Oleh :
Anita Rahayu, S.Ked
1318011016
Perceptor :
dr. Sri Indah Aruminingsih, Sp.Rad
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan
bimbingan-Nya sehingga pembuatan refarat dengan judul ADNEXITIS ini dapat
berjalan dengan lancar dan terselesaikan dengan baik.
Penyusunan refarat ini merupakan salah satu syarat untuk melengkapi tugas
Radiologi dan sekaligus menambah wawasan serta referensi mengenai materi yang
dibahas. Dalam menyelesaikan refarat, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak baik berupa saran, bimbingan dan dukungan moril dan materil akhirnya
makalah ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari refarat ini masih belum sempurna. Untuk itu, saran dan
kritik yang membangun sangat diperlukan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
refarat ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya dan tentunya bagi
penulis sendiri.
Amin.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Oleh karena itu, alangkah baiknya apabila kita dapat mengenal organ
reproduksi dengan baik sehingga kita dapat melakukan deteksi dini
apabila terdapat gangguan pada organ reproduksi. Organ reproduksi pada
wanita dibedakan menjadi dua, yaitu organ kelamin dalam dan organ
kelamin luar. Organ kelamin luar memiliki dua fungsi, yaitu sebagai jalan
masuk sperma ke dalam tubuh wanita dan sebagai pelindung organ kelamin
dalam dari organisme penyebab infeksi.
TINJAUAN PUSTAKA
Pelvis
Os coxae atau tulang innominata terdiri dari tiga komponen: ilium, iscium,
pubis. Kesemuanya bertemu membentuk acetabulum.
Bagian keras pelvis yang dibentuk oleh tulang ada 2 bagian yaitu :
1. Pelvis mayor
2. Pelvis minor
Tempat organ-organ genetalia internal seperti uterus, ovarium, vagina,
dll.
Tuba Faloppi atau yang juga sering disebut sebagai oviduk adalah saluran
yang menghubungkan ovarium dengan rahim. Tuba Falopi berjumlah satu
pasang, di kiri dan kanan. Fungsi utama dari saluran ini adalah sebagai jalur
transportasi ovum dari ovarium ke rahim. Masing-masing tuba faloppi biasanya
memiliki panjang sekitar 10 13 cm dengan diameter 0,5 1,2 cm.
Struktur dan Bagian Bagian Tuba Faloppi
1) Fimbriae, struktur seperti jari yang bersilia, bagian ini berfungsi untuk
menangkap sel telur dari ovarium.
2) Infundibulum, tempat melekatnya fimbriae.
3) Ampula, bagian terluas dari tuba falopi, biasanya merupakan tempat
terjadinya fertilisasi (pertemuan sel sperma dengan sel ovum)
4) Isthmus, merupakan salurah sempit yang mnghubungkan ampula dengan
rongga rahim (uterus).
2.3 Etiologi
1. Infeksi
Radang tersebut kebanyakan akibat infeksi, ini juga bisa datang dari
tempat ekstravaginal lewat jalan darah/menjalar dari jaringan disekitarnya.
Seperti infeksi gonorea, infeksi puerperal dan post abortus. Kira-kira 10%
infeksi juga disebabkan oleh tuberculosis.
2. Tindakan Medis
3. Sebagai akibat perluasan radang dari alat yang letaknya tidak jauh seperti
appendiks.
Radang kebanyakan akibat infeksi yang menjalar ke atas dari uterus
walaupun bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah atau
menjalar dari jaringan sekitar sebab yang paling banyak terdapat infeksi
gonorrhea dan infeksi puerperal dan post abortus 10% disebabkan oleh
TBC. Selain itu timbul radang adneksa sebagai tindakan dari laparatomi
ataupun pemasangan IUD dan perluasan radang dari alat yang letaknya
tidak jauh seperti appendiks.
2.4 Klasifikasi
Disebabkan oleh gonoroe sampai ke tuba dari uterus melalui mukosa. Pada
endosalfing tampak edema seperti hiperemi dan infiltrasi leukosit, pada infeksi
yang ringan epitel masih utuh, tetapi pada infeksi yang lebih berat kelihatan
degenerasi epitel yang kemudian menghilang pada darah yang agak halus, ikut
juga terlihat lapisan otot dan serosa.
Dalam hal yang akhir ini dijumpai eksudat purulent yang dapat keluar
melaluiostium tuba andominalis dan menyebabkan Peradangan disekitarnya
Akan tetapi pada gonorea ada kecenderungan perlekatan fimbria pada Ostium
Tuba Abdominalis yang dapat menyebabkan penutupan pada ostium itu. Nanah
yang terkumpul dalam tuba menyebabkan terjadinya pisosalping. Pada
salpingitis gonorika akut ada kecenderungan bahwa gonokokus menghilang
dalam waktu singkat, biasanya dalam waktu kira-kira 10 hari, sehingga
pembiakannya negative. Salpingitis akut piogenik banyak ditemukan pada
infeksi puerperal atau pada abortus septic, akan tetapi dapat disebabkan pula
sebagai akibat berbagai tindakan seperti kuretase. Infeksi dapat disebabkan
oleh macam-macam kuman infeksi seperti streptococcus (aerobic dan
anaerobic) stapilococcus, echrecia coli, klostridium welchi. Infeksi ini
menjalar dari serviks uteri atau kavum uteri dengan jalan darah atau limfe
ke parametrium lalu ke tuba, meosalfingitis dan dinding tuba menebal dan
menunjukkan infiltrasi leukosit, tetapi mukosa sering normal. Hal ini
merupakan perbedaan yang nyata dengan salfingitis gonoroika, dimana radang
terutama terdapat pada mukosa dengan sering terjadi penymbatan lumen
tuba.Dalam hubungan ini pada salfingitis piogenik kemungkinan lebih besar
bahwa tuba terbuka setelah penyakitnya sembuh.
Gambaran klinik:
Demam, leukositosis, raba nyeri sebelah kanan dan kiri uterus. Setelah
beberapa hari di jumpai dengan tumor dan dengan batas yang tidak jelas dan
nyeri tekan. Bila karena gonorrhea maka kecenderungan perlekatan fimbria
pada ostium tuba abdominali sehingga menyebabkan penutupan ostium,
timbul nanah-nanah yang terkumpul dalam tuba menyebabkan terjadinya
pleolosalping. Menghilang dalam 10 hari, sehingga pembiakannya positif. Bila
infeksi timbul salpingitis akuta, mesosalphing dan dinding tuba menebal dan
infiltoasi leukosit, mukosa normal.
Diagnosis diferensial
a. Appendiksitis akut
b. Pleutis akut
c. Torsi ektopik yang terganggu.
Terapi
a) Istirahat baring
b) Perawatan umum
c) Antibiotik dan analgetik
d) Pembedahan perlu dilakukanya.
a. Hidrosalping
Pada hidrosalping terdapat penutupan ostium tuba abdominalis. Sebagian
dari epitel mukosa tuba masih berfungsi dan mengeluarkan cairan akibat
retensi cairan tersebut dalam tuba. Hidrosalping sering kali ditemukan
bilateral. Hidrosalping dapat berupa hidrosalping simpleks dan hidrosalping
follikularis. Pada hidrosalping simpleks terdapat satu ruangan berdinding tipis,
sedang hidrosalping follikularis terbagi dalam ruangan kecil.
b. Piosalping
Piosalping dalam stadium menahun merupakan kantong dengan dinding
tebal yang berisi nanah. Pada piosalping biasanya terdapat perlekatan dengan
jaringan disekitarnya.
Pada kista tuba ovarial, hidrosalping bersatu dengan kista folikel ovarium,
sedang pada abses tuba ovarial piosalping bersatu dengan abses ovarium.
Abses ovarium yang jarang terdapat sendiri,dari stadium akut dapat memasuki
stadium menahun.
e. Salpingitis tuberkulosa
Salpingitis tuberkulosa merupakan bagian penting dari tuberkulosis
genetalis..
Gejala-gejala
Rasa nyeri yang cukup kuat diperut bagian bawah, sebelah kiri atau
kanan yang bertambah keras dan pada pekerjaan berat disertai penyakit
pinggang, leukoria, haid yang banyak dengan siklus yang sering dan tidak
teratur penderita mengeluh disparenia dan infertuita dismenorhea.
Terapi
2.5 Patofisiologi
2. Kriteria Tambahan
a. Keluarnya cairan yang tidak normal dari vagina, umumnya berbau,
berwarna kuning atau kehijauan
b. Panas tubuh mencapai 38 derajatcelcius
c. Pasien pernah mengalam gonorrhe atau Chlamydia. Diagnosia
Diferensial ialah kehamilan Ektopik, abortus septic, torsi atau rupture
kista ovarium, endometriosis, apendisitis akut, dan radang pada usus
halus atau colon.
Histerosalpinografi
Merupakan pemeriksaan dengan menggunakan sinar X dengan penggunaan
sinar kontras yang di masukkan ke rongga Rahim dan saluran telur (tuba
faloppi). Tujuannya untuk mengetahui kondisi saluran telur apakah terjadi
sumbatan pada saluran telurs atau tidak, penyumbatan pada saluran telur
dapat menyebabkan infertilitas (mandul). Pemeriksaan HSG juga dapat
mengevaluasi bentuk, ukuran, dan struktur rongga uterus sehingga dapat
mendeteksi beberapa kelainan seperti tumor jinak di uterus yang tumbuh ke
arah rongga uterus (mioma uteri jenis submukosum), polip Rahim,
perlengketan (adhesi) dinding uterus atau kelainan bawaan rongga uterus
seperti adanya sekat pada uterus (septum). Pemeriksaan ini juga dapat
mengetahui keguguran berulang. Waktu yang optimum untuk melakukan
HSG adalah pada hari ke 9-10 sesudah haid mulai. Pada saat itu biasanya
haid sudah berhenti dan selaput lender uterus sifatnya tenang. Bila mana
masih ada perdarahan dengan sendirinya HSG tidak boleh dilakukan
karena ada kemungkinan masuknya kontras ke dalam pembuluh darah
balik. Adapun bahan kontras yang digunakan adalah lipiodol ultrafluid
untuk pemeriksaan HSG. Kekurangan lipiodol adalah bahwa resorpsi
kembali berlangsung lama sekali jika kontras ini masuk ke rongga
peritoneum. Selain itu dapat juga memakai bahan kontras urografin 60%
(meglumin diatrizoate 60% atau sodium diatrizoate 10%). Bahan kontras
ini sifatnya encer, memberikan opasitas yang memuaskan dan mudah
masuk ke dalam tuba. Bahan kontras lain yang sering dipakai disini
memberikan hasil yang sama seperti urografin misalnya hipaque 50%
(sodium diatrizoate), endografin (meglumine iodipamide), diaginol viscous
(sodium acetrizoate plus dextran), salpix (sodium acetrizoate plus
polyvinyl pylolidone), isopaque (metrizoate), lipiodol ultrfluid dsb.
Indikasi HSG yaitu :
1) Sterilitas primer maupun sekunder untuk melihat potensi tuba
2) Untuk memberikan gambaran tentang kelainan- kelainan uterus dan
kanalis servisis.
3) Jika HSG dikerjakan sesudah operasi tuba maka untuk menentukan
berhasil tidaknya operasi.
4) Untuk menentukan apakah IUD (intra uterine device) masih ada dalam
kavum uteri, sebelumnya dilihat dulu foto polos seluruh abdomen
untuk melihat apakah IUD masih dalam abdomen.
5) Jika ada perdarahan pervaginam sedikit, misalnya yang disebabkan
oleh mioma uteri, polip endometrium, adenomatorus
6) Jika ada abortus habitualis dalam trimester kedua, maka lebar dan
konfigurasi ostium uteri internum dapat di ketahui dengan pemeriksaan
HSG.
7) Jika ada kelainan bawaan uterus atau adhesi dalam kanalis servisis dan
kavum uteri yang dapat menyebabkan abortus
8) HSG juga dilakukan sesudah section caesaria untuk melihat parut-parut
pada serviks dan uterus.
9) Jika ada tumor maligna kavum uteri diperiksa untuk melihat lokasi,
ekstensi, dan bentuk tumor seperti koriokarsinoma.
10) Dilakukan juga pada kasus-kasus inseminasi buatan namun sebelum
inseminasi di lakukan ada baiknya lakukan HSG untuk melihat apakah
ada kelainan-kelainan pada tractus genitalis.
Kontraindikasi HSG
Gambaran Hsg
Sonohisterosalpingografi (sono-HSG)
Sonohisterosalpingografi telah diketahui memiliki sensitvitas yang lebih
tinggi dari HSG untuk mendeteksi patologi intrauterine.
Sonohisterosalpingografi telah dipandang sebagai cara untuk mengevaluasi
patensi tuba pada saat yang sama seperti HSG. Sonohisterosalpingografi
bergantung pada observasi akumulasi cairan pada cul-de-sac sebagai
indikasi patensi tuba. Namun teknik ini tidak memberikan informasi
mengenai anatomi tuba dan tidak dapat menentukan apakah hanya satu
atau kedua tuba yang mengalami patensi. Suatu media kotras sonografi
yang mengandung surfaktan yang menghasilkan gelembung mikro ketika
distimulasi oleh ultrasonografi dapat memperbaiki sensitivitas dalam
mendeteksi patensi tuba, namun pencitraan dua dimensi bidang sagittal
dalam mendeteksi patensi tuba, namun pencitraan dua dimensi bidang
sagittal dan transversal masi tidak adekuat untuk memvisualisasikan
anatomi tuba secara tiga dmensi.
Gambar: Hidrosalpinx atau tabung yang tersumbat. Color Doppler Imaging
digunakan untuk menunjukkan pembuluh darah.
Hysterosalpingo-contras-sonography (HyCosy)
Hysterosalpingo-contras-sonography (HyCosy) adalah modalitas berbasis
ultrasanografi yang memungkinkan evaluasi tuba lebih lengkap pada
infertilitas menyerupai evaluasi ovarium dan uterus. Teknik ini diawali
dengan penggunaan sono-HSG untuk mengidentifikasi kavum uteri dan
pada pengembangannya lebih lanjut ditambahkan dengan penggunaan
medium kontras sonografi yang setelah injeksi ke dalam kavum uteri,
pergerakannya dalam tuba dapat dilihat pada USG-TV, beberaapa
penelitian telah menempatkan HyCosy sebagai teknik diagnosis lini
pertama yang mudah dan akurat. Teknik ini bahkan lebih mudah
dibandingkan HSG dan laparoskopi. Dibandingkan dengan HSG alat yang
dipergunakan pada HyCosy lebih tidak invasif, tidak menyebabkan
paparan sinar x pada ovarium, tidak menyebabkan risiko alergi,
memberikan tentag ovarium dan kavum uteri.
Gambar: Pemeriksan patensi tuba HyCosy
2.9 Penatalaksanaan
2.10 Pencegahan
a. Selama kehamilan
Diet yang baik, karena anemia merupakan faktor predisposisi infeksi nifas.
Koitus pada akhir kehamilan sebaiknya dilarang karena memicu pecahnya
ketuban dan terjadi infeksi.
b. Selama persalinan
Petugas dalam kamar bersalin harus memakai masker, bagi yang menderita
infeksi pernafasan tidak boleh masuk ke kamar bersalin, alat yang digunakan
harus bersih dari hama. Pemeriksaan dalam atas indikasi, dan cegah perdarahan.
Usaha pencegahan untuk masuknya kuman dalam jalan lahir, cegah terjadinya
persalinan lama dan menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin.
c. Selama nifas
Penderita dengan tanda infeksi jangan dirawat bersama wanita yang sehat,
pengunjung pada hari pertama dibatasi dan semua alat yang berhubungan dengan
genitalia harus suci hama.
BAB 3
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Adnexitis atau Salpingo-ooforitis adalah radang pada tuba falopi dan radang
ovarium yang terjadi secara bersamaan, biasa terjadi karena infeksi yang
menjalar ke atas sampai uterus, atau akibat tindakan post kuretase maupun post
pemasangan alat kontrasepsi (IUD).
1.1 Saran
Lakukan pencegahan adnexitis dengan melakukan pencegahan seperti yang
sudah dijelaskan dalam makalah.
DAFTAR PUSTAKA