Anda di halaman 1dari 23

TUGAS RADIOLOGI

Oleh :
Anita Rahayu, S.Ked
1318011016

Perceptor :
dr. Sri Indah Aruminingsih, Sp.Rad

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN RADIOLOGI


RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan
bimbingan-Nya sehingga pembuatan refarat dengan judul ADNEXITIS ini dapat
berjalan dengan lancar dan terselesaikan dengan baik.
Penyusunan refarat ini merupakan salah satu syarat untuk melengkapi tugas
Radiologi dan sekaligus menambah wawasan serta referensi mengenai materi yang
dibahas. Dalam menyelesaikan refarat, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak baik berupa saran, bimbingan dan dukungan moril dan materil akhirnya
makalah ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari refarat ini masih belum sempurna. Untuk itu, saran dan
kritik yang membangun sangat diperlukan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
refarat ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya dan tentunya bagi
penulis sendiri.
Amin.

Bandar Lampung, Oktober 2017

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aktivitas seksual merupakan kebutuhan biologis setiap manusia


untuk mendapatkan keturunan. Namun, masalah seksual dalam kehidupan
rumah tanga seringkali mengalami hambatan atau gangguan karena salah
satu pihak (suami atau istri) atau bahkan keduanya, mengalami gangguan
seksual. Jika tidak segera diobati, masalah tersebut dapat saja menyebabkan
terjadinya keretakan dalam rumah tangga.

Oleh karena itu, alangkah baiknya apabila kita dapat mengenal organ
reproduksi dengan baik sehingga kita dapat melakukan deteksi dini
apabila terdapat gangguan pada organ reproduksi. Organ reproduksi pada
wanita dibedakan menjadi dua, yaitu organ kelamin dalam dan organ
kelamin luar. Organ kelamin luar memiliki dua fungsi, yaitu sebagai jalan
masuk sperma ke dalam tubuh wanita dan sebagai pelindung organ kelamin
dalam dari organisme penyebab infeksi.

Saluran kelamin wanita memiliki lubang yang berhubungan dengan


dunia luar, sehingga mikroorganisme penyebab penyakit bisa masuk dan
menyebabkan infeksi kandungan salah satunya adalah radang yang terjadi
akibat infeksi yang menjalar keatas dari uterus dan bisa datang dari tempat
ekstra vaginal lewat jalan darah, atau menjalar dari jaringan-jaringan
sekitarnya dan biasa disebut dengan adnexitis. Menurut (Winkjosastro,
Hanifa.Hal.396,2007) prevalensi adnexitis di Indonesia sebesar 1 : 1000
wanita dan rata-rata terjadi pada wanita yang sudah pernah melakukan
hubungan seksual.
Adnexitis bila tidak ditangani dengan baik akan menyebar ke organ
lain di sekitarnya seperti misalnya ruptur piosalping atau abses ovarium,
dan terjadinya gejala-gejala ileus karena perlekatan, serta terjadinya
appendisitis akuta dan salpingo ooforitis akuta

1.2 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi adnexitis


2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya adnexitis
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala jika seorang wanita mengalami adnexitis
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan jika seorang wanita menderita adnexitis
5. Untuk mengetahui pemeriksan radiologi dan gambaran radiologi pada wanita
yang menderita adnexitis
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Adnexitis

Adnexitis adalah radang yang terjadi di daerah panggul wanita, timbulnya


rasa nyeri pada daerah panggul wanita yang berada pada daerah tuba falopi
sampai ovarium. Rasa nyeri tersebut timbul karena disebabkan oleh bakteri yang
mengakibatkan peradangan di struktur tuba fallopi dan sekitarnya, bahkan
sampai ovarium ( indung telur). Istilah lain yang sering digunakan untuk
menyebut Adnexitis adalah PID (Pelvic Inflammatory Disease) atau Salpingitis.

Dari pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa Adnexitis


hanya menyerang kaum wanita, karena mereka yang memiliki rahim, sedangkan
pria tidak. Penyakit ini dapat membawa dampak yang serius jika tidak segera
ditangani, seperti kemandulan, kehamilan diluar rahim, keluarnya nanah dari
vagina, dan nyeri panggul kronis.
2.2 Anatomi

Pelvis

Tulang pelvis terbentuk dari sakrum, coccygeus, dan sepasang tulang


panggul (coxae, innominata) yang menyatu kedepan membentuk simfisis pubis.
Sakrum dan coccygeus merupakan perpanjangan dari kolumna vertebra dan
dihubungkan oleh sendi sakrococcygeus. Pada bagian anterior sacrum terdapat
bagian yang menonjol yang disebut dengan promontorium.

Os coxae atau tulang innominata terdiri dari tiga komponen: ilium, iscium,
pubis. Kesemuanya bertemu membentuk acetabulum.

Panggul atau pelvis terdiri atas 2 bagian yaitu :

1. Bagian keras yang dibentuk oleh tulang


2. Bagian lunak yang dibentuk oleh otot-otot dan ligamentum

Bagian keras pelvis yang dibentuk oleh tulang ada 2 bagian yaitu :

1. Pelvis mayor

Mendukung isi perut seperti usus, hepar, ginjal, pankreas dll

2. Pelvis minor
Tempat organ-organ genetalia internal seperti uterus, ovarium, vagina,
dll.

Dasar Pelvis (Panggul)

Terbentuk dari diafragma urogenital dan otot-otot diafragma pelvis,


berfungsi menunjang isi pelvis. Diafragma urogenital (membran perineal)
terdapat pada segitiga anterior, berhubungan erat dengan vagina, uretra dan
perineum. Terdiri dari: lapisan fibrosa, lapisan otot lurik (otot perineum
transversa profunda/sfingter urogenital), muskulus sfingter uretra.

Otot-Otot Diafragma Pelvis

Terdiri dari musculus levator ani: otot pubococcygeus (termasuk


pubovaginalis), puborektalis, dan iliococcygeus). Merupakan lapisan otot yang
lebar, mulai dari pubis sampai coccygeus dan sisi-sisi lateral pelvis.
Terdapat hiatus urogenital tempat lewatnya uretra, vagina, dan rektum; serta
muskulus coccygeus.

Anatomi Tuba Faloppi

Tuba Faloppi atau yang juga sering disebut sebagai oviduk adalah saluran
yang menghubungkan ovarium dengan rahim. Tuba Falopi berjumlah satu
pasang, di kiri dan kanan. Fungsi utama dari saluran ini adalah sebagai jalur
transportasi ovum dari ovarium ke rahim. Masing-masing tuba faloppi biasanya
memiliki panjang sekitar 10 13 cm dengan diameter 0,5 1,2 cm.
Struktur dan Bagian Bagian Tuba Faloppi

Dinding dari tuba fallopi disusun oleh 4 lapisan utama, yaitu :

1) Lapisan Serosa (lapisan terluar)


2) Lapisan Subserosa / Lapisan Otot, merupakan lapisan yang terdiri dari
pembuluh darah, pembuluh limfatik, otot longitudinal dan otot sirkular.
Otot pada lapisan ini berfungsi untuk menciptakan gerakan sehingga tuba
falopi dapat mentransportasikan ovum dari ovarium ke rahim.
3) Lamina Propria, sebagian besar lapisan ini merupakan pembuluh darah
sehingga sering juga disebut dengan lapisan vaskular.
4) Lapisan Mucosa, lapisan yang tersusun oleh epitel kolumnar bersiliata dan
sel sekretori.

Tuba Falopi dapat terbagi menjadi 4 bagian utama :

1) Fimbriae, struktur seperti jari yang bersilia, bagian ini berfungsi untuk
menangkap sel telur dari ovarium.
2) Infundibulum, tempat melekatnya fimbriae.
3) Ampula, bagian terluas dari tuba falopi, biasanya merupakan tempat
terjadinya fertilisasi (pertemuan sel sperma dengan sel ovum)
4) Isthmus, merupakan salurah sempit yang mnghubungkan ampula dengan
rongga rahim (uterus).

2.3 Etiologi

1. Infeksi
Radang tersebut kebanyakan akibat infeksi, ini juga bisa datang dari
tempat ekstravaginal lewat jalan darah/menjalar dari jaringan disekitarnya.
Seperti infeksi gonorea, infeksi puerperal dan post abortus. Kira-kira 10%
infeksi juga disebabkan oleh tuberculosis.

2. Tindakan Medis

Radang adneksa bisa timbul sebagai akibat tindakan kuretase,


laparotomi, dan pemasangan IUD.

3. Sebagai akibat perluasan radang dari alat yang letaknya tidak jauh seperti
appendiks.
Radang kebanyakan akibat infeksi yang menjalar ke atas dari uterus
walaupun bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah atau
menjalar dari jaringan sekitar sebab yang paling banyak terdapat infeksi
gonorrhea dan infeksi puerperal dan post abortus 10% disebabkan oleh
TBC. Selain itu timbul radang adneksa sebagai tindakan dari laparatomi
ataupun pemasangan IUD dan perluasan radang dari alat yang letaknya
tidak jauh seperti appendiks.

2.4 Klasifikasi

Salpingo Ooparitis atau adnexitis terbagi menjadi 2 yaitu :

1. Salpingo Ooparitis Akut

Disebabkan oleh gonoroe sampai ke tuba dari uterus melalui mukosa. Pada
endosalfing tampak edema seperti hiperemi dan infiltrasi leukosit, pada infeksi
yang ringan epitel masih utuh, tetapi pada infeksi yang lebih berat kelihatan
degenerasi epitel yang kemudian menghilang pada darah yang agak halus, ikut
juga terlihat lapisan otot dan serosa.

Dalam hal yang akhir ini dijumpai eksudat purulent yang dapat keluar
melaluiostium tuba andominalis dan menyebabkan Peradangan disekitarnya
Akan tetapi pada gonorea ada kecenderungan perlekatan fimbria pada Ostium
Tuba Abdominalis yang dapat menyebabkan penutupan pada ostium itu. Nanah
yang terkumpul dalam tuba menyebabkan terjadinya pisosalping. Pada
salpingitis gonorika akut ada kecenderungan bahwa gonokokus menghilang
dalam waktu singkat, biasanya dalam waktu kira-kira 10 hari, sehingga
pembiakannya negative. Salpingitis akut piogenik banyak ditemukan pada
infeksi puerperal atau pada abortus septic, akan tetapi dapat disebabkan pula
sebagai akibat berbagai tindakan seperti kuretase. Infeksi dapat disebabkan
oleh macam-macam kuman infeksi seperti streptococcus (aerobic dan
anaerobic) stapilococcus, echrecia coli, klostridium welchi. Infeksi ini
menjalar dari serviks uteri atau kavum uteri dengan jalan darah atau limfe
ke parametrium lalu ke tuba, meosalfingitis dan dinding tuba menebal dan
menunjukkan infiltrasi leukosit, tetapi mukosa sering normal. Hal ini
merupakan perbedaan yang nyata dengan salfingitis gonoroika, dimana radang
terutama terdapat pada mukosa dengan sering terjadi penymbatan lumen
tuba.Dalam hubungan ini pada salfingitis piogenik kemungkinan lebih besar
bahwa tuba terbuka setelah penyakitnya sembuh.

Gambaran klinik:

Demam, leukositosis, raba nyeri sebelah kanan dan kiri uterus. Setelah
beberapa hari di jumpai dengan tumor dan dengan batas yang tidak jelas dan
nyeri tekan. Bila karena gonorrhea maka kecenderungan perlekatan fimbria
pada ostium tuba abdominali sehingga menyebabkan penutupan ostium,
timbul nanah-nanah yang terkumpul dalam tuba menyebabkan terjadinya
pleolosalping. Menghilang dalam 10 hari, sehingga pembiakannya positif. Bila
infeksi timbul salpingitis akuta, mesosalphing dan dinding tuba menebal dan
infiltoasi leukosit, mukosa normal.

Diagnosis diferensial

a. Appendiksitis akut
b. Pleutis akut
c. Torsi ektopik yang terganggu.

Terapi

a) Istirahat baring
b) Perawatan umum
c) Antibiotik dan analgetik
d) Pembedahan perlu dilakukanya.

2. Salpingo Ooporitis Kronik

Dapat dibedakan pembagian antara:

a. Hidrosalping
Pada hidrosalping terdapat penutupan ostium tuba abdominalis. Sebagian
dari epitel mukosa tuba masih berfungsi dan mengeluarkan cairan akibat
retensi cairan tersebut dalam tuba. Hidrosalping sering kali ditemukan
bilateral. Hidrosalping dapat berupa hidrosalping simpleks dan hidrosalping
follikularis. Pada hidrosalping simpleks terdapat satu ruangan berdinding tipis,
sedang hidrosalping follikularis terbagi dalam ruangan kecil.

b. Piosalping
Piosalping dalam stadium menahun merupakan kantong dengan dinding
tebal yang berisi nanah. Pada piosalping biasanya terdapat perlekatan dengan
jaringan disekitarnya.

c. Salpingitis interstisialis kronika

Pada salpingitis interstialis kronik dinding tuba menebal dan tampak


fibrosis dan dapat pula ditemukan pengumpulan nanah sedikit ditengah-tengah
jaringan otot. Terdapat pula perlekatan dengan-dengan jaringan-jaringan
disekitarnya, seperti ovarium, uterus, dan usus.

d. Kista tuba ovarial, abses tuba ovarial.

Pada kista tuba ovarial, hidrosalping bersatu dengan kista folikel ovarium,
sedang pada abses tuba ovarial piosalping bersatu dengan abses ovarium.
Abses ovarium yang jarang terdapat sendiri,dari stadium akut dapat memasuki
stadium menahun.

e. Salpingitis tuberkulosa
Salpingitis tuberkulosa merupakan bagian penting dari tuberkulosis
genetalis..

Gejala-gejala

Rasa nyeri yang cukup kuat diperut bagian bawah, sebelah kiri atau
kanan yang bertambah keras dan pada pekerjaan berat disertai penyakit
pinggang, leukoria, haid yang banyak dengan siklus yang sering dan tidak
teratur penderita mengeluh disparenia dan infertuita dismenorhea.

Pada pemeriksaan ginekologik terdapat gerakan uterus, terdapat retrofleksi


uteri fiksata.

Terapi

a) Antibiotika spectrum luas


b) Operasi radikal (histerektom dan salpingo ooforektomi bilateral )
untuk wanita menopause.

2.5 Patofisiologi

1. Radang tuba fallopii dan radang ovarium biasanya terjadi bersamaan.


Radang itu kebanyakan akibat infeksi yang menjalar ke atas dari uterus,
walaupun infeksi ini juga bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat
jalan darah, atau menjalar dari jaringan jaringan sekitarnya.
2. Pada salpingo ooforitis akuta gonorea ke tuba dari uterus melalui mukosa.
Pada endosalping tampak edema serta hiperemi dan infiltrasi leukosit,
pada infeksi yang ringan epitel masih utuh, tetapi pada infeksi yang lebih
berat kelihatan degenarasi epitel yang kemudian menghilang pada daerah
yang agak luas dan ikut juga terlihat lapisan otot dan serosa. Dalam hal
yang akhir ini dijumpai eksudat purulen yang dapat keluar melalui ostium
tuba abdominalis dan menyebabkan peradangan di sekitarnya.
3. Infeksi ini menjalar dari serviks uteri atau kavum uteri dengan jalan darah
atau limfe ke parametrium terus ke tuba dan dapat pula ke peritonium
pelvik. Disini timbul salpingitis interstialis akuta, mesosalping dan
dinding tuba menebal menunjukkan infiltrasi leukosit, tetapi mukosa
seringkali normal. (Sarwono.Winkjosastro, Hanifa Hal 287. 2007).
2.6 Gejala
Adnexitis kadang memunculkan gejala dan kadang tidak. Gejala yang paling
umum dijumpai pada penderita Adnexitis adalah
a. Demam, terkadang demam secara tiba tiba dan parah, terutama akibat
dari gonorea.
b. Sakit pada perut bagian bawah
c. Rasa nyeri saat berhubungan
d. Rasa nyeri saat buang air kecil
e. Keluarnya cairan yang berbau dari vagina
f. Menstruasi yang tidak teratur

Pada Infeksi septic dengan kuman-kuman yang sangat pathogen,


gejala-gejala umum, lebih menonjol karena terjadinya septicemia atau
peritonitis umum, penderita sakit keras dan leukositosis tinggi.

Ovarium biasanya ikut dalam salpingitis. Kadangkadang ovarium


tidak meradang. Sebaliknya biarpun jarang bisa terjadi terbatas pada
ovarium dan dapat terjadi abses ovarium.. Setelah lewat beberapa hari
dijumpai pula tumor dengan batas yang tidak jelas dan nyeri tekan.

2.7 Penegakkan Diagnosa


Berikut adalah criteria criteria diagnosis dari Adnexitis :
1. Kriteria Umum
a. Pergerakan halus pada adneksa dan uterus
b. Pergerakan halus pada serviks

2. Kriteria Tambahan
a. Keluarnya cairan yang tidak normal dari vagina, umumnya berbau,
berwarna kuning atau kehijauan
b. Panas tubuh mencapai 38 derajatcelcius
c. Pasien pernah mengalam gonorrhe atau Chlamydia. Diagnosia
Diferensial ialah kehamilan Ektopik, abortus septic, torsi atau rupture
kista ovarium, endometriosis, apendisitis akut, dan radang pada usus
halus atau colon.

2.8 Pemeriksaan Penunjang

Pencitraan (imaging) untuk adnexitis dapat dilakukan dengan


histerosalpingografi (hsg) dan foto polos abdomen

Histerosalpinografi
Merupakan pemeriksaan dengan menggunakan sinar X dengan penggunaan
sinar kontras yang di masukkan ke rongga Rahim dan saluran telur (tuba
faloppi). Tujuannya untuk mengetahui kondisi saluran telur apakah terjadi
sumbatan pada saluran telurs atau tidak, penyumbatan pada saluran telur
dapat menyebabkan infertilitas (mandul). Pemeriksaan HSG juga dapat
mengevaluasi bentuk, ukuran, dan struktur rongga uterus sehingga dapat
mendeteksi beberapa kelainan seperti tumor jinak di uterus yang tumbuh ke
arah rongga uterus (mioma uteri jenis submukosum), polip Rahim,
perlengketan (adhesi) dinding uterus atau kelainan bawaan rongga uterus
seperti adanya sekat pada uterus (septum). Pemeriksaan ini juga dapat
mengetahui keguguran berulang. Waktu yang optimum untuk melakukan
HSG adalah pada hari ke 9-10 sesudah haid mulai. Pada saat itu biasanya
haid sudah berhenti dan selaput lender uterus sifatnya tenang. Bila mana
masih ada perdarahan dengan sendirinya HSG tidak boleh dilakukan
karena ada kemungkinan masuknya kontras ke dalam pembuluh darah
balik. Adapun bahan kontras yang digunakan adalah lipiodol ultrafluid
untuk pemeriksaan HSG. Kekurangan lipiodol adalah bahwa resorpsi
kembali berlangsung lama sekali jika kontras ini masuk ke rongga
peritoneum. Selain itu dapat juga memakai bahan kontras urografin 60%
(meglumin diatrizoate 60% atau sodium diatrizoate 10%). Bahan kontras
ini sifatnya encer, memberikan opasitas yang memuaskan dan mudah
masuk ke dalam tuba. Bahan kontras lain yang sering dipakai disini
memberikan hasil yang sama seperti urografin misalnya hipaque 50%
(sodium diatrizoate), endografin (meglumine iodipamide), diaginol viscous
(sodium acetrizoate plus dextran), salpix (sodium acetrizoate plus
polyvinyl pylolidone), isopaque (metrizoate), lipiodol ultrfluid dsb.
Indikasi HSG yaitu :
1) Sterilitas primer maupun sekunder untuk melihat potensi tuba
2) Untuk memberikan gambaran tentang kelainan- kelainan uterus dan
kanalis servisis.
3) Jika HSG dikerjakan sesudah operasi tuba maka untuk menentukan
berhasil tidaknya operasi.
4) Untuk menentukan apakah IUD (intra uterine device) masih ada dalam
kavum uteri, sebelumnya dilihat dulu foto polos seluruh abdomen
untuk melihat apakah IUD masih dalam abdomen.
5) Jika ada perdarahan pervaginam sedikit, misalnya yang disebabkan
oleh mioma uteri, polip endometrium, adenomatorus
6) Jika ada abortus habitualis dalam trimester kedua, maka lebar dan
konfigurasi ostium uteri internum dapat di ketahui dengan pemeriksaan
HSG.
7) Jika ada kelainan bawaan uterus atau adhesi dalam kanalis servisis dan
kavum uteri yang dapat menyebabkan abortus
8) HSG juga dilakukan sesudah section caesaria untuk melihat parut-parut
pada serviks dan uterus.
9) Jika ada tumor maligna kavum uteri diperiksa untuk melihat lokasi,
ekstensi, dan bentuk tumor seperti koriokarsinoma.
10) Dilakukan juga pada kasus-kasus inseminasi buatan namun sebelum
inseminasi di lakukan ada baiknya lakukan HSG untuk melihat apakah
ada kelainan-kelainan pada tractus genitalis.
Kontraindikasi HSG

1) Proses-proses inflamasi yang akut pada abdomen


2) Perdarahan pervaginam yang berat
3) Adanya infeksi vagina karena dimungkinkan infeksi menjalar ke dalam
uterus dan tuba.
4) HSG tidak boleh di lakukan segera setelah dikerjakan curettage atau
dilatasi kanalis servisis karena ada kemungkinan masuknya kontras
kedalam vena-vena sekitar uterus.
5) Penyakit ginjal dan jantung
6) Tidak boleh dilakukan segera sebelum dan sesudah menstruasi karena
pada fase ini endotel menebal dan dapat terjadi intravasasi kontras.

Gambaran Hsg

Gambar: Gambaran Hsg Normal


Cairan kontras mengalir tanpa hambatan hingga terlihat
adanya spill
Gambar: Gambaran Hsg dengan tuba yang melebar akibat infeksi
(hidrosalfing)

Sonohisterosalpingografi (sono-HSG)
Sonohisterosalpingografi telah diketahui memiliki sensitvitas yang lebih
tinggi dari HSG untuk mendeteksi patologi intrauterine.
Sonohisterosalpingografi telah dipandang sebagai cara untuk mengevaluasi
patensi tuba pada saat yang sama seperti HSG. Sonohisterosalpingografi
bergantung pada observasi akumulasi cairan pada cul-de-sac sebagai
indikasi patensi tuba. Namun teknik ini tidak memberikan informasi
mengenai anatomi tuba dan tidak dapat menentukan apakah hanya satu
atau kedua tuba yang mengalami patensi. Suatu media kotras sonografi
yang mengandung surfaktan yang menghasilkan gelembung mikro ketika
distimulasi oleh ultrasonografi dapat memperbaiki sensitivitas dalam
mendeteksi patensi tuba, namun pencitraan dua dimensi bidang sagittal
dalam mendeteksi patensi tuba, namun pencitraan dua dimensi bidang
sagittal dan transversal masi tidak adekuat untuk memvisualisasikan
anatomi tuba secara tiga dmensi.
Gambar: Hidrosalpinx atau tabung yang tersumbat. Color Doppler Imaging
digunakan untuk menunjukkan pembuluh darah.

Hysterosalpingo-contras-sonography (HyCosy)
Hysterosalpingo-contras-sonography (HyCosy) adalah modalitas berbasis
ultrasanografi yang memungkinkan evaluasi tuba lebih lengkap pada
infertilitas menyerupai evaluasi ovarium dan uterus. Teknik ini diawali
dengan penggunaan sono-HSG untuk mengidentifikasi kavum uteri dan
pada pengembangannya lebih lanjut ditambahkan dengan penggunaan
medium kontras sonografi yang setelah injeksi ke dalam kavum uteri,
pergerakannya dalam tuba dapat dilihat pada USG-TV, beberaapa
penelitian telah menempatkan HyCosy sebagai teknik diagnosis lini
pertama yang mudah dan akurat. Teknik ini bahkan lebih mudah
dibandingkan HSG dan laparoskopi. Dibandingkan dengan HSG alat yang
dipergunakan pada HyCosy lebih tidak invasif, tidak menyebabkan
paparan sinar x pada ovarium, tidak menyebabkan risiko alergi,
memberikan tentag ovarium dan kavum uteri.
Gambar: Pemeriksan patensi tuba HyCosy

2.9 Penatalaksanaan

Penanganan utama yang dianjurkan adalah TAH + BSO + OM + APP (Total


Abdominal Hysterectomy + Bilateral Salpingo-Oophorectomy + Omentectomy
+ Appendectomy). Dapat dipertimbangkan (optional) instilasi phosphor-32
radioaktif atau khemoterapi profikalis. Sayatan dinding perut harus longitidunal
di linea mediana, cukup panjang untuk memungkinkan mengadakan eksplorasi
secara gentle (lembut) seluruh rongga perut dan panggul, khususnya di daerah
subdifragmatika dan mengirimkan sampel cucian rongga perut untuk
pemeriksaan sitologi eksfoliatif. Bila perlu dapat dilakukan biopsy pada jaringan
yang dicurigai. Radioaterapi akhir-akhir ini tidak mendapat tempat dalam
penanganan tumor ganas tuba dan ovarium karena sifat biologic tumor dan
menyebar melalui selaput perut (surface spreader). Radiasi ini akan merusak alat-
alat vital dalam rongga perut, khususnya usus-usus, hati dan ginjal. Dengan
shielding (perlindungan) alat vital tersebut, akan menyebabkan kurangnya dosis
radiasi. Radioterapi hanya dikerjakan pada tumor bed dan pada jenis histologik
keganasan tertentu seperti disgerminoma.
Penyakit ini dapat diterapi dengan pemberian antibiotika. Tergantung dari
derajat penyakitnya, biasanya diberikan suntikan antibiotik kemudian diikuti
dengan pemberian obat oral selama 10-14 hari. Beberapa kasus memerlukan
operasi untuk menghilangkan organ sumber infeksi, ini dilakukan jika terapi
secara konvensional (pemberian antibiotik) tidak berhasil. Jika terinfeksi
penyakit ini melalui hubunganseksual, maka pasangannya juga harus mendapat
terapi pengobatan, sehingga tidak terinfeksi terus menerus. Operasi radikal
(histerektomi dan salpingo ooforektomi bilateral) pada wanita yang sudah hampir
menopause. Pada wanita yang lebih muda hanya adnexia dengan kelainan yang
nyata yang diangkat.

2.10 Pencegahan
a. Selama kehamilan
Diet yang baik, karena anemia merupakan faktor predisposisi infeksi nifas.
Koitus pada akhir kehamilan sebaiknya dilarang karena memicu pecahnya
ketuban dan terjadi infeksi.

b. Selama persalinan
Petugas dalam kamar bersalin harus memakai masker, bagi yang menderita
infeksi pernafasan tidak boleh masuk ke kamar bersalin, alat yang digunakan
harus bersih dari hama. Pemeriksaan dalam atas indikasi, dan cegah perdarahan.
Usaha pencegahan untuk masuknya kuman dalam jalan lahir, cegah terjadinya
persalinan lama dan menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin.

c. Selama nifas
Penderita dengan tanda infeksi jangan dirawat bersama wanita yang sehat,
pengunjung pada hari pertama dibatasi dan semua alat yang berhubungan dengan
genitalia harus suci hama.
BAB 3

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Adnexitis atau Salpingo-ooforitis adalah radang pada tuba falopi dan radang
ovarium yang terjadi secara bersamaan, biasa terjadi karena infeksi yang
menjalar ke atas sampai uterus, atau akibat tindakan post kuretase maupun post
pemasangan alat kontrasepsi (IUD).

1.1 Saran
Lakukan pencegahan adnexitis dengan melakukan pencegahan seperti yang
sudah dijelaskan dalam makalah.
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan. Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana


Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sastrawinata, sulaiman. 1981. Ginekologi. Bandung : Elstar offset

Sarwono,Winkjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Marmi, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai