Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN TUTORIAL

BLOK REPRODUKSI
MODUL 1
“DISTOSIA”

Disusun Oleh:
KELOMPOK 6
Tutor : dr. Gina Isni Djanuaresty Iskandar, M.kes

CHELSEA PUTRI NINGSIH 110 20160001


SITTI RAHMADANI Z 110 20160106
MUH. AGUNG GUNADI 110 20160096
MUTMAINNA 110 20160076
NURUL ISMIRA K. 110 20160066
ANASTASIA NUGRAHA P. 110 20160056
DEFINA BUDI 110 20160036
BAMBANG SUKOCO 110 20160019
PRATIWI 110 20160006
ALVI KAMAL FIKRI 110 20150043

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019

1
SKENARIO 2
Seorang perempuan, berusia 21 tahun, tiba di unit gawat darurat RS jam
19.30, dirujuk oleh bidan desa dengan keterangan persalinan tidak maju. Dari
Anamnesis diketahui ini adalah kehamilan anak pertama dan selama hamil tidak
pernah control ke Bidan, sakit perut tembus ke belakang sejak jam 13.00 siang
disertai pelepasan lendir dan darah. pada pukul 19.00 pasien mengeluh rasa ingin
meneran, pembukaan lengkap (10 cm), ketuban sudah pecah dan kepala belum
masuk panggul. Pasien telah diperiksa dan diobservasi oleh bidan di puskesmas
namun persalinan tidak ada kemajuan dan bidan ragu dengan panggul ibu. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tinggi badan 144 cm. Pada pemeriksaan obstetri
tinggi fundus 3 jari bawah prosesus xyphoideus, punggung di kanan ibu, bagian
terendah kepala. Jarak antara simfisis pubis – tinggi fundus uteri 34 cm, lingkar
perut ibu 85 cm. Denyut jantung janin 134x/mnt. His 4x dalam 10 menit dengan
durasi 40-45 dtk, pada pemeriksaan panggul luar didapatkan distansia spinarum
22 cm, distansia cristarum 25 cm dan Konjugata externa (Boudeloque) 14 cm.
Pada pemeriksaan dalam vagina didapatkan pembukaan 10 cm, selaput ketuban
tidak teraba, Kepala H1 terdorong (BAP), pemeriksaan panggul dalam arkus pubis
<90 derajat dan interspinarum 10 cm.

KALIMAT KUNCI
 Seorang perempuan, berusia 21 tahun, tiba di unit gawat darurat RS jam
19.30, dirujuk oleh bidan desa dengan keterangan persalinan tidak maju.
 Hasil anamnesis ini adalah kehamilan anak pertama dan selama hamil
tidak pernah control ke Bidan, sakit perut tembus ke belakang sejak jam
13.00 siang disertai pelepasan lendir dan darah. pada pukul 19.00 pasien
mengeluh rasa ingin meneran, pembukaan lengkap (10 cm), ketuban sudah
pecah dan kepala belum masuk panggul.
 Pada pemeriksaan fisik didapatkan tinggi badan 144 cm.
 Pada pemeriksaan obstetri tinggi fundus 3 jari bawah prosesus xyphoideus,
punggung di kanan ibu, bagian terendah kepala.

2
 Jarak antara simfisis pubis – tinggi fundus uteri 34 cm, lingkar perut ibu
85 cm.
 Denyut jantung janin 134x/mnt.
 His 4x dalam 10 menit dengan durasi 40-45 detik.
 distansia spinarum 22 cm, distansia cristarum 25 cm dan Konjugata
externa (Boudeloque) 14 cm.
 Pada pemeriksaan dalam vagina didapatkan pembukaan 10 cm, selaput
ketuban tidak teraba, Kepala H1 terdorong (BAP), pemeriksaan panggul
dalam arkus pubis <90 derajat dan interspinarum 10 cm.

