Disusun oleh :
Kelompok 2
Zulfadli (220902700)
KEPERAWATAN TRANSFER
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
Berdasarkan ilmu anatomi, mata manusia terbagi menjadi dua bagian yaitu
bagian dalam dan bagian luar. Berikut ini struktur dari bagian mata beserta
fungsinya masing-masing bagian :
1. Bagian dalam
e. Iris, Iris juga mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dan
dikendalikan oleh syaraf.
f. Pupil, berfungsi sebagai tempat untuk mengatur banyak sedikitnya
cahaya yang masuk kedalam mata Pupil merupakan tempat lewatnya
cahaya menuju retina.
2. Bagian luar
A. DEFINISI
B. KLASIFIKASI
1. Katarak komplikata
2. Katarak traumatik
C. ETIOLOGI
1. Trauma mata
2. Umur
3. Genetic
4. Diabetes mellitus
5. Hipertensi
7. Alkohol
8. Radiasi ultrafiolet
D. MANIFESTASI KLINIS
3. Silau
5. Penglihatan ganda atau banyak gambar dalam satu mata (gejala ini dapat
terjadi ketika katarak semakin membesar).
E. PATOFISIOLOGI
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar.
Lensa mengandung tiga komponen anatomis, pada zona sentral terdapat
nucleus, diperifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah
kapsul anterior danposterior, dengan bertambahnya usia, nekleus mengalami
perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitaster terdapat
densitas seperti duri dianterior dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul
posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti
kristal salju pada jendela. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa
menyebabkan hilangnya transparansi. Perubahan pada serabut halus
multiple (zunula) yang memanjang dari badansilier di sekitar daerah di luar
lensa dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia
dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan
pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influis air ke
dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar (Tamsuri, 2012).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
G. PENATALAKSANAAN
A. PENGKAJIAN
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
2) Mata
3) Telinga
4) Hidung
5) Mulut
6) Leher
7) Paru – paru
8) Jantung
9) Abdomen
10) Ekstremitas
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Verbalisasi
melihan
bayangan
meningkat
b. Orientasi
membaik
(L.09093) diagnosis,
pengobatan dan
prognosis
c. Ciptakan
lingkungan tenang
dan tanpa gangguan
dengan
pencahayaan dan
suhu ruang nyaman
(I.9314)
3 Resiko jatuh dihubungkan Setelah dilakukan Observasi
dengan gangguan Tindakan selama
a. Identifikasi faktor
penglihatan (katarak) 3 x 24 jam
jatuh
(D.0143). diharapkan
tingkat jatuh b. Identifikasi faktor
menurun dengan lingkungan yang
kriteria hasil : meningkatkan
risiko jatuh
a. Jatuh dari
tempat tidur c. Hitung risiko jatuh
menurun menggunakan skala
(I.14540)
4 Resiko infeksi dihubungkan Setelah dilakukan Observasi
dengan efek prosedur Tindakan
a. Monitor tanda dan
invasive (D.0142). keperawatan
gejala infeksi lokal
selama 2 x 24
dan sistemik
jam diharapkan
tingkat infeksi Terapeutik
menurun dengan a. Cuci tangan
kriteria hasil : sebelum dan
sesudah kontak
a. Nyeri
dengan pasien dan
menurun
lingkungan pasien
b. Kadar sel Edukasi
darah putih a. Jelaskan tanda dan
meningkat gejala infeksi
b. Ajarkan cara
mencuci tangan
(L.14137) dengan benar
c. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
d. Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan.
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a) Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 70 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Berjualan
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Jl. Angsa Raya
Diagnosa Medis : Katarak
Tanggal dan jam masuk perawatan : 10 Juni 2023 jam 15:30
2. Status Kesehatan Saat Ini
a. Keluhan Utama
Pasien masuk dengan keluhan utama pandangan kabur, tidak jelas
saat melihat
b. Alasan Masuk Rumah Sakit
Pasien mengatakan terdapat keluhan pada mata sebelah kanannya
setelah dilakukan pencangkokan kornea, setelah kontrol ke dokter
mata ternyata di dapatkan adanya hasil katarak pada Tn. S
c. Faktor Pencetus
Pencangkokan korne yang dilakukan pada bulan Februari lalu
d. Lamanya Keluhan
Pasien mengatakan terdapat keluhan mata sudah lumayan terasa
sejak sebeulan setelah pencagkokan kornea mata
e. Timbulnya Keluhan
Timbulnya keluhan secara bertahap
f. Upaya yang dilakukan pasien untuk mengatas keluhan
Pasien mengatakan sering menggunakan obat tetes mata dan pergi
ke dokter spesialis mata saat keluhan yang dirasakan semakin
berat
3. Riwayat Kesehatan Lalu
a. Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan pernah mengalami infeksi pada mata sebelah
kiri
b. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit
c. Kecelakaan
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan
d. Pernah di rawat
Pasien mengatakan pernah di rawat karena pencegahan kornea
pada mata sebelah kiri
e. Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi obat, makanan dan
minuman
4. Pola Eliminasi
a. Eliminasi Feses
1) Pola BAB
Pasien mengatakan sebelum dan sesudah di rawat frekuensi
BAB 1 kali/hari, konsistensi lunak berwarna kecoklatan. Lendir
(-), darah (-), konstipasi (-)
b. Pola BAK
Sebelum sakit frekuensi BAK 5-6 kali, sesudah sakit frekuensi
BAK 3-4 kali sehari. Berwarna kuning, tidak berbau
5. Pola Tidur
a. Kebiasaan tidur (Waktu tidur, lama tidur dalam sehari)
Pasie mengatakan kebiasaan tidurnya normal, pasien biasa tidur
pada jam 9-10 malem dan bangun jam 5 pagi, pasien jarang sekali
tidur siang. Saat di rawat pasien mengatakan tidurnya kurang
menentu, sering terbangun dan sulit untuk tidur lagi karean perasaan
cemas dan nyeri pasca oprasi.
6. Pola Nutrisi
Pasien mengatakan saat sebelum sakit dan sesudah di rumah sakit tidak
ada perubahan dalam makan, tetap habis satu porsi dewasa. Nasi yang
padat, tidak lembek.
7. Pola Kognitif – perseptual sensori
Q : Seperti tertusuk-tusuk
S :5
8. Pemeriksaan fisik
a. GCS : 15
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Penampilan : Pasien tampak lemah
d. TTV : TD 120/70 mmHg, RR 20 x/mnt, S 36,8C, N 89
x/mnt
e. Kepala : Bentuk normal, keadaan bersih
f. Mata : Pasien tidak dapat melihat dengan jelas
g. Hidung : Tampak bersih, tidak terdapat secret
h. Telinga : Tampak bersih, tidak terdapat kelainan
i. Mulut dan tenggorokan : Tidak terdapat gangguan bicara,
gigi normal
j. Dada
Jantung
Inspeksi : Smetris
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : Pekak
Auskultasi: Normal, Lup-Dup
Paru
Hematologi
PPT
APTT
Kimia Klinik
Ureum 35 10 – 50 mg/dl
Elektrolit
m. Terapi Obat:
Data Subjetif:
- Pasien mengatakan cemas dan
khawatir menghadapi oprasi
katarak yang akan di lakukan
- Pasien mengatakan takut
pengelihatannya tidak dapat
kembali seperti semula setelah
dilakukan oprasi Ansietas Kekawatiran
- Pasien mengeluh pusing (D.0080) Mengalami
Data Objektif: Kegagalan
- Pasien tampak cemas dan
gelisah
- Pasien terlihat tegang
- TTV:
TD 120/70 mmHg
RR 20 x/mnt
S 36,8C
N 89 x/mnt
Data Subjektif:
- Pasien mengatakan nyeri
- Didapatkan PQRST
P : Luka oprasi katarak
pada mata sebelah kiri,
Q : Seperti tertusuk-tusuk
R : Mata sebelah kiri
S :5
T : Hilang saat istirahat, Nyeri Akut Agen
timbul saat sedang (D.0077) Pencedera
beraktivitas (Hilang Timbul) Fisik
Data Objektif:
- Pasien tampak meringis dan
gelisah
- TTV:
TD 130/80 mmHg
RR 20 x/mnt
S 36,5C
N 85 x/mnt
Data Subektif:
- Pasien mengatakan matanya
terasa pegal dan agak gatal
- Pasien mengatakan tidak
merasakan pusing
Data Objektif: Resiko Efek
- Pasien tampak selalu ingin Infeksi Prosedur
mengusap bagian matanya (D.0142) Invasif
- TTV:
- TD 130/80 mmHg
- RR 20 x/mnt
- S 36,5C
- N 85 x/mnt
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ansietas b/d kekhawatiran mengalami Setelah dilakukan tindakan keperawatan Reduksi Ansietas (I.09314)
kegagalan (D.0080) selama 1 x 24 jam tingkat ansietas
Observasi
menurun dengan kriteria hasil:
- Identifikasi saat tingkat ansietas
1. Pasien mengatakan kecemasan
berubah (mis: Stresor karna
dan kegelisahannya mulai
ketakutan tindakan optasi)
menurun
- Monitor tanda-tanda ansietas
2. Tekanan darah dalam batas
Terapeutik
normal
- Ciptakan suasana terapeutik untuk
3. Tidak ada keluhan pusing
menumbuhkan kepercayaan
- Pahami situasi yang membuat
ansietas
- Motivasi mengidentivikasi situasi
yang memivu kecemasan
Edukasi
- Informasikan secara faktual
mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama paien
- Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
Nyeri akut b/d agen pencedera fisik Setelah dilakukan Tindakan keperawatan Manajemen Nyeri (I.08238)
(D.0077)
2 x 24 jam. Keluhan nyeri yang Observasi
dirasakan pasien menurun dengan kriteria
- Identifikasi lokasi, karakteristik,
hasil:
durasi, frekuensi, kualifikasi, dan
1. Perilaku verbal dan non verbal skala nyeri
pasien baik - Identifikasi respon nyeri non
2. Pasien mengatakan nyerinye verbal
berkurang atau hilang Terapeutik
3. Ekspresi pasien tidak gelisah dan - Berikan teknik non farmakologi
meringis - Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Keluhan kesulitan tidur hilang - Kontrol lingkungan yang
5. TTV dalam batas normal memperberat
Edukasi
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan teknik nonfarma kologis
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
- Pemberian analgesik
Resiko Infeksi b/d efek prosedur Setelah dilakukan Tindakan keperawatan Pencegahan Infeksi (I.14539)
invasive (D.0142) 2 x 24 jam. Tidak terjadi infeksi pada
Observasi
pasien dengan kriteria hasil:
- Monitor tanda dan gejala infeksi
Tidak ditemukan tanda dan gejala
lokasi dan sistemik
terjadinya infeksi
Terapeutik
- Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
- Pertahankan teknik aseptik pada
pasien
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cuci tangan yang baik
- Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi dan cairan
D. EVALUASI KEPERAWATAN
RR 20 x/mnt
S 36,8C
N 89 x/mnt
Q : Seperti tertusuk-tusuk
S :5
O:
- Pasien tampak meringis dan sedikit tenang saat diberikan teknik
relaksasi nafas dalam
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
- Manajemen Nyeri
- Monitor TTV
- Fasilitasi istirahat tidur
- Ajarkan teknik nonfarmakologi
11/06/23 Resiko Infeksi b/d S:
efek prosedur
- Pasien mengatakan mata sebelah kiri pegal dan terasa gatal
invasive (D.0142)
- Pasien dan keluarga mengatakan paham akan penceghan menangani
tanda dan gejala dari infeksi
O:
- Tidak terlihat tanda dan gejala infeksi pada pasien
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
- Beri edukasi cara meneteskan obat mata dengan cara yang benar
- Ajarkan mencuci tangan dengan benar
- Berikan pemahaman tentang resiko dan pencegahan infeksi
12/06/23 Nyeri akut b/d S:
agen pencedera
- Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang dengan pengkajian nyeri
fisik (D.0077)
P : Luka oprasi katarak pada mata sebelah kiri,
Q : Seperti tertusuk-tusuk
S : 5 menjadi 2
O:
- Pasien tampak rileks dan tenang, tidak ada keluhan seperti mual
muntah, pusing, kualitas tidur membaik
- TTV
TD: 130/80 mmHg
S: 36,5C
RR: 20 x/mnt
N: 80 x/mnt
A: Masalah Teratasi
P: Hentikan Intervensi
12/06/03 Resiko Infeksi b/d S:
efek prosedur
- Pasien mengatakan mata sebelah kiri pegal dan terasa gatal
invasive (D.0142)
- Pasien dan keluarga mengatakan paham akan penceghan menangani
tanda dan gejala dari infeksi
O:
- Tidak terlihat tanda dan gejala infeksi pada pasien
- Pasien dan keluarga paham dengan penjelasan mengenai tanda dn
gejala infeksi
- Pasien mempraktekan mencucui tangan dan cara meneteskan obat
mata dengan baik dan benar
A: Masalah Teratasi
P: Hentikan Intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas and Yulianti, S. (2017) Ilmu Penyakit Mata Edisi Kelima. 5th edn. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.