Anda di halaman 1dari 64

Perdarahan Pada Kehamilan

Muda & Teknik Dilatasi –


Kuretase (D/K)

Polikarpus Arifin 112018145


Ainullah Turrahmah 112018045
Nur Hayani 112018206

Pembimbing :
dr Steven Aristida Sp.OG
PERDARAHAN • Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan 

PADA perdarahan

KEHAMILAN • Dapat terjadi pada setiap usia kehamilan

• Sekitar 25% wanita hamil mengalami pendarahan sebelum


usia kehamilan 12 minggu.
• Perdarahan pada umur kehamilan yang lebih tua terutama
setelah melewati trimester III  Perdarahan antepartum
Abortus

Perdarahan pada
kehamilan muda Kemungkinan
Penyebab

Mola Kehamilan
Hidatidosa Ektopik
Abortus
Abortus

• Aborsi didefinisikan sebagai penghentian kehamilan secara


spontan atau diinduksi sebelum janin dapat hidup.

• The National Center for Health Statistics, The Centers for Disease
Control and Prevention (CDC) & World Health Organization (WHO):
• Mendefinisikan aborsi sebagai penghentian kehamilan — spontan atau
diinduksi — sebelum usia gestasi 20 minggu atau dengan janin yang lahir
dengan berat <500g.
Macam – macam abortus

Abortus Spontan (Spontaneous Abortus Berulang Aborsi yang Diinduksi (Induced


Abortion) (Recurrent Abortion) Abortion)

• Abortus iminens • Dulu dikenal sebagai Abortus • Didefinisikan sebagai


• Abortus insipiens Habitualis penghentian kehamilan secara
• Abortus kompletus medis atau pembedahan

• Abortus inkompletus sebelum waktu kelangsungan

• Missed abortion hidup janin.

• Abortus septik

Hoffman, B. L. (2016). Williams gynecology (Third edition.). New


York: McGraw-Hill Education.
• Abortus spontan  Keguguran pada usia kehamilan <20
minggu tanpa adanya tindakan medis atau bedah elektif
untuk mengakhiri kehamilan.

Abortus Spontan • Kira – kira 20% wanita hamil akan mengalami perdarahan

(Spontaneous sebelum usia gestasi 20 minggu.

Abortion) • Kira-kira setengah dari kehamilan ini akan berakhir dengan aborsi
spontan.

• American College of Obstetricians and Gynecologists, 2015


• > 80% aborsi spontan terjadi selama 12 minggu pertama
kehamilan.
Faktor Penyebab
Faktor Fetus
• Abortus Aneuploid:
• 1/2 dari keguguran pada trimester pertama adalah aneuploid.

• Kejadian menurun secara nyata dengan bertambahnya usia kehamilan.

• Secara umum  janin aneuploid mengalami keguguran lebih awal dibandingkan

dengan janin dengan komplemen kromosom normal.

• Kajii (1980)  75% janin aneuploid aborsi sebelum 8 minggu, sedangkan tingkat

aborsi janin euploid mencapai puncaknya sekitar 13 minggu.

• Abortus Euploid:
• Penyebab aborsi euploid masih kurang dipahami.

• Gangguan medis maternal, kelainan genetik, defek uterus, kondisi lingkungan dan gaya

hidup  Dapat berpengaruh


Hoffman, B. L. (2016). Williams gynecology (Third edition.). New York: McGraw-Hill Education.
Kondisi medis

Faktor
• Diabetus mellitus
• Kelainan tiroid
• Tuberkulosis, keganasan, atau kondisi serius lainnya. Jarang menyebabkan aborsi

Maternal
Infeksi
• Chlamydia trachomatis
• Mycoplasma genitalium
• Brucella abortus, Campylobacter fetus, & Toxoplasma gondii  Masih dalam penelitian bagi aborsi pada manusia

Prosedur pembedahan
• Risiko keguguran akibat prosedur pembedahan selama kehamilan tidak dipelajari dengan baik
• Tidak ada agen anestesi yang digunakan saat ini yang membuktikan efek teratogenik bila digunakan pada semua usia kehamilan.
• The American College of Obstetricians and Gynecologists (2013) merekomendasikan:
• Operasi elektif ditunda sampai melahirkan atau setelahnya.
• Pembedahan tidak mendesak (nonurgent) harus dilakukan pada trimester kedua, jika memungkinkan, untuk mengurangi risiko teoretis untuk
aborsi atau kontraksi prematur.

Radioterapi & Kemoterapi


• Dosis ambang batas yang menyebabkan aborsi tidak diketahui secara pasti tetapi pasti berada dalam dosis terapeutik yang digunakan untuk
pengobatan penyakit ibu.

Obat – obatan

Faktor nutrisi & berat badan


• Obesitas dikaitkan dengan subfertilitas, meningkatkan risiko keguguran
• BMI rendah juga dikaitkan dengan peningkatan risiko keguguran

Perilaku
• Alkohol (Terutama penggunaan alkohol secara teratur atau berat)
• Merokok
• Konsumsi kafein berlebihan (5 cangkir kopi per hari / sekitar 500 mg kafein  Sedikit meningkatkan risiko aborsi)

Pekerjaan & lingkungan


• Toxin  arsenic, lead, formaldehyde, benzene, ethylene oxide, dichlorodiphenyltrichloroethane (DDT)
Macam – macam abortus spontan
ABORTUS IMINENS ABORTUS INSIPIENS

• Abortus tingkat permulaan & merupakan ancaman terjadinya • Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks
abortus. telah mendatar & ostium uteri telah membuka tetapi hasil konsepsi

• Ditandai dengan perdarahan pervaginam, ostium uteri masih masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.

tertutup, hasil konsepsi masih baik dalam kandungan. • Ps akan merasa kontraksi yang sering dan kuat, perdarahan

• Pemeriksaan USG  Untuk mengetahui pertumbuhan janin & bertambah sesuai dengan pembukaan serviks & usia kehamilan.

melihat keadaan plasenta (lepas atau belum). • Penanganan:


• Perhatikan keadaan umum dan keadaan hemodinamik
• Penanganan:
• Dilatasi dan kuretase
• Tirah baring sampai perdarahan berhenti
• Pemberian tokolitik  Agar uterus tidak berkontraksi

Prawirohardjo S (2010). Ilmu Kebidanan (Edisi ke-4). Jakarta Pusat : Yayasan Bina Pustaka


Macam – macam abortus spontan
ABORTUS KOMPLETUS ABORTUS INKOMPLETUS

• Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan • Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang
tertinggal.
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
• Pemeriksaan dalam:
• Besar uterus tidak sesuai usia kehamilan:
• Kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan dalam kavum uteri / menonjol pada
• Karena semua hasil konsepsi telah keluar, ostium uteri telah menutup, ostium uteri eksternum,
uterus telah mengecil,
• Perdarahan  Masih terjadi. Jumlah perdarahan tergantung pada jaringan
• Pemeriksaan USG  Tidak diperlukan yang tersisa.

• Penanganan: • Pemeriksaan USG  Bila ragu dengan klinis

• Perbaiki keadaan umum • Penanganan:

• Perdarahan hebat  Keluarkan sisa konsepsi secara manual supaya kontraksi


uterus berlangsung dengan baik  Perdarahan berkurang

• Dilatasi & kuretase


• Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu &
hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan.

• Bila kehamilan antara 14 – 20 minggu  Pasien akan merasakan rahimnya semakin mengecil dan tanda – tanda
kehamilan sekunder pada payudara mulai menghilang.

• Kadangkala:

• Missed abortion diawali dengan abortus iminens yang kemudian merasa sembuh  Tapi pertumbuhan janin

Macam – macam aborsi terhenti.

spontan • Pemeriksaan urin kehamilan  Biasanya negatif setelah 1 minggu terhentinya pertumbuhan kehamilan.

• Pemeriksaan USG:


MISSED ABORTION Uterus mengecil, kantong gestasi mengecil, tidak ada tanda – tanda kehidupan pada fetus.