3
BAB I

PENDAHULUAN

Distosia berasal dari bahasa latin yaitu tokos yang berarti kelahiran bayi.
Distosia yaitu persalinan abnormal atau kesulitan dalam persalinan. Menurut
WHO secara lebih spesifik mendefinisikan persalinan lama (prolonged
labor/partus lama) sebagai proses persalinan yang dimaksud adalah penambahan
antara kala I dan kala II persalinan. Berdasarkan data International NGO on
Indonesian Development (INFID) pada tahun 2013, angka kejadian persalinan
lama di Indonesia adalah sebesar 5% dari seluruh penyebab kematian ibu.1

Menurut Sinelair,Constance (2009), distosia merupakan persalinan yang


tidak normal atau peralihan yang sulit, disebabkan oleh malposisi kepala janin,
dorongan eksplus yang tidak adekuat, ukuran atau presentasi janin, panggul yang
mengalami komtraksi atau kelainan janin. Distosia merupakan indikasi paling
umum dilakukannya persalinan seksio sesarea, yang diperkirakan terjadi pada
sekitar 50% persalinan dengan pembedahan. Pada presentasi kepala, distosia
adalah indikasi yang palin umum saat ini untuk seksio sesarea primer.1

Proses persalinan lama atau macet dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain faktor kekuatan yang terdiri dari kontraksi otot Rahim dan tenaga
mengejan yang dimiliki oleh ibu, faktor janin, faktor jalan lahir, faktor psikis ibu
terdiri dari tigkat kecemasan dan rasa takut yang dialami dalam menghadapi
persalinan, serta faktor reproduksi yang terdiri dari usia, paritas dan jarak
kelahiran. Usia dan paritas merupakan faktor yang mendukung kuatnya kontraksi
pada ibu bersalin. Pada usia ibu bersalin yang terlalu tua dan terlalu sering
mellahirkan, kekuatan kontraksi uterus mulai menurun sehingga akan
memungkinkan lama persalinan.1

CPD(cephalopelvic disproportion) adalah akibat dari panggul yang


sempit, ukuran kepala janin yang besar, atau lebih sering kombinasi dari
keduanya. Setiap penyempitan diameter panggul yang mengurangi kapasitas
pelvis dapat mengakibatkan distosia selama persalinan. Panggul sempit bisa
terjadi pada pintu atas panggul, midpelvis, atau pintu bawah panggul, atau
umumnya kombinasi dari ketiganya. Karena CPD bisa terjadi pada tingkat
pelvicinlet, outlet, & midlet, diagnosisnya bergantung pada pengukuran ketiga hal
tersebut yang dikombinasikan dengan evaluasi ukurann kepala janin. Panggul
sempit disebut-sebut sebagai salah satu kendala dalam melahirkan secara normal
karena menyebabkan obstructed labor yang insidensinya 1-3% dari persalinan.2

4
BAB II

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasienn
1. Nama : Ny. B
2. Usia : 21 Tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Tamggal Lahir :-
5. Agama :-
6. Alamat :-
7. Bangsa Suku :-
8. No. RM :-
9. Tanggal Masuk : 19.30
B. Status Umum
1. Keluhan Utama : Persalinan lama
2. Anamnesis Terpimpin
 Wanita 21th dirujuk bidan desa ke RS pukul 19.30,
demgan keterangan persalinan tidak maju.
 Kehamilan pertama, selama hamil tidak pernah
control ke bidan.
 Sakit perut tembus ke belakang sejak pukul 13.00
siang disertai pelepasan lender & darah.
 Pukul 19.30 pasien mengeluh rasa ingin meneran,
pembukaan lengkap 10cm.
 Ketuban sudah pecah dan kepala janin belum masuk
panggul.
 Pasein diperiksa & diobservasi oleh bidan
Puskesmas & tidak ada kemajuan persalinan,bidan
ragu dengan panggul ibu.
3. Riwayat penyakit sebelumya : -
4. Riwayat penyakit keluarga : -

C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : baik
2. Berat badan :-
3. Tinggi badan : 144 cm
4. Tanda vital
- Tekanan darah :-

5
- Nadi :-
- Pernapasan :-
- Suhu :-
5. Status intertinus
- Kepala :-
- Mata :-
- Telinga :-
- Thoraks :-
- Abdomen :-

6. Status Neurologi
- GCS :-
- Fungsi kortikal luhur :-
- Pemeriksaan tanda ransangan meningeal :-
- Pemeriksaan nervus kranialis :-
- Fungsi motoric :-
- Sensorik :-
- Gangguan koordinasi :-
- Gangguan keseimbangan :-
D. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksan Panggul Luar
i. Distansia Spinarum : 22cm
ii. Distansia Cristarum : 25cm
iii. Konjugata Externa : 14cm
- Pemeriksaan Obstetrik
i. Tinggi Fundus : 3 jari dibawah prosesus xyphoideus.
34cm
ii. Lingkar pinggang : 85 cm
iii. Leopold I : bagian teratas janin bokong
iv. Leopold II : punggung di kanan ibu
v. Leopold III : bagian terendah janin kepala
vi. Leopold VI : kepala belum masuk panggul.5/5
vii. DJJ : 134x/menit
viii. His : 4x dalam 10 menit durasi 40-45 dtk
- Pemeriksaan Dalam Vagina
i. Portio :-
ii. Pembukaan : 10cm
iii. Kedudukan : Hodge 1
iv. UUK :-
v. Lendir :+

6
vi. Darah :+
vii. Air Ketuban : selaput ketuban tidak teraba
- Pemeriksaan Dalam Arcus Pubis : <90 derajat
- Interspinarum : 10 cm
E. Resume pasien

Seorang perempuan, berusia 21 tahun, pukul 19.30 tiba di RS, dirujuk oleh
bidan desa dengan keterangan persalinan tidak maju. Dari Anamnesis
diketahui bahwa ini merupakan kehamilan anak pertama, selama hamil tidak
pernah control ke Bidan, sakit perut tembus ke belakang sejak pukul 13.00
siang disertai pelepasan lendir dan darah. pada pukul 19.00 pasien mengeluh
rasa ingin meneran, pembukaan lengkap (10 cm), ketuban sudah pecah dan
kepala belum masuk panggul. Pasien telah diperiksa dan diobservasi oleh
bidan di puskesmas namun persalinan tidak ada kemajuan dan bidan ragu
dengan panggul ibu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tinggi badan 144 cm.
Pada pemeriksaan obstetri tinggi fundus 3 jari bawah prosesus xyphoideus,
punggung di kanan ibu, bagian terendah kepala. Jarak antara simfisis pubis –
tinggi fundus uteri 34 cm, lingkar perut ibu 85 cm. Denyut jantung janin
134x/mnt. His 4x dalam 10 menit dengan durasi 40-45 dtk, pada pemeriksaan
panggul luar didapatkan distansia spinarum 22 cm, distansia cristarum 25 cm
dan Konjugata externa (Boudeloque) 14 cm. Pada pemeriksaan dalam vagina
didapatkan pembukaan 10 cm, selaput ketuban tidak teraba, Kepala H1
terdorong (BAP), pemeriksaan panggul dalam arkus pubis <90 derajat dan
interspinarum 10 cm.
F. Diagnosis : Persalinan lama/macet atau distosia
G. Diagnosis banding :-
H. Tatalaksana :-

7
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Persalinan lama disebut juga atau distosia, didefinisikan sebagai persalinan


yang abnormal/sulit. Persalina lama memiliki definisi berbeda sesuai fase
kehamilan, seperti klasifikasi berikut ini.4

 Distosia pada kala I fase aktif : Grafik pembukaan serviks pada partograf
berada diantara garis waspada dan garis bertindak, atau sudah memotong
garis bertindak, atau
 Fase ekspulsi (kala II) memanjang : Tidak ada kemajuan penurunan bagian
terendah janin pada persalinan kala II. Dengan batasan waktu :
Maksimal 2 jam untuk nulipara dan 1 jam untuk multipara, atau
Maksimal 3 jam untuk nulipara dan 2 jam untuk multipara bila pasien
menggunakan analgesia epidural.

B. EPIDEMOLOGI

Prevelensi disproporsi fotopelvik di Asia Tenggara sebanyak 6,3% dari


kelahiran total. Hal ini menjadi indikasi kedua tersering dilakukannya tindakan
seksio sesarea 7%. Sementara di Indonesia prevelensi disproporsi fotopelvik
berjumlah 3,8% dari kelahiran total dan disproporsi fotopelvik menjadi indikasi
ketiga tindakan seksio sesarea 12,8% setelah malpresentasi 18,6% dan seksio
sesarea sebelumnya 15,2%.5

Di Indonesia berdasarkan hasil survey Demografi dan Kesehatan Indonesia


(SKDI) tahun 2010-2011 melaporkan bahwa dari seluruh persalinan, persalinan
lama sebesar 31%, pendarahan berlebihan sebesar 7%, infeksi sebesar 5%. Pada
ibu yang melahirkan melalui bedah sesar 59% terjadi akibat persalinan yang
mengalami komplikasi dimana sebagian besar merupakan persalinan lama 42%.
Kejadian distosia ditemukan pada nulipara sehat dengan tidak ada indikasi untuk
induksi atau pilihan kelahiran sesar sebanyak 37%. 6,7

C. ETIOLOGI

Penyebab dari persalinan lama atau distosia dapat dibagi dalam 3 golongan
berikut ini .8,9

8
 Kelainan tenaga (kelainan his).
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan
kerintangab pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap
persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami
hambatan atau kemacetan.
 Kelainan Janin.
Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena kelainan
dalam letak atau dalam bentuk janin.
 Kelainan Jalan lahir.
Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi
kemajuan persalinan atau menyebabkan kmacetan.

D. KOMPLIKASI

Persalinan lama dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi salah sat atau
keduanya sekaligus.8,9

 Infeksi Intarpartum

Infeksi adalah bahaya yang serius yang mengancam ibu dan janinnya pada
partus lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri didalam
cairan amnion menembus amnion dan mengiinvasi desidua serta
pemmbuluh korion sehingga terjadi bacteremia dan sepsis pada ibu dan
janin. Pneumonia pada janin, akibat aspirasi cairan amniom yang
terinfeksi, adalah konsekuensi serius lainnya. Pemeriksaan serviks dengan
jari tangan akan memasukkan bakteri vagina dalamm uteru. Pemeriksaan
serviks harus dibatasi selama persalinan,, terutama apabila dicurigai
terjadi persalinan lama.

 Ruptura Uteri

Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius


selama partus lama, terutama pada ibu dengan paritas tinggi dan pada
mereka dengan riwayat seksio sesarea. Apabila disproporsi antara kepala
janin dan panggul sedemikian besar sehingga kepala tidak cakap
(engaged) dan tidak terjadi penurunan, segmen bawah uterus menjadi
sangat tegang kemudian dapat menyebabkan rupture. Pada kasus ini,
mungkin terbentuk cincin retraksi patologis yang dapat diraba sebagai
sebuah kista transversal atau oblik yang berjalan melintanng di uterus
antara simfisis dan umbilicus. Apabila dijumpai keadaan ini, di
indikasikan persalinan perabdominam segera.

9
 Cincin Retraksi Patologis

Walaupun sangat jarang, dapat timbulkonstiksi atau cincin lokal pada


persalinan yang berkepanjangan. Tipe yang paling sering adalah cincin
retraksi patologis Bandl yaitu pembentukan cincin retraksi normal yang
berlebihan. Cincin ini sering timbul akibat persalinan yang terhambat,
disertai peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah uterus. Pada
situasi semacam ini cincin dapat terlihat jelas sebagai suuatu indentasi
abdomen dan menandakan ancaman akan rupturnya segmen bawah uterus.

 Pembentukan Fistula

Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul, tetapi
tidak maju untuk jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang
terletak di antaranya dan dinding panggul dapat mengalami tekanan yang
berlebihan. Karena gangguan sirkulasi, dapat terjadi nekrosis yang akan
jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan dengan munculnya fistula
vesikovaginal, atau rektovaginal. Umumnya nekrosis akibat penekana ini
pada persalinan kal duaa yang berkepanjangan.

 Cedera Otot-otot Dasar Panggul

Cedera otot-otot dasar panggul atau persarafan atau fasia penghubungnya


merupakan konsekuensi yang tidak terelekan pada persalinan pervaginam,
terutama apabila persalinannya sulit. Saat kelahiran bayi, dasar panggul
mendapat tekanan langsung dari kepala janin serta tekanan kebawah akibat
upaya mengejan ibu. Gaya-gaya ini meregangkan dan melebarkan dasar
panggul sehingga terjadi perubahan fungsional dan anatomic otot, saraf,
dan jaringan ikat. Terdapat kekhawitaran besar bahwa efek-efek pada otot
dasar panggul selama melahirkan ini akan menyebabkan inkontinensia
urin dan alvi serta prolapse organ panggul.

 Efek pada Janin

Apabila panggul sempit dan juga terjadi ketuban pecah lama serta infeksi
intrauterus, risiko janin dan ibu akan muncul. Infeksi intrapartum bukan
saja merupakan penyakit yang serius pada ibu, tetapi juga merupakan
penyebab penting kematian janin dan neonates. Hal ini disebabkan bakteri
di dalam cairan amnion menembus selaput amnion dan menginvasi
desidua serta pembuluh korion, sehingga terjadi bakterimia pada ibu dan

10
janin. Pneumonia janin, akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi
adalah konsekuensi serius lainnya.

 Kaput Suksedaneum

Apabila panggul sempit, sewaktu persalinan sering terjadi kaput


suksedaneum yang besar dibagian terbawah kepala janin. Kaput ini dapat
berukuran cukup besar dan menyebabkan kesalahan diagnostic yang
serius. Kaput dapat hampir mencapai dasar panggul sementara kepal
sendiri belum premature dan tidak bijak untuk melakukan ekstraksi
forceps. Biasanya kaput suksedaneum, bahkan yang besar sekalipun akan
menghilang dalam beberapa hari.

 Molase Kepala Janin

Akibat tekanan his yang kuat, lempeng-lempeng tulang tengkora saling


bertumpang tindih satu sama lain di sutura-sutura besar, suatu proses yang
disebut molase. Biasanya batas median tulang parietal yang berkontak
dengann promontorium bertumpang tindih dengan tulang di sebelahnya,
hal yang sama terjadi pada tulang-tulang frontal. Namun, tulang oksipital
terdorong ke bawah tulang parietal. Perubahan-perubahan ini sering terjadi
tanpa menimbulkan kerugian yang nyata. Di lain pihak, apabila distorsi
yang terjadi mencolok, molase dapat menyebakan robekan tentorium,
laserasi pembuluh darah janin dan pendarahan intracranial pada janin.

E. PENANGANAN

Dalam menghadapi persalinan lama oleh sebab apapun, keadaann yang


bersanngkutan harus diawasi dengan seksama. Tekana darah di ukur tiap
empat jam, pemeriksaan ini perlu dilakukan lebih sering karena apabila ada
gejalah preeclampsia. Denyut jantung janin dicatat tiap setengah jam dalam
kala I dan lenih sering dalam kala II. Kemungkinan dehidrasi dan asidosis
harus mendapat perhatian sepenuhnya.. karena ada prsalinan lama selalu ada
kemungkinan untuk melakukan tindakan pembedahan dengan nekrosis,
hendaknya ibu jangan diberi makan biasa melainkan dalam bentuk cairan.
Sebaaiknya diberikann infus larutan glukosa 5% dan larutan NaCl isotonic
secara intavena berganti-ganti. Untuk mengurangi rasa nyeri dapat diberikan
10 mg morfin. Pemeriksaan dalam perlu dilakukan, tetapi harus selalu didasari
bahwa setiap pemeriksaan dalam mengandung bahaya infeksi. Apabila
persalinan berlangsung 24 jam tanpa kemajuan yang berarti perlu diadakan
penilaian yang seksama tentang keadaan. Selain penilaian keadaan umum,
perlu ditetapkan apakah persalinan benar-benar sudah mulai atau masih dala

11
tingkat false labor, apakah ada inersia uteri atau Incoordinate uterine action
dan apakah tidak ada disproporsi sefalopelvik biarpun ringan. Untuk
menetapkan hal yang terakhir ini , jika perlu dilakukann pelvimetri
roentgenologik atau MRI. Apabila serviks sudah terbuka untuk sedikit-
sedikitnya 3 cm, dapat diambil kesimpulan bahwa persalinan sudah mulai.8,9

Dalam menentukan sikap lebih lanjut perlu diketahui apakah ketuban


sudah atau belum pecah. Apabila ketuban sudah pecah, maka keputusan untuk
menyelesaikan persalinan tidak boleh ditunda terlalu lama berhubung dengan
bahaya infeksi. Sebaiknya dalam 24 jam setelah ketuban pecah sudah dapat
diambil keputusan apakah perlu dilakukan seksio sesarea dalam waktu singkat
atau persalinan dapat dibiarkan berlansung terus.8,9,10

F. PERSPEKTIF ISLAM

Al- Maidah ayat 32


َ َ ٰ ِ ۤ َّ َ َ َّ َ َ َّ
ْ‫ل ِمن‬ ْ ِ ‫ل كتبنا ْۛذ ٰ ِلكْ اج‬ ْ ‫نع‬ ْ ِ ‫ي نف ًساْ قتلْ منْ انهْ ِاْسا ِءيلْ ب‬
ْ‫ف فسادْ اوْ نفسْ ِبغ ر‬ ِْ‫ض‬ ْ ‫الناسْ قتلْ فكانما اْلر ر‬
َ َّ َ َ َ َّ َ ۤ ُ ٰ ْ َّ ُ َّ ً َ ُ ِّ
ْ‫ت ُر ُسلنا جاءت ُهمْ ولقدْْج ِمي ًعا الناسْ احيا فكانماْ احياها ومنْ ج ِمي ًعا‬ ْ ِ ‫م ِبالب ِّين‬ْ‫ن ث‬ْ ‫بعدْ منهمْ ك ِثيا ِا‬
ُ َُ
ْ‫ف ذ ٰ ِلك‬ ِْ‫ض‬ ْ ‫ْسفونْ اْلر ر‬ ‫لم ر‬.
Artinya :
“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa
barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh
orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-
akan dia telah membunuh semua manusia. Barangsiapa memelihara
kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara
kehidupan semua manusia. Sesungguhnya Rasul Kami telah datang kepada
mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi
kemudian banyak di antara mereka setelah itu melampaui bata di bumi”

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG dkk. Dystocia: Abnormal Labour. Williams Obstetrics.


Edisis ke-22. New York: McGraw-Hill; 2009.
2. Burgees H.A. Anthropometric measures as a predictor of cephalopelvic
disproportion. Trop Doc. 2010;27:135-138.
3. Konje JC, Obisesan KA, Ladipo OA. Obstructed labour in Ibadan.
International Journal of Gynaecology and Obstetrics,, 2012;39:17-21.
4. Cunningham. 2013. Obstetri Williams. Jakarta : EGC.
5. Dujardin B, Van Cutsem R, Lambrechts T. The value of maternal height as a
risk factor of dystocia: a meta-analysis. Trop Med Int Health. 2011;1:510-20.
6. C. Mose, Johannes. “Persalinan Lama”. Dalam Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo (Edisi Keempat). 2016. Jakarta: EGC.
7. Oxorn H, Wiliam R, Forte. 2010. Ilmu kebidanan, Patologi & Fisiologi
Persalinan.Yogyakarta: Yayasan Essentia Medika (YEM).
8. Prawiroharjo, S. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Sarwono
Prawirohardjo.
9. Saifuddin, Abdul Bari. dkk. 2018. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta: PT Bina Pustaka.
10. Stulp, Gert; Verhulst, Simon; Pollet, Thomas V; Nettle, Daniel; Buunk,
Abraham P. Parental Height Differences Predict the Need for an Emergency
Caesarean Section. Plos One J San Francisco, 2011; 6(6):1-6.

13

Anda mungkin juga menyukai