“SYOK”
Disusun oleh :
KELOMPOK 3
FAKULTAS KEDOKTERAN
KENDARI
2015
A NGGOTA KELOMPOK 3 :
1. HADIYOGA PRATAMA PUTRA K1A1 14018
2. APRIADIN LA ODE DANE K1A1 14O93
3. MUHAMAD TRI KURNIAWAN K1A1 14117
4. NASWIN K1A1 14071
5. ARIK ASTRADHA K1A1 14009
6. FADIL APRIAWAN ARIFIN K1A1 12133
7. ELFRIDA RIANI RISKY K1A111074
8. ASRARIA ARSFANDI K1A1 14075
9. RESTI ASTUTI K1A1 14039
10. NUR MARTINA RUFIA K1A1 14035
11. WA ODE RABIATU RAHMA K1A1 14097
12. RAHMA NUR ZAKIA HERMAN K1A1 14058
13. ZOLLANANDA KURNIA PUTRI K1A1 14052
14. REGITHA MADELIN K1A1 14135
15. NUR AZIZAH ARSY E. K1A1 13115
SKENARIO 1
Seorang wanita umur 60 tahun mengeluh cepat capek dan sesak napas sewaktu
bergiat. Dia tidak dapat melakukan kegiatan di rumah lebih lama tanpa sering beristirahat
dengan kesukaran bernapas. Pergelangan kaki membengkak pada siang hari dan berkurang
pada malam hari. Pada pemeriksaan dokter, ditemukan adanya pernapasan cepat, pada
pemeriksaan auskultasi didengar adanya bunyi krepitasi. Nadi reguler dan tekanan darah
sistemik dalam batas normal, tetapi terdapat bendungan vena leher meskipun pada posisi
tegak. Ictus cordis teraba di linea axillaris anterior kiri/ruang interkostal V. Gambaran
Rontgen dada menunjukkan CTR 0,69 dan terlihat adanya bendungan pembuluh darah paru.
Penderita diobati dengan digoxin dan diuretik sehingga keluhan penderita berkurang.
KATA SULIT :
2. Krepitasi atau ronki basah/halus adalah bunyi yang sangat halus, seperti
gelembung yang di hasilkan oleh udara dan cairan didalam alveolus. Adanya
ronki basah selalu menunjukkan cairan dalam ruang alveolus yang terdengar
sepanjang siklus pernapasan atau salah satu fase saja.
KATA KUNCI :
1. Wanita 60 tahun
2. Cepat capek
3. Sesak napas saat beraktivitas
4. Sulit bernapas saat beristirahat
5. Bengkak pergelangan kaki pada siang hari
6. Bengkak berkurang pada malam hari
7. Pernapasan cepat
8. Krepitasi
9. Nadi reguler
10. Tekanan darah normal
11. Bendungan vena jugularis
12. Ictus cordis teraba di linea axillaris anterior
13. CTR 0,69
14. Bendungan pembuluh darah paru
15. Diobati dengan digoxin dan diuretik
PERTANYAAN
1. Jelaskan anatomi dan fisiologi organ terkait ?
2. Patomekanisme gejala
a. Bendungan vena leher
b. Edema
c. Sesak napas
d. Krepitasi
3. Sebut dan jelaskan penyakit – penyakit yang menyebabkan sesak napas ?
4. Jelaskan perbedaan sesak napas kardivaskuler dan non-kardiovaskuler ?
5. Bagaimana interpretasi CTR 0,69 dan hubungan dengan keluhan ?
6. Bagaiman mekanisme kerja digoxin dan diuretik hingga menyebabkan keluhan
pasien berkurang ?
7. Langkah – langkah diagnosis ?
8. DK dan DD ?
9. Penatalaksanaan dan pencegahan ?
10. Komplikasi dan prognosis ?
PEMBAHASAN :
1. ANATOMI DAN FISIOLOGI JANTUNG DAN PARU
Anatomi Jantung Dan Paru.
A. Jantung ( Cor )
Jantung merupakan organ muscular berongga yang bentuknya mirip pyramid dan
terletak didalam pericardium di mediastinum. Basis jantung dihubungkan dengan
pembuluh-pembuluh darah besar, meskipun demikian tetap terletak bebas didalam
pericardium.
Proyeksi jantung pada dinding thorax adalah sebagai berikut :
Tepi kiri jantung disebelah cranial berada pada tepi caudal pars cartilaginis
costa II sinister, yaitu 1 cm di sebelah lateral tepi sternum
Tepi kiri jantung di sebelah caudal berada pada ruang intercostal V, yaitu kira-
kira 9 cm di sebelah kiri linea mediana atau 2 cm di sebelah medial linea
medioclavicularis sinistra.
Tepi kanan jantung di sebelah cranial berada pada tepi cranialis costa III
dextra, kira-kira 1 cm dari tepi lateral sternum.
Tepi kanan jantung di sebelah caudal berada pada pars cartilaginis costa VI
dextra. Kira-kira 1 cm di lateral sternum.
1. Permukaan Jantung
2. Pericardium
Pericardium adalah kantong berdinding ganda yang dapat membesar
dan mengecil, membungkus jantung dan pembuluh darah besar. Kantong ini
melekat pada diafragma, sternum, dan pleura yang membungkus paru-paru.
(1) Lapisan fibrosa luar pada pericardium tersusun dari serabut kolagen
yang membentuk lapisan jaringan ikat rapat untuk melindungi jantung.
(2) Lapisan serosa dalam terdiri dari dua lapisan :
(a) Membran viseral (epikardium) menutup permukaan jantung
(b) Membrane parietal melapisi permukaan bagian dalam fibrosa
pericardium
Kedua lapisan tersebut membatasi suatu rongga yang disebut cavitas
pericardialis yang berisi cairan sereus yang membasahi permukaan membrane
serosa membuat cor bebas bergerak pada aktu sistol dan diastole.
3. Dinding Jantung
Dinding jantung terdiri atas tiga lapisan :
a. Epikardium Luar (dijelaskan diatas) tersusun dari lapisan sel-sel
mesotelial yang berada di atas jaringan ikat.
b. Miokardium tengah terdiri dari jaringan otot jantung yang
berkontraksi untuk memompa darah.
c. Endokardium dalam tersusun dari lapisan endothelial yang terletak
diatas jaringan ikat. Lapisan ini melapisi jantung, katup, dan
menyambungdengan lapisan endothelial yang melapisi pembuluh
darah yang memasuki dan meninggalkan jantung.
4. Ruang jantung
Jantung memiliki empat ruang yaitu , atrium kanan dan kiri atas
yang dipisahkan oleh septum interatrial; ventrikel kanan dan kiri yang
dipisahkan oleh septum interventrikuler.
1. Dinding atrium relatif tipis. Atrium menerima darah dari vena-vena
yang membawa darah kembali kejantung.
a) Atrium kanan terletak dalam bagian superior kanan jantung,
menerima darah dari seluruh jaringan kecuali paru-paru, yaitu :
(1) Vena cava superior dan inferior membawa darah yang tidak
mengandung oksigen dari tubuh kembali kejantung.
(2) Sinus koroner membawa kembali darah dari dinding jantung
itu sendiri.
b) Atrium kiri dibagian superior kiri jantung, berukuran lebih kecil
dari atrium kanan, tetapi dindingnya lebih tebal. Atrium kiri
menampung empat vena pulmonalis yang mengembalikan darah
teroksigenasi dari paru-paru.
2. Ventrikel berdinding tebal. Bagian ini mendorong darah ke luar
jantung menuju arteri yang membawa darah meninggalkan jantung.
a) Ventrikel kanan terletak dibagian inferior kanan pada apex
jantung. Darah meninggalkan ventrikel kanan melalui trunkus
pulmonalis dan mengalir melewati jarak yang pendek ke paru-
paru.
b) Ventrikel kiri terletak dibagian inferior kiri pada apeks jantung.
Tebal dindingya 3 kali tebal dinding ventrikel kanan. Darah
meninggalkan ventrikel kiri melalui aorta dan mengalir keseluruh
bagian tubuh kecuali paru-paru.
5. Katup jantung
a) Katup trikuspidalis terletak antara atrium kanan dan ventrikel kanan.
Katup ini memiliki tiga daun katup (kuspis) jaringan ikat fibrosa
ireguler yang dilapisi endokardium.
Bagian ujung daun katup yang mengerucut melekat pada jaringan
ikat fibrosa, chordae tendinae, yang melekat pada otot papillaris.
Chordae tendinae mencegah terjadinya pembalikan daun katup
kearah belakang menuju atrium.
Jika tekanan darah pada atrium kanan lebih besar daripada tekanan
darah diatrium kiri, daun katup tricuspid terbuka dan darah
mengalir dari atrium kanan keventrikel kanan.
Jika tekanan darah dalam ventrikel kanan lebih besar dari tekanan
darah di atrium kanan, daun katupakan menutup dan mencegah
aliran balik ke dalam atrium kanan.
b) Katup bicuspid (mitral) terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri.
Katup ini melekat pada chordae tendinae dan otot papillaris, fungsinya
sama dengan fungsi katup tricuspid.
c) Katup semilunar aorta dan pulmonary terletak di jalur keluar
ventrikuler jantung sampai ke aorta dan trunkus pulmonalis. Katup
semilunar terdiri dari tiga kuspis berbentuk bulan sabit, yang tepi
konveksnya melekat pada bagian pembuluh darah. Tepi bebasnya
memanjang ke dalam lumen pembuluh.
Katup semilunar pulmonal terletak antara ventrikel kanan dan
trunkus pulmonal
Katup smilunar aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta.
6. Sirkulasi koroner
Sirkulasi koroner berfungsi memperdarahi otot jantung. Arteri koroner
kanan dan kiri merupakan cabang aorta tepat diatas katup semilunar aorta.
Arteri ini terletak diatas sulkus koroner.
a) Cabang utama dari arteri koroner kiri :
Arteri interventrikuler anterior (desenden), yang mensuplai darah
kebagian anterior ventrikel kanan dan kiri serta membentuk satu
cabang, arteri marginalis kiri, yang mensuplai darah ke ventrikel
kiri.
Arteri sirkumfleksa mensuplai darah ke atrium kiri dan ventrikel
kiri. Di sisi posterior, arteri sirkufleksa beranastomosis (menyatu)
dengan arteri koroner kanan.
b) Cabang utama dari arteri koroner kanan :
Arteri interventrikuler posterior (desenden), yang mensuplai darah
untuk kedua dinding ventrikel.
Arteri marginalis kanan yang mensuplai darah untuk atrium kanan
dan ventrikel kanan.
Paru-Paru (Pulmo)
A. Morfologi
Apex Pulmonis
Berbentuk bundar, menonjol ke cranial, ditutupi oleh cupula pleura. Bagian
ini berbatasan dengan arteria subclavia sinistra dan arteria subclavia dextra yang
menyebabkan terbentuknya sulcu subclavius pada permukaan pulmo, mengarah ke
lateral tepat di sebelah caudal dari apex pulmonis.
Basis Pulmonis
Bagian ini disebut juga facies diaphragma, bentuknya besa, konkaf, terletak
pada diaphragmathoracis memisahkan pulmo dextra dari lobus hepatis dextra, dan
memisahkan lobus sinistra dari lobus hepatis sinistra, gaster dan lien. Oleh karena
diaphragma disebelah kanan letaknya lebih tinggi maka pulmo dextra bentuknya
lebih kecil dan facies diaphragmatic lebih cekung. Basis pulmonalis tampak jelas
bergerak mengikuti gerakan inspirasi dan ekspirasi.
Facies Costalis
Permukaan ini licin, konvex, mengikuti bentuk cavitas thoracis, ditutupi oleh
pleura costalis dan berbatasan dengan costa
Facies Mediatinalis
Dibagi menjadi pars mediastinalis dan pars vertebralis. Pars mediastinalis
ditutupi oleh ole pleura mediastinalis, berbatasan dengan pericardium dan
membentuk impressio cardiaca ( lebiuh cekung pada pulmo sinistra). Disebelah
dorso cranial impressio trebut terdapat hilus pulmonalis, yaitu tempat keluar
masuknya struktur-struktur mediastinum dari pulmo.
Pada pulmo dextra disebelah cranial dari hilus pulmonis terbentuk sulcuc vena
azygos, disebelah cranio-ventral hilus pulmonis terbentuk suatu cekungan yang agak
lebar, disebut sulcus vena cava superior, disebelah dorsal dari hilus pulminis dan
ligamentum pulmonal terdapat sulcus oesophagus, yang terletak ventrikel.
Pada pulmo sinistra di sebelah cranial hilus pulmonis terbentuk sulcus arcus
aorta yang mediastinum berhubungan dengan sulcus subclavius dan disebelah ventral
sulcus ini dekat pada margo anterior terdapat cekungan untuk vena anonyma
sinistra. Disebelah dorsal hilus pulminis dan ligamentum pulmonal terdapat sulcus
aorta thoracalis yang arahnya vertical dan di sebelah caudal sulcus ini, berdekatan
dengan margo inferior terdapat cekungan untuk ujung caudal oesophagus.
Margo Inferior
Runcing dan memisahlan facies costalis dari pada facies diaphragmatica,
berhadapan dengan sinus phrenicocostalis. Medialis margo inferior menjadi tumpul
dan membuat serta memisahkan facies diaphragmatica dari pada facies mediatinalis.
Margo Anterior
Tipis dan meruncing, menutupi facies anterior pericardium margo anterior
dari pulmo dextra terletak hampir tegak lurus dan berhadapan dengan
costomediastinalis, sedangkan yang sebelah kiri membentuk incisura cardiaca
sehingga letaknya berdekatan oada sternum.
B. Pulmo Dextra
Terdiri atas 3 buah lobus yaitu lobus
superior, lobus medius, lobus inferior, yang
dibagi oleh dua buah incisura interlobaris.
Fissura horizontalis memisahkan lobus superior
dari pada lobus medius, terletak horizontal,
ujung dorsal bertemu dengan fissura oblique,
ujung ventral terletak setinggipars cartilaginis
costa IV, dan pada facies mediastinalis fissura
tersebut melampaui bagian dorsal hilus
pulmonalis.
Lobus medius adalah yang terkecil dari pada
lobus lainnya, dan berada di bagian ventro
caudal
Morfologi pulmo dextra lebih kecil dari pada
sinistra, tetapi lebih berat dan total kapasiasnya
pun lebih besar.
C. Pulmo Sinistra
Terdiri atas 2 bua lobus yaitu lobus
superior dan lobus inferior yang dipisahkan
oleh fissura oblique, Fissura tersebut meluas
dari facies costalis sampai pada facies
mediastinalis, baik disebelah cranial mau pun
disebelah caudal hilus pulmonis. Fissura
obliqua dapat diikiuti mulai dari hilus, berjalan
ke dorso-cranial, menyilang margo posterior
kira-kira 5 cm dari apex pulminis, lalu berjalan
ke caudo-vemtral pada facies costalis
menyilang margo inferior, dan kembali menuju ke
hilus pumnonal. Dengan demikian makan pada
lobus suoeriorapex pulmonis, margo anterior
sebagian dari facies costalis dan sebagian besar
dari facies mediastinalis.
Lobus inferior lebih besar dari pada lobus
superior, dan meliputi sebagian besar dari pada
facies costalis,
seluruh facies diaphragmatica dan sebagian dari facies mediastinalis bagian dorsal.
D. Pleura
Pleura adalah suatu ,membrana serosa yang membungkus pulmo, mempunyai
asal yang sama dengan peritoneum. Terdiri atas pleura parietalis dan pleura visceralis.
Di antara kedua lapisan pleura tersebut terbentuk suatu rongga tertutup yang diebut
cavum pleura, yang memungkinkan pulmo bebas bergerak pada waktu respirasi. Di
dalam celah tersebut terdapat sedikit cairan serous yang membuat permukaan pleura
parietalis dan pleura visceralis menjadi licin sehingga mencegah terjadinya gesekan.
Pleura parietalis melapisi facies interior cavitas thoracis dan pleura visceralis
langsung melekat pada pulmo.
Fisiologi Jantung
Curah Jantung
Curah jantung (cardiac output) adalah volume drah yang dipompakan ke
dalam sistem arteri dari masing-masing ventrikel setiap menitnya. Jadi, curah jantung
adalah sama dengan isi sekuncup (stroke volume) dikalikandengan frekuensi denyut
jantung per menit.
Curah jantung = stroke volume × frekuensi denyut jantung per menit
Pada sirkulasi paru, curah jantung adalah volume darah yang dipompakan
oleh ventrikel kanan ke arteri pulmonalis setiap menit untuk dioksigenasi di paru-
paru. Pada sirkulasi umum, curah jantung adalah volume darah yang dipompakan
oleh ventrikel kiri ke dalam aorta setiap menit. Dengan demikian, curah jantung sama
dengan jumlah darah yang mengalir ke seluruh jaringan tubuh yang bertanggung
jawab sebagai media transportasi bahan-bahan yang dibutuhkan jaringan, terutama
oksigen dan nutrien. Jadi, curah jantung adalah faktor paling penting yang harus
dipertimbangkan dalam hubungannya dengan sirkulasi darah ke jaringan.
Walaupun jantung mempunyai serat otoritmik yang menyebabkannya mampu
berdenyut secara independen, pengoprasiannya berhubungan dengan peristiwa yang
terjadi di seluruh tubuh. Semua sel tubuh harus mendapatkan sejumlah tertentu darah
yang membawa oksigen setiap menitnya agar dapat bertahan hidup dan sehat. Bila
sel-sel sangat aktif, misalnya saat aktivitas fisik (exercise), sel-sel ini membutuhkan
lebih banyak oksigen. Artinya, tubuh membutuhkan lebih banyak darah yang
mengalir ke sel-sel tersebut per menitnya, yang juga berarti beban kerja jantung
meningkat karena harus memompakan darah lebih banyak. Sebaliknya, ketika tubuh
beristirahat, kebutuhan sel-sel tubuh berkurang sehingga tidak memerlukan darah
yang banyak, yang berarti beban kerja jantung juga berkurang.
2. Sirkulasi Paru
Darah di atrium kana mengalir ke ventrikel kanan melalui katup atrioventrikel
yang disebut katup trikuspid. Darah keluar dari ventrikel kanan dan mengalir
melewati katup pulmonalis, ke dalam arteri pulmonalis. Arteri pulmonalis bercabang
menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri yang masing-masing mengalir ke paru kanan
dan kiri. Di paru, arteri pulmonalis bercabang berkali-kali dan menjadi arteriol dan
kemudian kapiler. Masing-masing kapiler memperfusi alveolus yang merupakan unti
pernapasan. Semua kapiler menyatu kembali untuk menjadi venula, dan venula
menjadi vena. Vena-vena menyatu dan membentuk vena pulmonalis. Darah mengalir
di dalam vena pulmonalis untuk kembali ke jantung, ke atrium kiri untuk
menyelesaikan siklus aliran darah.
2. PATOMEKANISME GEJALA
Edema
Aktivitas system rennin-angiotensin-aldosteron menyebabkan retensi natrium
dan air oleh ginjal, meningkatkan volume ventrikel dan regangan sserabut. Peningkta
beban awal ini akan menambah kontraktilitas miokardium sesuai dengan hukum
starling. Mekanisme pasti yang menyebabkan aktivitas istem rennin-angiotensin-
aldosteron pada gagal jantung masih belum jelas. Namun di perkirakan terdapat
sejumlah faktor seperti ransangan simpati adregenik pada reseptor beta di dalam
aparatus jukstaglomerulus, respon reseptor macula densa terhadap perubahan volume
dan tekanan darah sirkulasi.
Apapun mekanisme pastinya penurunan curah jantung pada gagal jantung
akan memulai serangkaian kegiatan berikut, penurunan aliran darah ginjal dan akhir
laju filtrasi glomelurus, pelepasan renin dari apparatus jukstaglomelurus, interaksi
renin dengan angiotensin dalam darah untuk menghasilkan angiotensin 1, konversi
angiotensin 1 menjadi angiotensin 2, rangsangan sekresi aldosteron dari kelenjar
adrenal, retensi natrium dan air pada tobulus distal duktus pengumpul.
Sesak Napas
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokardium uang khas pada gagal
jantung akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan
ventrikel yang evektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang mengurangi volume secukup,
meningkatkan volume residu ventrikel. Dengan meningkatkannya EDV ( volume
akhir diastolik) ventrikel, terjadi peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri
(LVDEP). Derajat peningkatan tekanan tergantung pada kelenturan ventrikel.
Dengan meningkatkanya LVDEP, terjadi pula peningkatan tekan atrium kiri (LAP)
karena atrium dan ventrikel berhubungan berlangsung selama diastol. Peningkatan
LAP diteruskan ke belakang ke dalam pembuluh darah paru-paru, meningkatkan
tekanan kapiler dan vena paru-paru . apabila tekanan hidrostatik anyaman kapiler
onkotik pembuluh darah, akan terjadi transudasi cairan melebihi kecepatan drainase
limfatik, akan terjadi edema intertisiel. Peningkatan tekanan lebih lanjut dapat
mengakibatkan cairan merembes ke alveoli dan mempengaruhi pertukaran udara
dalam paru.
Krepitasi ( ronki )
Krepitasi atau ronki basah/halus adalah bunyi yang sangat halus, seperti
gelembung yang dihasilkan oleh udara dan cairan di dalam alveolus. Adanya ronki
basah selalu menunjukkan cairan di dalam ruang alveolus yang terdengar sepanjang
siklus pernapasan atau salah satu fase saja.
Meningkatnya tekanan dalam vena pulmonalis lalu menyebar ke kapiler dan
arteri pulmonalis mengakibatkan kongestif dan edema akibat meningkatnya tekanan
hidrostatis di venula pleura visceralis dan menyebabkan paru menjadi sembab. Pada
gambaran mikroskopik menunjukkan transudat perivaskular dan interstisium, edema
septa alveolus dan akumulasi cairan edema di rongga alveolus. Selain itu, jumlah sel
darah merah keluar dari kapiler yang “bocor” ke rongga alveolus yang akan difagosit
oleh mikrofag. Pemecahan sel darah merah dan hemoglobin di dalam makrofag
mengakibatkan gambaran makrofag alveolus yang mengandung hemosiderin disebut
sebagai sel gagal jantung.
pada skenario hasil rontgen 0,69 hal ini dapat dinyatakan sebagai
caradiomegalil
,pada scenario dapat dinyatakan bahwa jantung pasien mengalami
pembesaran,hal ini disebabkan karena adanya bendungan pembuluh
darah paru oleh gagalnya fungsi ventrikel kiri yang akan menjadi
pencetus terjadinya kongesti paru dan peningkatan tekanan arteri
polmunalis.
Diuretik
Diuretik kuat terutama bekerja dengan cara menghambat reabsorpsi elektrolit
Na+/K+/2Cl- di ansa Henle asendens bagian epitel tebal; tempat kerjanya di
permukaan sel epitel bagian luminal (yang menghadap ke lumen tubuli). Pada
pemberian secara IV obat ini cenderung meningkatkan aliran darah ginjal tanpa
disertai peningkatan filtrasi glomerulus. Perubahan hemodinamik ginjal ini
mengakibatkan menurunnya reabsorpsi cairan dan elektrolit di tubuli proksimal serta
meningkatnya efek awal deuresis. Peningkatan aliran darah ginjal ini relatif hanya
berlangsung sebentar. Dengan berkurangnya cairan ekstrasel akibat deuresis, maka
aliran darah ginjal menurun dan hal ini akan mengakibatkan meningkatnya reabsorbsi
cairan dan elektrolit di tubuli proksimal. Hal yang terakhir ini agaknya merupakan
suatu mekanisme kompensasi yang membatasi jumlah zat terlarut mencapai bagian
epitel tebal Henle Ascendens, dengan demikian akan mengurangi deuresis. (Sumber :
Buku Ajar Ilmu Penyekit Dalam, Jilid I, Edisi IV, hal. 391.). Dengan mekanisme
inilah, terjadi peningkatan kecepatan dan volume urin, sehingga mengurangi volume
cairan pada pembuluh darah.
Diuretik merupakan obat utama untuk mengatasi gagal jantung akut yang selalu
disertai dengan kelebihan (overload) cairan yang bermanifestasi sebagai kongesti
paru atau edema perifer. Penggunaan diuretik dengan cepat menghilangkan sesak
nafas dan meningkatkan kemampuan melakukan aktivitas fisik. Pada pasien-pasien
ini diuretik mengurangi retensi air dan garam sehingga mengurangi volume cairan
ekstrasel, alir balik vena, dan tekanan pengisian ventrikel (preload). Dengan
demikian, edema perifer dan kongesti paru akan berkurang / hilang, sedangkan curah
jantung tidak berkurang (pada fase plateau kurva Frank-Sterling). Pada mereka ini,
diuretik diberikan sampai terjadi diuresis yang cukup untuk mencapai euvolemia, dan
mempertahankannya.
Pemeriksaan Fisis
Perhatikan tampilan secara umum termasuk ansietas, obesitas, kaheksia,
icterus, anemia, dan gangguan lain.
- Wajah dan leher. Pemeriksalah konjungtiva atau anemia, lidah untuk
sianosis sentran, kelopak mata untuk xantrlasma, kerusakan akibat
hipertensi. Periksa kelenjar getah being atau tiroid
- Abdomen. Palpasi pembesaran atau nyeri tekan ascites, splenomegaly.
- Auskultasi. Berhubungan dengan denyut. Bunyi jantung pertama (s1),
bunyi jantung kedua (S2), dan lain-lain.
- Denyut irregular, misalnya pada ekstrasistol, blockade jantung
derajatdua.
- Denut irregular, misalnya fibrilasi atrium (tidak berubah pada aktifitas)
- Tekanandarah, saat istirahat tekanan sistol ikarterial dewasa normalnya
<150 mmHg, diastolic <90 mmHg. Sistolik dapat meningkat akibat
ansietas.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang utama untuk penyakit kardiovaskular adalah
ekokardiografi, rontgen dada, dan ekokardiogram.
- Rontgen Dada
Merupakan alat diagnostic yang essential.CXR inisial dibuat pada arah
posterior anterior (PA), dengan pasien berdiri tegak dan pada inspirasi
penuh.Ukuran jantung dan rasio kardio toraks dapat pula diperkirakan.Rasio ini
normalnya <50%, kecual ipada neonates, bayi, danatlet < namun dapat sanga
tmeningkat pada gagal jantung terdeteksi dengan CXR bila signifikan. Pembesaran
arteri pulmonalis utama bersama dengan percabangan arteri perife rmenandakan
adanya hipertensi pulmonal, sedangkan perkabutan lapang paru merupakan indikasi
hipertensi vena pulmonalis dan akumulasi cairan dalam jaringan.
- Elektrokardiografi (EKG)
Dapat digunakan untuk mendeteksi pembesaran jantung dan gerakan
jantung abnormal, serta untuk memperkirakan fraksi ejeksi. Suatu denyutan
ultrasound sebesar 2,5 MHz dihasilkan oleh suatu transmitter – penerima
piezoelektrik pada dinding dada, dan dipantulkan kembali oleh struktur internal.
Karena bunyi menjalar melalui cairan dengan kecepatan yang sudah diketahui,
maka waktu yang dibutuhkan antara transmisi dan penerimaan dapat menunjukkan
jarak. Ini memungkinkan gambaran struktur internal dapat terbentuk .
Ekokardiografi bersifat non ivasif dan cepat dan cepat. Namun demikian, saat
membuat pencitraan, jantung dibatasi oleh adanya kerangka iga dan udara dalam
paru, yang memantulkan atau mengabsorpsi ultrasound.
- Ekokardiogram
Pada tesini sadapan standar, pendek, dan dilakukan dalam keadaan istirahat
akan mendeteksi blockade konduksi dan perubahan akibat kerusakan otot.
Gambaran EKG memiliki tiga komponen utama yang terkait dengan amplitude dan
arah gelombang depolarisasi pada saat terebut.Gelobang P merupakan suatu
defleksi kecil akibat depolarisasi atrium. Gelombang ini diikuti oleh kompleks
QRS, yang umum nya memiliki durasi 0,08 detik dan merefleksikan depolarisasi
ventrikel. Ini merupakan defleksi terbesar karena massa otot ventrikel yang besar.
Gelombang T berhubungan dengan dengan repolarisasi ventrikel.
1. Stenosis mitral
Etiologi
Penyebab tersering adalah endokarditis reumatika, akibat reaksi yang
progresif dari demam reumatik oleh infeksi streptococcus. Penyebab lain walaupun
jarang dapat juga stenosis mitral congenital, deformitas parasut mitral,vegetasi
sytemik lupus erythematosus (SLE), karsinosis sistemik, deposit amiloid,akibat obat
fenfluraamin/phentermin, rheumatoid atritis (RA), serta klasifikasi annulus maupun
daun katup pada usia lanjut akibat proses degenerative.
Beberapa keadaan juga dapat menimbulkan obstruksi aliran darah ke ventrikel
kiri seperti Cor triatrium, miksoma atrium serta thrombus sehingga menyerupai
stenosis mitral.
Dari pasien dengan penyakit jantung katup ini 60 % dengan riwayat demam
rematik, sisanya menyakal. Selain dari pada itu 50 % pasien dengan karditis reumatik
akut tidak berlanjut sebagai penyakit jantung katup secara klinik (Rahimtoda).
Epidemiologi
Di negara-negara maju, insidens dari mitral stenosis telah menurun karena
berkurangnya kasus demam rematik sedangkan di negara-negara yang belum
berkembang cenderung meningkat.
Katup mitral adalah katup jantung yang paling banyak terkena pada pasien
dengan penyakit jantung rematik. Dua pertiga pasien kelainan ini adalah wanita.
Gejala biasanya timbul antara umur 20 sampai 50 tahun.
Gejala dapat pula nampak sejak lahir, tetapi jarang sebagai defek tunggal.
Mitral stenosis kongenital lebih sering sebagai bagian dari deformitas jantung
kompleks.
Patofisiologi
Stenosis mitral terjadi karena adanya fibrosis dan fungsi komisura katup
mitral pada waktu fase penyembuhan demam rematik.terbentuknya sekat jaringan
ikat tanpa mengakibatkan lubang katup mitral pada waktu diastolik lebih kecil dari
normal.1
Mitral stenosis murni terdapat pada kurang lebih 40% dari semua penderita
penyakit jantung reumatik. Terdapat periode laten antara 10-20 tahun, atau lebih,
setelah suatu episode penyakit jantung rematik; dengan demikian tidak akan terjadi
onset dari gejala mitral stenosis sebelumnya.3
Berkurangnya luas efektif lubang mitral menyebabkan berkurangnya daya alir
katup mitral.hal ini akan meningkatan tekanan diruang atrium kiri,sehingga timbul
perbedaan tekanan antara atrium kiri dan ventrikel kiri waktu diastolik.
Jika peningkatan tekanan ini tidak berhasil mengalirkan jumlah darah yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.akan terjadi bendungan pada atrium kiri dan
selanjutnya akan menyebabkan bendungan vena dan kapiler paru.bendungan ini akan
menyebabkan terjadinya sembab interstisial kemudian akan terjadi sembab
alveolar.pecahan vena bronkialis akan menyebabkan hemoptisis.
Pada tahap selanjutnya tekanan arteri pulmonal akan meningkat,kemudian
terjadi pelebaran ventrikel kanan dan insufisiensi pada katub trikuspid atu
pulmonal.akhirnya vena2 sistemik akan mengalami pembendungan pula.bendungan
hati yang berlangsung lama akn mendapatkan fungsi hati.
Kompensasi pertama tubuh untuk menaikkan curah jantung adalah
takikardi.tetapi kompensasi ini tidak selamanya menambah curah jantung karena pada
tingkat tertentu akan mengurangi masa pengisian diastolik.rengangan otot-otot atrium
dapat menyebabkan gangguan elektris sehingga terjadi fibrilasi atrium.hal ini dapat
menganggu penggisian ventrikel dari atrium dan memudahkan pembentukan trombus
di atrium kiri.1
Derajat berat ringannya stenosis mitral,selain berdasarkan gradien
transmitral,dapat juga ditentukan oleh luasnya area katup mitral,serta hubungan
antara lamanya waktu antara penutupan katup aorta dan kejadian opening
snap.Berdasarkan luasnya area katup mitral derajat stenosis mitral sebagai berikut:4
1) Minimal : bila area >2,5 cm2
2) Ringan : bila area 1,4-2,5 cm2
3) Sedang : bila area 1-1,4 cm2
4) Berat : bila area <1,0 cm2
5) Reaktif : bila area <1,0 cm2
Keluhan dan gejala stenosis mitral mulai akan muncul bila luas area katup
mitral menurun sampai seperdua normal (<2-2,5 cm2).4
Manifestasi klinik
Sebagian besar pasien menyangkal riwayat demam reumatik sebelumnya
keluhan berkaitan dengan tingkat aktifitas fisik dan tidak hanya ditemukan oleh
luasnya lubang mitral,misalnya: wanita hamil.keluhan dapat betupa
takikardi,dispnea,takipnea,atau ortopnea,dan denyut jantung tidak teratur.tak jarang
terjadi gagal jantung,batuk darah,atau tromboemboli cerebral maupun perifer.1,3
Jika kontraktilitas ventrikel kanan masih baik sehingga tekanan arteri
pulmonalis belum tinggi sekali,keluhan lebih mengarah pada akibat bendungan
atrium kiri,vena pulmonal dan interstisial paru.
Jika ventrikel kanan sudah tak mampu mengatasi tekanan tinggi pada arteri
pulmonalis,keluhan beralih kearah bendunga vena sistemik,terutama jika sudah
terjadi insufisiensi trikuspid dengan atau tanpa fibrilasi atrium.3
pada pemeriksaan fisik didapatkan bising mid diastolik yang bersifat
kasar,bising menggerendang(rumble),aksentuasi peristolik,dan mengerasnya bunyi
jantung satu.
Komponen pulmonal bunyi jantung kedua dapat mengeras disertai bising
sistolik karena adanya hipertensi pulmonal.
Pada fase lanjutan,ketika sudah terjadi bendungan interstisial dan alveolar
paru,akan terdengar ronki basah atau mengi pada pada fase ekspirasi.
Jika hal ini berlanjut terus dan menyebabkan gagal jantung kanan.keluhan dan
tanda2 edema paru akan berkurang atau menghilang dan sebaliknya tanda2
bendungan sistemik akan menonjol (peningkatan tekanan vena
jugularis,hepatomegali,asites dan edema tungkai).pada fase ini biasanya tanda2 gagal
hati akan mencolok, seperti ikterus, menurunnya protein plasma, hiperpigmentasi
kulit (fase mitral),dan sebagainya.
Etiologi
Penyebab gagal jantung kongestif dapat dibagi menjadi dua, yaitu penyakit
miokard sendiri dan gangguan mekanik pada miokard.
Penyakit pada miokard sendiri antara lain :
Penyakit jantung koroner ( penyakit jantung iskemik)
Kardiomiopati
Miokarditis dan penyakit jantung reumatik
Penyakit infiltrative
Latrogenik akibat obat-obatan seperti adriamisin dan diiopiramid, atau
akibat radiasi.
Gangguan mekanik pada miokard, jadi miokard sendiri sebenarnya tidak ada
kelainan. Golongan ini dapat di bagi menjadi :
Kelebihan beban tekanan (pressure overload)
Sebagai contoh : hipertensi, stenosis aorta, koartasio aorta
Kelebihan beban volume (volume overload)
Sebagai contoh : isufisiensi aorta atau mitral, penyakit jantung bawaan
(left to right shunt) atau transfuse berlebihan.
Hambatan pengisian
Sebagai contoh : constrictive pericarditis atau tamponade.
Epidemiologi
Gagal jantung merupakan suatu kondisi yang telah diketahui selama berabad-
abad namun penelitian epidemiologi sulit di lakukan karena tidak adanya definisi
tunggal kondisi ini. Ketika masih sedikit pemeriksaan jantung yang tersedia definisi
gagal jantung cenderug ke arah patofisisologi, lalu kemudian defini di tempatkan
pada penekanan pada gagal jantung sebagai suatu diagnosis klinis. Sementara
kondisis ini memang merupakan suatu sindrom klinis, diagnosis dapat sulit ditegakan
pada tahap dini karna relatif tidak ada gejala. Maka definisi terbaru membutuhkan
bukti pendukung dari pemeriksaan jantung. Pemeriksaan penunjang yang paling
sering digunakan adlah ekokardiografi, dengan distungsi ventrikel kiri biasanya di
definisikan sebagai fraksi ejeksi<30-45% pada kebanyakan survey epidemiologi.
Sekitar 3-20 per 1000 orang pada populasi mengalami gagal jantung , dan
prevalensinya meningkat seiring pertambahan usia (100 per 1000 orang pada usia
diatas 65 tahun), dan angka ini akan meningkat karena peningkatan usia popusi dan
perbaikan ketahanan hidup setelah infak miokard akut. Di inggris , sekitar 100.000
pasien di rawat di rumah sakit setiap tahun untuk gagal jantung merepresentasikan
5% dari semua perawatan medis dan menghabiskan lebih dari 1% dana perawatan
kesehatan nasional.
Patofisiologi
Pada awal gagal jantung, akibat CO yang rendah, didalam tubuh terjadi
peningkatan aktivitas saraf simpatis dan sistem Renin Angiotensin Aldosteron
(RAA), serta pelepasan arginin vasopressin yang kesemuanya merupakan mekanisme
kompensasi untuk mempertahankan tekanan darah yang adekuat.
Respon neurohormon ini akan membawa keuntungan untuk sementara waktu.
Namun setelah beberapa saat, kelainan sistem neurohumoral ini akan memacu
perburukan gagal jantung, tidak hanya karena vasokontriksi serta retensi air garam
dan garam yang terjadi, akan tetapi juga karena adanya efek toksik langsung dari
noradrenalin dan angiotensin terhadap miokard.
Pasien gagal jantung biasanya mengeluh dyspnead’effort yang dianggap
karena terjadi gangguan fungsi sistolik. Ternyata dengan perkembangan
Elektrokardiografi,ditemukan banyak penderita gagal jantung tidak memiliki
gangguan fungsi sistolik, namun yang terjadi adalah gangguan fungsi diastolic yang
terutama ditemukan pada penderita LVH concentric atau pada penyakit jantung
iskemik. Komponen terakhir yang menimbulkan sindrom gagal jantung adalah
volume overload dan disfungsi miokard. Dengan demikian semua usaha pengobatan
ditunjukan pada obat-obat yang mampu menurunkan volume overload, dan yang
dapat memperbaiki fungsi miokard termaksud yang menyebabkan regresi LVH.
Manifestasi klinik
Akibat bendungan di berbagai organ dan low output, pada penderita gagal
jantung kongestif hampir selalu ditemukan:
a) Gejala paru berupa: dyspnea, orthopnea dan paroxysmal nocturnal dyspnea.
Selain itu batuk-batuk nonproduktif yang timbul pada waktu berbaring
b) Gejala dan tanda sistemik berupa lemah, cepat capek, oliguri, nokturi, mual,
muntah, desakan vena sentralis meningkat, takikardi, pulse pressure sempit,
asites, hepatomegali dan edema perifer
c) Gejala susunan saraf pusat brupa: insomnia, sakit kepala, mimpi buruk
samapai delirium.
3. Infark Miokard
Epidemiologi
Infark miokard akut merupakan salah satu diagnosis rawat inap tersering
dinegara maju. Laju mortalitas awal (30 hari) pada IMA 30% dengan lebih dari
separuh kematian terjadi sebelum pasien mencapai rumah sakit. Walaupun laju
mortalitas menurun sebesar 30% dalam 2 dekade terakhir, sekitar 1 diantara 25 pasien
yang tetap hidup pada perawatan awal, meninggal dalam tahun pertama setelah IMA.
spektrum sindrom koroner akut terdiri dari angina pektoralis tidak stabil, IMA tanpa
elevasi, dan ima dengan elevasi.
Etiologi
Terdapat berbagai mekanisme patofisiologi penyebab terjadinya IMA, seperti
yang tertera Berbagai penyebab ini menyebabkan kondisi meliputi kerusakan endotel
melalui disrupsi plak, lesi luminal ireguler, shear injury, agregasi platelet,
pembentukan trombus yang menyebabkan oklusi lumen parsial atau total,
vasospasme arteri, dan cedera reperfusi akibat radikal oksigen bebas, kalsium, dan
neutrofil (Rhee, dkk., 2011).
Aterosklerosis,Sindrom vaskulitis,Emboli koroner (contoh dari endokarditis,
katup buatan),Anomali kongenital arteri koroner,Trauma koroner atau
aneurisma,Spasme pembuluh darah koroner,Peningkatan viskositas darah (contoh
polisitemia vera, trombositosis),Peningkatan kebutuhan oksigen miokard ( contoh
aorta stenosis).
Proses aterogenesis dimulai dengan inisiasi lesi, akumulasi lipid ekstraseluler
pada intima, evolusi fibrofatty, progresi lesi dan kelemahan fibrous cap. IMA terjadi
bila pada plak terjadi ruptur fibrous cap, sebagai stimulus trombogenesis. Proses
aterosklerosis pada IMA tersebut digambarkan.
Factor-faktor yang menyebabkan acute myocardial infarction adalah suplai
darah oksigen ke miokard berkurang (aterosklerosis, spasme, arteritis, stenosis aorta,
insufisiensi jantung, anemia, hipoksemia), curah jantung yang meningkat (emosi,
aktivitas berlebihan, hipertiroidisme), dan kebutuhan oksigen miokard meningkat
(kerusakan miokard, hipertrofi miokard, hipertensi diastolic). Penyebab paling sering
adalah terjadinya sumbatan koroner sehingga terjadi gangguan aliran darah.
Sumbatan tersebut terjadi karena rupture plak yang menginduksi terjadinya agregasi
trombosit, pembentukan thrombus, dan spasme koroner. Penyebab infark miokard
yang jarang adalah penyakit vaskuler inflamasi, emboli (endokarditis, katup buatan),
spasme koroner yang berat (misal setelah menggunakan kokain), peningkatan
viskositas darah serta peningkatan kebutuhan O2 yang bermakna saat istirahat.
Manifestasi Klinis
Nyeri dada penderita infark miokard serupa dengan nyeri angina tetapi lebih
intensif dan berlangsung lama serta tidak sepenuhnya hilang dengan istirahat ataupun
pemberian nitrogliserin (Irmalita, 1996). Angina pektoris adalah “jeritan” otot jantung
yang merupakan rasa sakit pada dada akibat kekurangan pasokan oksigen miokard.
Gejalanya adalah rasa sakit pada dada sentral atau retrosentral yang dapat menyebar
ke salah satu atau kedua tangan, leher dan punggung. Faktor pencetus yang
menyebabkan angina adalah kegiatan fisik, emosi berlebihan dan terkadang sesudah
makan. Hal ini karena kegiatan tersebut mencetuskan peningkatan kebutuhan
oksigen. Namun, sakit dada juga sering timbul ketika pasien sedang beristirahat
(Hanafiah, 1996).
Rasa nyeri hebat sekali sehingga penderita gelisah, takut, berkeringat dingin dan
lemas. Pasien terus menerus mengubah posisinya di tempat tidur. Hal ini dilakukan
untuk menemukan posisi yang dapat mengurangi rasa sakit, namun tidak berhasil.
Kulit terlihat pucat dan berkeringat, serta ektremitas biasanya terasa dingin (Antman,
2005).
Pada fase awal infark miokard, tekanan vena jugularis normal atau sedikit
meningkat (Irmalita, 1996). Pulsasi arteri karotis melemah karena penurunan stroke
volume yang dipompa jantung (Antman, 2005). Volume dan denyut nadi cepat,
namun pada kasus infark miokard berat nadi menjadi kecil dan lambat. Bradikardi
dan aritmia juga sering dijumpai. Tekanan darah menurun atau normal selama
beberapa jam atau hari. Dalam waktu beberapa minggu, tekanan darah kembali
normal (Irmalita, 1996). Dari ausklutasi prekordium jantung, ditemukan suara
jantung yang melemah. Pulsasinya juga sulit dipalpasi. Pada infark daerah anterior,
terdengar pulsasi sistolik abnormal yang disebabkan oleh diskinesis otot-otot jantung.
Penemuan suara jantung tambahan (S3 dan S4), penurunan intensitas suara . jantung
dan paradoxal splitting suara jantung S2 merupakan pertanda disfungsi ventrikel
jantung. Jika didengar dengan seksama, dapat terdengar suara friction rub perikard,
umumnya pada pasien infark miokard transmural tipe STEMI (Antman, 2005).
4. Fibrilasi Atrial.
Epidemiologi
Fibrilasi atrium (FA) merupakan aritmia yang paling sering ditemui dalam
praktik sehari-hari. Prevalensi FA mencapai 1-2% dan akan terus meningkat dalam
50 tahun mendatang.1,2 Framingham Heart Study yang merupakan suatu studi kohor
pada tahun 1948 dengan melibatkan 5209 subjek penelitian sehat (tidak menderita
penyakit kardiovaskular) menunjukkan bahwa dalam periode 20 tahun, angka
kejadian FA adalah 2,1% pada laki-laki dan 1,7% pada perempuan.3 Sementara itu
data dari studi observasional (MONICA multinational monitoring of trend and
determinant in Cardiovascular disease) pada populasi urban di Jakarta menemukan
angka kejadian FA sebesar 0,2% dengan rasio laki-laki dan perempuan 3:2.4 Selain
itu, karena terjadi peningkatan signifikan persentase populasi usia lanjut di Indonesia
yaitu 7,74% (pada tahun 2000-2005) menjadi 28,68% (estimasi WHO tahun 2045-
2050),5 maka angka kejadian FA juga akan meningkat secara signifikan. Dalam skala
yang lebih kecil, hal ini juga tercermin pada data di Rumah Sakit Jantung dan
Pembuluh Darah Harapan Kita yang menunjukkan bahwa persentase kejadian FA
pada pasien rawat selalu meningkat setiap tahunnya, yaitu 7,1% pada tahun 2010,
meningkat menjadi 9,0% (2011), 9,3% (2012) dan 9,8% (2013). Fibrilasi atrium
menyebabkan peningkatan mortalitas dan morbiditas, termasuk stroke, gagal jantung
serta penurunan kualitas hidup. Pasien dengan FA memiliki risiko stroke 5 kali lebih
tinggi dan risiko gagal jantung 3 kali lebih tinggi dibanding pasien tanpa FA.6 Stroke
merupakan salah satu komplikasi FA yang paling dikhawatirkan, karena stroke yang
diakibatkan oleh FA mempunyai risiko kekambuhan yang lebih tinggi. Selain itu,
stroke akibat FA ini mengakibatkan kematian dua kali lipat dan biaya perawatan 1,5
kali lipat.7,8 Fibrilasi atrium juga berkaitan erat dengan penyakit kardiovaskular lain
seperti hipertensi, gagal jantung, penyakit jantung koroner, hipertiroid, diabetes
melitus, obesitas, penyakit jantung bawaan seperti defek septum atrium,
kardiomiopati, penyakit ginjal kronis maupun penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK). Gagal jantung simtomatik dengan kelas fungsional New York Heart
Association (NYHA) II sampai IV dapat terjadi pada 30% pasien FA, namun
sebaliknya FA dapat terjadi pada 30-40% pasien dengan gagal jantung tergantung
dari penyebab dari gagal jantung itu sendiri. Fibrilasi atrium dapat menyebabkan
gagal jantung melalui mekanisme peningkatan tekanan atrium, peningkatan beban
volume jantung, disfungsi katup dan stimulasi neurohormonal yang kronis. Distensi
pada atrium kiri dapat menyebabkan FA seperti yang terjadi pada pasien penyakit
katup jantung dengan prevalensi sebesar 30% dan 10-15 % pada defek septal atrium.
Sekitar 20% populasi pasien FA mengalami penyakit jantung koroner meskipun
keterkaitan antara FA itu sendiri dengan perfusi koroner masih belum jelas.
Etiologi
Tidak teratur dan sangat cepat. Ini adalah akibat dari kerusakan sistem kelistrikan
jantung. Kerusakan ini paling sering hasil dari kondisi lain, seperti penyakit arteri
koroner atau tekanan darah tinggi, yang mempengaruhi kesehatan jantung. Kadang-
kadang penyebab AF tidak diketahui. Atrial fibrilasi biasanya menyebabkan ventrikel
berkontraksi lebih cepat dari biasanya. Ketika ini terjadi, ventrikel tidak memiliki
cukup waktu untuk mengisi sepenuhnya dengan darah untuk memompa ke paru-paru
dan tubuh.
Patofisiologi
Sampai saat ini patofisiologi terjadinya FA masih belum sepenuhnya dipahami
dan dipercaya bersifat multifaktorial. Dua konsep yang banyak dianut tentang
mekanisme FA adalah 1) adanya faktor pemicu (trigger); dan 2) faktor-faktor yang
melanggengkan. Pada pasien dengan FA yang sering kambuh tetapi masih dapat
konversi secara spontan, mekanisme utama yang mendasari biasanya karena adanya
faktor pemicu (trigger) FA, sedangkan pada pasien FA yang tidak dapat konversi
secara spontan biasanya didominasi adanya faktor-faktor yang melanggengkan.
Manifestasi Klinis
1. Palpitasi (perasaan yang kuat dari detak jantung yang cepat atau
berdebar dalam dada)
2. Sesak napas
3. Kelemahan atau kesulitan berolahraga
4. Nyeri dada
5. Pusing atau pingsan
6. Kelelahan
7. Kebingungan
Diagnosis Banding :
Gagal
Fibrilasi Stenosis Miokard
Kata kunci jantung
atrial Mitral akut
kongestif
Pria>wanit
Jenis kelamin Pria> wanita Wanita>pria Pria>wanita
a
Umur 50-80 tahun > 65 tahun >50 tahun
Sesak napas saat
Saat Saat Saat
aktivitas
beraktifitas beraktifitas aktivitas
dan istrahat
Cepat capek + + + +
Edema kaki + + + +
Takipneu + + + +
Bunyi krepitasi - + + -
Bendungan vena leher + - + +
Bendungan vena paru + + + +
Kardiomegali - + + -
Dengan digoxin gejala
+ + + +
kurang
Dengan diuretik gejala
+ + + +
kurang
c. Beta-blocker
d. ACE-inhibitors
b. Prognosis
Penyakit gagal jamtung akut, berdasarkan data yang diperoleh dari beberapa
survey yang telah dipublikasikan seperti the Euro Heart Failure Survey II, the
ADHERE registry Amerika Serikat dan survey Nasional dari Italia, Perancis dan
Finlandia. Namun banyak dari pasien-pasien yang masuk kedalam registry ini adalah
penderita-penderita dengan usia lanjut dengan cormobid cardiovaskuler dan non
cardiovaskuler yang sangat banyak, dengan prognosis jangka pendek dan jangka
panjang yang buruk. SKA merupakan kausa paling sering dari gagal jantung akut
yang baru. Kematian di RS yang tinggi didapatkan pada psien dengan syok
kardiogenik berkisar 40%-60%. Sangat berbeda dengan pasien gagal jantung akut
hipertensif, angka kematian dirumah sakit rendah dan kebanyakan pulang dari rumah
sakit dengan keadaan asimtomatik. Jika tidak ditangani dengan baik akan
memberikan prognosis yang sama pada penyakit jantung kronik.
Laki-laki memiliki prognosis lebih buruk dibandingkan wanita serta prognosis dari
penyakit gagal jantung adalah buruk.
DAFTAR PUSTAKA
Gray Huon H, Dawkins Keith D, Dkk. 2012. Lecture Notes Kardiologi Edisi
Keempat. Jakarta; Erlangga
Kumar, Vinary Ramzi S. Cotrain, Stanley L. Robbins. 2007 . Patologi. Jakarta : EGC.
Kumar, Abbas, Aster. 2015. Buku Ajar Patologi Robbins Edisi 9. Jakarta; Elsavier
Saunders
Lahulima, J.W. 2013. Buku Ajar Anatomi Biomedik I. Makassar : Bagian Anatomi
FK Unhas
Sudoyo,Aru W,Dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta; Interna
Publishing.
Setiati, S. , I. Alwi., A. W. Sudoyo., M. Simadibrata., B. Setyahadi., A. F. Syam,
2014. Ilmu Penyakit Dalam. Buku Ajar Jilid Ii Edisi Vi. Interna Publishing.
Jakarta.