan Afrika, sebuah studi
postmortem anak-anak yang terinfeksi HIV dan disajikan dengan kesulitan pernapasan
menemukan bahwa Presentasi klinis TB paru
adalah hampir tidak bisa dibedakan dari kegagalan pernapasan yang disebabkan oleh
pneumonia jiroveci, cytomegalovirus, bakteri pneumonia, atau interstitial limfositik
pneumonitis. Demikian pula, di Malawi, sebuah negara dengan prevalensi tinggi HIV, hasil
kultur aspirasi sumsum tulangdari orang dewasa dengan anemia berat menunjukkan adanya
Infeksi tersembunyi (mikobakteri dan bakteri) sebagai penyebab yang dapat diobati sebagai
penyebab anemia. Dalam banyak kasus di sub-Sahara Afrika, tampaknya diagnosis yang
berdasarkan gejala klinis saja, tanpa dukungan dasar tes diagnostik, mengarah ke
pengobatan yang tidak tepat, peningkatan morbiditas, dan kematian yang tidak perlu.
Sehingga diperlukan peningkatan prioritas untuk kualitas laboratorium di fasilitas kesehatan
daerah untuk sesegera mungkin.
BAB III METODE PELAKSANAAN
III.2 Sasaran
Sasaran dari program ini tentu saja masyarakat pulau komodo baik warga lokal
maupun turis yang sedang berkunjung. Untuk pengajuan sendiri, tim KKN diharapkan
membuat proposal, surat-surat dan berkas lainnya yang sebeluknya telah dicari informasi
tentang kelengkapan berkas yang nantinya digunakan untuk melaksanakan dan mengajukan
kepada dinas kesehatan, organisasi terkait, puskesmas, dan kementrian kesehatan dana
peningkatan kualitas laboratorium di pulau komodo. Komunikasi yang baik dengan kepala
masing-masing instansi akan menunjang kelancaran program ini. Adanya surat permohonan
yang ditandatangani pejabat setempat. Ditambah petisi dari warga setempat akan
menguatkan permintaan untuk segera di realisasikan pemerintah.
Total 1.650.000,00
Berkomunikasi dengan
pemerintah daerah Minggu 1-8
Tandatangan pemerintah
daerah Minggu 3-4
Pengiriman proposal dan
surat ke pusat Minggu 5
IV.1 Kesimpulan
Berdasarkan ulasan yang telah di buat dapat di tarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut ini :
1. Program peningkatan kualitas laboratorium fasilitas kesehatan primer
merupakan program yang sangat penting yang semestinya diterapkan di pulau
komodo mengingat disana pelayanan kesehatan masih kurang dan dapat
menyebabkan misdiagnosis yang meningkatkan morbiditas serta pemberian
terapi yang tidak tepat bahkan dapat menyebabkan kematias yang sebetulnya
dapat dihindari.
2. Hal yang dapat dilakukan TIM KKN dapat berupa membuat surat dan proposal
permohonan kepada puskesmas, dinas kesehatan daerah dan kementrian
kesehatan pusat untuk mengajukan dikirimkannya dotkter internship di pulau
komodo
3. Program ini tidak hanya berhenti satu periode KKN, akan tetapi diharapkan terus
difollow up terus hingga berhasil.
IV.2 Saran
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diambil beberapa saran sebagai berikut ini :
1. Hendaknya program ini segera terlaksana karena merupakan salah satu dasar
dan pilar utama dalam pelayanan kesahatan dan fungsi utama pelayanan
kesehatan yaitu diagnosis klinis yang tepat dan akurat yang diharapkan berujung
pada terapi dan kesembuhan serta prognosis yang bagus pada pasien dan
meningkatkan kesehatan masyarakat dan menurunkan morbiditas penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Petti, CA. 2015. Laboratory Medicine in Africa: A Barrier to Effective Health. Clinical
Infectious Diseases Oxford Journals. 2006(42) : 377-382. Available from
http://www.cidoxfordjournals.org/
http://www.jamkesindonesia.com/jkn/detail/faskes_tingkat_pertama#.Vb5kg_Oqqko
Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan