Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH KATARAK

Disusun oleh :

Kelompok 2

Defi Wulandari (22090270056)

Andini Indrawati (22090270057)

Yosalinda Ratu Builqist (22090270060)

Zulfadli (220902700)

KEPERAWATAN TRANSFER

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

SEMESTER GENAP 2023


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB I KONSEP DASAR ANATOMI FISIOLOGI


A. ..........................................................................................................................
B. ..........................................................................................................................

BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT


A. ........................................................................................................................
B. ........................................................................................................................
C. ........................................................................................................................

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. ..........................................................................................................................
B. ..........................................................................................................................

BAB IV PEMBAHASAN KASUS


A. ..........................................................................................................................
B. ..........................................................................................................................

BAB V INTEGRASI HASIL PENELITIAN


A. ..........................................................................................................................
B. ..........................................................................................................................

BAB VI KONSEP ETIK KEPERAWATAN


A. ..........................................................................................................................
B. ..........................................................................................................................

BAB VII CONTOH KASUS ETIK KEPERAWATAN


A. ..........................................................................................................................
B. ..........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

KONSEP ANATOMI FISIOLOGI

A. ANATOMO FISIOLOGI MATA

Berdasarkan ilmu anatomi, mata manusia terbagi menjadi dua bagian yaitu
bagian dalam dan bagian luar. Berikut ini struktur dari bagian mata beserta
fungsinya masing-masing bagian :

1. Bagian dalam

a. Konjungtiva, berfungsi untuk melindungi kornea dari gesekan,


memberikan perlindungan pada sklera dan memberi pelumasan pada
bola mata.

b. Sklera, berfungsi untuk melindungi bola mata dari kerusakan mekanis


dan menjadi tempat melekatnya otot mata.

c. Kornea, berfungsi sebagai pelindung mata agar tetap bening dan


bersih, kornea ini dibasahi oleh air mata yang berasal dari kelenjar air
mata.

d. Koroid, berfungsi memberi nutrisi ke retina dan badan kaca, dan


mencegah refleksi internal cahaya.

e. Iris, Iris juga mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dan
dikendalikan oleh syaraf.
f. Pupil, berfungsi sebagai tempat untuk mengatur banyak sedikitnya
cahaya yang masuk kedalam mata Pupil merupakan tempat lewatnya
cahaya menuju retina.

g. Lensa, berfungsi memfokuskan pandangan dengan mengubah bentuk


lensa, lensa berperan penting dalam pembiasan Cahaya

h. Retina, berfungsi untuk menerima cahaya, mengubahnya menjadi


impuls saraf dan menghantarkan impuls ke saraf optic.

i. Aqueous Humor, atau cairan berair terdapat dibalik kornea yang


berfungsi untuk menjaga bentuk kantong depan bola mata.

j. Vitreus Humor, badan bening ini terletak di belakang lensa, yang


berfungsi menyokong lensa dan menolong dalam menjaga bentuk bola
mata.

k. Bintik Kuning, berfungsi untuk menerima cahaya dan meneruskan ke


otak.

l. Saraf Optik, berfungsi untuk menerukan sebuah rangsang Cahaya


hingga ke otak, semua informasi yang akan dibawa oleh saraf
nantinya diproses di otak, dan dengan demikian kita bisa melihat suatu
benda.

m. Otot Mata, otot-otot yamg melekat pada mata, yaitu:

1) Muskulus levator palpebralis superior inferior, yang berfungsi


mengangkat kelopak mata

2) Muskulus orbicularis okuli (otot lingkar mata), yang berfungsi


untuk menutup mata.

3) Muskulus rektus okuli inferior (otor sekitar mata), yang berfungsi


menggerakan bola mata ke bawah dan ke dalam.

4) Muskulus rektus okuli medial (otot disekitar mata), yang berfungsi


untuk menggerakan mata dalam (bola mata).
5) Muskulus obliques okuli superior, yang berfungsi memutar mata
ke atas, ke bawah dan keluar.

2. Bagian luar

a. Bulu Mata, berfungsi untuk melindungi mata dari benda-benda asing.

b. Alis Mata (Supersilium), berfungsi mencegah masuknya air atau


keringat dari dahi ke mata.

c. Kelopak Mata (Palpebra), berfungsi pelindung mata sewaktuwaktu


kalau ada gangguan pada mata (menutup dan membuka mata).

d. Kelenjar Air Mata, berfungsi untuk menghasilkan air mata yang


bertugas untuk menjaga mata agar tetap lembab (tidak kekeringan)
BAB II

KONSEP DASAR PENYAKIT

A. DEFINISI

Katarak merupakan keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh


akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga pandangan
seperti tertutup air terjun atau kabut merupakan penurunan progresif
kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan berkurang (Fahmi, 2019).

Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang dapat menyebabkan


gangguan penglihatan (Nurarif & Kusuma, 2015).

B. KLASIFIKASI

Menurut Ilyas & Yulianti (2017), berikut merupakan klasifikasi katarak


berdasarkan penyebab :

1. Katarak komplikata

Katarak komplikata adalah katarak yang diakibatkan oleh penyakit lain


seperti ablasi retina, iskemia ocular, nekrosis anterior segmen,
bulfalmos, glaucoma, tumor intra ocular, galaktosemia, hipoparatiroid.

2. Katarak traumatik

Katarak traumatik adalah katarak yang disebabkan akibat trauma tumpul


maupun tajam yang dapat menimbulkan cidera pada mata. Trauma ini
menyebabkan terjadinya katarak pada satu mata atau biasa disebut
katarak monokular. Penyebabnya yaitu radiasi sinar X, radioaktif dan
benda asing.
3. Katarak toksika

Katarak toksika merupakan katarak akibat terpapar oleh bahan kimia


penggunaan obat seperti kortikosteroid dan chlorpromazine dapat juga
menimbulkan terjadinya katarak toksika.

C. ETIOLOGI

Menurut Tamsuri (2012), berikut merupakan etiologic pada katarak :

1. Trauma mata

Trauma mata mengakibatkan terjadinya erosi epitel pada lensa, pada


keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa mencembung dan
mengeruh.

2. Umur

Proses penuaan menyebabkan lensa mata menjadi keras dan keruh,


umumnya terjadi pada umur diatas 50 tahun.

3. Genetic

Kelainan kromosom mampu memengaruhi kualitas lensa mata sehingga


dapat memicu katarak.

4. Diabetes mellitus

Diabetes melitus menyebabkan kadar sorbitol berlebih (gula yang


terbentuk dari glukosa) yang menumpuk dalam lensa dan akhirnya
membentuk kekeruhan lensa.

5. Hipertensi

Hipertensi menyebabkan konformasi struktur perubahan protein dalam


kapsul lensa sehingga dapat menyebabkan katarak.
6. Merokok

Merokok dapat mengubah sel-sel lensa melalui oksidasi dan


menyebabkan akumulasi logam berat seperti cadmium dalam lensa
sehingga dapat memicu katarak.

7. Alkohol

Alkohol dapat mengganggu homeostasis kalsium dalam lensa sehingga


menyebabkan kerusakan membran dan dapat memicu katarak.

8. Radiasi ultrafiolet

Sinar ultraviolet mampu merusak jaringan mata, saraf pusat penglihatan,


dan dapat merusak bagian kornea dan lensa sehingga dapat
menyebabkan katarak.

D. MANIFESTASI KLINIS

Menurut National EyeInstitute (2015), Manifestasi klinis yaitu :

1. Visi yang mendung atau buram

2. Melihat warna terganggu

3. Silau

4. Saat malam penglihatan tampak buruk

5. Penglihatan ganda atau banyak gambar dalam satu mata (gejala ini dapat
terjadi ketika katarak semakin membesar).

E. PATOFISIOLOGI
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar.
Lensa mengandung tiga komponen anatomis, pada zona sentral terdapat
nucleus, diperifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah
kapsul anterior danposterior, dengan bertambahnya usia, nekleus mengalami
perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitaster terdapat
densitas seperti duri dianterior dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul
posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti
kristal salju pada jendela. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa
menyebabkan hilangnya transparansi. Perubahan pada serabut halus
multiple (zunula) yang memanjang dari badansilier di sekitar daerah di luar
lensa dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia
dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan
pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influis air ke
dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar (Tamsuri, 2012).

Teori lain menyebutkan bahwa suatu enzim mempunyai peran


dalammelindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun
denganbertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang
penderita katarak. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai
kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun
sistematis seperti diabetes, namun sebenarnya merupakan konsekuensi dari
proses penuaan yang normal (Ilyas and Yulianti, 2017).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut haryono & utami (2018), katarak terdeteksi melalui pemeriksaan


mata komperhensif yang meliputi :
1. Kartu nama snellen/mesin telebinokuler ( tes ketajaman penglihatan dan
sentral penglihatan) mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa,
akveus atau vitreus humor, kesalahan refraksi atau penyakit sistem saraf
atau penglihatan keretina atau jalan optik.

2. Lapang penglihatan. Penurunan mungkin disebabkan oleh cairan cerebro


vasikuler, massa tumor pada hipofisis otak, karotis atau patologis arteri
serebral, glaucoma.

3. Pengukuran tonografi. Mengkaji tekanan intraokuler (TIO) normalnya


12- 25 mmHg.

4. Pemeriksaan oftalamoskopi, mengkaji struktur internal okuler, mencatat


atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan
mikroaneurisma, dilatasi dan pemeriksaan belahan lampu, memastikan
diagnosa katarak.

5. Darah lengkap, laju sedimentasi (LED), menunjukkan anemia sistemik


atau infeksi.

6. EKG, kolesterol serum dan pemeriksaan lipid. Dilakukan untuk


memastikan aterosklerosis.

7. Tes toleransi glukosa (FBS). Menunjukkan adanya atau kontrol diabetes.

G. PENATALAKSANAAN

Menurut haryoni & utami (2018), berikut merupakan penatalaksanaan pada


katarak :

1. Penatalaksanaan non bedah

Katarak yang masih ringan dapat dibantu dengan menggunakan


kacamata, lensa, cahaya yang lebih terang atau kacamata yang dapat
meredam Cahaya.
2. Penatalaksanaan bedah

Operasi katarak adalah proses menghilangkan lensa yang buram dan


menggantinya dengan lensa buatan yang transparan. Lensa buatan yang
disebut lensa intraokular, diposisikan ditempat yang sama dengan lensa
alami dan akan menjadi bagian permanen dari mata pasien.
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Identitas klien meliputi : Nama, Tempat/Tanggal Lahir, Jenis Kelamin,


Status Perkawinan, Agama, Suku.

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama

Pandangan kabur, sulit melihat di malam hari, bayangan menjadi


ganda, warna cahaya memudar, malu dengan kondisinya, tidak
menyukai bagian mata, merasa tidak dapat beraktivitas dengan
baik.

b. Riwayat Kesehatan dahulu

Pasien diambil untuk menemukan masalah primer pasien, seperti

pandangan kabur, kesulitan membaca, pandangan ganda atau

hilangnya daerah penglihatan soliter.

c. Riwayat Kesehatan sekarang

Pandangan kabur, sulit melihat di malam hari, bayangan menjadi


ganda, warna cahaya memudar, malu dengan kondisinya, tidak
menyukai bagian mata, merasa tidak dapat beraktivitas dengan baik

d. Riwayat Kesehatan keluarga

Apakah keluarga ada memiliki riwayat penyakit yang sama seperti


yang diderita klien saat ini. Riwayat penyakit keturunan seperti
hipertensi, DM, jantung.
e. Pemeriksaan fisik

1) Kepala dan wajah

Inspeksi: Kepala simetris kiri dan kanan, tidak ada pembesaran


pada kepala. Ukuran kepala normal sesuai dengan umur. Wajah
biasanya tidak simetris kiri dan kanan, wajah terlihat pucat.
Palpasi: tidak terjadi nyeri pada kepala

2) Mata

Inspeksi: Pupil sama, bulat, reaktif terhadap cahaya dan


akomodasi, Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik. mata
tampak simetris kiri dan kanan, terdapat adanya kekeruhan
pada lensa, lapang pandang terdapat penurunan lapang pandang
Palpasi: tidak ada pembengkakan pada mata

3) Telinga

Inspeksi: Simetris hidung kiri dan kanan, tidak terlihat Hidung


tampak simetris, tidak terdapat perdarahan, tidak terdapat polip.
Adanya penurunan kemampuan membau, perdarahan pada
hidung. Palpasi: Tidak adanya nyeri saat diraba pada hidung,
pembengkakan tidak ada.

4) Hidung

Inspeksi: Simetris hidung kiri dan kanan, tidak terlihat Hidung


tampak simetris, tidak terdapat perdarahan, tidak terdapat polip.
Adanya penurunan kemampuan membau, perdarahan pada
hidung. Palpasi: Tidak adanya nyeri saat diraba pada hidung,
pembengkakan tidak ada

5) Mulut

Inspeksi: Membran mukosa berwarna merah jambu, lembab,


dan utuh. Uvula digaris tengah, Tidak ada lesi. Mulut tampak
kotor terdapat mulut berbau Palpasi: Tidak ada nyeri pada
mulut, tidak adanya pembengkakan pada mulut

6) Leher

Tidak ada kelainan.

7) Paru – paru

Dalam batas normal.

8) Jantung

Dalam batas normal.

9) Abdomen

Inspeksi: tidak adanya pembengkakan pada abdomen/ asites


Palpasi: tidak adanya distensi pada abdomen Perkusi: Tympani
Auskultasi: bising usus normal

10) Ekstremitas

Inspeksi: tidak adanya pembengkakan pada ektremitas atas dan


bawah, tidak ada luka Palpasi: kekuatan oto baik disemua
ektremitas

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Menurut NANDA (2015), berikut adalah diagnosa keperawatan pada


katarak :

1. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan


penglihatan (D.0085).

2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, kekhawatiran


mengalami kegagalan dan kurang terpapar informasi (D.0080).
3. Resiko jatuh dihubungkan dengan gangguan penglihatan (katarak)
(D.0143).

4. Resiko infeksi dihubungkan dengan efek prosedur invasive (D.0142).

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Menurut SIKI (2018), berikut merupakan intervensi keperawatan pada


pasien dengan katarak :

No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Intervensi Keperawatan


Kriteria Hasil

1 Gangguan persepsi sensori Setelah dilakukan Observasi


berhubungan dengan Tindakan
gangguan penglihatan (D. keperawatan
0085) selama 3 x 24
jam diharapkan
persepsi sensori
membaik dengan
kriteria hasil :

a. Verbalisasi
melihan
bayangan
meningkat

b. Orientasi
membaik

2 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan Observasi


dengan krisis situasional, Tindakan
a. Monitor tanda –
kekhawatiran mengalami keperawatan
tanda ansietas
kegagalan dan kurang selama 2 x 24
terpapar informasi jam diharapkan Terapeutik
(D.0080). tingkat ansietas a. Temani pasien
menurun dengan untuk mengurangi
kriteria hasil :
a. Verbalisasi kecemasan
khawatir
b. Diskusikan
akibat kondisi
perencanaan
yang dihadapi
realistis tentang
menurun
peristiwa yang akan
b. Perilaku datang
gelisah
Edukasi
menurun
a. Anjurkan
c. Perilaku mengungkapkan
tegang perasaan dan
menurun persepsi
b. Informasikan
d. Orientasi
secara factual
membaik
mengenai

(L.09093) diagnosis,
pengobatan dan
prognosis
c. Ciptakan
lingkungan tenang
dan tanpa gangguan
dengan
pencahayaan dan
suhu ruang nyaman

(I.9314)
3 Resiko jatuh dihubungkan Setelah dilakukan Observasi
dengan gangguan Tindakan selama
a. Identifikasi faktor
penglihatan (katarak) 3 x 24 jam
jatuh
(D.0143). diharapkan
tingkat jatuh b. Identifikasi faktor
menurun dengan lingkungan yang
kriteria hasil : meningkatkan
risiko jatuh
a. Jatuh dari
tempat tidur c. Hitung risiko jatuh
menurun menggunakan skala

b. Jatuh saat Terapeutik


berdiri a. Orientasi ruangan
menurun pada pasien dan
keluarga
c. Jatuh saat
b. Pasang handrail
berjalan
tempat tidur
menurun
c. Tempatkan pasien

d. Jatuh data risiko jatuh tinggi

membungkuk dengan pantauan

menurun perawat dari nurse


station
(L.14138) Edukasi
a. Anjurkan
memanggil perawat
jika membutuhkan
bantuan untuk
berpindah
b. Anjurkan
menggunakan alas
kaki yang tidak
licin

(I.14540)
4 Resiko infeksi dihubungkan Setelah dilakukan Observasi
dengan efek prosedur Tindakan
a. Monitor tanda dan
invasive (D.0142). keperawatan
gejala infeksi lokal
selama 2 x 24
dan sistemik
jam diharapkan
tingkat infeksi Terapeutik
menurun dengan a. Cuci tangan
kriteria hasil : sebelum dan
sesudah kontak
a. Nyeri
dengan pasien dan
menurun
lingkungan pasien
b. Kadar sel Edukasi
darah putih a. Jelaskan tanda dan
meningkat gejala infeksi
b. Ajarkan cara
mencuci tangan
(L.14137) dengan benar
c. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
d. Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan.
BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

A. PENGKAJIAN

1. Identitas
a) Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 70 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Berjualan
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Jl. Angsa Raya
Diagnosa Medis : Katarak
Tanggal dan jam masuk perawatan : 10 Juni 2023 jam 15:30
2. Status Kesehatan Saat Ini
a. Keluhan Utama
Pasien masuk dengan keluhan utama pandangan kabur, tidak jelas
saat melihat
b. Alasan Masuk Rumah Sakit
Pasien mengatakan terdapat keluhan pada mata sebelah kanannya
setelah dilakukan pencangkokan kornea, setelah kontrol ke dokter
mata ternyata di dapatkan adanya hasil katarak pada Tn. S
c. Faktor Pencetus
Pencangkokan korne yang dilakukan pada bulan Februari lalu
d. Lamanya Keluhan
Pasien mengatakan terdapat keluhan mata sudah lumayan terasa
sejak sebeulan setelah pencagkokan kornea mata
e. Timbulnya Keluhan
Timbulnya keluhan secara bertahap
f. Upaya yang dilakukan pasien untuk mengatas keluhan
Pasien mengatakan sering menggunakan obat tetes mata dan pergi
ke dokter spesialis mata saat keluhan yang dirasakan semakin
berat
3. Riwayat Kesehatan Lalu
a. Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan pernah mengalami infeksi pada mata sebelah
kiri
b. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit
c. Kecelakaan
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan
d. Pernah di rawat
Pasien mengatakan pernah di rawat karena pencegahan kornea
pada mata sebelah kiri
e. Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi obat, makanan dan
minuman
4. Pola Eliminasi
a. Eliminasi Feses
1) Pola BAB
Pasien mengatakan sebelum dan sesudah di rawat frekuensi
BAB 1 kali/hari, konsistensi lunak berwarna kecoklatan. Lendir
(-), darah (-), konstipasi (-)
b. Pola BAK
Sebelum sakit frekuensi BAK 5-6 kali, sesudah sakit frekuensi
BAK 3-4 kali sehari. Berwarna kuning, tidak berbau
5. Pola Tidur
a. Kebiasaan tidur (Waktu tidur, lama tidur dalam sehari)
Pasie mengatakan kebiasaan tidurnya normal, pasien biasa tidur
pada jam 9-10 malem dan bangun jam 5 pagi, pasien jarang sekali
tidur siang. Saat di rawat pasien mengatakan tidurnya kurang
menentu, sering terbangun dan sulit untuk tidur lagi karean perasaan
cemas dan nyeri pasca oprasi.
6. Pola Nutrisi
Pasien mengatakan saat sebelum sakit dan sesudah di rumah sakit tidak
ada perubahan dalam makan, tetap habis satu porsi dewasa. Nasi yang
padat, tidak lembek.
7. Pola Kognitif – perseptual sensori

a. Keluhan yang berkenaan dengan kemampuan sensori


(pengelihatan, pendengaran)
Pasien mengatakan pandangan pada mata sebelah kanannya kabur,
pasien mengatakan tidak dapat melihat dengan jelas. Sistem
pendengaran pasien tidak ada masalah
b. Kesulitan yang dialami
Pasien mengatakan jika melakukan aktivitas terlalu berat mudah
kelelahan dan merasa pusing
c. Persepsi terhadap nyeri

P : Luka oprasi katarak pada mata sebelah kiri

Q : Seperti tertusuk-tusuk

R : Mata sebelah kiri

S :5

T : Hilang saat istirahat, timbul saat sedang beraktivitas


(Hilang Timbul)

8. Pemeriksaan fisik
a. GCS : 15
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Penampilan : Pasien tampak lemah
d. TTV : TD 120/70 mmHg, RR 20 x/mnt, S 36,8C, N 89
x/mnt
e. Kepala : Bentuk normal, keadaan bersih
f. Mata : Pasien tidak dapat melihat dengan jelas
g. Hidung : Tampak bersih, tidak terdapat secret
h. Telinga : Tampak bersih, tidak terdapat kelainan
i. Mulut dan tenggorokan : Tidak terdapat gangguan bicara,
gigi normal
j. Dada
Jantung
 Inspeksi : Smetris
 Palpasi : Nyeri tekan (-)
 Perkusi : Pekak
 Auskultasi: Normal, Lup-Dup
Paru

 Inspkesi : Perkembangan paru simetrsi


 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Abdomen

 Inspeksi : Datar, tidak ada benjola


 Palpasi : Bising usus normal 10x/mnt
 Perkusi : Normal
 Auskultasi : Tyimpani
k. Kulit
Kulit tampak bersih, tidak ada luka
l. Data Penunjang
Pemeriksaan Laboraturium

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

Hematologi

Hemoglobin 14,2 13,2 – 17,3 g/dl

Hematoksit 42,6 33,0 – 43,0 %

Leukosit 7,40 3,80 – 10,60 rb/ul

Trombosit 156 150 – 440 rb/ul


Golongan A/Positif
Darah

PPT

PT 11,0 9,3 – 11,4 dtk

PT Kontrol 11,6 9,1 – 12,3 dtk

APTT

APTT H 29,4 21,8 – 28,4 dtk

APTT (Kontrol) 27,6 21,0 – 28,4 dtk

Kimia Klinik

GDS 108 75 – 110 mg/dl

Ureum 35 10 – 50 mg/dl

Creatinin 0,81 0,70 – 1,30 mg/dl

Elektrolit

Natrium (Na) 139,0 135 – 147 mmol/l

Kalium (K) 3,70 3,5 – 5,0 mmol/l

m. Terapi Obat:

- Rl 20 Tpm - Metyl pred 2x1 g


- Ondansentron 4 mg - Asam mefenamat 3x1 gr
- PCT 500/8 jam - Tetes mata molan 1 tetes/2 jam
- Manitol 330 cc - Tetes mata pipred 1 tetes/2 jam
- Ceftazidim 2x1 gr - Tetes mata siloxane 1 tetes/2 jam
9. Analisa data

Data Fokus Problem Etiologi

Data Subjetif:
- Pasien mengatakan cemas dan
khawatir menghadapi oprasi
katarak yang akan di lakukan
- Pasien mengatakan takut
pengelihatannya tidak dapat
kembali seperti semula setelah
dilakukan oprasi Ansietas Kekawatiran
- Pasien mengeluh pusing (D.0080) Mengalami
Data Objektif: Kegagalan
- Pasien tampak cemas dan
gelisah
- Pasien terlihat tegang
- TTV:
TD 120/70 mmHg
RR 20 x/mnt
S 36,8C
N 89 x/mnt

Data Subjektif:
- Pasien mengatakan nyeri
- Didapatkan PQRST
P : Luka oprasi katarak
pada mata sebelah kiri,
Q : Seperti tertusuk-tusuk
R : Mata sebelah kiri
S :5
T : Hilang saat istirahat, Nyeri Akut Agen
timbul saat sedang (D.0077) Pencedera
beraktivitas (Hilang Timbul) Fisik
Data Objektif:
- Pasien tampak meringis dan
gelisah
- TTV:
TD 130/80 mmHg
RR 20 x/mnt
S 36,5C
N 85 x/mnt

Data Subektif:
- Pasien mengatakan matanya
terasa pegal dan agak gatal
- Pasien mengatakan tidak
merasakan pusing
Data Objektif: Resiko Efek
- Pasien tampak selalu ingin Infeksi Prosedur
mengusap bagian matanya (D.0142) Invasif
- TTV:
- TD 130/80 mmHg
- RR 20 x/mnt
- S 36,5C
- N 85 x/mnt
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Diagnosa Pre Oprasi


a) Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan
2. Diagnosa Post Oprasi
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
b) Resiko Infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasive
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan Tujuan Keperawatan Implementasi

Ansietas b/d kekhawatiran mengalami Setelah dilakukan tindakan keperawatan Reduksi Ansietas (I.09314)
kegagalan (D.0080) selama 1 x 24 jam tingkat ansietas
Observasi
menurun dengan kriteria hasil:
- Identifikasi saat tingkat ansietas
1. Pasien mengatakan kecemasan
berubah (mis: Stresor karna
dan kegelisahannya mulai
ketakutan tindakan optasi)
menurun
- Monitor tanda-tanda ansietas
2. Tekanan darah dalam batas
Terapeutik
normal
- Ciptakan suasana terapeutik untuk
3. Tidak ada keluhan pusing
menumbuhkan kepercayaan
- Pahami situasi yang membuat
ansietas
- Motivasi mengidentivikasi situasi
yang memivu kecemasan
Edukasi
- Informasikan secara faktual
mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama paien
- Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
Nyeri akut b/d agen pencedera fisik Setelah dilakukan Tindakan keperawatan Manajemen Nyeri (I.08238)
(D.0077)
2 x 24 jam. Keluhan nyeri yang Observasi
dirasakan pasien menurun dengan kriteria
- Identifikasi lokasi, karakteristik,
hasil:
durasi, frekuensi, kualifikasi, dan
1. Perilaku verbal dan non verbal skala nyeri
pasien baik - Identifikasi respon nyeri non
2. Pasien mengatakan nyerinye verbal
berkurang atau hilang Terapeutik
3. Ekspresi pasien tidak gelisah dan - Berikan teknik non farmakologi
meringis - Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Keluhan kesulitan tidur hilang - Kontrol lingkungan yang
5. TTV dalam batas normal memperberat
Edukasi
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan teknik nonfarma kologis
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
- Pemberian analgesik
Resiko Infeksi b/d efek prosedur Setelah dilakukan Tindakan keperawatan Pencegahan Infeksi (I.14539)
invasive (D.0142) 2 x 24 jam. Tidak terjadi infeksi pada
Observasi
pasien dengan kriteria hasil:
- Monitor tanda dan gejala infeksi
Tidak ditemukan tanda dan gejala
lokasi dan sistemik
terjadinya infeksi
Terapeutik
- Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
- Pertahankan teknik aseptik pada
pasien
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cuci tangan yang baik
- Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi dan cairan

D. EVALUASI KEPERAWATAN

Tanggal Diagnosa Catatan Keperawatan Paraf


Keperawatan

11/06/23 Ansietas b/d S:


kekhawatiran
- Pasien mengatakan perasaan cemas dan khawatir mengenai
mengalami
prosedure oprasi sudah berkurang
kegagalan
- Pasien paham akan manfaat dan prosedure oprasi yang akan dijalani
(D.0080)
O:
- Pasien terlihat tenang dan lebih rileks setelah diberikan komunikasi
terapeutik dan pemahaman mengenai oprasi
- TTV
TD 120/70 mmHg

RR 20 x/mnt

S 36,8C

N 89 x/mnt

A: Masalah kecemasan pada pasien teratasi


P: Hentikan Intervensi Ansietas

11/06/23 Nyeri akut b/d S:


agen pencedera
- Pasien mengatakan nyeri pada mata sebelah kiri
fisik (D.0077)
P : Luka oprasi katarak pada mata sebelah kiri,

Q : Seperti tertusuk-tusuk

R : Mata sebelah kiri

S :5

T : Hilang saat istirahat, timbul saat sedang beraktivitas


(Hilang Timbul)

O:
- Pasien tampak meringis dan sedikit tenang saat diberikan teknik
relaksasi nafas dalam
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
- Manajemen Nyeri
- Monitor TTV
- Fasilitasi istirahat tidur
- Ajarkan teknik nonfarmakologi
11/06/23 Resiko Infeksi b/d S:
efek prosedur
- Pasien mengatakan mata sebelah kiri pegal dan terasa gatal
invasive (D.0142)
- Pasien dan keluarga mengatakan paham akan penceghan menangani
tanda dan gejala dari infeksi
O:
- Tidak terlihat tanda dan gejala infeksi pada pasien
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
- Beri edukasi cara meneteskan obat mata dengan cara yang benar
- Ajarkan mencuci tangan dengan benar
- Berikan pemahaman tentang resiko dan pencegahan infeksi
12/06/23 Nyeri akut b/d S:
agen pencedera
- Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang dengan pengkajian nyeri
fisik (D.0077)
P : Luka oprasi katarak pada mata sebelah kiri,

Q : Seperti tertusuk-tusuk

R : Mata sebelah kiri

S : 5 menjadi 2

T : Hilang saat istirahat, timbul saat sedang beraktivitas


(Hilang Timbul)

O:
- Pasien tampak rileks dan tenang, tidak ada keluhan seperti mual
muntah, pusing, kualitas tidur membaik
- TTV
TD: 130/80 mmHg

S: 36,5C

RR: 20 x/mnt

N: 80 x/mnt

A: Masalah Teratasi
P: Hentikan Intervensi
12/06/03 Resiko Infeksi b/d S:
efek prosedur
- Pasien mengatakan mata sebelah kiri pegal dan terasa gatal
invasive (D.0142)
- Pasien dan keluarga mengatakan paham akan penceghan menangani
tanda dan gejala dari infeksi
O:
- Tidak terlihat tanda dan gejala infeksi pada pasien
- Pasien dan keluarga paham dengan penjelasan mengenai tanda dn
gejala infeksi
- Pasien mempraktekan mencucui tangan dan cara meneteskan obat
mata dengan baik dan benar
A: Masalah Teratasi
P: Hentikan Intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, H. (2019). Sistem Pakar Mendiagnosa Penyakit Mata KatarakDengan


Metode Certainty Factor Berbasis Web. MATICS, 11(1), 27.
https://doi.org/10.18860/mat.v11i1.7673

A. Nurarif, H. K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan Nanda NIc-NOC. (2, nd.). Jogjakarta: Mediaction publishing.

Ilyas and Yulianti, S. (2017) Ilmu Penyakit Mata Edisi Kelima. 5th edn. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Tamsuri, A. (2012) Klien Ganguan Mata Dan Penglihatan: KeperawatanMedikal


Bedah. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai