Disusun oleh :
Preseptor :
Retti Nurhajatin Miraprahesti, dr., SpM
ii
• Tata laksana ....................................................................................................................... 13
V. Prognosis ............................................................................................................................ 14
Kesimpulan
Daftar Pustaka
iii
BAB I
BASIC SCIENCE
A. ANATOMI
Ciliary body
Merupakan lapisan kedua dari bola mata, yaitu lapisan vaskulosa yang terletak di bagian
anterior, memanjang dari iris - choroid
Ukuran : 6 – 6,5
Bentuk : segitiga
Terdapat 2 bagian :
Pars plica : terletak di 1/3 anterior, memiliki cilliary process bentuk bergerigi
fan memiliki otot ciliary
Pas plana : terletak di 2/3 posterior, rata di belakang
Memiliki :
Suspensory ligament untuk menggantungkan lensa
Otot ciliary untuk menebal dan menipiskan lensa saat akomodasi
Pembuluh darah : ciliar prodo
Terdapat zanula zinii
outer : longitudinal
Middle : oblique
Inner : circular
1
Anterior Chamber angle
Aqueous Humor
2
2. Outflow aqueous humor
Aliran: processus ciliary -> Camera oculli posterior -> melalui pupil -> camera occuli anterior
-> aliran bersikulasi dengan 2 cara:
Jalur konvensional (80%) yaitu angle of anterior chamber
COA -> trabecula meshwork (sudut antara iris dan kornea) -> schlemm canalis -> Aqueous
vein -> episclera vein -> venous circulation
Jalur non konvensional (20%) yaitu (uveouscleral outflow)
COA -> ciliary body -> suprachoroidal space -> venous circulation of ciliary body, chorioid
and sclera.
Terdapat perbedaan tekanan sekitar 5mmhg antara anterior chamber dengan episcleral vein
sehingga aqueos mengalir ke venous system
3
BAB II
CLINICAL SCIENCE
GLAUKOMA
I. Definisi
Merupakan penyakit kronis yang di tandai oleh tekanan bola mata (TIO) yang lebih
tinggi dari normal, sehingga merusak serabut saraf dari diskus optikus, disertai pengurangan
lapang pandang
II. Etiologi
Penyebab meningkatnya tekanan intraocular adalah obstruksi drainase dari aqueos
humor melalui
- Angle of anterior chamber
- Pupil
4
IV. Patofisiologi
Adanya gangguan pengaliran aqueous humor, aliran AH ini di pengaruhi oleh
tekanan bola mata, tekanan vena episklera, dan fiskositas AH.
Ganggua dinamika AH terjadi pada:
1. Pembentukan AH yang berlebihan ,keadaan ini jarang
2. Hambatan pada pengaliran AH dari COP ke COA karena adanya blok pupil
3. Hambatan aliran AH dari COA ke kanal schlemm yang terjadi di trabekel
misalnya adanya sudut sempit , membrain di depan trabecular
4. Hambatan pembuangan msialnya hambatann pada kanalis schlemm, saluran
kolektor atau uveoskleral walaupun jarang.
V. Klasifikasi
5
- Juvenile : Saat pubertas
• Aquired
- Primary ( Open angle & angle closure)
- Secondary
• Glaukoma Primer
- Glaukoma sudut terbuka (glaukoma simplek)
- Glaukoma sudut sempit
• Glaukoma Kongenital
- Primer atau infantil
- Menyertai kelainan kongenital lainnya
• Glaukoma Sekunder
- Perubahan lensa
- Kelainan pada uvea
- Trauma
- Bedah
- Steroid dan lainnya
• Glaukoma Absolut
Stadium akhir glaukoma (sempit/terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat
tekanan bola mata yang memberikan gangguan fungsi lanjut.
Tanda dan temuan fisik:
- Kornea keruh
- Bilik mata dangkal
- Papil atrofi dengan ekskavasi glaukomatosa
- Mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit
- Sinar beta pada badan siliar unt menekan funfsi badan siliar
6
• Etiologi
Genetik : Adanya sclerosis pada trabecular network / lapisan endotel dari
schlemm canalis
• Insidensi
• Usia 60-70 tahun
• Laki laki perempuan sama
• Ras kulit hitam
• Mengenai kedua mata
• Herediter : keturunan pertama lebih beresiko
• Miopi
• Tanda
- Mata tenang
- TIO > 21 mmHg
- Atrofi papil glaukomatosa
- Defek lapang pandang
• Gejala
- Mata tenang, pegal
- Sakit kepala stad lanjut
- Bila jalan nabrak dan mudah tersandung
• Diagnosis
Karakteristik POAG
IOP >21 mmhg
Optic nerve demage
Penurunan lapang pandang
Sudut terbuka dari anterior chamber
7
Hasil Funduskopi
8
Penghambat adrenergic –beta (betaxolol 0,5 mg selektif, dan timolol 0,5 %
tidak selektif)
Menghambat adrenasi bikarbonat ( brinzolamide)
Meningkatkan aliran keluar aqueos humor :
Analog Prostaglandin (Latanapros, travapros)
Obat Parasimpatomimetik/miotikum (pilokarpin)
2. Fisrt line di berikan adrenergic –beta, apabila tdk turun >20% diubah menjadi
analog pros/adrenasi. Apabila turun >20% tetapi tidak mencapai target berikan
kombinasi. Pasien tidak putus berobat/control 1x/bulan TIO < 21 mmHg
dengan pengobatan
3. Laser : Trabekuloplasti
Untuk meningkatkan outflow
Bila TIO > 21 mmHg dengan obat dan terdapat kemunduran fungsi mata.
Apabila dengan terapi medikamentosa fungsi mata mundur.
4. Bedah : Trabekulekotomi
• Faktor Resiko
- Riwayat keluarga glaucoma
- Usia lanjut
- Hipermetropia
- Lensa mata yang tebal
- Bilik depan mata dangkal ( perifer atau sentral)
- Diameter aksial bola mata pendek
• Etiologi
Genetik, yang ditandai dengan adanya :
Mata Hipermetropi
Penyempitan sudut anterior chamber
Anterior chamber dangkal
Iris-lens terdorong kedepan
9
• Insidensi
• Usia 50-60 tahun
• Laki laki lebih beresiko
• Menyerang bilateral > salah satu mata terlebih dahulu
• Herediter
• Kelainan refraksi
• Terjadi pada suku Asian dan ekskimo
• Patogenesis
Terdiri dari 3 mekanisme :
1. Relative pupil block
10
3. Irido-trabecular contact
Glaukoma sudut tertutup primer terjadi pada mata dengan predisposisi anatomis tanpa disertai
kelainan lain. Peningkatan tekanan intraocular terjadi karena sumbatan aliran keluar aqueous
akibat adanya oklusi anyaman trabekular pleh iris perifer. Keadaan ini dapat bermanifestasi
sebagai suatu kedaruratan oftalmologik atau dapat tetap asimptomatik sampai timbul
penurunan penglihatan. Diagnosis ditegakan dengan melakukan pemeriksaan segmen anterior
dan gonioskopi yang cermat. Istilah glaukoma sudut tertutup primer hanya digunakan bila
penutupan sudut primer telah menimbulkan kerusakan nervus optikus dan kehilangan lapangan
pandang.
Tumbuhnya lensa
Iris tebal
Akomodasi
Dilatasi pupil
11
• Tanda
• Injeksi konjungtiva, Injeksi silier
• TIO meningkat >21mmHg
• Pada perabaan keras seperti kelereng
• Pupil semi dilatasi dan tak bereaksi terhadap sinar
• Kornea keruh & edem
• COA dangkal
• Iris bengkak, terdorong ke depan, rincian iris tidak jelas
• Lensa keruh
• funduskopi sukar karena kekeruhan media penglihatanPapil saraf optic
glaukomatosa (hiperemis, edem)
• Gejala
• Mata sangat merah
• Penglihatan sangat turun secara mendadak
• Nyeri hebat pada mata yang menjalar dalam beberapa jam dan hilang setelah
tidur sebentar
• Sakit kepala hebat di area belakang.
• Mual, muntah
• Melihat pelangi (halo) sekitar lampu
• Efek tyndall (+)
• Injeksi (+)
• Pemeriksaan
• Injeksi siliaris dan konjunctiva
• TIO > 50 mmHg, pupil dilatasi, reflek -.
• Cornea: epithelial edema, keruh
• Ant chamber: dangkal ,flare / cell (+),
• Papil edema, retina edema
12
• Tata laksana
Tatalaksana glaukoma bertujuan untuk menurunkan TIO
Tatalaksana awal Glaukoma sudut tertutup :
- Berikan asetazolamid 500 mg IV apabila TIO < 50 mmHg atau oral ( bukan
kerja lambat) apabila TIO< 50 mHg, apabila di berikan IV dapat ditambahkan
dengan dosis oral 500 mg
- Berikan apraclonide 1 %, timolol 0,5 %, prednisolone 1% atau dexamethason
pada mata yang mengalami serangan
- Pilocarpine 2- 4% satu tetes pada mata yg mengalami serangan, di ulangi
setelah setengah jam dan 1 tetes sebagai profilksis pada mata kontralateral.
- Analgetik dan anti emetic
Tata laksana lanjutan
- Pilokarpin 2 % 4kali/hari pada mata yang mengalami serangan
- Streroid topikal (prednisolon 1% atau dexamethason 0,1%) 4 kali/hari
apabila mata mengalami peradangan akut
- Timolol 0,5 % 2kali/hari ,aproclonide 1% 3 kali/hari, dan atau
asetazolamid 250 mg 4 kali/hari mungkin di butuhkan sesuai respon terapi
Setelah terapi berhasil, kornea sudah jernih kembali,bilik mata depan tenang dan TIO
normal dilakukan iridoktomi bilateral
13
Manajemen selanjutnya observasi , terapi untuk peningkatan TIO yang dapat
di pertahankan, pilokarpin jangka panjang dosis rendah .
V. Prognosis
Baik jika:
Diagnosis dini dan tepat,
TIO terkontrol dengan obat-obat/ bedah
Kesadaran pasien untuk cek TIO dan pemberian obat-obat,
Penemuan kasus diantara keluarga glaukoma.
14
KESIMPULAN
1) Glaukoma Primer
2) Glaukoma Kongenital
3) Glaukoma Sekunder
4) Glaukoma Absolut
Semua jenis glaukoma harus dikontrol secara teratur ke dokter mata selama hidupnya.
Hal tersebut dikarenakan tajam penglihatan dapat menghilang secara perlahan tanpa diketahui
penderitanya. Obat-obat yang dipakai perlu dikontrol oleh dokter spesialis mata agar
disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Satu hal yang perlu ditekankan adalah bahwa saraf mata
yang sudah mati tidak dapat diperbaiki lagi. Medikamentosa dan tindakan pembedahan hanya
untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dari saraf mata tersebut.¹ Karena kerusakan yang
15
disebabkan oleh glaukoma tidak dapat diperbaiki, maka deteksi, diagnosa dan penanganan
harus dilakukan sedini mungkin.Meskipun belum ada cara untuk memperbaiki kerusakan
penglihatan yang terjadi akibat glaukoma, pada kebanyakan kasus glaukoma dapat
dikendalikan. Glaukoma dapat ditangani dengan obat tetes mata, tablet, tindakan laser atau
operasi yang bertujuan untuk menurunkan/menstabilkan tekanan bola mata dan mencegah
kerusakan penglihatan lebih lanjut. Semakin dini deteksi glaukoma maka akan semakin besar
tingkat kesuksesan pencegahan kerusakan penglihatan.
16
DAFTAR ISI
1. Moore keith L, Dalley AF, Argur AMR. Moore Clinically Oriented Anatomy. seven
edition.
3. Vaughan, Asbury. General Ophthalmology. 19th ed. (Eva PR, Augsburger JJ, eds.).
5. Kemenkes RI. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Siatuasi
dan Analisi Glaukoma.
6. Weinreb RN, Aung T, Medeiros FA. The Pathophysiology and Treatment of Glaucoma.
2015;311(18):1901-1911
9. C. Lisa Prokopich, OD, MSc, FAAO. Screening, Diagnosis, and Management of Open
Angle Glaucoma: An Evidence-Based Guideline for Canadian Optometrists. Canadian
Journal of Optometry. 2017; 79
11. Kwon YH, Fingert JH, Kuehn MH, Alward WLM. Primary Open-Angle Glaucoma. N
Engl J Med. 2013 Jul 3; 360(11): 1113–1124.
12. Kanski, J.J. and Bowling, B. 2015. Clinical Opthalmology. 8th ed. London: Butterworth
Heinemann Elsevier.
13. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke 5. Fakultas Kedokteran Universitas
17
Indonesia. 2014
15. Vaughan, Daniel G, MD, Asbury, Taylor, MD, dan Riordan-Eva, Paul, FRCS,
FRCOphth. Editor; Diana Susanto. Oftalmologi Umum. EGC. Jakarta. 2009. hal; 12 dan
212-229
16. Barbara C, Marsh, Louis B, Cantor. The speath Gonioscopic Grading System. Last
updated june 2005. Available from
http://www.glaucomatoday.com/art/0505/clinstrat.pdf
20. Khurana, A.K. Comprehensive Opthalmology. 4th edition. New Age International (P)
limited. New Delhi. 2007. Hal 205-208
18