Anda di halaman 1dari 33

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. CAD (Coronary Artery Disease)


1. Definisi
Coronary Artery Disease (CAD) atau penyakit arteri koroner adalah penyempitan
atau penyumbatan arteri koroner, arteri yang menyalurkan darah ke otot jantung. Bila
aliran darah melambat, jantung tak mendapat cukup oksigen dan zat nutrisi. Hal ini
biasanya mengakibatkan nyeri dada yang disebut angina. Bila satu atau lebih dari arteri
koroner tersumbat sama sekali, akibatnya adalah serangan jantung dan kerusakan pada
otot jantung (Glassman & Shapiro, 2014).
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, secara klinis penyakit jantung
koroner ditandai dengan nyeri dada atau terasa tidak nyaman di dada atau dada terasa
tertekan berat ketika sedang mendaki, kerja berat ataupun berjalan terburu-buru pada
saat berjalan datar atau berjalan jauh.
Penulis dapat menyimpulkan bahwa Coronary Artery Disease CAD adalah
penyempitan atau penyumbatan arteri koroner yang dapat menyebabkan melambatnya
aliran darah kejantung, yang ditandai dengan nyeri dada, terasa tidak nyaman di dada
pada saat sedang mendaki, bekerja berat dan berjalan terburu-buru.
2. Anatomi fisiologi jantung
Menurut Smeltzer & Bare (2002), anatomi fisiologi jantung adalah :
a. Anatomi
1) Bentuk dan ukuran
Jantung adalah organ berongga berbentuk kerucut tumpul yang
memiliki empat ruang dan terletak antara kedua paru-paru dibagian
tengah rongga toraks. Dua pertiga bagian dari jantung terletak disebelah
kiri midsternal line ( garis tengah yang membagi badan menjadi dua,
tepat ditengah tulang rusuk). Jantung dilindungi oleh rongga
mediastinum. Ukuran jantung kurang lebih sebesar kepalan tangan
pemiliknya.

2) Pelapis
Jantung dan pembuluh darah besar dibungkus oleh selaput
perikardium, semacam kantong berdinding ganda yang dapat
membesar dan mengecil. Kantong ini melekat pada digafrma, sternum
dan pleura yang membungkus paru-paru. Didalam perikardium terdapat
dua lapisan, yakni lapisan fibrosa luar dan lapisan serosa dalam. Selain
itu, jantung juga dilapisi oleh rongga perikardial yangmerupakan ruang
potensial antara membran viseral dan parietal.
3) Dinding jantung
Dinding jantung terdiri dari tiga lapisan, yaitu :
a) Epikardium luar, tersusun dari lapisan sel-sel mesotelial yang
berada diatas jaringan ikat.
b) Miokardium tengah, terdiri dari jaringan otot jantung yang
berkontraksi untuk memompa darah. Kontraksi miokardium ini
menekan darah keluar ruang menuju arteri besar.
c) Endokardium dalam, tersusun dari lapisan endotelial yang melapisi
pembuluh darah yang masuk maupun meninggalkan jantung.
4) Tanda – tanda permukaan
a) Sulkus koroner ( atrioventrikular) mengelilingi jantng artrium dan
ventrikel.
b) Sulkus interventrikular anterior dan posterior memisahkan ventrikel
kanan dan ventrikel kiri.
5) Rangka fibrosa jantung
Fibrosa jantung tersusun dari nodul-nodul fibrokartilago di bagian
atas septum intraventrikular dan cincin jaringan ikat rapat disekeliling
bagian dasar trunkus pulmonar dan aorta.
6) Ruang jantung
Organ jantung terdiri dari empat ruang, yakni atrium ( serambi )
kanan dan kiri atas yang dipisahkan oleh septum intratrial serta ventrikel
(bilik ) kanan dan kiri bawah yang dipisahkanoleh septum intreventrikulr.
Dinding, diding atrium yang relatif tipis bertugas menerima darah dari
pembulu vena yang membawa darah kembali lagi ke jantung.
Atrium kanan terletak dibagian kanan superior kanan jantung,
fungsinya adalah menerima darah dari seluruh jaringan kecuali paru-
paru. Vena kava superior dan vena kava inferior membawa darah yang
tidak mengandung oksigen dari tubuh kembali ke jantung. Sinus koroner
membawa kembali darah dari dinding, jantung itu sendiri.
Atrium kiri terletak di bagian superior kiri jantung, berukuran lebih
kecil dari atrium kanan, tetapi dindingnya lebih tebal. Atrium kiri
menampung empat vena pulmonalis yang mengembalikan darah
teroksigenasi ( darah yang kaya oksigen ) dari paru – paru. Ventrikel
berdinding tebal dan bertugas mendorong darah keluar jantung menuju
arteri.
Ventrikel kanan terletak dibagian inferior kanan pada apeks jantung.
Darah meninggalkan ventrikel kanan melalui trunkus pulmonar dan
mengalir melewati jarak yang pendek menuju paru – paru. Ventrikel kiri
terletak dibagain inferior kiri pada apeks jantung. Tebal dindingnya tiga
kali lebih tebal dari dinding ventrikel kanan. Darah meninggalkan
ventrikel kiri melalui aorta dan mengalir ke seluruh bagian tubuh kecuali
paru-paru. Trabeculae carneae adalah hubungan otot bundar yang tidak
teratur dan menonjol dari permukaan bagian dalam dari kedua ventrikel
ke rongga ventrikuler.
7) Katup jantung
a) Katup trikuspid yang terletak antara atrium kanan dan ventrikel
kanan.
b) Katup bikuspid yang terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri.
c) Katup semilunar aorta dan pulmonary yang terletak dijalur
keluarventrikular jantung sampai aorta ke trunkus pulmonar.
8) Aliran darah ke jantung
Sirkuit pumonary adalah jalur menuju dan meninggalkan paru-paru.
Sisi kanan jantung menerima darah terdeoksigenasi ( darah miskin
oksigen ) dari tubuh dan mengalirkannya untuk dioksigenasi. Darah
yang teroksigenasi kemudian kembali ke sisi kiri jantung.
Sirkuit sistemik adalah jalur menuju dan meninggalkan bagian tubuh.
Sisi kiri jantung menerima darah teroksigenasi dari paru-paru dan
mengalirkannya ke seluruh tubuh.
9) Sirkulasi coroner
Arteri koroner kanan dan kiri merupakan cabang aorta yang berada
tepat diatas katup seminular aorta. Cabang utama dari arteri koroner
sebelah kiri adalah arteri intraventrikuler anterior (desenden ), yang
menyuplai darah ke bagian anterior ventrikel kanan dan kiri serta
membentuk satu caban, yakni arteri merginalis kiri yang menyuplai
darah ke ventrikel kiri. Arteri sirkumfleksa menyuplai darah ke atrium kiri
dan ventrikel kiri.
Cabang utama dari arteri koroner kanan adalah arteri interventrikular
poterior ( desenden ), yang menyuplai darah untuk kedua dinding
ventrikel. Sementara arteri marginalis kanan bertugas menyuplai darah
untuk atrium kanan dan ventrikel kanan. Vena jantung mengalirkan
darah dari miokardium ke sinus koroner, yang kemudian bermuara di
atrium kanan. Darah mengalir melalui arteri koroner terutama saat otot-
otot jantung berelaksasi, karena pada saat kontraksi berlangsung arteri
koroner juga tertekan.
b. Fisiologi jantung
1) Sistem pengaturan jantung
Serabut purkinje serabut otot yang khusus yang mampu mengantar
impuls dengan kecepatan lima kali lipat kecepatan hantaran serabut otot
jantung. Nodus sinoatrial ( nodus S – A ) adalah suatu masa jaringan
otot jantung khusus yang terletak di dinding posterior atrium kanan,
tepat di bawah pembukaan vena cava superior. Nodu S-A mengatur
frekuensi kontraksi irama, sehingga disebut pemicu jantung.
Nodus atrioventrikular ( nodus A-V ) berfungsi untuk menunda
impuls seperatusan deti, sampai ejeksi darah atrium selesai sebelum
terjadinya kontraksi ventrikular. Berkas A-V berfungsi membawa impuls
di sepanjang septum interventrikular menuju ventrikel.
2) Siklus jantung
Siklus jantung mancakup periode dari akhir kontraksi ( sistolis ) dan
relaksasi ( diastolis ) jantung sampai akhir sistole dan diastole
berikutnya. Kontraksi jantung mengakibatkan perubahan tekanan
volume darah, baik dalam janatung manapun pembuluh utama yang
mengatur pembukaan dan penutupan katup jantung, serta aliran darah
yang melalui ruang-ruang menuju arteri.
Berikut peristiwa mekanis yang terjadi dalam siklur jantung :
a) Selama masa diastolis ( relaksasi ), tekanan dalam atrium dan
ventrikel sama-sama rendah, tetapi tekanan atrium lebih besar dari
tekanan ventrikel.
b) Atrium secara pasif terus-menerus menerima darah dari vena
( vena cava superior dan inferior, vena pulmonar ).
c) Darah mengalir dari atrium menuju ventrikel melalui katub A-V
yang terbuka.
d) Tekanan ventrikular melai meningkat saat ventrikel mengembang
menerima darah yang masuk.
e) Katub seminular aorta dan pulmonar menutup, karena tekanan
dalam pembuluh-pembuluh lebih besar dari tekanan dalam
ventrikel.
f) Sekitar 70 % pengisian ventrikular berlangsung sebelum sistole
atrial.
g) Akhir dari diatole ventrikular adalah nodus S-A melepas impuls,
atrium berkontraksi, dan terjadi peningkatan tekanan dalam atrium
yang mendorong bertembahnya darah sebnyak 30 % ke dalam
ventrikel.
h) Saat sistole ventrikular, aktifitas listrik menjalar ke ventrikel yang
mulai berkontraksi. Tekanan dalam ventrikel kemudian meningkat
dnegan cepat dan mendorong katup A-V untuk segera menutup.
i) Terjadi ejeksi darah ventrikular ke dalam arteri.
j) Tidak semua darah ventrikular di keluarkan saat kontraksi. Volume
sistolik akhir darah yang tersisa pada akhir sistole adalah sekitar
50 ml.
k) Isi sekuncup ( 70 ml ) adalah perbedaan volume diastole akhir
( 120 ml ) dan volume sistole akhir ( 50 ml ).
l) Pada saat ventrikel berepolarisasi dan berhenti berkontraksi,
tekanan dalam ventrikel menurun tiba-tiba samapi bawah tekanan
aorta dan trunkus pumonary, sehingga katup semilunar menutup
( bunyi jantung kedua ).
m) Adanya peningkatan tekanan aorta singkat akibat penutupan katup
seminular aorta.
n) Ventrikel kembali menjadi rongga tertutup dalam periode relaksasi
isovolumetrik, karena katup masuk dan keluar sudah menutup.
Jika tekanan dalam ventrikel menurun tajan dari 100 mmHg
sampai mendekati nol, jauh dibawah tekanan atrium, katup A-V
akan membuka dan siklus jantung mulai kembali.
3) Bunyi jantung
Bunyi jantung secara tradisional digambarkan sebagai lup-dup dan
dapat di dengar melalui stetoskop. ‘’ Lup’’ mengacu pada saat A-V
menutup dan ‘’Dup’’ mengacu pada saat katup seminular menutup.
Bunyi ketiga atau keempat disebabkan vibrasi yang terjadi pada dinding
jantung saat darah mengalir dengan cepat ke dalam ventrikel. Bunyi
jantung ini dapat didengar jika diperkuat melaluimikrofon.
Murmur adalah kelainan bunyi jantung atau bunyi jantung tidak wajar
yang berkaitan dengan turbulensi aliran darah. Bunyi ini muncul karena
adanya efek ( cacat atau kerusakan ) pada katub, seperti penyempitan
( stenosis) yang menghambat aliran darah ke depan atau katup yang
tidak sesuai, sehingga memungkinkan aliran balik darah.
Frekuensi jantung normal berkisar antara 60 – 100 denyut permenit,
dengan rata- rata denyutan 75 kali per menit. Dengan kecepatan seperti
itu, siklus jantung berlangsung selama 0,8 detik ( yakni sistolik 0,5 detik
diatolik 0,3 detik ). Takikardi adalah peningkatan frekuensi jantung
sampai melebihi 100 denyut per menit, sementara bradikardi adalah
kelainan frekuensi jantung, dimana jantung berdenyut kruang dari 60 per
menit.
3. Klasifikasi Penyakit Jantung Koroner
a. Angina Pektoris Stabil
Angina pektoris stabil adalah keadaan yang ditandai oleh adanya suatu
Ketidaknyamanan (Jarang digambarkan sebagai nyeri) di dada atau lengan
yang sulit dialokasi dan dalam, berhubungan dengan aktivitas fisik atau stress
emosional dan menghilang dalam 5-15 menit dengan istirahat atau dengan
obat nitrogliserin sublingual (Yusnidar, 2007). Angina pectoris setabil adalah
rasa nyeri yang timbul karena iskemik miokardium yang merupakan hasil dari
ketidak seimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen miokard.
Iskemi miokard dapat disebabkan oleh stenosis arteri coroner, spasme arteri
coroner dan berkurangnya kapasitas oksigen di dalam darah (Aladdini, 2011).
b. Angina Pektoris tak Stabil
Angina pektoris tak setabil adalah angina pektoris jenis akuivalen
ketidaknyamanan iskemi dengan sekurang-kurangnya satu dari tiga hal
berikut:
1) Timbul saat istirahat(atau dengan aktivitas minimal) biasanya berakhir
setelah lebih dari 20 menit (jika tidak diberikan nitrogliserin).
2) Lebih berat dan digambarkan sebagai nyeri yang nyata dan merupakan
onset baru (dalam 1 bulan).
3) Timbul dengan pola Crescendo (bertambah berat, bertambah lama,
atau lebih sering dengan atau tanpa elevasi segmen ST pada
pemeriksaan EKG (Yusnidar, 2007).
Istilah angina tidak setabil pertama kali digunakan 3 dekade yang lalu dan
dimaksudkan untuk menandakan keadaan antara infark miokard dan kondisi
lebih kronis dari pada angina stabil. Angina tidak setabil merupakan bagian
syndrome koroner akut, dimana tidak ada pelepasan enzim ddan biomarker
nekrosis miokard. Angina dar syndrome coroner akut (SKA) cenderung
merasa lebih parah dari angina stabil, dan biasanya tidak berkurang dengan
istirahat beberapa menit atau bahkan dengan tablet nitrogliserin sublingual.
SKA menyebabkan iskemi yang mengancam kelangsungan hidup otot
jantung. Kadang–kadang obstruksi menyebabkan SKA hanya berlangsung
selama waktu yang singkat dan tidak ada nekrosis jantung yang terjadi, SKA
memiliki dua bentuk gambaran EKG yaitu:
1) infark Otot Jantung tanpa ST Elevasi (Non STEMI)
Non STEMI merupakan tipe infark miokard tanpa elevasi segmen ST
yang disebabkan oleh obstruksi koroner akibat erosi dan rupture plak,
erosi dan rupture plak atheroma menimbulkan ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen. Pada non SETWMI, thrombus yang
terbentuk biasanya tidak menyebabkan oklusi menyeluruh pada lumen
arteri coroner. Non STEMI memiliki gambaran klinis dan patofisiologi
yang mirip dengan angina tidak stabil, sehingga penatalaksanaan
keduanya berbeda. Diagnosis Non STEMI ditegakkan jika pasien
dengan manifestasi klinis angina tidak stabil biomarket jantung.
2) Infark Miokard Akut dengan Elevasi ST (STEMI)
STEMI umumnya terjadi jika aliran darah coroner merupakan secara
mendadak setelah oklusitrombus pada plak aterokklerosis yang sudah
ada sebelumnya (Kasma, 2011)
Bagan gambar 2.2 memperlihatkan suatu reorganisasi manifestasi klinis
infark miokard yang sekarang disebut sindrome koroner akut.

Sindrome koroner akut


Tanpa Elevasi ST Elevasi ST

Angina tak stabil Infark miokard

Gambar 2.3 Numenklatur Sindoma Koroner Akut

4. Etiologi
Penyebab utama dari CAD adalah terjadinya aterosklerosis. Aterosklerosis
adalah pengerasan pada dinding arteri. Aterosklerosis ditandai dengan adanya
penimbunan lemak, kolesterol, di lapisan intima arteri. Timbunan ini dinamakan
ateroma atau plak. Walaupun pengetahuan tentang kejadian etiologi tidak lengkap,
namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggung jawab untuk
perkembangan aterosklerosis. Ada beberapa faktor resiko yang mengakibatkan
terjadinya CAD (Hemingway & Marmot, 2015) yaitu:
a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi
Yaitu faktor risiko biologis yang tidak dapat diubah, yang meliputi:
1) Usia
Kerentanan terhadap aterosklerosis meningkat dengan bertambahnya
usia. Pada laki- laki biasanya risiko meningkat setelah umur 45 tahun
sedangkan pada wanita umur 55 tahun.
2) Jenis Kelamin
Aterosklerosis 3 kali lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita.
Wanita agaknya relatif lebih kebal terhadap penyakit ini karena
dilindungi oleh hormon estrogen, namun setelah menopause sama
rentannya dengan pria.
3) Ras
Orang Amerika-Afrika lebih rentan terhadap aterosklerosis dibanding
orang kulit putih.
4) Riwayat Keluarga CAD
Riwayat keluarga yang ada menderita CAD, meningkatkan
kemungkinan timbulnya aterosklerosis prematur.
b. Faktor yang dapat dimodifikasi
Yaitu faktor risiko yang dapat dikontrol dengan mengubah gaya hidup
atau kebiasaan pribadi, yang meliputi:
1) Hiperlipidemia
Adalah peningkatan lipid serum, yang meliputi: Kolesterol > 200 mg/dl,
Trigliserida >200 mg/dl, LDL > 160 mg/dl, HDL < 35 mg/dl.
2) Hipertensi
Adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan atau diastolik.
Hipertensi terjadi jika tekanan darah melebihi 140/90 mmHg.
Peningkatan tekanan darah mengakibatkan bertambahnya beban kerja
jantung. Akibatnya timbul hipertrofi ventrikel sebagai kompensasi untuk
meningkatkan kontraksi. Ventrikel semakin lama tidak mampu lagi
mengkompensasi tekanan darah yang terlalu tinggi hingga akhirnya
terjadi dilatasi dan payah jantung. Dan jantung semakin terancam oleh
aterosklerosis koroner.
3) Merokok.
Merokok akan melepaskan nikotin dan karbonmonoksida ke dalam
darah. Karbonmonoksida lebih besar daya ikatnya dengan hemoglobin
daripada dengan oksigen. Akibatnya suplai darah untuk jantung
berkurang karena telah didominasi oleh karbondioksida. Sedangkan
nikotin yang ada dalam darah akan merangsang pelepasan
katekolamin. Katekolamin ini menyebabkan konstriksi pembuluh darah
sehingga suplai darah ke jantung berkurang. Merokok juga dapat
meningkatkan adhesi trombosit yang mengakibatkan terbentuknya
thrombus.
4) Diabetes Mellitus
Hiperglikemi menyebabkan peningkatan agregasi trombosit. Hal ini
akan memicu terbentuknya trombus. Pasien Diabetes Mellitus juga
berarti mengalami kelainan dalam metabolisme termasuk lemak karena
terjadinya toleransi terhadap glukosa.
5) Obesitas
Obesitas adalah jika berat badan lebih dari 30% berat badan
standar. Obesitas akan meningkatkan kerja jantung dan kebutuhan
oksigen.
6) Inaktifitas Fisik
Inaktifitas fisik akan meningkatkan risiko aterosklerosis. Dengan
latihan fisik akan meningkatkan HDL dan aktivitas fibrinolisis.
7) Stres dan Pola Tingkah Laku
Stres akan merangsang Hiperaktivitas HPA yang dapat
mempercepat terjadinya CAD. Peningkatan kadar kortisol menyebabkan
ateroklerosis, hipertensi, dan kerusakan sel endotel pembuluh darah
dan merangsang kemotaksis (Januzzi et al, 2014).
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik penyakit jantung koroner yang klasik adalah angina
pektoris ialah suatu sindroma klinis dimana didapatkan nyeri dada yang timbul
pada waktu melakukan aktifitas karena adanya iskemik miorkard. Hal ini
menunjukkan bahwa telah terjadi >70% penyempitan pembuluh darah koronaria.
Keadaan ini bisa bertambah menjadi lebih berat dan menimbulkan sindroma
koroner akut (SKA) atau yang dikenal sebagai serangan jantung mendadak
(Anies, 2006).
Penyakit jantung koroner biasanya berupa nyeri seperti tertekan benda
berat, rasa tercekik, ditinju, ditikam, diremas, atau rasa seperti terbakar pada
dada. Umumnya rasa nyeri dirasakan dibelakang tulang dada (sternum)
disebelah kiri yang menyebar ke seluruh dada. Rasa nyeri dapat menjalar
ke tengkuk, rahang, bahu, punggung dan lengan kiri. Keluhan lain dapat
berupa rasa nyeri atau tidak nyaman di ulu hati yang penyebabnya tidak dapat
dijelaskan. Sebagian kasus disertai mual dan muntah, disertai sesak nafas,
banyak berkeringat, bahkan kesadaran menurun (Huon, 2005).
6. Patofisiologi
Arteri koroner kanan dan kiri merupakan cabang aorta yang berada tepat
diatas katup seminular aorta. Cabang utama dari arteri koroner kanan adalah arteri
interventrikular poterior ( desenden ), yang menyuplai darah untuk kedua dinding
ventrikel. Sementara arteri marginalis kanan bertugas menyuplai darah untuk
atrium kanan dan ventrikel kanan. Vena jantung mengalirkan darah dari
miokardium ke sinus koroner, yang kemudian bermuara di atrium kanan. Darah
mengalir melalui arteri koroner terutama saat otot- otot jantung berelaksasi, karena
pada saat kontraksi berlangsung arteri koroner juga tertekan.
Perkembangan CAD dimulai dari penyumbatan pembuluh jantung oleh
plak pada pembuluh darah. Penyumbatan pembuluh darah pada awalnya
disebabkan peningkatan kadar kolesterol LDL (low-density lipoprotein) darah
berlebihan dan menumpuk pada dinding arteri sehingga aliran darah
terganggu dan juga dapat merusak pembuluh darah (Al fajar, 2015).
Penyumbatan pada pembuluh darah juga dapat disebabkan oleh penumpukan
lemak disertai klot trombosit yang diakibatkan kerusakan dalam pembuluh darah.
Kerusakan pada awalnya berupa plak fibrosa pembuluh darah, namun
selanjutnya dapat menyebabkan ulserasi dan pendaeahan di bagian dalam
pembuluh darah yang menyebabkan klot darah. Pada akhirnya, dampak akut
sekaligus fatal dari CAD berupa serangan jantung (Naga, 2012).
Pada umumnya CAD juga merupakan ketidakseimbangan antara penyedian
dan kebutuhan oksigen miokardium. Penyedian oksigen miokardium bisa
menurun atau kebutuhan oksigen miokardium bisa meningkat melebihi batas
cadangan perfusi koroner peningkatan kebutuhan oksigen miokardium harus
dipenuhi dengan peningkatan aliran darah. gangguan suplai darah arteri
koroner dianggap berbahaya bila terjadi penyumbatan sebesar 70% atau lebih
pada pangkal atau cabang utama arteri koroner. Penyempitan <50%
kemungkinan belum menampakkan gangguan yang berarti. Keadaan ini
tergantung kepada beratnya arteriosklerosis dan luasnya gangguan jantung
(Saparina, 2010).
Menurut Saparina (2010) gambaran klinik adanya penyakit jantung koroner
dapat berupa :
a. Angina pectoris
Angina Pektoris merupakan gejala yang disertai kelainan morfologik yang
permanen pada miokardium. Gejala yang khas pada angina pektoris
adalah nyeri dada seperti tertekan benda berat atau terasa panas
ataupun seperti diremas. Rasa nyeri sering menjalar kelengan kiri atas
atau bawah bagian medial, keleher, daerah maksila hingga kedagu atau
ke punggung, tetapi jarang menjalar ketangan kanan. Nyeri biasanya
berlangsung 1-5 menit dan rasa nyeri hilang bila penderita istirahat. Angina
pektoris juga dapat muncul akibat stres dan udara dingin. Angina
pektoris terjadi berulang-ulang. Setiap kali keseimbangan antara
ketersedia oksigen dengan kebutuhan oksigen terganggu.
b. Infark Miokardium Akut
Merupakan penyakit jantung koroner yang sudah masuk dalam
kondisi gawat. Pada kasus ini disertai dengan nekrosis miokardium
(kematian otot jantung) akibat gangguan suplai darah yang kurang.
Penderita infark miokardium akut sering didahului oleh keluhan dada terasa
tidak enak (chest discomfort) selain itu penderita sering mengeluh rasa
lemah dan kelelahan.
c. Payah jantung
Payah jantung disebakan oleh adanya beban volume atau tekanan
darah yang berlebihan atau adanya abnormalitas dari sebagian struktur
jantung. Payah jantung kebanyakan didahului oleh kondisi penyakit lain
dan akibat yang ditimbulkan termasuk PJK. Pada kondisi payah jantung
fungsi ventrikel kiri mundur secara drastis sehingga mengakibatkan
gagalnya sistem sirkulasi darah.
d. Kematian Mendadak penderita
Kematian mendadak terjadi pada 50% CAD yang sebelumnya tanpa
diawali dengan keluhan. Tetapi 20% diantaranya adalah berdasarkan
iskemia miokardium akut yang biasanya didahului dengan keluhan
beberapa minggu atau beberapa hari sebelumnya.
7. WOC (Way Of Cause)

Faktor tidak dapat dimodifikasi: Faktor dapat dimodifikasi: hipertensi, hiperlipidemia,


usia, jenis kelamin, ras dan merokok, diabetes militus, obesitas, inaktifitas fisik,
riwayat keluarga. stress dan pola tingkah laku

Plak arteroklerosis pada


dinding arteri koroner

Penyumbatan arteri koroner

Gangguan suplai oksigen ke miokardium

iskemia miokardium

Iskemik > 30 menit Infark miokardium, Infrak trasmular, Infark subendokardial

Metabolisme Fungsi ventrikel kiri menurun gangguan MK: Resiko


anaerob kontraktilitas Penurunan curah
meningkat, PH  Daya fontraksi menurun jantung
sel Menurun  Perubahan daya kembang dan
gerakan dinding ventrikel menurun
 Curah secukupnya menurun
Produksi asam
 LVEDP MENINGKA & RVEDP
laktat meningkat

MK: Nyeri Akut


Perubahan
hemodinamika progresif

 Pe perfusi perifer
 Pe perfusi koroner

Hipotensi, asidosis
metabolik dan hipoksemia

Kelemahan fisik

MK: Intoleransi
aktivitas
8. Komplikasi
Menurut Prince dan Wilson (1995) dalam Arif Muttaqin (2009), komplikasi
tersebut meliputi :
a. Gagal jantung kongestif
b. Syok kardiogenik
c. Edema paru akut
d. Disfungsi otot papilaris
e. Defek septum ventrikel
f. Ruptur jantung
g. Aneurisma ventrikel
h. Tromboembolisme
i. Perikarditis
j. Aritmia
9. Penatalaksanaan
a. Terapi Trombolitik
Obat intravena trombolitik mempunyai keuntungan karena dapat diberikan
melalui vena perifer. Sehingga terapi ini bisa diberikan seawal mungkin dan
dikerjakan dimanapun. Direkomendasikan penderita <12 jam diberikan IV
fibrinolitik jika tanya kontra indikasi. Sedangkan penderita yang mempunyai
pendarahan intra karnial, stroke atau pendarahan aktif tidak diberikan terapi
fibrinolitik. Dosis streptokinase diberikan 1.5 juta IU diberikan dalam tempo
30-60 menit (NANDA NIC NOC, 2016)
b. Terapi antiplatelet
1) Aspirin
Aspirin mempunyai efek menghambat siklooksigenasi platelet secara
ireversibel. Proses tersebut mencegah formasi tomboksan A2.
Pemberian aspirin untuk menghambat agregasi platelet diberikan didosis
awal paling sedikit 160 mg dan dilanjutkan 80-325 mg per hari.
2) Tiklopidin
Tiklopidin merupakan derivat tienopiridin yang efektif sebagai
pengganti aspirin untuk angina tidak setabil. Mekanismenya berbeda
dengan aspirin. Tiklopidin menghambat agregasi platelet yang
dirangsang ADP dan menghambat transpormasi reseptor fibrinogen
platelet menjadi bentuk anfinitas tinggi
3) Clopidogrel
Clopidogrel menpunyai efek menghambat agregasi platelet melalui
hanbatan aktivitas ADP dependen pada kompleks glikoprotein IIB/IIIa.
Efek samping clopidongrel lebih sedikit dibanding tiklopidin dan tidak
pernah dilaporkan menyebabkan neutropenia.
c. Antagonis reseptor glikoprotein IIb/IIIa
Antagonis reseptor glikoprotein IIb/IIIa menghambat reseptor yang
berinteraksi dengan protein-protein seperti fibrinogen dan faktor von
willebrand. Secara maksimal menghambat jalur akhir dari proses adesi,
aktivitas dan agregasi platelet.
d. Terapi antithrombin
1) Unfractioned heparin
2) Low melocular-weight heparins (LMWH)
3) Direct antithrombin
e. Terapi nitrat organik
1) Nitrogliserin
Penggunaan nitrigliserin per oral untuk mengurangi serangan angina
akut cukup efektif. Begitu pula sebagai profilaksis jangka pendek
misalnya langsung sebelum melakukan aktivitas atau menghadapi
situasi lain yang dapat menginduksi serangan. Secara intavena
digunakan pada dekompensasi tertentu setelah infark jantung. Jika
digoksin dan diuretika kurang memberikan hasil. Pada penggunaan oral,
obat ini mengalami metabolisme lintas pertama yang sangat tinggi
sehingga sedikit obat yang mencapai sirkulasi. Absorbsi sublingual dan
oromukosal cepat sekali karena menghindari efek lintas pertama.
Efeknya sesudah 2 menit dan bertahan selama 30 menit. Dosis
sublingual yaitu 0,15-0,6 mg dan dosis oral 6,5-13 mg.
2) Isosorbid dinitrat
Berkerja hampir sama dengan nitrogliserin, tetepi bersipat long-
acting. Secara sublingual mulai kerjanya dalam 3 menit dan bertahan
sampai 2jam. Resorpsinya juga baik, tetapi efek lintas pertamanya
cukup besar.
3) Isosorbid mononitrat
Obat ini terutama digunakan oral sebagai profilaksis untuk
mengurangi frekuensi serangan. Kadang-kadang juga digunakan pada
dekompensasi yang tidak berhasil dengan obat-obat yang biasa
digunakan. Mulai kerja setelah 15 menit dan bertahan kurang lebih 8
jam, waktu paruhnya 4-5 jam. Dosis yang dapat digunakan yaitu 20-30
mg.
(Morton et al, 2012)
B. Konsep Foot Hand Massage
1. Pengertian Foot Hand Massage
Massage dapat diartikan sebagai pijat yang telah disempurnakan dengan ilmu-ilmu
tentang tubuh manusi atau gerakan-gerakan tangan yang mekanis terhadap tubuh
manusia atau gerakan-gerakan tangan yang mekanis terhadap tubuh manusia dengan
mempergunakan bermacam-macam bentuk pegangang atau teknik (Trisnowiyanto,
2012)
Menurut Stillwell S. B Massage disebut juga sebagai refleksologi Foot and Hand
Massage adalah bentuk Massage pada kaki atau tangan yang didasarkan pada premis
bahwa ketidaknyamanan atau nyeri diarea spesifik kaki atau tangan berhubungan
dengan bagian tubuh atau gangguan (Stillwell, 2002)
2. Jenis pijat
a. Pijat berdasarkan asal Negara
Pijat tidak hanya dikenal di Indonesia. Teknik relaksasi asal Negara Cina ini
juga dikenal di berbagai Negara. Meskipun bermanfaat sma, teknik pijat di
berbagai Negara berbeda-beda.
1) Pijat Tradisional
Pijat tradisional atau biasa disebut urut merupakan teknik pijat yang paling
dikenal di indonesia. Pijat tradisional terutama didaerah pedesaan, dipercaya
dpat mnyembuhkan penyakit.
Dalam pijat tradisional, pemijat akan menekan tubuh pasien
menggunakan telapak tangan dan ibu jari secara kuat. Teknik lain yng dapat
dilakukan adalah teknik kerok dengan menggunakan alat koin. Bahan
pelengkap yang sering digunakan untuk urut ataupun kerok ini adalah minyak
kelapa. Pijatan tradisional dipercaya dpat merelaksasi tubuh dan
menyembuhkan masukangin.
2) Pijat Prancis
Sesuai dengan namanya, pijat ini berasal dari prancis. Pijat ini berfungsi
menambah kecantikan. Dalam proseas pemijatan digunakan aromaterapi,
scrub, dan minyak esensial yang akan membantu menghilangkan lemak pada
tubuh dan menambah kebersihan kulit.
3) Pijat Hawai
Teknik yang digunakan dalam pijatan ini adalah menekan tubuh dengan siku
secara kuat. Pijatan ini cocok untuk menghilangkan pegal-pegal setelah
beraktivitas.
4) Shiatsu
Shiatsu berasal dari Jepang. Teknik yang digunakan dalam pemijatan ini
adalah menekan titik- titik tertentu dengan jari atau telapak tangan secara
kuat selama 2-8 detik untuk memperbaiki aliran energi dan membantu
menyeimbangkan tubuh. Meskipunditekan secara kuat, biasanya pasien tidak
merasa sakit atau nyeri setelah dipijat.
5) Pijat Swedia
Pijat swedia diperkenalkan oleh Per Hendrik Ling pada awal abad 19.
Jenis pijatan ini sudah dikenal di eropa dan dunia Barat. Dalam pijat swedia
pemijat dengan telapak tangannya akan menekan otot dan tulang dengan
lembuh. Pijat ini sangat cocok untuk relaksasi tubuh.
6) Pijat Thai
Teknik pemijatan dalam pijat ini sama seperti menari. Pemijat akan
memijat menggunakan energi tubuh. Tangan pemijat akan menarik bagian
tubuh tertentu hingga otot berbunyi. Demikian pula dengan kaki pemijat yang
akan memijat bagian tubuh tertentu untuk menambah kelenturan otot. Selain
bermanfaat untuk relaksasi, pejat thai juga dapat membangkitkan gairah
terhadap pasangan.
b. Pijat berdasarkan titik meridian dan akupuntur
Pijat dapat dilakukan berdasarkan titik meridian dan akupuntur yang
ada di tubuh. Berdasarkan titik-titiknya, pijat dibagi dalam pijat akupresur untuk
seluruh tubuh, pijat wajah, pijat tangan, jaripunktur, dan pijat kaki (refleksi)
1) Pijat Akupresur
Menurut ilmu pengobatan tradisional Cina, masih ada system lain yang
disebut system meridian. Dalam system meridian inilah mengalir energy vital.
Sistem meridian dalam kedokteran barat dianggap sama dengan
system saraf.
Meridian di dalam tubuh terdiri dari 12 meridian umum dan 8 meridian
istimewa yang diajarkan di sini hanya 2 meridian istimewa (meridian Tu dan
Ren). Setiap meridian berhubungan dengan organnya masing-masing.
a) Meridian merupakan penghubung bolak-balik:
- Antara organ yang satu dengan organ lainnya.
- Antara oragan dengan panc indra
- Antara organ dengan jaringan tubuh lainnya
b) Enam pasang meridian dan elemennya:
- Meridian paru-paru dan usus besar (logam)
- Meridian lambung dan limpa (tanah)
- Meridian jantung dan usus kecil (api)
- Meridian kandung kemih dan ginjal (air)
- Meridian selaput jantung dan tri pemanas (api)
- Meridian kandung empedu dan hati (kayu)
2) Jaripunktur
Jaripunktur merupakan salah satu teknik pemijatan yang terfokus pada
jari-jari tangan dan kaki. Pada tiap jari, terdapat titik meridian. Titik-titik
tersebut berawal di satu jari dan berakhir di jari lainnya. Semua titik saling
berhubungan serta membentuk satu kesatuan dan saling mempengaruhi
meridian antar organ.
Tekanan pijatan terbagi menjadi tiga, yaitu ringan, sedang dank keras.
Jaripunktur tidak melibatkan alat apapun karena cukup menggunakan tangan
terapis. Namun jika penekanan tepat di titik sakit, baik laki-laki maupun
perempuan bisa menjerit kesakitan.Pemijatan dapat dilakukan di antara batas
kuku kiri dan kanan pada jari-jari dengan menekan, memutar tekan dari kiri
dan ke kanan, serta menekan gerak dari dalam ke luar.
Mungkin terlihat mudah, tetapi kalau dilakukan orang awam, biasanya
sedikit meleset dari titik tersebut. Ketika seorang terapis memegang atau
menekan berbagai titik pada tubuh dan system otot, itu bertujuan untuk
merangsang energy dari tubuh sendiri supaya dapat menyingkirkan
sumbatan energy dan rasa lelah. Jika semua jalur energy terbuka dan aliran
energy tidak terhalang oleh ketegangan otot atau hambatan lain, energy
tubuh akan menjadi seimbang.
a) Titik Jaripunktur Melancarkan Ci Meridian Semua Organ
b) Cara Pijat Jaripunktur
Masing-masing jari-jari tangan maupun kaki dijepit dengan jari
telunjuk dan jempol, kemudian lakukan gerakan tekan dan diputar kea
rah ke kiri dank e kanan selama 10 detik. Tanyakan kepada pasien
setelah semua jari-jari didiagnosis, bagian jari yang paling diarsakan
sakit. Tanda sakit nyeri menyatakan bahwa ada keluhan di letak organ
jari yang bersangkutan. Bila telah diketahui organ yang memiliki
keluhan, dilakukan terapi jari tersebur selama beberapa menit, seperti
lima menit dan dapat dilakukan selama tiga kali sehari bahkan lebih
tergantung keluhan penyakit. Terapi ini akan mengurangi keluhan
setelah beberapa hari diterapi.
b) Manfaat Jaripunktur
- Menyingkirkan sumbatan energy dan rasa lelah
- Melancarkan aliran darah dari jari-jari menuju jantung
- Menghilangkan rasa kaku, ketegangan otot dan nyeri di jari-
jari.
3) Refleksi
Selain jaripunktur di kaki, terdapat juga titik refleksi di telapak kaki. Pijat
refleksi adalah cara memijat tangan, kaki dan anggota tubuh yang lain
dengan mengarah pada titik usat urat-urat syaraf. Pada tubuh manusia
terdapat banyak titik-titik meridian yang berhubungan dengan organ-organ
tubuh. Tangan dan kaki kita ikut merasakan ketika tubuh kita terasa pegel-
pegel. Dengan memijat tangan dan kaki dapat mengurangi beberapa
rasa sakit di tubuh.
a) Titik Refleksi
b) Cara Memijat
Ada beberapa cara untuk memijat, yaitu menekan dengan kekuatan
ringan, sedang dank eras. Beberapa teknik pijat bisa menggunakan jari
tangan, beras, ataupun benda tumpul. Memijat juga bisa
menggunakan minyak agar kulit tidak lecet.
Pada daerah refleksi yang berada di kaki, cara untuk memijat bagian
dalam setelah dari bawah ke atas dan yang terdapat pada sekitar betis
cara memijatnya mengarah ke jantung. Waktu pemberian terapi juga
harus diperhatikan yaitu sekitar 30 menit dengan frekuensi 3-6 hari
sekali untuk mencegah penyakit dan 2-3 hari sekali untuk mengatasi
gangguan penyakit. Kondisi telapak kaki pasien pun tidak dalam
keadaan luka. Harus pula diingat, terapi pijat refleksi kaki mesti
dilakukan secara menyeluruh. Artinya pemijatan tidak hanya pada satu
titik syaraf telapak kaki tertentu saja.
c) Manfaat Pijat Refleksi
- Melancarkan aliran darah dan cairan tubuh
- Melancarkan sirkulasi cing (nutrisi) dan oksigen ke sel-sel
tubuh
- Memberikan efek relaksasi dan kesegaran pada seluruh
anggota tubuh
- Menghilangkankah rasa kaku, ketegangan otot, nyeri di jari-
jari
- Selain menggunakan tangan untuk melakukan pemijatan, juga
dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa alat bantu
yang terbuat dari kayu maupun logam, seperti kayu bulat kecil
tumpul, koin uang logam (Wong , 2012)
3. Tujuan Massage
Adapun tujuan dari massage adalah :
a. Melancarkan peredaran darah terutama peredaran darah vena (pembuluh
balik) dan peredaran getah bening (air limphe)
b. Menghancurkan pengumpulan sisa-sisa pembakaran didalam sel-sel otot
yang telah mengeras yang disebut mio-gelosis (asam laktat)
c. Menyempurnakan pertukaran gas dan zat didalam jaringan atau
memperbaiki proses metabolism
d. Menyempurnakan pembagian zat makanan ke seluruh tubuh
e. Menyempurnakan proses pencernakan makanan
f. Menyempurnakan proses pembuangan sisa pembakaran kea lat-alat
pengeluaran atau mengurangi kelelahan
g. Merangsang otot-otot yang dipersiapkan untuk bekerja yang lebih berat,
menambah tonus otot, efisiensi otot (kemampuan guna otot) dan elsitas otos
(kekenyalan otot)
h. Merangsang jaringan syaraf, mengaktifkan syaraf sadar dan kerja syaraf
otonomi ( syaraf tak sadar)
i. Membantu penyerapan (absorbs) pada peradangan bekas luka
j. Membantu pembentukan sel baru dalam perkembangan tubuh
k. Membersihkan dan menghaluskan kulit
l. Memberikan rasa nyaman, segar dan kehangatan pada tubuh
m. Menyembuhkan atau meringankan berbagai gangguan penyakit
(Trisnowiyanto B, 2012)
4. Manfaat Massage
Adapun manfaat massage antara lain :
a) Meredakan stress
Berdasarkan studi oleh Internasional Of Alternative And
Complementary Medicine menyatakan bahwa orang yang menderita stress
dan depresi merasa ada perbaikan setelah menjalani tepai pijatan selama 30
menit setiap minggu
b) Menjadikan tubuh rileks
c) Terapi massage bisa membantu tubuh kita menjadi rilek
d) Melancarkan sirkulasi darah
e) Terapi massage dapat memperlancar aliran darah, tekanan darah bias
menggerakkan darah melalui area yang tersumbat
f) Menambah aliran QI
g) Efek massage secara mekanis memiliki kemampuan untuk melatih saraf
dan otot tubuh yang mengarah ke otak sehingga dapat membuat tubuh lebih
sehat dan bugar
h) Mengurangi rasa sakit atau nyeri
i) Pijat membantu mempertahankan relaksasi dalam tahap yang optimal
j) Mempercepat pemulihan setelah sakit
k) Massage membantu tubuh memompa lebih banyak oksigen dan nutrisi
kejaringan dan organ-organ vital dengan meningkatkan sirkulasi dan
merelsasikan otot-otot.
(Alfirdaus I, 2012)
5. Manfaat Foot Hand Massage
a) Menurut Stiwell S. B dalam buku pedoman keperawatan kritis bab terapi
complementary menyebutkan bahwa penekanan pada area spesifik kaki atau
tangan diduga melepaskan hambatan pada area tersebut dan memungkinkan
energi mengalir bebas melalui bagian tubuh tersebut sehingga pada titik yang
tepat pada kaki yang di massage dapat mengatasi gejala nyeri.
b) Dalam penelitian jurnal ilmu keperawatan dan kebidanan (JIKK) yang
berjudul Efektivitas Foot Hand Massage Terhadap Respon Fisiologi Dan
Intensitas Nyeri Pada Infark Miokard Akut. Menyebutkan “ Foot Hand
Massage berpengaruh terhadap responfisiologis nyeri pasien infark miokard
akut diantaranya diantaranya yang dipengaruhi adalah tekanan darah systole,
tekanan darah diastole, nadi, respirasi, serta lekosit dengan hasil analisis
statistic p-value < 0,005. Hal ini membuktikan bahwa dengan Foot Hand
Massage sesuai dengan pendapat Meek (1993) yang menyebutkan
Massage mempengaruhi aktivitas syaraf autonomy, mempersepsikan
relaksasi serta dalam Trisnowiyanto. (2012) menjelaskan Massage dapat
melancarkan peredaran darah terutama pada peredaran darah vena.
c) Menurut Hawthorn dan Redmond, (2004) menyebutkan penatalaksanaan
nyeri bisa dengan farmakologis dan dalam Stillwell. (2011) menyebutkan
tindakan tindakan non farmakologis refleksiologi seperti Massage, sentuhan
terapeutik merupakan tindakan seportif untuk mengatasi nyeri. Tindakan
Massage merupakan salah satu upaya untuk relaksasi yang mengaktifkan
thalamus untuk mengeluarkan hormone endorphin enkafalin yang dapat
mengatasi nyeri. Mekanisme ini dan eksitasi pesikogenik system analgesia
sentrl secara stimultan mungkin merupakan daras menghilangkan nyeri
dengan akupuntur (Arthur, et al, 1996). Menurut Awan, et al. (2015)
berasumsi Foot Hand Massage sangat efektif dan aman untuk mengatasi
nyeri infark miokard akut karena bereek relaksasi mengaktifkan hormone
endorphin enkafalin dan hasil penelitian ini Foot Hand Massage berpengaruh
terhadap intensitas nyeri pasien infark miokard akut.
6. Teknik pemijatan
C. Konsep Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan menurut SDKI (2017) yaitu :
1. Nyeri Akut
a. Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, yang onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan
(SDKI, 2017)
b. Penyebab
1) Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar,bahan kimia iritan)
3) Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik belebihan)
(SDKI, 2017)
c. Gejala dan Tanda Mayor
1) Subjektif
a) Mengeluh nyeri
2) Objektif
a) Tampak meringis
b) Frekuensi nadi meningkat
c) Tekanan darah meningkat
d) Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri)
e) Gelisah
f) Frekuensi nadi meningkat
g) Sulit tidur
(SDKI, 2017)
d. Kondisi Klinis
1) Kondisi pembedahan
2) Cedera traumatis
3) Infeksi
4) Sindrom koroner akut
5) Glaukoma
(SDKI, 2017)

2. Intoleransi Aktivitas
a. Definisi
Ketidakcukupan energy untuk melakukan aktivitas sehari-hari (SDKI, 2017)
b. Penyebab
1) Ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2) Tirah baring
3) Kelemahan
4) Imobilitas
5) Gaya hidup monoton
(SDKI, 2017)
c. Gejala dan Tanda Mayor
1) Subjektif
a) Mengeluh lelah
b) Dyspnea saat/setealah aktivitas
c) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
d) Merasa lemah
2) Objektif
a) Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat
b) Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
c) Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas
d) Gambaran EKG menunjukkan iskemia
e) Sianosis
(SDKI, 2017)
d. Kondisi klinis
1) Anemia
2) Gagal jantung kongestif
3) Penyakit jantung koroner
4) Penyakit katup jantung
5) Aritmia
6) Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
7) Gangguan metabolic
8) Ganguan musculoskeletal
(SDKI, 2017)

3. Resiko Penurunan Curah Jantung


a. Definisi
Beresiko mengalami pemompaan jantung yang tidk adekuat untuk memenuhi
kebutuhan metabolism tubuh (SDKI, 2017)
b. Faktor Resiko
1) Perubahan afterload
2) Perubahan frekuensi jantung
3) Perubahan irama jantung
4) Perubahan kontraktilitas
5) Perubahan preload
(SDKI, 2017)
c. Kondisi Klinis
1) Gagal janatung kongestif
2) Sindrome koroner akut
3) Gangguan katup jantung (stenosis/regurgitasi aorta, pulmonalis,
trikuspidalis, atau mitralis)
4) Atrial/ventricular septral defect
5) Aritmia
(SDKI, 2017)
4. Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif
a. Definisi
Beresiko mengalami penurunan sirkulasi arteri koroner mengganggu
mekanisme miokard (SDKI, 2017)
b. Faktor Resiko
1) Hipertensi
2) Hiperlepidemia
3) Hiperglikemia
4) Hiposkemia
5) Hipoksia
6) Kekurangan volume cairan
7) Pembedahan jantung
8) Penyalahgunaan zat
9) Spasme arteri koroner
10) Peningkatan protein C-reaktif
11) Temponade jantung
12) Efek agen farmakologis
13) Riwayat penyakit kardiovaskuler pada keluarga
14) Kurang terpapar informasi tentang factor resiko yang dapat diubah
(mis. Merokok, gaya hidup kurang gerak, obesitas)
(SDKI, 2017)
c. Kondisi Klinis
1) Beban jantung
2) Temponade jantung
3) Syndrome koroner akut
4) Diabetes militus
5) Hipertensi
(SDKI, 2017)
D. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses
keperawatan meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama, status keperawatan,
pendidikan, pekerjaan, suku, bangsa, alamat, nomor register, tanggal masuk
rumah sakit dan diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien sehingga mencari
pertolongan. Klien dengan CAD (Coronary Arteri Disease) umumnya mengeluh
nyeri dada.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada saat dikaji klien umumnya mengalami nyeri dada. Pemeriksaan
dapat dilakukan dengan skala nyeri 0-10 (0 tidak nyeri dan 10 nyeri paling tinggi).
Pengkajian nyeri secara mendalam menggunakan pendekatan PQRST yang
meliputi prepitasi dan penyembuhan, kualitas dan kualitas, intensitas, durasi,
lokasi, radiasi/penyebaran, serta onset.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi, DM, HT,
TBC, hepatitis.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC,
yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien.
6. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan per sistem dengan menggunakan empat teknik,
yaitu infeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, yaitu :
a. Sistem pernapasan (B1 breathing)
Terlihat sesak, frekuensi napas melebihi normal, dan keluhan napas
seperti tercekik. Biasanya juga terdapat dispnea kardia. Sesak napas ini
terjadi akibat pengerahan tenaga dan disebabkanpleh kenaikan tekanan akhir
diastolik dari ventrikel kiri yang meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal
ini terjadi karena terdapat kegagalan peningkatan curah darah ventrikel kiri
pada waktu melakukan kegiatan fisik. Dipsnea kardia dapat timbul pada
waktu beristirahat bila keadan sudah parah.

b. Sistem sirkulasi (B2 Bleeding)


Kaji adanya parut, denyut nadi perifer melemah, tekanan darah biasanya
menurun akibat penurunan volume sekuncup pada infark miokard akut. Bunyi
jantung tambahan akibat kelainan katup biasanya tidak didapatkan pada
infark miokard akut tanpa komplikasi.
c. Sistem persyarafan (B3 Brain)
Kesadaran biasanya compos mentis, tidak didapatkan sianosis perifer,
pengkajian objektif klien berupa adanya wajah meringis, perubahan postur
tubuh, menangis, merintih, meregang dan menggeliat.
d. Sistem perkemihan (B4 bleder)
Pengukuran volume keluaran urin berhubungan dengan asupan cairan,
oleh karena itu perawat perlu memantau adanya oliguria pada klien dengan
infark miokard akut karena merupakan tanda awal dari syok kardiogenik.
e. Sistem pencernaan (B5 Bowel)
Kaji pola makan klien apakah sebelumnya terdapat peningkatan
konsumsi garam dan lemak. Adanya nyeri akan memberikan respon mual dan
muntah. Palpasi abdomen didapatkan nyeri tekan pada keempat kuadran.
Penurunan peristaltik usus merupakan tanda kardial pada infark miokard akut.
f. Sistem muskuloskeletal (B6 bone and muscle)
1) Aktivitas, gejala: kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, gerak statis,
dan jadwal olahraga tidak teratur.
2) Tanda: takikardi, dispnea pada saat istirahat/aktivitas, dan kesulitan
melakukan tugas perawatan diri.
7. Data Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
b. Pemeriksaan hemodinamika
c. Pemeriksaan radiografik
d. Pemeriksaan elektrokardiogram
e. Pemeriksaan ekokardiografi
f. Uji pembebanan jantung (stress testing)
(Arif Muttaqin, 2009)
g.
8. Analisa Data
Tabel 2.1 analisa data
No Data Kemungkinan Penyebab Diagnosa
keperawatan
1. DS : Infark miokard Nyeri Akut
1. Mengeluh nyeri
DO: Metabolisme anaerob meningkat
1. Tampak meringis
2. Gelisah PH sel menurun
3. Bersikap protektif (mis. Waspada,
posisi menghindari nyeri) Produksi asam laktat meningkat
4. Sulit tidur
5. Frekuensi nadi meningkat Nyeri akut

2. DS: Perubahan hemodinamik Intoleransi aktivitas


1. Mengeluh lelah progresif
2. Dyspnea saat/setealah aktivitas
3. Merasa tidak nyaman setelah Pe menurun perfusi perifer, dan
beraktivitas Pe menurun perfusi Koroner
4. Merasa lemah
DO: Hipotensi, asidosis metabolic
1. Frekuensi jantung meningkat dan hipoksemia
>20% dari kondisi istirahat
2. Tekanan darah berubah >20% Kelemahan fisik
dari kondisi istirahat
3. Gambaran EKG menunjukkan Intoleransi aktivitas
aritmia saat/setelah aktivitas
4. Gambaran EKG menunjukkan
iskemia
5. Sianosis
3. DS: Fungsi ventrikel kiri menurun Resiko penurunan
- curah jantung
DO: Daya fontraksi menurun
-
Perubahan daya kembang dan
gerakan dinding ventrikel
menurun

Curah secukupnya menurun

LVEDP menurun & RVEDP


meningkat

Penurunan curah jantung

9. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien gangguan sistem
kardiovaskuler berdasarkan prioritas sesuai SDKI (2017) adalah :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi iskemia ditandai
dengan mengeluh nyeri, tampak meringis dan gelisah.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen ditandai dengan mengeluh lelah, merasa lemah, dan
frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat.
c. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
frekuensi jantung dan irama jantung.
10. Intervensi Keperawatan
Intervensi menurut SIKI (2018) yaitu:
Tabel 2.2 intervesi keperawatan
Diagnosa keperawatan Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan 1. Menejemen nyeri
dengan agen Mengidentifikasi dan mengelolah pengalaman sensorik atau
pencedera fisiologi emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau
iskemia ditandai dengan fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
mengeluh nyeri, tampak ringan hingga berat konstan.
meringis dan gelisah Tindakan
a. Observasi
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respon nyeri non verbal
4) Identifikasi factor yang memperberat dan memperringan
nyeri
5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respun nyeri
7) Identifikasi pengaruh nyaeri pada kualitas nyeri
8) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
9) Monitor efek samping penggunaan analgestik
b. Terapeutik
1) Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresure, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
2) Kontrol lingkungan yang memper berat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahyaan, kebisingan)
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri

c. Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strateggi meredakan nyeri
3) Anjurkan monitor nyeri secaara mandiri
4) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5) Anjurkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa
nyeri
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberiam analgetik, jika perlu
2. Intoleransi aktivitas yang 1. Menejemen energy
berhubungan dengan Mengidentifikasi dan mengelolah penggunaan energi untuk
ketidakseimbangan mengatasi atau mencegah kelelahan dan mengoptimalkan proses
suplai dan kebutuhan pemulihan.
oksigen ditandai dengan Tindakan:
mengeluh lelah, merasa a. Observasi
lemah, dan frekuensi 1) identifikasi ganguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
jantung meningkat >20% kelelahan
dari kondisi istirahat 2) monitor kelelahan fisik dan emosional
3) monitor pola dan jam tidur
4) monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitas
b. Terapeutik
1) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis.
Cahaya, suara, kunjungan)
2) Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif
3) Berikan terapi distraksi yang menyenangkan
4) Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
c. Edukasi
1) Anjurkan tirah baring
2) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
4) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makan
3. Resiko tinggi penurunan 1. Perawatan jantung akut
curah jantung yang Mengidentifikasi, merawat dan membatasi komplikasi akibat
berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan konumsi oksigen miokard.
perubahan frekuensi Tindakan
jantung dan irama a. Observasi
jantung 1) Identifikasi nyeri dada (meliputi factor pemicu dan
perdana, kualitas, lokasi, radiasi, skala, dursi, frekuensi)
2) Monitor EKG 12 sadapan untuk perubahan ST dan T
3) Monitor aritmia (kelebihan irama dan frekuensi)
4) Monitor elektrolit yang dapat meningkatkan resiko aritmia
(mis. Kalium, magnesium serum)
5) Monitor saturasi oksigen
6) Identifikasi stratifikasi pad sindrome koroner akut (mis.
Skor TIMI, Kilip, Crusade)
b. Terapeutik
1) Perthankan tirah baring minimal 12 jam
2) Pasang akses intra vena
3) Puasakan hingga bebas nyeri
4) Berika terapi relaksasi untuk mengurangi ansietas dan
stress
5) Sediakan lingkungan yang kondusif
6) Untuk beristirahat dan pemulihan
7) Siapkan menjalani intervensi koroner perkutan, jika perlu
8) Berikan dukungan emosional dan spiritual
c. Edukasi
1) Anjurkan segera melaporkan nyeri dada
2) Anjurkan menghindari manuver Valsava (mis. Mengedan
saat Bab atau batuk)
3) Ajarkan teknik menurunkan kecemasan dan ketakutan
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian antiplatelet, jika perlu
2) Kolaborasi pemberian antiangina (mis. Nitrogliserin, beta
bloker, calcium channelbloker)
3) Kolaborasi pemberian morfin, jika perlu
4) Kolaborasi pemberian inotropic, jika perlu
5) Kolaborasi pemberian obat untuk mencegah manuver
Valsava (pelunak tinja, antiemetic)
6) Kolaborasi pencegahan thrombus dengan antikoagulan,
jika perlu
7) Kolaborasi pemeriksaan x-ray dada, jika perlu,

Anda mungkin juga menyukai