Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

Jantung merupakan suatu organ yang berfungsi memompa darah ke


seluruh jaringan tubuh serta menarik darah kembali ke jantung. Ketidakmampuan
jantung melakukan fungsinya disebabkan karena kerusakan anatomi atau fisiologi
jantung, yang menimbulkan munculnya berbagai macam penyakit pada sistem
kardiovaskuler. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian pertama
di dunia.

Penyakit arteri koroner ( CAD ),juga dikenal sebagai penyakit jantung


iskemik ( IHD ),melibatkan pengurangan aliran darah ke otot
jantung karena penumpukan plak di arteri jantung .Ini adalah penyakit
kardiovaskular yang paling umum .Jenisnya termasuk angina stabil , angina tidak
stabil , infark miokard , dan kematian jantung mendadak . Gejala umum
adalah nyeri dadaatau ketidaknyamanan yang mungkin menjalar ke bahu, lengan,
punggung, leher, atau rahang. Terkadang terasa seperti mulas . Biasanya gejala
muncul dengan olahraga atau tekanan emosional , berlangsung kurang dari
beberapa menit, dan membaik dengan istirahat. Napas pendek juga dapat terjadi
dan kadang-kadang tidak ada gejala. Dalam banyak kasus, tanda pertama
adalah serangan jantung . Komplikasi lain termasuk gagal jantung atau detak
jantung yang tidak normal.

Operasi Jantung merupakan tindakan terapi yang menggunakan teknik


operatif untuk mengobati penyakit jantung, dan sekarang menjadi standar dalam
melakukan terapi secara definitif maupun suportif pada penyakit jantung tertentu.
World Health Organization (WHO) dalam laporannya pada tahun 2002 mencatat
lebih dari tujuh juta orang meninggal dunia akibat penyakit jantung koroner di
seluruh dunia.

CABG adalah operasi jantung yang merupakan salah satu pengobatan


jantung koroner. Dalam operasi jantung ini, dibuat saluran baru untuk mengatasi
pembuluh darah yang mengalami penyempitan atan penyumbatan. Penyempitan
salah satunya diakibatkan oleh akumulasi lemak di dinding pembuluh darah yang

1
muncul dari gaya hidup yang kurang baik. Namun, tidak semua penyakit jantung
koroner membutuhkan operasi jantung CABG. Pengobatan jantung koroner dapat
menggunakan cara lainnya tergantung tingkat keparahan.

CABG bertujuan untuk mengatasi kurang atau terhambatnya aliran darah


akibat adanya penyempitan bahkan penyumbatan ke otot jantung yang akan
menyebabkan penyakit jantung. Sumbatan bisa juga disebabkan oleh gumpalan
yang akan menghambat suplai darah ke jantung, sehingga menyebabkan serangan
jantung. CABG adalah tindakan yang diambil dengan rekomendasi dari dokter
spesialis jantung. Dengan melakukan CABG, pasien akan dapat melakukan
kegiatan dengan lebih luas, tidak seperti sebelum CABG yang memiliki banyak
kegiatan pantangan penyakit jantung.

Operasi jantung CABG dilakukan pada pasien yang tidak dapat


disembuhkan dengan pemasangan ring jantung atau jika arteri koroner yang
tersumbat ada lebih dari satu. Operasi jantung CABG merupakan salah satu
metode pengobatan jantung koroner. Meskipun risiko operasi CABG dianggap
tinggi, namun manfaatnya sangatlah banyak untuk pengobatan jantung koroner.
Pasien yang melakukan operasi jantung CABG dapat hidup beberapa tahun tanpa
gejala penyakit jantung muncul. Sehingga memiliki kualitas hidup yang
meningkat.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Jantung


a) Anatomi Jantung
Jantung merupakan organ yang terdiri dari otot yang istimewa karena
berbentuk otot lurik tetapi cara kerjanya adalah otot polos dipengaruhi
oleh saraf otonom. Bentuknya menyerupai jantung pisang dengan bagian
atas disebut kordis dan bagian bawah yang runcing disebut apeks kordis,
letaknya di sebelah depan mediastinum anterior, sebelah kiri bawah
pertengahan rongga dada diatas diaphragma dan pangkalnya dibelakang
kiri antara costa V dan VI dua jari dibawah papilla mammae dan pada
tempat ini dapat teraba denyut jantung yang disebut iktus cordis.
Ukurannya sebesar genggaman tangan kanan dengan berat kira-kira 250 –
300 gram.

Ruang Jantung
a) Atrium Dextra
Dinding atrium dextra tipis, rata-rata 2 mm. Terletak agak ke depan
dibandingkan ventrikel dextra dan atrium sinistra. Atrium Dextra
merupakan muara dari vena cava. Vena cava superior bermuara
pada dinding supero-posterior. Vena cava inferior bermuara pada
dinding infero-latero-posterior pada muara vena cava inferior ini
terdapat lipatan katup rudimenter yang disebut Katup Eustachii.
b) Atrium Sinistra
Tebal dinding atrium sinistra 3 mm, sedikit lebih tebal dari pada
dinding atrium dextra. Endocardiumnya licin dan otot pectinatus
hanya ada pada auricle. Atrium kiri menerima darah yang sudah
dioksigenasi dari 4 vena pumonalis yang bermuara pada dinding
postero-superior atau postero-lateral, masing-masing sepasang
vena dextra et sinistra.
c) Ventrikel Dextra

3
Terletak di ruang paling depan di dalam rongga thorax, tepat di
bawah manubrium sterni. Sebagian besar ventrikel kanan berada di
kanan depan ventrikel sinistra dan di medial atrium sinistra.
Ventrikel dextra berbentuk bulan sabit atau setengah bulatan, tebal
dindingnya 4-5 mm. Bentuk ventrikel kanan seperti ini guna
menghasilkan kontraksi bertekanan rendah yang cukup untuk
mengalirkan darah ke dalam arteria pulmonalis.
d) Ventrikel Sinistra
Berbentuk lonjong seperti telur, dimana pada bagian ujungnya
mengarah ke antero-inferior kiri menjadi Apex Cordis. Bagian
dasar ventrikel tersebut adalah Annulus Mitralis. Tebal dinding
ventrikel sinistra 2-3x lipat tebal dinding ventrikel dextra, sehingga
menempati 75% masa otot jantung seluruhnya. Tebal ventrikel
sinistra saat diastole adalah 8-12 mm. Ventrikel sinistra harus
menghasilkan tekanan yang cukup tinggi untuk mengatasi tahanan
sirkulasi sitemik, dan mempertahankan aliran darah ke jaringan-
jaringan perifer.

Gambar 2.1 anatomi jantung


b) Fisiologi Jantung
1. Perikardium
Jantung berada dalam rongga berisi cairan yang disebut rongga
perikardial. Dinding dan lapisan rongga perikardial inilah yang
disebut dengan perikardium. Perikardium ialah sejenis membran
serosa yang menghasilkan cairan serous untuk melumasi jantung

4
selama berdenyut dan mencegah gesekan yang menyakitkan antara
jantung dan organ sekitarnya. Bagian ini juga berfungsi untuk
menyangga dan menahan jantung untuk tetap berada dalam
posisinya. Dinding jantung terdiri dari tiga lapisan
yaitu epikardium (lapisan terluar), miokardium (lapisan tengah),
dan endokardium (lapisan dalam).
2. Serambi
Serambi atau disebut juga atrium merupakan bagian jantung atas
yang terdiri dari serambi kanan dan kiri. Serambi kanan berfungsi
untuk menerima darah kotor dari tubuh yang dibawa oleh pembuluh
darah. Sedangkan serambi kiri berfungsi untuk menerima darah
bersih dari paru-paru. Serambi memiliki dinding yang lebih tipis
dan tidak berotot karena tugasnya hanya sebagai ruangan penerima
darah.
3. Bilik
Sama seperti serambi, bilik atau disebut juga ventrikel
merupakan bagian jantung bawah yang terdiri dari bagian kanan
dan kiri. Bilik kanan berfungsi untuk memompa darah kotor dari
jantung ke paru-paru. Sementara itu, bilik kiri berfungsi untuk
memompa darah bersih dari jantung ke seluruh tubuh. Dinding
bilik jauh lebih tebal dan berotot dibandingkan dengan serambi
karena bekerja lebih keras untuk memompa darah baik dari jantung
ke paru-paru maupun ke seluruh tubuh.
4. Katup
Jantung memiliki empat katup yang menjaga aliran darah
mengalir ke satu arah, yaitu:
 Katup trikuspid, mengatur aliran darah antara serambi kanan
dan bilik kanan.
 Katup pulmonal, mengatur aliran darah dari bilik kanan ke
arteri pulmonalis yang membawa darah ke paru-paru untuk
mengambil oksigen.

5
 Katup mitral, mengalirkan darah yang kaya oksigen dari paru-
paru mengalir dari serambi kiri ke bilik kiri.
 Katup aorta, membuka jalan bagi darah yang kaya akan
oksigen untuk dilewati dari bilik kiri ke aorta (arteri terbesar di
tubuh).
5. Pembuluh darah
Ada tiga pembuluh darah utama yang terdapat di jantung, yaitu:
 Arteri, membawa darah yang kaya akan oksigen dari jantung
ke bagian tubuh lainnya. Arteri memiliki dinding yang cukup
elastis sehingga mampu menjaga tekanan darah tetap
konsisten.
 Vena, pembuluh darah yang satu ini membawa darah yang
miskin oksigen dari seluruh tubuh untuk kembali ke jantung.
Dibandingkan dengan arteri, vena memiliki dinding pembuluh
yang lebih tipis.
 Kapiler, pembuluh darah ini bertugas untuk menghubungkan
arteri terkecil dengan vena terkecil. Dindingnya sangat tipis
sehingga memungkinkan pembuluh darah untuk bertukar
senyawa dengan jaringan sekitarnya, seperti karbon dioksida,
air, oksigen, limbah, dan nutrisi.
6. Siklus jantung
Siklus jantung adalah urutan kejadian yang terjadi saat jantung
berdetak. Berikut dua fase siklus jantung, yaitu:
 Sistol, jaringan otot jantung berkontraksi untuk memompa
darah keluar dari ventrikel.
 Diastol, otot jantung rileks terjadi pada saat pengisian darah di
jantung

Tekanan darah meningkat di arteri utama selama sistol ventrikel


dan menurun selama diastol ventrikel. Hal ini menyebabkan 2
angka yang terkait dengan tekanan darah-tekanan
darah sistolik adalah angka yang lebih tinggi dan tekanan
darah diastolik adalah angka yang lebih rendah. Misalnya,

6
tekanan darah 120/80 mmHg menggambarkan tekanan sistolik
(120) dan tekanan diastolik (80).

B. Patologi
1. Defenisi

Penyakit arteri koroner ( CAD ),juga dikenal sebagai penyakit jantung


iskemik ( IHD ). CAD terjadi ketika arteri yang memasok darah ke otot
jantung mengeras dan menyempit. Ini karena penumpukan kolesterol dan
bahan lain, yang disebut plak, di dinding bagian dalam
mereka. Penumpukan ini disebut aterosklerosis . Saat tumbuh, lebih sedikit
darah yang bisa mengalir melalui arteri. Akibatnya, otot jantung tidak bisa
mendapatkan darah atau oksigen yang dibutuhkannya. Ini dapat
menyebabkan nyeri dada ( angina ) atau serangan jantung . Sebagian besar
serangan jantung terjadi ketika gumpalan darah tiba-tiba memotong suplai
darah jantung, menyebabkan kerusakan jantung permanen.
Seiring waktu, CAD juga dapat melemahkan otot jantung dan
berkontribusi terhadap gagal jantung dan aritmia . Gagal jantung berarti
jantung tidak dapat memompa darah dengan baik ke seluruh
tubuh. Aritmia adalah perubahan irama detak jantung yang normal.
2. Etiologi
Penyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka
kejadian paling tinggi ditemukan pada orang kulit putih. Tetapi ras sendiri
tampaknya bukan merupakan bourgeois penting dalam gaya hidup
seseorang. Secara spesifik, faktor-faktor yang meningkatkan resiko
terjadinya penyakit arteri koroner adalah :
1. Berusia lebih dari 45 tahun (bagi pria).
Sangat penting bagi kaum pria mengetahui usia rentan terkena penyakit
jantung koroner. Pria berusia lebih dari 45 tahun lebih banyak menderita
serangan jantung ketimbang pria yang berusia jauh di bawah 45 tahun.
2. Berusia lebih dari 55 tahun atau mengalami menopause dini sebagai
akibat operasi (bagi wanita).

7
Wanita yang telah berhenti mengalami menstruasi (menopause) secara
fisiologis ataupun secara dini (pascaoperasi) lebih kerap terkena penyakit
janting koroner apalagi ketika usia wanita itu telah menginjak usila (usia
lanjut).

3. Riwayat penyakit jantung dalam keluarga.


Riwayat penyakit jantung di dalam keluarga sering merupakan akibat dari
profil kolesterol yang tidak normal, dalam artian terdapat kebiasaan yang
"buruk" dalam segi diet keluarga.
4. Diabetes.
Kebanyakan penderita diabetes meninggal bukanlah karena meningkatnya
level gula darah, namun karena kondisi komplikasi ke jantung mereka.
5. Merokok.
Merokok telah disebut-sebut sebagai salah satu faktor risiko utama
penyakit jantung koroner. Kandungan nikotin di dalam rokok dapat
merusak dinding (endotel) pembuluh darah sehingga mendukung
terbentuknya timbunan lemak yang akhirnya terjadi sumbatan pembuluh
darah.
6. Tekanan darah tinggi (hipertensi).
Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma
langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga
memudahkan terjadinya arterosklerosis koroner (faktor koroner) yang
merupakan penyebab penyakit arteri/jantung koroner.
7. Kegemukan (obesitas).
Obesitas (kegemukan yang sangat) bisa merupakan manifestasi dari
banyaknya lemak yang terkandung di dalam tubuh. Seseorang yang
obesitas lebih menyimpan kecenderungan terbentuknya plak yang
merupakan cikal bakal terjadinya penyakit jantung koroner.
8. Gaya hidup buruk.
Gaya hidup yang buruk terutama dalam hal jarangnya olahraga ringan
yang rutin serta pola makan yang tidak dijaga akan mempercepat
seseorang terkena pneyakit jantung koroner.

8
9. Stress.
Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa bila menghadapi
situasi yang tegang, dapat terjadi aritmia jantung yang membahayakan
jiwa.

3. Proses Patologi Gangguan Gerak dan Fungsi


Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima
arteri besar. Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak akan
mengganggu absorbsi nutrient oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan
dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena
timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah.
Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan
menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan
aliran darah terhambat. Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar,
akan cenderung terjadi pembentukan bekuan darah. Hal ini menjelaskan
bagaimana terjadinya koagulasi intravaskuler, diikuti oleh penyakit
tromboemboli, yang merupakan komplikasi tersering aterosklerosis.
Berbagai teori mengenai bagaimana lesi aterosklerosis terjadi telah
diajukan,tetapi tidak satu pun yang terbukti secara meyakinkan.
Mekanisme yang mungkin, adalah pembentukan thrombus pada
permukaan plak dan penimbunan lipid terus menerus. Bila fibrosa
pembungkus plak pecah, maka febris lipid akan terhanyut dalam aliran
darah dan menyumbat arteri dan kapiler di sebelah distal plak yang pecah.
struktur anatomi arteri koroner membuatnya rentan terhadap mekanisme
aterosklerosis. Arteri tersebut terpilin dan berkelok-kelok saat memasuki
jantung, menimbulkan kondisi yang rentan untuk terbentuknya ateroma.
4. Manifestasi Klinis
 Detak jantung berdebar-debar (palpitasi)
 Nyeri
 Sesak Nafas
 Kelelahan
 Pusing dan pingsan

9
C. Intervensi Fisioterapi
1. Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses
penyembuhan pasien. Dalam pengertian lain, komunikasi terapeutik adalah
proses yang digunakan dengan memakai pendekatan yang direncanakan
secara sadar dengan tujuan penyembuhan pasien. Adapun karakteristik
komunikasi terapeutik yaitu : ikhlas, empati, dan hangat.
2. Positioning
Setiap posisi atau gerak dari pasien harus berada dalam lingkup pola
penyembuhan. Posisi dalam pola penyembuhan harus sejak dini dilakukan.
Dalam pemberian positioning pasien masih dalam keadaan belum stabil
sehingga pasien harus berada ditempat tidur.
3. Breathing control
Breathing control merupakan suatu tindakan yang diajarkan kepada
pasien untuk dapat mengontrol pola pernafasan. Dengan harapan pasien
mampu memenejemen kebutuhan O2 pada dirinya saat terjadi perubahan
aktivitas sehingga memberikan efek rileksasi pada bahu, lengan, dan dada
bagian atas. Tindakan breathing control ini di anjurkan pada pasien-pasien
yang mengalami gangguan pernafasan. Sehingga mampu memperbaiki
pola pernapasan yang tidak efisien atau abnormal, mengurangi tingkat
kerja dari otot-otot pernapasan dan mengajarkan pasien bagaimana untuk
mengatur pernapasan saat terjadi serangan sesak nafas (Alfajri, 2014).

10
BAB III

PROSES FISIOTERAPI

A. Laporan Status Klinik


Nomor Rekam Medik : 867989

B. Data – Data Medis


1. Diagnosa Medis : Coronery Arteri Diseasis Pro CABG

C. Identitas Pasien
Nama Lengkap : Ishak Mannang
Umur : 53 tahun
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Agama : Islam
Alamat : Wajo
Pekerjaan : Wiraswasta

D. Anamnesis Khusus ( History Taking )


a. Keluhan Utama : Nyeri dada
b. Lokasi Nyeri : Dada
c. Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien merasakan Nyeri berat ketika sedang beraktifitas. Pasien juga
mengalami kelelahan ketika sedang melakukan berbagai aktifitas. Nyeri
dirasakan kurang lebih 6 bulan yang lalu. Ketika mengalami sesak berat,
pasien dilarikan ke IGD Pusat Jantung Terpadu RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo pada hari rabu,4 april 2019. Didiagnosa mengalami
Coronery Arteri Disease pada Jantung. Pasien akan menjalani operasi
pada hari kamis,11 april 2019. Pasien merokok dan sudah berhenti sekitar
1 tahun yang lalu
E. Inspeksi/Observasi
a. Statis
- Shoulder simetris
- Protraksi thorax

11
b. Dinamis
- Masih mengalami kelemahan ketika melakukan aktitifas fungsional
seperti berjalan.
c. Palpasi
- Suhu normal
- Tidak ada nyeri tekan
- Tidak terdapat oedema
- Tidak terdapat kontraktur otot
F. Pemeriksaan Spesifik dan Pengukuran Fisioterapi
a. Vital Sign
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Respirasi : 20x/menit
Denyut Nadi : 66x/menit
b. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
1. Gerak Aktif : Full ROM
2. Gerak Pasif : Full ROM
c. Intensitas Nyeri
Pada pemeriksaan nyeri menggunakan skala nyeri Visual Analouge Scale
(VAS). Skala ini digambarkan dengan garis lurus, biasanya panjangnya
mencapai 10 cm. Salah satu ujungnya ditandai “tidak ada nyeri”, dan
ujung lainnya ditandai “nyeri hebat”. Skala ini digunakan secara vertikal
atau horizontal, sambil meminta pasien untuk menandai garis dengan titik
yang menggambarkan derajat nyeri yang dirasakan.

12
Keterangan :

Skala 0-2 : tidak nyeri (tidak ada rasa sakit, merasa normal).
Skala 2-5 : nyeri ringan (masih bisa ditahan, aktifitas tak terganggu).
Skala 6-8 : nyeri sedang (mengganggu aktifitas fisik).
Skala 9-10 : nyeri berat (tidak dapat melakukan aktifitas secara mandiri).
Hasil : 7 (nyeri sedang)
d. Tes Pengembangan thorax
Tes pengembangan thorax diukur dengan menggunakan meteran pada 3
tempat yaitu Upper lobus: axilla,Middle lobus : processus xiphodheus dan
Lower lobus : Subcostal.
Dilakukan dengan meletakkan meteran secara melingkar antara
axilla,processus xipoidheus dan subcostal dengan ujung berada pada
pertengahan dada. Dimulai saat pasien full ekspirasi lalu deep inspirasi.
Hasil : Pengembangan thorax minimal
e. Zona Latihan
Menghitung batas denyut minimal dan maksimal zona latihan pasien
Mengukur denyut nadi istirahat,sentuh dengan menggunakan ujung jari
telunjuk dan jari tengah Arteri Radialis kearah distal dibagian ujung
Radius ( di daerah pergelangan tangan sebelah luar ). Rasakan denyut
yang dihasilkan dan hitung denyutan selama 30 detik. Hasil di kalikan 2
untuk hasil permenit.
Hasil : DNI = 56 bpm DM = 220-53=177bpm
Zona Latihan = DM x (20%-30%) : 100
 177x20:100=35,4 bpm (Denyut nadi minimal saat latihan)
 177x30:100=53,1 bpm (Denyut nadi maksimal saat latihan)

13
f. Barthel Index
Nilai Skor

Saat
Saat Mingg Mingg Mingg Mingg
N Sebelu Pulan
Fungsi Skor Keterangan Masu u I di u II di u III di u IV di
o m Sakit g
k RS RS RS RS RS

Tgl…
Tgl…. Tgl… Tgl …. Tgl…. Tgl…. Tgl….

Tak
terkendali/tak
0
Mengendali teratur (perlu
kan bantuan)
1 2 2
rangsang Kadang –
defeksasi 1 kadang tak
terkendali
2 Mandiri
Tak
0 terkendali/pak
ai kateter
Mengendali
Kadang –
2 an rangsang 2 2
kadang tak
berkemih 1
terkendali
(1X24 jam)
2 Mandiri
Membersihk Butuh
an diri (seka 0 pertolongan
3 muka, sisir orang lain 1 1
rambut,
1 Mandiri
sikat gigi)
Tergantung
0 pertolongan
orang lain
Perlu
Penggunaan pertolongan
jamban, pada beberapa
4 2 2
masuk dan kegiatan tetapi
1
keluar dapat
mengerjakan
sendiri
kegiatan lain
2 Mandiri

14
0 Tidak mampu
Perlu di tolong
5 Makan 1 memotong 2 2
makanan
2 Mandiri
0 Tidak mampu
Perlu banyak
bantuan untuk
Berubah 1
bisa duduk
sikap dari
6 (2orang) 3 3
baring ke
Bantuan
duduk
2 minimal 2
orang
3 Mandiri
0 Tidak mampu
Bisa (pindah)
1
dengan kursi
Berpindah / Berjalan
7 3 3
berjalan dengan
2
bantuan 1
orang
3 Mandiri
Tergantung
0
orang lain
Sebagian
Memakai dibantu
8 2 2
baju 1 (misalnya
memasang
kancing)
2 Mandiri
0 Tidak mampu
Naik turun Butuh
9 1 2 2
tangga pertolongan
2 Mandiri
0 Tergantung
10 Mandi 1 1
1 Mandiri

Total Skor 20 20

Keterangan : Skor Barthel Index


20 : Mandiri

15
12 – 19 : Ketergantungan ringan
9 – 11 : Ketergantungan sedang
Skor <11 Lapor DPJP untuk penangan lebih lanjut
5–8 : Ketergantungan berat
0 –4 : Ketergantungan total
Hasil :
Total dari Barthel Index pasien yakni 20 yang berarti pasien masuk
kategori Mandiri

g. Pemeriksaan Penunjang
 Foto Thorax

Hasil :
- Corakan vascular kedua paru normal
- Jantung membesar,aorta dilatasi dan elongasi
- Sinus dan diaphragma normal
- Tulang-tulang intak

16
 Echocardiogram Report

Hasil :
- Fungsi sistolik ventrikel baik,Ejeksi Fraksi 59%(TEICH)
- Dimensi ruang-ruang jantung : Dalam batas normal
- Hipertrofi Ventrikel kiri : positif konsentrik (LVMI 156 g/m2
RWT 0.78)
- Pergerakan miokard :Global normokinetik
- Fungsi sistolik ventrikel kanan baik,TAPSE 2.1cm katup-
katup jantung :
Mitral : Fungsi dan gerakan baik
Aorta : 3 cuspis,klasifikasi negative,Fungsi dan pergerakan
baik
Trikuspid : Fungsi dan Peregerakan baik
Pulmonal : Fungsi dan pergerakan baik
E/A >1,eRAP 3 mmHg,Eksp/Insp 1.8/1.1 cm

17
G. LEMBAR ALGORHITMA ASSESSMENT
Algoritma assessment berdasarkan pengamatan

Nama Pasien : Tn. I Umur : 53 tahun Jenis Kelamin : Laki–laki


Kondisi/Penyakit :
History Taking : Pasien merasakan Nyeri berat ketika sedang beraktifitas. Pasien
juga mengalami kelelahan ketika sedang melakukan berbagai aktifitas. Nyeri
dirasakan kurang lebi 6 bulan yang lalu

Inspeksi :

Statis : Shoulder simetris,Protraksi thorax

Dinamis : Masih mengalami kelemahan ketika


melakukan aktitifas fungsional seperti berjalan.

Pemeriksaan Fisik

Palpasi : Pemeriksaan Spesifik :


Index Barthel :
1. Suhu normal Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
20 (Mandiri)
2. Tidak ada nyeri
Gerak Aktif : Full ROM
tekan
3. Tidak terdapat Gerak Pasif : Full ROM
oedema
4. Tidak terdapat
kontraktur otot
5.

Diagnosa ICF :
Gangguan aktifitas fungsional pada kondisi Coronary
arteri disease Pro CABG
18
H. DIAGNOSA FISIOTERAPI

“Gangguan aktifitas fungsional pada kondisi Coronary arteri disease Pro CABG”

I. PROBLEMATIC FISIOTERAPI

Diagnosa ICF :
Gangguan aktifitas fungsional pada kondisi Coronary arteri disease
Pro CABG

Impairment Acivity Limitation Participation Restriction


(Body structure and  Kelelahan pada  Tidak bisa
function)
 Nyeri dada saat melakukan melakukan aktivitas
aktifitas sehari- social dengan
 Pengembangan
hari lingkungan sekitar
torax minimal

J. TUJUAN INTERVENSI
Tujuan Jangka Pendek
 Mengurangi nyeri dada
 Meningkatkan kemampuan pengembangan torax
Tujuan Jangka Panjang
 Meningkatkan kemampuan pada saat melakukan aktifitas
 Mengembalikan kemampuan melakukan aktivitas social dengan
lingkungan sekitar

19
K. PROGRAM INTERVENSI
1. Komunikasi terapeutik

Tujuan : Memberikan motivasi untuk kesembuhan pasien

Teknik : Fisoterapis memberikan pertanyaan terbuka dan mendengarkan


secara aktif.
2. Positioning
Tujuan : Memberikan rasa nyaman untuk meringankan nyeri
Teknik : Fisioterapis mengoreksi posisi pasien saat tidur maupun
duduk sambil memberikan pertanyaan apakah pasien sudah nyaman
dengan posisi tersebut atau belum
3. Breathing exercise
Tujuan : Memelihara, menjaga dan meningkatkan fungsi respirasi
a. Posisi pasien : Duduk di atas bed dan atau Berdiri
b. Posisi Fisioterapi : Berdiri di samping pasien
c. Teknik pelaksanaan : Minta pasien untuk menarik napas melalui
hidung dan menghembuskan melalui mulut sambil melakukan gerakan
flexi shoulder (mengangkat tangan) pada saat melakukan inspirasi.
L. EVALUASI SESAAT

Indikator Sebelum Sesudah

 Nyeri Dada  Nyeri berat  Nyeri Berkurang


 Pengembagan  Minimal  Meningkat
Thorax

M. EDUKASI
 Memberikan informasi tentang penyakit yang diderita
 Mengoreksi posisi pasien saat tidur maupun duduk agar membuat
pasien nyaman dan nyeri yang dirasakan berkurang
 Mengajar pasien untuk mengontrol pernafasannya agar
meningkatkan fungsi respirasi

20
BAB IV

PENUTUP

Penyakit arteri koroner adalah penyempitan atau penyumbatan arteri koroner,


arteri yang menyalurkan darah ke otot jantung. Bila aliran darah melambat,
jantung tak mendapat cukup oksigen dan zat nutrisi. Hal ini biasanya
mengakibatkan nyeri dada yang disebut angina. Bila satu atau lebih dari arteri
koroner tersumbat sama sekali, akibatnya adalah serangan jantung (kerusakan
pada otot jantung). Arteri koroner merupakan pembuluh darah yang membawa
oksigen dan nutrisi ke jantung.

CABG adalah prosedur bedah untuk membuat pembuluh darah baru yang
melintasi pembuluh darah jantung yang menyempit dengan menggunakan
pembuluh darah dari bagian tubuh lain.

Menjalani gaya hidup sehat yang menggabungkan nutrisi yang


baik , manajemen berat badan , dan banyak aktivitas fisik dapat memainkan peran
besar dalam menghindari CAD.

21
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Aaronson I.P, Ward, T.P.J, 2010, The Cardiovascular System at a Glance, Alih
Bahasa: Surapsari, J.D, Jakarta: Penerbit Erlangga

Irnizarifka, 2011, Buku Saku Jantung Dasar, Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

Kasron, 2011, Buku Ajar Anatomi Fisiologi Kardiovaskuler, Yogyakarta: Nuha


Medika

Sumber Internet

“Operasi jantung cabg” available at http://awalbros.com/technology/operasi-


jantung-cabg/ (diakses pada tanggal 10 april 2019)

“Penyakit arteri coroner-penyakit jantung coroner” available at


https://www.heart.org/en/health-topics/consumer-healthcare/what-is-cardiovascular-
disease/coronary-artery-disease (diakses pada tanggal 10 april 2019)

“Penyakit arteri coroner” available at


https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/16898-coronary-artery-disease (diakses
pada tanggal 10 april 2019)

22

Anda mungkin juga menyukai