• Penanganan:

• Usia kehamilan < 12 minggu  Dilatasi dan kuretase

• Usia kehamilan > 12 minggu / < 20 minggu:

• Serviks uterus kaku  Dianjurkan untuk melakukan induksi terlbih dahulu:

1. Infus IV oksitosin mulai dari dosis 10 unit dalam 500cc dektstrose 5% 20 tetes/menit  dapat diulangi
sampai total oksitosin 50 unit

• Jika tidak berhasil  pasien istirahat 1 hari  Ulangi maksimal 3 kali atau,

2. Mesoprostol sublingual 400mg, dapat diulangi 2x dengan jarak 6 jam.

• Setelah janin atau jaringan konsepsi berhasil keluar dengan induksi ini dilanjutkan dengan tindakan
kuretase sebersih mungkin.
• Abortus infeksius  Abortus yang disertai dengan infeksi pada alat genitalia.

• Abortus septik  Abortus yang disertai infeksi pada peredaran darah tubuh atau peritoneum
(septikemia / peritonitis).

• Merupakan salah satu komplikasi tindakan abortus yang paling sering terjadi apabila asepsis & antisepsis
kurang diperhatikan.
Macam – macam aborsi
spontan • Diagnosis:

• Panas tinggi, tampak sakit & lelah, takikardia, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus
membesar & lembut, nyeri tekan.
ABORTUS INFEKSIUS & ABORTUS
SEPTIK • Laboratorium Leukositosis

• Penanganan:

• Sambil menunggu hasil kultur:

• Penisilin 4 x 1,2 juta unit atau

• Ampisilin 4 x 1gr + Gentamisin 2 x 80mg + Metronidazol 2 x 1 gr

• Dilatasi & kuretase  Setelah keadaan tubuh membaik, minimal 6 jam setelah pemberian
antibiotika.

• Antibiotika dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam.

• Dapat ditambah injeksi ATS + irigasi kanalis vagina dengan H 2O2 bila ditakutkan terjadi tetanus.
• Definisi  3 atau lebih keguguran berturut – turut pada usia kehamilan < 20
minggu atau dengan berat janin <500 g.

• Sekitar 1 – 2% pasangan subur mengalami keguguran berulang.

Abortus • Tingkat keberhasilan kehamilan yang layak berikutnya menurun seiring


bertambahnya usia dan dengan meningkatnya jumlah keguguran berturut-turut.
Berulang • The American Society for Reproductive Medicine (2013) telah mengusulkan:
(Recurrent
Abortion) • Bahwa keguguran berulang / recurrent pregnancy
loss (RPL) ditentukan oleh dua atau lebih
kehamilan klinis yang gagal yang dikonfirmasi oleh
pemeriksaan sonografi atau histopatologi.

Hoffman, B. L. (2016). Williams gynecology (Third edition.). New York: McGraw-Hill Education.


Faktor Penyebab
• 3 etiologi yang diterima secara luas:

1. Kelainan kromosom parental

2. Sindrom antibodi antifosfolipid


/antiphospholipid antibody syndrome (APS) 
Faktor autoimun

• Satu-satunya gangguan autoimun


yang jelas terkait dengan keguguran.

• Keguguran akibat APS paling sering


terjadi setelah 10 minggu.

3. Kelainan uterus yang didapat atau bawaan

• Penyebab lain yang dicurigai tetapi tidak terbukti:

1. Alloimunitas

2. Endokrinopati

3. Toxin lingkungan

Hoffman, B. L. (2016). Williams gynecology (Third edition.). New York: McGraw-Hill Education


Evaluasi &
Penanganan

Hoffman, B. L. (2016). Williams gynecology (Third edition.). New


York: McGraw-Hill Education.
Kehamilan Ektopik
Kehamilan Ektopik
•Kehamilan ektopik ialah kehamilan di mana sel telur
yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar
endometrium kavum uterus

• Hampir 95% kehamilan ektopik ditanamkan di tuba


falopi.

• < 5 % serviks uterus, ovarium atau abdominal

• Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau


ruptur apabila massa kehamilan berkembang melebihi
kapasitas ruang implantasi (misalnya: tuba) dan
peristiwa ini disebut sebagai kehamilan ektopik
terganggu. Hoffman, B. L. (2016). Williams gynecology (Third edition.). New York: McGraw-Hill Education.

Ilmu Kebidanan Sarwono edisi keempat


Faktor Risiko
• Penggunaan kontrasepsi spiral dan pil
progesteron Kehamilan ektopik meningkat apabila
ketika hamil masih menggunakan kontrasepsi • Faktor abnormalitas dari zigot
spiral (3-4%). Pil yang hanya mengandung hormon Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan
progesteron juga meningkatkan kehamilan ektopik ukuran besar, maka zigot akan tersendat dalam
karena dapat mengganggu pergerakan sel rambut perjalanan pada saat melalui tuba, kemudian terhenti

silia di saluran tuba yang membawa sel telur yang dan tumbuh di saluran tuba.

sudah dibuahi untuk berimplantasi ke dalam


rahim

Ilmu Kebidanan Sarwono edisi keempat


Faktor Risiko
• Faktor tuba
 Faktor dalam lumen tuba:
• Endosalpingitis dapat menyebabkan lumen tuba menyempit atau membentuk kantong buntu akibat
perlekatan endosalping;
• Pada hipoplasia uteri, lumen tuba sempit dan berkelok-kelok panjang dapat menyebabkan fungsi silia
tuba tidak berfungsi secara baik;
• Pascaoperasi rekanalisasi tuba dan sterilisasi yang tak sempurna.
 Faktor pada dinding tuba:
• Endometriosis tuba dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi dalam tuba;
• Divertikel tuba kongenital atau ostium assesorius tubae dapat menahan telur yang dibuahi di tempat itu.
 Faktor di luar dinding tuba
• Perlengketan peritubal dengan ditorsi atau lekukan tuba dapat menghambat perjalanan telur;
• Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba
Ilmu Kebidanan Sarwono edisi keempat
Faktor Risiko

• Faktor ovum

Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba yang kontralateral, dapat
membutuhkan proses khusus atau waktu yang lebih panjang sehingga kemungkinan
terjadinya kehamilan ektopik lebih besar.

• Faktor lain Pemakaian IUD

Dimana proses peradangan yang dapat timbul pada endometrium dan endosalping dapat
menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik.

Ilmu Kebidanan Sarwono edisi keempat


Patofisiologi
Embrio tidak dapat mencapai endometrium untuk proses nidasi

Embrio tumbuh di saluran tuba

Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi Abortus ke dalam lumen tuba Ruptur dinding tuba
(Abortus tubaria)
Ovum yang dibuahi mati karena
Ovum berimplntasi pada ismus
vaskularisasi kurang. Pembukaan pembuluh2 darah oleh vili
Pada keadaan ini penderita tidak korialis pada tempat implantansi (tuba)
Vili korialis menembus lapisan
mengeluh apa-apa, haid muskularis tuba lalu ke peritoneum
Melepaskan mudigah dari dinding tuba
terlambat bbrp hari.
bersama dengan robeknya
Ruptur
pseudokapsularis
(Dapat terjadi secara spontan atau trauma
ringan)
Perdarahan

Sering terjadi pada kehamilan pars ampularis


Ilmu Kebidanan Sarwono edisi keempat
Manifestasi Klinis

Nyeri perut
bag. bawah
Pusing/lemas
Demam
TRIAS Perdarahan Gejala mirip flu
Vagina Gejala Lain Muntah
Sinkope

Amenore

Ilmu Kebidanan Sarwono edisi keempat


• Uterus mungkin sedikit membesar dan lunak

• Nyeri pada saat gerakan rahim atau serviks


mungkin menunjukkan peradangan
peritoneum
Pemeriksaan Fisik • Massa adneksa dapat teraba tetapi biasanya
sulit dibedakan dari ovarium ipsilateral

• Isi uterus mungkin ada di dalam vagina,


karena pelepasan lapisan endometrium
yang dirangsang oleh kehamilan ektopik

Ilmu Kebidanan Sarwono edisi keempat


Pemeriksaan Laboratorium
• Pemeriksaan Kadar 𝝱hCG Serum:
• Pemeriksaan Kadar Progesteron Serum:
• Human chorionic gonadotropin: glikoprotein yg
• Konsentrasi progesteron serum: untuk membantu
diproduksi o/ sinsitiotrofoblas dan dpt dideteksi dlm
diagnosis kehamilan ektopik ketika kadar β-hCG serum
serum paling cepat 8 hari setelah lonjakan hormon
dan temuan sonografi tidak meyakinkan.
luteinizing (LH).
• Dengan kadar serum progesteron <5 ng/mL, kehamilan
• Kehamilan normal  Kadar β-HCG berlipat ganda setiap
yg hampir mati terdeteksi dgn spesifisitas yg mendekati
48-72 jam hingga mencapai 10.000-20.000mIU / mL.
sempurna dan dgn sensitivitas 60 %.
• Kehamilan ektopik  Kadar β-HCG biasanya meningkat
• Sebaliknya, nilai > 20 ng/mL memiliki sensitivitas 95 %
lebih sedikit. dgn spesifisitas mendekati 40 % untuk mengidentifikasi
• Kadar β-HCG serum rata-rata lebih rendah pada kehamilan
kehamilan yang sehat.
ektopik dibandingkan pada kehamilan sehat.
• Kadar progesteron serum dpt digunakan untuk
• Kadar β-HCG serum serial: untuk membedakan antara
menunjang kesan klinis, tetapi tdk dpt membedakan
kehamilan normal dan abnormal, untuk memantau
dgn pasti antara kehamilan ektopik dan intrauterin.
resolusi kehamilan ektopik setelah terapi dimulai.
Pemeriksaan Sonografi
Massa adneksa
yang tidak
homogen (panah
kuning)

• Dengan transvaginal sonography (TVS):


• Kantung kehamilan biasanya terlihat antara 4 1⁄2 - 5
Kantung
minggu ekstrauterin
kosong dengan
• Kantung kuning telur muncul antara 5 - 6 minggu cincin hiperekoik
(panah)
• Kutub janin dengan aktivitas jantung pertama kali
terdeteksi pada usia 51⁄2 - 6 minggu
Kantung kuning
• Diagnosis sonografi kehamilan ektopik terletak pada telur dan / atau
kutub janin dengan
atau tanpa aktivitas
visualisasi massa adneksa yang terpisah dari ovarium jantung di dalam
kantung
ekstrauterin

Hoffman, B. L. (2016). Williams gynecology (Third edition.). New


York: McGraw-Hill Education. LO = Left ovary
Kuldosentesis Transvaginal
sonografi: Cairan
di kavum
Dauglas

• Suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglasi terisi darah
dengan menggunakan jarum spinal ukuran 16 -18

• Cara ini sangat berguna dalam membantu membuat diagnosis kehamilan ektopik
terganggu.

• Hasil positif: darah berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku atau berupa
bekuan-bekuan kecil.

• Hasil negatif bila cairan yang dihisap berupa:

• Cairan jernih yang mungkin berasal dari cairan peritoneum normal atau kista ovarium yang
pecah.

• Nanah yang mungkin berasal dari penyakit radang pelvis atau radang appendiks yang pecah
(nanah harus dikultur).

• Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku, darah ini berasal
dari arteri atau vena yang tertusuk. Kuldosentesis
Hoffman, B. L. (2016). Williams gynecology (Third edition.). New
Perdarahan Pada Kehamilan Trimester I, FK UNILA
York: McGraw-Hill Education.
Penilaian
klinik &
penanganan
kehamilan
ektopik

Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Sarwono


Kriteria bagi
penanganan
kehamilan
ektopik

Hendriks E, MacNaughton H, MacKenzie MC. First Trimester Bleeding: Evaluation


and Management. Am Fam Physician. 2019 Feb 1;99(3):166-174. PMID: 30702252.
Medikamentosa
bagi kehamilan
ektopik

Hoffman, B. L. (2016). Williams gynecology (Third edition.).


New York: McGraw-Hill Education.
Mola Hidatidosa
• Mola hidatidosa  suatu kehamilan yang
berkembang tidak wajar, dimana tidak
ditemukan janin dan hampir seluruh vili
korialis mengalami perubahan hidropik.
• Hidup dan tumbuh  bentuk anggur
• Trofoblast produksi HCG, kadarnya tinggi
pada mola hidatidosa.
• Klinis ; uterus > lebih cepat, mual muntah,
perdarahan. pervaginam  gelembung vilus

Ilmu kebidanan Sarwono edisi 4


Anatomi Plasenta

Trofoblast berasal dari Ektoderm


Memegang peranan penting dalam implantasi blastokista dengan
melisiskan endometrium

Ilmu Kebidanan Sarwono edisi 4


Epidemiologi
• Secara umum, kira-kira 80% dari penyakit trofoblas gestasional
merupakan mola hidatidosa.
• Wanita dengan riwayat Gestational Trophoblastic Disease (GTD)
sebelumnya memiliki tingkat resiko berulang 2%.

• Insiden mola hidatidosa relatif konstan di USA dan eropa yaitu 1:1000
kehamilan dan meningkat pada beberapa negara di Asia, yaitu 2 :1000
kelahiran.
• Wanita keturunan Asia atau Hispanic, defisiensi folat dan vitamin A
• Sering terjadi pada umur maternal ekstrim < 20thn dan >40 thn
• Wanita dengan riwayat abortus atau infertil

Hoffman, B. L. (2016). Williams Gynecology (third edition ). New york : MC Graw – Hill education
Patogenesis

Adanya sel - sel Terjadi resorpsi cairan


trofoblas yang abnormal yang berlebihan ke
dengan fungsi dalam villi sehingga
abnormal timbul gelembung

Gangguan peredaran
darah dan kematian
mudigah

Ilmu kebidanan Sarwono edisi 4


Klasifikasi

KOMPLIT PARSIAL

• Mola komplit  bila • Mola parsialis 


tidak ditemukan janin hanya sebagian vili
dan hampir seluruh villi yang edema, dan
korialis mengalami jaringan janin ada,
perubahan hidropik seperti selaput
ketuban, talipusat atau
kadang terdapat
bentuk janin yang utuh.
Hoffman, B. L. (2016). Williams Gynecology (third edition). New york
: MC Graw – Hill education
Klasifikas
i
Gambaran mola hidatidosa komplit dan parsial
Gambaran Mola hidatidosa parsial Mola hidatidosa komplit
Kariotip Umumnya 69,XXX atau 69,XXY 46,XX atau 46,XY

Patologi
Embrio-fetus Ada Tidak ada
Amnion, RBC fetus Ada Tidak ada
Edema vili Fokal, variabel Difus (menyeluruh)
Trofoblastik hyperplasia Fokal Difus (menyeluruh)
Gambaran klinis
Ukuran uterus Lebih kecil dari usia kehamilan 50% lebih besar dari usia
kehamilan
Kista theca-lutein Jarang 25-30%
Peningkatan β-HCG 0,5% 20%
Komplikasi Jarang Sering
Neoplasia trofoblas gestasional <5-10% 20%

Hoffman, B. L. (2016). Williams Gynecology (third edition ). New york :


MC Graw – Hill education
Manifestasi Klinis

KOMPLIT PARSIAL
• Perdarahan • Perdarahan
• Tidak adanya DJJ • Ukuran rahim ≠ lebih dari
• Ukuran rahim >>UK UK
• Nyeri perut • ≠ tanda toksemia
• Anemia • Tidak khas
• Kista teka-lutein  gejala
abdominal akut
• Hiperemesis
• Hipertiroidisme

Hoffman, B. L. (2016). Williams Gynecology (third edition ).


New york : MC Graw – Hill education
Diagnosis

Anamnesis
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Radiologi :
Fisis
USG

DIAGNOSIS

Pemeriksaan Pemeriksaan
Histologi Kadar β-hCG
Anamnesis

 Amenorea
Mual, muntah, pusing dengan derajat yang lebih hebat.
Perdarahan pervaginam antara minggu ke6-8 setelah
amenorea dapat beragam mulai dari bercak darah sampai
perdarahan hebat bisa intermiten berminggu – minggu, atau
malahan berbulan – bulan

Ilmu kebidanan Sarwono edisi 4


Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : tampak anemis
Palpasi : Uterus membesar tidak sesuai dengan usia
kehamilan, teraba lunak, tidak teraba bagian-bagian janin
, ballotement dan gerakan janin
Auskultasi : tidak terdengar bunyi DJJ
Pemeriksaan dalam Vagina :uterus terasa lunak, tidak
ada bagian janin & terdapat perdarahan dan jaringan
dalam kanalis servikalis

Ilmu kebidanan Sarwono edisi 4


Pemeriksaan
kadar β-hCG

 Mola hidatidosa komplit  Peningkatan β-hCG level lebih dari


(>100.000 u/l) + perdarahan pervaginam + pembesaran uterus

 Mola hidatidosa parsial  kurang menunjukkan hubungan dengan


peningkatan kadar β-hCG

Hoffman, B. L. (2016). Williams Gynecology (third edition). New


york : MC Graw – Hill education
Gambaran Mola
Hidatidosa

Hoffman, B. L. (2016). Williams Gynecology (third edition). New


york : MC Graw – Hill education
Pemeriksaan Histopatologi

a. Molahidatidosa komplit  degenerasi hidropik dan ketiadaan


pembuluh darah pada vili yang bengkak
b. Mola hidatidosa parsial  Vili berisi kapiler dengan inti sel darah
merah Hoffman, B. L. (2016). Williams Gynecology (third edition). New york
: MC Graw – Hill education
Pemeriksaan Radiologi

Mola hidatidosa komplit

“Snow storm”
appearance

Hoffman, B. L. (2016). Williams Gynecology (third edition). New


york : MC Graw – Hill education
Mola hidatidosa parsial

Hoffman, B. L. (2016). Williams Gynecology (third edition). New


york : MC Graw – Hill education
Kehamilan
Poli gemeli
hidramion

Abortus

DIAGNOSIS BANDING
Penatalaksanaan
• Tranfusi darah, untuk mengatasi syok hipovolemik
Perbaikan keadaan • Antihipertensi/konvulsi, seperti pada terapi preeklamsi/eklamsia
umum • Obat anti tiroid, bekerja sama dengan penyakit dalam

• Kuret vakum
Evakuasi jaringan
• Histerektomi

• Methotreksate 0,4mg/KgBB IM tiap hari selama 5 hari


Profilaksis
• Actinomycin - D 12ug/KgBB 5 hari

Follow up Cek kadar β-hCG

Ilmu kebidanan Sarwono edisi 4


Follow Up

Pemeriksaan serial kadar B


HCG serum secara kuantitatif Tiap
bulan
Tiap hingga 6-
minggu 12 bulan
hingga
48 jam normal
setelah selama 3-
evakuasi 4x

Hoffman, B. L. (2016). Williams Gynecology (third edition). New


york : MC Graw – Hill education
Komplikasi

Perforasi

Perdarahan

Gangguan koagulasi

Emboli paru

Edema paru
Ilmu kebidanan Sarwono edisi 4
Prognosis

• Di negara maju, kematian mola hampir


tidak ada lagi, tetapi dinegara berkembang
masih cukup tinggi yaitu berkisar 2.2% dan
5.7%.
• Hampir 20% mola hidatidosa komplit akan
berlanjut menjadi neoplasia trofoblas
kehamilan.

Ilmu kebidanan Sarwono edisi 4


Teknik Dilatasi – Kuretase (D/K)
• Dilatasi dan kuretase (D&K) adalah prosedur untuk
mengangkat jaringan dari dalam uterus.

• Dalam D&K:
• Alat kecil atau obat digunakan untuk membuka

Dilatasi - kuretase (melebarkan) serviks (bagian bawah dan sempit dari


uterus).
• Kemudian menggunakan alat bedah yang disebut kuret
untuk mengangkat jaringan rahim.
• Kuret yang digunakan dalam D&K bisa tajam atau
menggunakan daya sedutan (suction).

https://www.mayoclinic.org/tests-
procedures/dilation-and-curettage/about/pac-
Indikasi D/K
• Prosedur ini adalah alat utama untuk
evaluasi diagnostik dan pengobatan
perdarahan uterus abnormal.
Dilatasi – kuretase • Namun, indikasi untuk dilatasi dan
tajam
kuretase tajam (D/K) telah menurun
dengan perkembangan metode yang
kurang invasive sonografi
transvaginal untuk diagnostik

Hoffman, B. L. (2016). Williams gynecology (Third edition.). New


York: McGraw-Hill Education.
Penilaian pasien
• Indikasi

Inform consent

Prosedur Persiapan pasien


Preoperatif • Pemberian antibiotik profilaksis biasanya tidak diperlukan dilakukan
untuk indikasi ginekologi.
• Namun, karena infeksi panggul dapat terjadi setelah prosedur,
maka antibiotik biasanya diresepkan pasca operasi.
• American College of Obstetricians and Gynecologists, 2014:

• Doksisiklin, 100 mg 2 x 1 selama 10 hari


Hoffman, B. L. (2016). Williams gynecology (Third edition.). New
York: McGraw-Hill Education.
Prosedur Intraoperatif
Persiapan Instrumen

Anestesi
• Anestesi umum atau regional atau dengan blok saraf lokal yang dikombinasikan dengan sedasi
intravena.

Posisi pasien
• Posisi litotomi

Sonde uterus

• Pengobatan awal dengan prostaglandin E 1 analogue, misoprostol (Cytotec) memungkinkan pelunakan

serviks yang adekuat untuk jalannya instrumen.


• Pilihan dosis yang umum digunakan: 200 atau 400 μg pervaginam atau 400 μg secara oral atau
sublingual sekali 12 - 24 jam sebelum operasi.

Dilatasi serviks

Kuretase uterin

Hoffman, B. L. (2016). Williams gynecology (Third edition.). New York: McGraw-Hill Education.


• Diperkirakan akan terjadi perdarahan atau
bercak ringan

Prosedur Post operatif • Pasien dapat melanjutkan aktivitas normal


apabila sudah mulai mampu.

• Dianjurkan untuk tidak berhubungan


seksual selama 1 minggu setelah tindakan

Hoffman, B. L. (2016). Williams
gynecology (Third edition.). New York:
McGraw-Hill Education.
• Metode yang paling sering digunakan
untuk menghilangkan hasil konsepsi
Dilatasi – kuretase trimester pertama.
daya sedutan • Aspirasi vakum  Bentuk paling umum
(suction)
dari kuretase penyedotan.
• Memerlukan kanula plastik kaku yang
dipasang ke sumber vakum bertenaga listrik.

Hoffman, B. L. (2016). Williams
gynecology (Third edition.). New York:
McGraw-Hill Education.
Preoperatif

• Penilaian pasien - Indikasi


• Inform consent
• Persiapan pasien – Antibiotik profilaksis

Intraoperatif

• Persiapan Instrumen

Prosedur
• Anestesi
• Anestesi umum, blok paracervical + sedasi intravena, atau sedasi intravena saja.
• Posisi pasien
• Posisi litotomi
• Dilatasi serviks
• Evakuasi uterin
• Kuretase tajam

Postoperatif

• Pasien dapat kembali beraktivitas apabila berasa nyaman


• Dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual selama 1 minggu setelah tindakan

Hoffman, B. L. (2016). Williams gynecology (Third edition.). New


York: McGraw-Hill Education.
Instrumen

Hoffman, B. L. (2016). Williams gynecology (Third edition.). New


York: McGraw-Hill Education.
Prosedur Intraoperatif

Hoffman, B. L. (2016). Williams gynecology (Third edition.). New


York: McGraw-Hill Education.
Komplikas
i
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai