Anda di halaman 1dari 38

TUGAS

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK II

KELAS B

1. Vonalin Limahelu 7. Damaris Pembuaian


2. Patricia Makatitta 8. Vera Hukom
3. Inggrid Salawaney 9. Frilly Lekatompessy
4. Iren Uhnana 10. Gloria Uniplaita
5. Debie Latuperissa 11. Tina Jacob
6. Roy Wutuwensa 12. Febrianty Huwae
13. Jessica Tenlima

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

AMBON

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami naikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan kasih karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan
baik.

Tugas ini merupakan “Asuhan Keperawatan Pasien dengan Katarak


dan Intervensi Mandiri Perawat (Irigasi Mata dan Tetes Mata)”. Yang
dipersembahkan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah
keperawatan medical bedah III pada program studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kesehatan Universitas Kristen Indonesia Maluku .

Sebagai manusia biasa, kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang sifatnya membangun
dari semua pihak sangatlah diharapkan demi penyempurnaan tugas ini.

Akhirnya Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, Tuhan
Yesus Sumber Segala Pengetahuan Memberkati kita semua.

Ambon, Oktober 2020

Kelompok II

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
1.1    LATAR BELAKANG...........................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................5
2.1 . LAPORAN PENDAHULUAN..............................................................................5
2.1.1. Defenisi............................................................................................................5
2.1.2 Anatomi Fisiologi...............................................................................................5
2.1.3 Etiologi Katarak.................................................................................................6
2.1.4 Klasifikasi Katarak..............................................................................................6
2.1.5 Pathway Katarak................................................................................................7
1.2.6 Manifestasi Klinis Katarak..................................................................................9
1.2.7 Komplikasi.........................................................................................................9
1.2.8 Pemeriksaan Diagnostik....................................................................................9
1.2.9 Penatalaksanaan.............................................................................................10
BAB III............................................................................................................................11
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. W DENGAN.................................................11
GANGGUAN SISTEM PERSEPSI SENSORI : KATARAK........................................11
3.1 RANCANGAN ASUHAN KEPERAWATAN......................................................11
3.2 INTERVENSI / TINDAKAN MANDIRI PERAWAT....................................30
3.2.1 IRIGASI MATA..................................................................................................30
3.2.2 TETES MATA....................................................................................................32
BAB IV............................................................................................................................37
PENUTUP.......................................................................................................................37
3.1. KESIMPULAN.....................................................................................................37
3.2. SARAN.................................................................................................................37

3
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................39

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    LATAR BELAKANG
Menurut perkiraan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), saat ini terdapat
180 juta penduduk dunia yang mengalami cacat penglihatan. Sebanyak 40-45 juta
di antaranya tidak dapat melihat atau buta. Laporan WHO juga mengungkapkan
bahwa setiap detik tambah satu penderita kebutaan di dunia.
Sembilan dari 10 penderita kebutaan tersebut berada di negara miskin dan
berkembang, terutama negara-negara Afrika dan Asia Selatan atau Asia Tenggara.
Khusus untuk Indonesia diperkirakan, 3,1 juta jiwa (1,5%) penduduknya
mengalami kebutaan. Penyebab kebutaan di dunia ialah katarak (45%). Penyebab
lain antara lain adalah glaucoma, diabetes melitus, dan trauma (37,5%), trachoma
(12,5%), dan onchocerciasis atau river blindness (0,6%)
Katarak adalah istilah medis untuk setiap keadaan keruh pada lensa mata.
Lensa mata terutama disusun oleh air, protein, dan lipid. Protein tersusun
demikian sehingga cahaya dapat menembus lensa dan difokuskan pada retina.
Kadang-kadang protein tersebut mengumpul bersama sehingga memperkeruh atau
menutupi bagian kecil pada lensa. Itulah yang disebut katarak. Makin lama
kumpulan protein tersebut membesar dan memperkeruh lensa. Tanda-tanda
katarak antara lain penglihatan kabur, cahaya lampu kelihatan terlalu terang pada
malam hari, cahaya matahari atau lampu silau, dan warna tampak pudar.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

(KATARAK)

2.1 . LAPORAN PENDAHULUAN

2.1.1. Defenisi

              Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa
atau akibat keduanya (Ilyas, 2008).Katarak adalah kekeruhan lensa mata
atau kapsul lensa yang mengubah gambaran yang di proyeksikan pada
retina. Katarak merupakan penyebab umum kehilangan pandangan secara
bertahap (Istiqomah, 2003)
              Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada
serabut atau bahan lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat
proses penuaan yang terjadi pada semua orang yang berusia lebih dari 65
tahun. (Muttaqin, 2008).

2.1.2 Anatomi Fisiologi

              Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih
2,5 cm, yang terletak pada bagian anterior orbit. Bola mata terdiri dari
beberapa lapisan. Kuat dan tidak elastic yang menyususn sclera ini akan
mempertahankan bentuk bola mata dan memberikan proteksi terhadap
bangunan - bangunan halus dibawahnya.
            Didalam mata ada 3 lapisan yaitu :
1.    Lapisan luar, yang terdiri dari :
-          Sclera
-          Kornea
2.    Lapisan tengah, yang terdiri dari :
-          Koroid
-          Badan (korpus) siliare

5
-          Iris
3.    Lapisan dalam, yang terdiri dari :
-          Retina
-          Fundus optic ,Lensa dan Badan vitreus
              Pada mata terdapat 7 otot volunter dari orbit, 6 diantaranya adapat
memutar bola mata pada beberapa perintah dan mengkoordinasi
pergerakan mata.Pergerakan mata yang terkoordinasi dan visus yang
adekuat diperlukan untuk smemungkinkan fovea sentralis pada masing -
masing mata untuk menerima gambaran pada waktu yang sama.gambaran
berfokus dari fovea masing - masing mata, ditranmisikan ke area optic
darikorteks serebri, tempat otak menginterpretasikan dua gambaran
sebagai suatu gambaran (Istiqomah, 2003).

2.1.3 Etiologi Katarak

              Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :


1.      Fisik
2.      Kimia
3.      Penyakit predisposisi
4.      Genetik dan gangguan perkembangan
5.      Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
6.      Usia
 (Tamsuri, 2008)

2.1.4 Klasifikasi Katarak

              Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :


1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang dari 1
tahun.
2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun
Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :
1.    Katarak traumatika

6
     Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul
maupun tajam.Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu
mata (katarak monokular). Penyebab katarak ini antara lain karena
radiasi sinar - X, Radioaktif, dan benda asing.
2.    Katarak toksika
     Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan
kimia tertentu.Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena
penggunaan obat seperti kortikosteroid dan chlorpromazine.
3.    Katarak komplikata
     Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selai
itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti
diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti
uveitis, glaucoma, dan miopia atau proses degenerasi pada satu mata
lainnya.
     Berdarakan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi :
1. Katarak insipient
Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk
bercak – bercak kekeruhan yang tidak teratur.
2. Katarak imatur
Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung,
menyebabkan terjadinya myopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik
mata depan menjadi dangkal.
3. Katarak matur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi
kekeruhan lensa.
4. Katarak hipermatur
Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa
dapat mencair sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa
(Tamsuri, 2008).

2.1.5 Pathway Katarak

Usia lanjut dan Congenital atau cedera mata Penyakit


proses penuaan bisa diturunkan. metabolik(misalny DM)
7
Nukleus mengalami perubahan warna menjadi
Kurang coklat kekuningan
pengetahuan

Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus


Tidak multiple (zunula) yg memanjang dari badan silier
Kurang
mengenal kesekitar daerah lensa)
sumber terpaparterhadap
informasi informasi tentang
Hilangnya tranparansi prosedur tindakan
lensa
pembedahan

Resiko Cedera Perubahan kimia dlm protein lensa

CEMAS
Gangguan koagulasi
penerimaan
sensori/status
mengabutkan pandangan
organ indera

Terputusnya protein lensa disertai prosedur invasive


influks air kedalam lensa pengangkatan
Menurunnya katarak
ketajaman
penglihatan Usia meningkat
Resiko tinggi
terhadap infeksi
Penurunan enzim menurun
Gangguan
persepsi sensori-
perseptual Degenerasi pd lensa
penglihatan
KATARAK

Nyeri
Post op 8
1.2.6 Manifestasi Klinis Katarak

Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif.Biasanya pasien


mengalami penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan
fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan
penglihatan. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti
mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan
oftalmoskop.
              Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan
bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada
retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang
menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam
hari. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu - abu
atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun - tahun, dan
ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun
tak akan mampu memperbaiki penglihatan (Suddarth, 2001).

1.2.7 Komplikasi

Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang


mengalami penyakit katarak adalah sebagai berikut :
1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan
uvea, sehingga menimbulkan reaksi radang / alergi.
2. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata
sehingga mengganggu aliran cairan bilik mata depan (Istiqomah, 2003).

1.2.8 Pemeriksaan Diagnostik

1. Uji mata
2. Keratometri
3. Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis
4. A-scan ultrasound (echography)

9
5. Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik,
khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan
(Suddarth, 2001).
Darah putih: dibawah 10.000 normal

1.2.9 Penatalaksanaan

Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan
pembedahan laser.Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai
kemajuan prosedur laser baru yang dapat digunakan untuk mencairkan
lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar melalui kanula.
          Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi
kuat sampai ketitik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari - hari,
maka penanganan biasanya konservatif.Penting dikaji efek katarak terhadap
kehidupan sehari - hari pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari -
hari, aktivitas, kemampuan bekerja, ambulasi, dan lain - lain, sangat
penting untuk menentukan terapi mana yang paling cocok bagi masing -
masing penderita.
          Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan
penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan.Biasanya diindikasikan
bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50
atau lebih buruk lagi.Pembedahan katarak adalah pembedahan yang paling
sering dilakukan pada orang berusia lebih dari 65 tahun keatas.Kebanyakan
operasi dilakukan dengan anastesia local (retrobulbar atau peribulbar, yang
dapat mengimobilisasi mata).Obat penghilang cemas dapat diberikan untuk
mengatasi perasaan klaustrofobia sehubungan dengan draping bedah.
          Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan
katarak : ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi
bedah adalah hilangnya penglihatan yang mempengaruhi aktivitas normal
pasien atau katarak yang menyebabkan glaukoma atau mempengaruhi
diagnosis dan terapi gangguan okuler lain, seperti retinopati diabetika
(Suddarth, 2001).

10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. W DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERSEPSI SENSORI : KATARAK

3.1 RANCANGAN ASUHAN KEPERAWATAN

3.1.1 Pengakajian

Identitas Klien
       Nama                          : Ny. W
      Umur                          : 50 th
 Jenis Kelamin             : Perempuan
       Agama                        :  Islam
       Status Perkawinan      :  Sudah kawin
       Suku Bangsa              :  Indonesia
      Pendidikan                 : SMA
      Pekerjaan                    : Wiraswasta
      Tgl masuk RS             : 26 Oktober 2020
       
Penanggung Jawab
       Nama                          : Tn. F 
      Umur                          : 56 th
       Pekerjaan                    : Wiraswasta
      Alamat                       : Tulehu, Kota Ambon

3.1.2 Keluhan Utama


Pasien mengalami penglihatan kabur, kesulitan melihat dari jarak jauh
ataupun dekat.

2.2.3 Riwayat Kesehatan


a.    Riwayat kesehatan Sekarang

11
Pasien datang kerumah sakit dengan keluhan pusing dan penglihatannya
kabur, penglihatan kabur dirasakan sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu.
Penglihatan kabur/tidak jelas dan seperti ada kabut serta terkadang pasien
merasa silau saat melihat cahaya. Pasien juga mengalami kesulitan melihat
pada jarak jauh atau dekat, pandangan ganda, susah melihat pada malam hari.
Setelah dilakukan pengkajian pupil berwarna putih dan ada dilatasi pupil,
nucleus pada lensa menjadi coklat kuning, lensa menjadi opak, retina sulit
dilihat, terdapat gangguan keseimbangan pada susunan sel lensa oleh factor
fisik dan kimiawi sehingga kejernihan lensa berkurang. pasien disarankan oleh
dokter untuk dilakukan tindakan pembedahan atau dikoreksi dengan dilator
pupil dan refraksi kuat sampai ke titik di mana pasien melakukan aktivitas
sehari-hari. pasien juga mengalami hiperglikemia karena panyakit diabetis
yang dideritanya.
b.  Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus, didiagnosis sejak kurang
lebih  1 tahun yang lalu.
c.   Riwayat Penyakit Keluarga
Ada dari keluarga pasien yang menderita penyakit Diabetes Melitus /gejala-
gejala yang sama seperti yang diderita oleh pasien saat ini.

3.1.4 Pemeriksaan Fisik


a.    Pola fungsi kesehatan
1)      Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan :
Keluarga pasien takut akan penyakit yang diderita pasien, dan berharap agar bisa
cepat sembuh
Penggunaan tembakau (bungkus/hari, pipa, cerutu, berapa lama, kapan berheti) :
tidak menggunakan tembakau
Alkohol : tidak mengkonsmsi alkohol
Alergi (obat-obatan, makanan, plster dll) : makanan
2)      Pola nutrisi dan metabolisme
Diet/suplemen khusus : tidak ada
Nafsu makan : menurun

12
Penurunan sensasi kecap, mual-muntah, stomatitis : mual muntah
Fluktuasi BB 6 bulan terakhir (naik/turun) : turun
Kesulitan menelan (disfagia) : disfagia
Gigi : Lengkap
Frekuensi makan : 1-2x sehari
Jenis makanan : nasi, sayur, buah-buahan
Pantangan/alergi : ikan
3)      Pola eliminasi
BAB :
Frekuensi : lebih dari 3x sehari
Warna : kuning
Waktu : tidak teratur
Konsistensi : cair
Kesulitan (diare, konstipasi, inkontinensia) : inkontinensia
BAK :
Frekuensi : lebih dari 8x perhari jika dalam keadaan kejang
Kesulitan : inkotinensia
4)      Pola aktivitas dan latihan
Kekuatan otot : penurunan kekuatan/tonus otot secara menyeluruh
Kemampuan ROM : ada keterbatasan rentang gerak
Keluhan saat beraktivitas : mudah lelah, dan lemas saat berktivitas
5)      Pola istirahat dan tidur
Lama tidur : 4-6 jam sehari
Waktu : malam
6)      Pola kognitif dan persepsi
Status mental : penurunan kesadaran
Bicara : aphasia ekspresif
Kemampuan memahami : tidak
Tingkt ansietas : berat
Penglihatan : pandangan kabur
Ketidaknyamanan/nyeri : nyeri kronik
7)      Persepsi diri dan konsep diri

13
Perasaan klien tentang masalah kesehatan ini : klien merasa malu dan minder
8)      Pola peran hubungan
Pekerjaan : swasta
Sistem pendukung : keluarga
9)      Pola koping dan toleransi aktivitas
Hal yang dilakukan saat ada masalah : cerita dengan orang terdekat atau keluarga
Penggunaan obat untuk menghilangkan stress : ada
Keadaan emosi dalam sehari-hari : tegang
10)  Keyakinan dan kepercayaan
Agama : islam
Pengaruh agama dalam kehidupan : segala sesuatu dalam kehidupannya
diserahkan pada agamanya.

b. Pemeriksaan fisik
1)      Keadaan umum : tampak gelisah dan bingung
Penampilan umum : bersih dan rapi
Kliean tampak sehat/sakit/sakit berat : sakit
Kesadaran :
BB : 50 kg
TB  : 155 cm
2)      Tanda-tanda vital
TD : 110/ 70mmHg
ND : 90 x/i
RR :22 1x/i
S     : 36,5 derajat celcius
3)      Kulit
Warna kulit : tidak sianosis
Kelembapan : kering
Turgor kulit : elastic berkurang
Ada/tidaknya oedema :  ada oedema
4)      Kepala :
Inspeksi : rambut bersih

14
Palpasi :tidak Ada benjolan
5)      Mata
Inspeksi : kekeruhan, berkabut atau opak pada lensa mata. Pada inspeksi visual
katarak Nampak abu-abu atau putih susu. Pada inspeksi pada lampu senter, tidak
timbul refeksi merah.
Fungsi penglihatan : gangguan penglihatan
Ukuran pupil : pupil dilatasi
Konjungtiva : anemis
Sklera : putih
6)      Telinga
  Fungsi pendengaran :tidak ada  gangguan pendengaran
Kebersihan : bersih
Sekret : tidak ada
7)      Hidung dan sinus
Fungsi penciuman : baik
Pembegkakan : tidak ada                                                        Perdarahan : tidak ada
Kebersihan : bersih                                                                  sekret : tidak ada
8)      Mulut dan tenggokan
Membran mukosa : kering                                                       kebesihan mulut :
bersih
Keadaan gigi : lengkap
Tanda radang : Lidah
Trismus :tidak ada
Kesulitan menelan : tidak ada, disfagia tidak ada
9)      Leher
Trakea : simetris
Kelenjar limfe : ada
Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran
10)  Thorak/paru
Inspeksi : dada simetris dan tidak  menggunakan otot bantu pernafasan
Perkusi :tidak  ada massa, dengan tidak adanya peningkatan produksi mukus
Auskulktasi : pernafasan stridor (ngorok)

15
11)  Jantung
Inspeksi : iktus kordis terlihat
12)  Abdomen
Inspeksi : simetris
Auskultasi : peristaltik usus
Palpasi : tidak ada benjolan atau massa, tidak ada ascites
13)  Ekstremitas
Ekstremitas atas : pergerakan  normal
Ekstremitas bawah : pergerakan  normal
ROM :
Kekuatan otot : penurunan kekuatan tonus otot
14)  Neurologis
Kesadaran (GCS) :
Status mental : penurunan kesadaran
Motorik : kejang
Sensorik : gangguan pada sistem penglihatan,mata kabur ,pengelihatan silau dan
gangguanpendengaran
Refleks fisiologis : mengalami penurunan terhadap respon stimulus.

3.1.5 Analisa Data


No Data Etiologi Masalah
1 DS: perdarahan intra Resio tinggi terhadap
- pasien mengatakan pusing okuler(dikoreksi cidera  
dan penglihatannya kabur, dengan dilator
penglihatan kabur dirasakan pupil)
sejak kurang lebih 1 tahun
yang lalu.
- pasien mengatakan bahwa
dokter menyarakan untuk
dilakukan tindakan yaitu
dikoreksi dengan dilator
pupil.

16
DO:
- Pupil berwarna putih dan
ada dilatasi pupil
-nucleus pada lensa menjadi
coklat kuning, lensa menjadi
opak, retina sulit dilihat
2 DS: bedah Resiko tinggi
- pasien mengatakan pengangkatan terhadap infeksi
kesulitan melihat pada jarak katarak
jauh atau dekat, pandangan
ganda, susah melihat pada
malam hari.
- pasien mengatakan bahwa
dia juga mnderita penyakit
diabetis mellitus
DO:
- terdapat gangguan
keseimbangan pada susunan
sel lensa oleh factor fisik dan
kimiawi sehingga kejernihan
lensa berkurang.
- Hiperglikemia
3 DS: gangguan Gangguan sensori
- pasien mengatakan penerimaan persepsi(penglihatan)
mengalami penglihatan sensori/status organ
kabur. indra penglihatan
- pasien mengatakan
mengalami penglihatan
kabur, kesulitan melihat dari
jarak jauh ataupun dekat
DO:
-  pupil berwarna putih dan
ada dilatasi pupil, nucleus

17
pada lensa menjadi coklat
kuning, lensa menjadi opak,
retina sulit dilihat

3.1.6 Diagnosa Keperawatan yang Muncul

1.  Resio tinggi terhadap cidera   b/d perdarahan intra okuler(dikoreksi dengan dilator


pupil)
2.  Resiko tinggi terhadap infeksi b/d bedah pengangkatan katarak
3.  Gangguan sensori persepsi(penglihatan) b/d gangguan penerimaan sensori/status
organ indra penglihatan

3.1.7 Nursing Care Planing


N Kriteria
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
o hasil
1 Resio tinggi Setelah Menunjukk Mandiri :
cidera  berhub dilakukan an 1.     Diskusikan 1.     Membantu
ungan dengan intervesi  s perubahan apa megurangi
perdarahan elama perilaku, yang  terjadi rasa takut an
intra okuler 3x24 jam pola hidup pada pasca meningkatka
diharapkan untuk dikoreksi n kerja
perdrahan menurunka tentang nyeri, sama  dalam
intra faktor pembatasan pembatasan
okuler resiko dan aktivitas, yang
dapat untuk  meli penampilan dan diperlukan
segera dungi diri balutan mata
diatasi dari 2.     Batasi 2.     Menurunka
cedera. aktivitas seperti n stres pada
megerakkan area
kepala tiba-tiba, pengikisan/m
menggaruk enurunkan
mata, TIO
membongkok

18
3.     Dorong napas
dalam batuk
untuk bershan
nafas berihan3.     Batuk
paru meningkatka
4.     Pertahankan n TIO
perlindungan
mata sesuai
indikasi 4.     Digunaknun
tuk
5.     Minta pasien melindungi
untuk dari cedera
membedakan dan
antara menurunkan
ketidakyamana gerakan mata
n dan nyeri5.     Ketidak
mata tajam tiba- amanan
tiba, selidiki mungkin
kegelisaan,disor karena
ientasi, prosedur
gangguan pembedahan,
balutan nyeri akut
menunjukkan
TIO dan atau
perdarahan
yang terjadi
Kolaborasi: karena
1.    berikan obat regangan dan
sesuai indikasi atau tak
·      antiemetik diketahui
contoh penyebabnya.
proklorprazin

19
·       mual,
·      asetazolamid( muntah dapat
diomox) meningkatka
n TIO,
memerlukan
tindakan
segera untuk
mencega
cedera okuler
·      analgesik ·       diberikan
contoh empirin untuk
dengam kodein, menurun TIO
asetaminofen(ty bila terjadi
nol) peningkatan,
membatasi
kerja enzim
pada produksi
akueus humor
·       digunakan
untuk ketidak
nyamanan
ringan,
mencega
gelisah yang
dapat
mempengaru
hi TIO

20
2 Resiko tinggi Setelah -     Meningk Mandiri
terhadap dilakukan at kan1.     Diskusikan 1.     Menurunka
infeksi intervesi  s penyembu pentingnya n jumlah
berhubungan elama han luka mencuci tangan bakteri pada
dengan bedah 3x24 jam tepat waktu sebelum tangan,
pengangkatan diharapkan -     bebas menyentu atau mencega
katarak factor drainase mengobati mata kontaminasi
resiko purulen 2.     Gunakan atau area operasi
infeksi dan tunjukan tehnik2.     Tehnik
dapat eritema yang tepat aseptic
diatasi untuk menurunkan
membersihkan resiko
mata dari dalam penyebaran
keluar dengan bakteri dan
tisu basah atau kontaminasi
bola kapas silang
untuk tiap
usapan ganti
balutan dan
masukkan lensa
kontak bila
menggunakan
3.     Tekankan
pentingnya
untuk  tidak 3.     Mencegah
menyentuh atau kontaminasi
menggarut mata dan
yang di operasi kerusakan sisi
4.     Obserpasi operasi
tanda terjadinya
infeksi contah
kemerahan, 4.     Infeksi mata

21
kelopak mata terjadi 2-3
bengkak, hari setelah
drainase prosedur dan
purulen. memerlukan
Kolaborasi: upaya
1.    Berikan obat intervensi
sesuai indikasi yang tepat
·      antibiotik(topi
cal, perenteral,
atau
subkunjungival)·       sediakan
topical yang
digunakan
sevara
profilaksis,
dimana
terapi lebih a
kresif
diperlukan
bila terjadi
infeksi.
·      steroid Catatan
steroid
mungkin
ditambahkan
pada
antibiotic
topical bila
pasien
mengalami
implantasi.
·       Digunakan

22
untuk
menurunkan
implamasi
3 Gangguan Setelah -     Dapat Mandiri
sensori dilakukan meningkat 1.    Tentukann 1.    kebutuhan
persepsi(pengl intervesi  s kan ketajaman individu dan
ihatan) elama ketajaman penglihatan, pilihan
berhubungan 3x24 jam penglihata catat apakah 1 intervensi
dengan diharapkan n batas atau 2 mata bervariasi
gangguan gangguan situasi terlibat sebab
penerimaan sensori individu kehilangan
sensori/status persepsi -     Memperb penglihatan
organ indra dapat aiki potensi terjadi lambat
penglihatan diatasi bahaya dan progresif.
dalam Bila bilateral
lingkunga tiap mata
dapat
berlangjut
pada laju
yang berbeda
tetapi biasa
nya hanya 1
2.    Orientasikan mata
pasien terhadap diperbaiki
lingkungan,stap perprosedur.
, orang lain di2.    memberikan
area nya peningkatan
kenyamanan
dan
kekeluargaan,
menurunkan 
3.   Observasi cemas dab

23
tanda-tanda dan disorientasi
gejala- gejala pasca operasi
disorientasi, 3.    terbangun
pertahankan dan
pagar tempat lingkungan
tidur sampai tak dikenal
benar-benar dan
senbuh dari mengalami
anastesia tetbatasan
penglihatan
dapat
mengakibatka
n bingung
pada orang
4.   Pendekatan tua.
dari sisi yang Menurunkan
tak dioperasi , resiko jatuh
bicara, dan bila pasien
menyentuh bingung atai
sering, dorong tak kenal
orang terdekat ukuran
tinggal dengan tempat tidur
pasien
4.    Memberika
5.   Perhatikan n rangsangan
tentang suram sensori tepat
atau terhadap
penglihatan isolasi dan
kabur dan iritasi menurunkan
mata bingung

24
5.    Gangguan
penglihatan
atau iritasi
dapat
berakhir  1-2
jam setelah
diberikan
6.    Ingatkan pengobatan
pasien tetapi secara
menggunakan bertahap
kacamata menurunkan
katarakyang dengan pengg
tujuannya unaan.
memperbesar Catatan :
kurang lebih Iritasi local
25% harus
penglihatan dilaporkan ke
perifer hilang dokter tetapi
dan buta titik jangan
mungkin ada hentikan
penggunaan
obat
sementara
6.    perubahan
ketajaman
dan
kedalaman
persepsi
dapat
menyebabkan
bingung

25
penglihatan
atau
meningkatka
n resiko
cedera
sampai pasien
belajar untuk
mengkompen
sasi.

3.1.8 Catatan Perkembangan

Diagnose
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1. Resiko tinggi Jam 08.00 wit Jam 12.00 wit
cidera  berhubungan Mandiri : S:  klien meengatakan
dengan perdarahan1.    Mendiskusikan apa nyeri pasca dikoreksi
intra okuler yang  terjadi pada pasca sudah berkurang.
dikoreksi tentang nyeri, O:  klien tampak
pembatasan aktivitas, rileks pasca
penampilan dan balutan dikoreksi,tetapi
mata aktivitas klien masih
2.    Membatasi aktivitas dibatasi,seperti terlalu
seperti megerakkan banyak menggerkkan
kepala tiba-tiba, kapala dan menggaruk
menggaruk mata, mata
membongkok A: Masalah teratasi
3.    Mendorong napas sebagian,aktivitas
dalam batuk untuk klien masih dibatasi
bershan nafas berihan untuk melindungi
paru mata pasca dikoreksi
4.    Mempertahankan P: Intervensi
perlindungan mata sesuai dilanjutkan

26
indikasi 1.      Batasi aktivitas
5.    Meminta pasien untuk klien
membedakan antara seperti megerakkan
ketidakyamanan dan kepala tiba-tiba,
nyeri mata tajam tiba- menggaruk mata,
tiba, selidiki membongkok
kegelisaan,disorientasi, 2.   Mempertahankan
gangguan balutan perlindungan mata
Kolaborasi: sesuai indikasi
1.    Memberikan obat
3.  Meminta pasien untuk
sesuai indikasi membedakan antara
·      antiemetik contoh ketidakyamanan dan
proklorprazin nyeri mata tajam tiba-
·      asetazolamid(diomox) tiba, selidiki
kegelisaan,disorientasi
, gangguan balutan

2. Resiko tinggi terhadap Jam 08.00 wit Jam 12.00wit


infeksi berhubungan Mandiri S: Klien mengatakan
dengan bedah1.    Mendiskusikan dapat beristrahat
pengangkatan katarak pentingnya mencuci dengan baik tanpa
tangan sebelum terasa nyeri pasca
menyentu atau operasi pengangkatan
mengobati mata katarak
2.    Menggunakan atau O: klien dapat
tunjukan tehnik yang beristirahat dengan
tepat untuk tenang dan lebih rilek
membersihkan mata dari serta tidak terdapat
dalam keluar dengan tisu tanda-tanda terjadinya
basah atau bola kapas infeksi pada mata
untuk tiap usapan ganti klien

27
balutan dan masukkan A: Masalah klien
lensa kontak bila teratasi sebagian,tidak
menggunakan terjadi infeksi pada
3.    Menekankan mata klien pasca
pentingnya untuk  tidak operasi.
menyentuh atau P: Intervensi
menggarut mata yang di dilanjutkan
operasi 1.      Tekankan
4.    Mengobserpasi tanda pentingnya
terjadinya infeksi contah untuk  tidak
kemerahan, kelopak mata menyentuh atau
bengkak, drainase menggarut mata yang
purulen. di operasi
Kolaborasi: 2.      obserpasi tanda
1.    Memberikan obat terjadinya infeksi
sesuai indikasi contah kemerahan,
·      antibiotik(topical, kelopak mata
perenteral, atau bengkak, drainase
subkunjungival) purulen
·      Steroid

3. Gangguan sensori Jam 08.00 wit Jam 12.00 wit


persepsi(penglihatan) Mandiri S: klien mengatakan
berhubungan dengan
1.        Menentukann setelah dilakukan
gangguan penerimaan ketajaman penglihatan, operasi matannya
sensori/status organ catat apakah 1 atau 2 sudah dapat melihat
indra penglihatan mata terlibat walaupun tanpa
2.        Mengorientasikan bantuan kaca mata
pasien terhadap katarak
lingkungan,stap, orang O: klien sudah dapat
lain di area nya melihat benda-benda
3.        Mengobservasi tanda- disekitarnya

28
tanda dan gejala- gejala A: Masalah teratasi
disorientasi, pertahankan P: Intervensi
pagar tempat tidur dihentikan
sampai benar-benar
sembuh dari anastesia
4.        Pendekatan dari sisi
yang tak dioperasi ,
bicara, dan menyentuh
sering, dorong orang
terdekat tinggal dengan
pasien
5.        Memperhatikan
tentang suram atau
penglihatan kabur dan
iritasi mata
6.        Mengingatkan pasien
menggunakan kacamata
katarakyang tujuannya
memperbesar kurang
lebih

29
3.2 INTERVENSI / TINDAKAN MANDIRI PERAWAT

3.2.1 IRIGASI MATA

Irigasi mata dilakukan untuk melakukan pembersihan konjungtiva mata.


Di RS, peralatan steril biasanya digunakan. Obat-obat unuk mata diberikan dalam
bentuk cairan atau salep. Tetes mata dibuat dalam plastik monodrips yang
digunakan untuk memasukkan sediaan obat. Salep biasanya dibuat dalam tabung
kecil.
Semua tempat obat harus tercantum bahwa obat untuk penggunaan mata.
Biasanya sediaan steril digunakan, tapi teknik steril tidak selalu diindikasikan.
Biasanya sediaan steril digunaakn, tapi teknik steril tidak selalu diindikasikan.
Cairan yang diresepkan biasanya encer. Misalnya kepekatan kurang dari 1 %
Prosedur : memberikan irigasi dan instilasi mata
Peralatan :
1. Tempat steril untuk cairan irigasi
2. Cairan irigasi (biasanya 60 s/d 240 ml (2 s/d 8 oz) pada suhu 370 C (98,6 F)
yang sesuai
3. Spoit mata steril atau irigator mata (penetes mata dapat digunakan jika hanya
sejumlah kecil cairan yang diperlukan)
4. Fila ginjal steril
5. Bola kapas steril
6. Normal saline steril (sesuai kebutuhan)
7. Kain lembab
8. Sarung tangan steril
Intervensi :
Pada irigasi
1. Siapkan klien
a. Jelaskan teknik kepada klien. Pemberian cairan atau obat irigasi mata
biasanya tidak nyeri. Salep seringkali menyejukkan mata, tapi beberapa
sediaan cairan mungkin terasa perih awalnya

30
b. Bantu klien pada posisi yang menyenangkan, baik duduk atau berbaring.
Miringkan kepala klien pada mata yang diobati, dan pastikan bawah
sumber cahaya tidak menyilaukan mata klien. Kepala dimiringkan
sehingga cairan akan mengalir dari mata ke bengkok disampingnya, tidak
kemata lain. Sumber cahaya diarahkan agar jauh dari mata. Khususnya
jika klien fotophobia.
c. Tempatkan kain lembab untuk melindungi klien dan kain sepresi, dan atur
posisi bengkok pada pipi di bawah mata pada sisi yang diobati.
2. Kaji mata
a. Kaji mata adanya kemerahan, lokasi dan sifat dari berbagai kotoran, air,
mata pembengkakan kelopak mata atau kelenjar air mata.
b. Catat adanya keluhan, misalnya gatal, terbakar, nyeri, penglihatan kabur
atau fotophobia.
c. Observasi perilaku klien misalnya mengedip, berkedip berlebihan,
mengerutkan dahi atau menggosok mata.
3. Bersihkan kelopak mata dan bulu mata
a. Gunakan bola kapas steril yang lembab dengan cairan irigasi steril atau
normal saline steril dan usapkan dari kantus bagian dalam ke atas bagian
luar, jika tidak keluar, benda pada kelopak dan bulu mata dapat dicuci
dalam mata. Pencucian pada bagian luar kantus mencegah kontaminasi
dari mata lain dan kelenjar air mata.
4. Berikan irigasi atau obat mata
5. Pada irigasi :
a. Perlihatkan konjungtiva bahwa dengan memisahkan kelopak mata dengan
jari dan jari telunju, atau untuk mengirigasi, pertama tahan kelopak mata
ke bawah, kemudian tahan kelopak mata atas. Gunakan tekanan pada
tulang yang menonjol dari tulang pipi dan dekat alis ketika menahan
kelopak mata. Memisahkan kelopak mata mencegah refleks men gedip.
Penggunaan tekanan pada tulang yang menonjol mengurangi
kemungkinan penekanan pada bola mata dan menyebabkan rasa tidak
nyaman.

31
b. Isi dan pegang irigator sekitar 2,5 cm (1 in) di atas mata. Pada ketinggian
ini tekanan cairan tidak akan merusak jaringan mata dan irrigator tidak
akan menyentuh mata.
c. Irigasi mata, arahkan cairan pada kantung konjungtiva bawah dari kantus
sebelah dalam keluar, mengarahkan cairan pada cara ini mencegah
kemungkinan injuri kornea dan mencegah cairan dan kontaminasi dari
aliran ke bawah kelenjar air mata.
d. Irigasi sampai cairan yang meninggalkan mata bersih (tidak ada kotoran)
atau sampai semua cairan telah digunakan. Anjurkan klien untuk menutup
dan menggerakkan mata secara periodik. Penutupan dan pergerakan mata
membantu pergerakan pergerakan sekresi dari kantung konjunctiva atas
ke bawah.
e. Keringkan sekitar mata dengan bola kapas

3.2.2 TETES MATA

Obat tetes mata biasanya dikemas dalam botol atau tanpa pipiet (botol
plastik). Cara pemberian obat tetes ini mudah.
Kerugian pemberian obat tetes mata adalah obat ini lebih cepat hilang dari
mata.
Prosedur Pemberian Obat Tetes mata
Persiapan Alat
1. Obat dalam tempatnya
2 .Kertas tisu
3 .Sarung tangan
4. Air hangat atau kapas pelembab
Persiapan Lingkungan
1. Jaga privasi klien
2. Beri penerangan yang cukup
3. Tutup jendela, korden, dan pintu atau beri sketsel jika pasien
lebih dari 1
Persiapan Klien
1.      1. Jelaskan prosedur tindakan pada klien

32
2.      2. Tempatkan klien dengan posisi yang nyaman
3.      3. Kaji kembali riwayat medis klien
Prosedur Rasional
1.         Cuci tangan 1.        Menghilangkan
2.         Pakai sarung tangan jika mikroorganisme permukaan.
terdapat secret. 2.        Melindungi dari
3.       Bersihkan mata dengan pemajanan terhadap sekresi.
kapas basah lebih dulu jika 3.        –
ada sekret.  4.        Mengurangikecemasan
4.         Jelaskan prosedur kepada klien.
klien. 5.        Menjamin ketepatan
5.         Cek nama obat, dosis, dan medikasi.
tanggal kadaluarsa obat. 6.        Memposisikan kepala
6.         Anjurkan klien tengadah untuk jalan termudah pada
dan melihat ke atas. struktur mata.
7.         Tarik kelopak ke bawah 7.        Membentuk kantong
melalui tulang pipi, pegang tempat meneteskan obat
kulit palpebra bawah dengan mata.
ibu jari dan jari telunjuk serta 8.        Memudahkan mengontrol
tarik ke depan. botol.
8.         Pegang botol seperti 9.        Mengarahkan botol ke
memegang pensil dengan bola mata tanpa menyentuh
ujung di bawah. bola mata atau bulu mata.
9.         Letakan pergelangan 10.    Memungkinkan tetesan
tangan yang memegang botol jatuh ke dalam kantong.
pada pipi klien. 11.    Mencegah tumpahnya obat.
10.     Tekan botol secara 12.    Meratakan obat (penekanan
perlahan pada formix menyebabkan obat tertekan
inferior. ke dalam sistem
11.     Secara pelan lepaskan nasolakrimalis yang
palpebra bawah. menurunkan absorpsi obat).
12.     Instruksikan klien untuk 13.    Meningkatkan absorpsi obat

33
menutup mata secara yang maksimal.
perlahan, jangan
menekannya.
13.     Tunggu 5-10 menit
sebelum meneteskan obat
tetes yang lain.
Evaluasi
1.     Reaksi total
2.     Reaksi  pasien
3.     Munculnya efek sampingobat
Dokumentasi
1.      Nama
2.      Umur
3.      Waktu tindakan (Jam, hari, bulan,tahun )
4.      Evaluasi
5.      Jenis tindakan
6.      Nama terang dan tanda tangan perawat dan pasien

Yang harus diperhatikan pada waktu memakai obat tetes mata :


1.  Tetes mata jangan dihangatkan sebelum diteteskan, karena panas dapat
mempengaruhi kestabilan struktur kimia obat.
2.   Laporkan pada dokter apabila setelah penetesan obat mata, klien mengeluh adanya
iritasi kulit atau rasa panas/ kaku karena mungkin merupakan petunjuk adanya
alergi.

Cara Menggunakan Tetes Mata dengan Benar

34
1. Cuci tangan sebelum memegang obat
2. Periksa apakah ujung botol tidak tersumbat
3. Hindari memegang ujung penetes atau menyentuhkan ke mata
4. Miringkan kepala kebelakang, tarik kelopak mata kebawah
sampai terbentuk kantung mata.
5. Teteskan obat sesuai dosis 
6. Mata ditutup selama 1-2 menit, jangan mengedip. Ujung mata dekat
hidung ditekan selama 1-2 menit atau gerakkan bola mata secara berkeliling
(masih dengan keadaan tertutup) agar obat dapat menyebar secara merata.
Langkah ini diulangi untuk tetesan selanjutnya (misalnya tetulis 4 tetes, tiap 1
tetes, mata ditutup kembali). Tidak dianjurkan untuk meneteskan secara
beruntun (langsung) 4 tetes sekaligus karena memungkinkan obat tidak
terdistribusi seluruhnya dan dapat terbuang bersama airmata.
7. Tutup botol dengan baik setelah digunakan
8. Tangan dicuci untuk menghilangkan obat yang mungkin terpapar
pada tangan

35
PERHATIAN!!!
Hindari penggunaan obat tetes mata atau salep mata setelah dibuka lebih dari 30
hari, karena obat tidak bebas kuman lagi.
Hindari penggunaan obat tetes mata atau salep mata oleh lebih dari satu orang,
agar tidak terjadi penulaan infeksi

36
BAB IV
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah
gambaran yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum
kehilangan pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2003)
Rancangan Asuhan Keperawatan pada Ny. W dengan gangguan sistem sensori :
Katarak dilakukan mulai dari pengkajian samapai kepada implementasi dan
evaluasi kepada pasien dengan diagnose yang didapat yaitu
1.  Resio tinggi terhadap cidera   b/d perdarahan intra okuler(dikoreksi dengan
dilator pupil)
2.  Resiko tinggi terhadap infeksi b/d bedah pengangkatan katarak
3.  Gangguan sensori persepsi(penglihatan) b/d gangguan penerimaan
sensori/status organ indra penglihatan
Sehingga perawata melakukan intervensi keperawatan secara mandiri maupun
kolaborasi untuk mencapai tujuan keperawatan. Dan dilakukan implementasi
samapai evaluasi kepada pasien.
Intervensi/tindakan mandiri perawat yang kelompok kami pilih yaitu
Irigasi mata dan tetes mata. Irigasi mata diperlukan untuk pasien katarak agar
dapat mengeluarkan zat kimia didalam mata yaitu protein yang berlebihan
kemudian tetes mata diberikan untuk proses penyembukan bagi pasien katarak

3.2. SARAN
Pentingnya perawat dalam memahami dan mengerti mengenai asuhan
keperawatan kepada pasien dengan gangguan sistem persepsi sensori dalam hal
ini katarak, untuk itu diharapkan mahasiswa maupun perawat lebih memperdalam
ilmunya mengenai asuhan keperawatan pada gangguan sistem persepsi sensori.

37
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I


Made Kariasa. Jakarta . EGC

Margaret R. Thorpe. Perawatan Mata. Yogyakarta . Yayasan Essentia


Medica Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa :
Setiawan Sari. Jakarta. EGC

Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. FKUI

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah


Brunner & Suddarth. Alih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta. EGC.

https://id.scribd.com/doc/225878013/irigasi-mata (diakses pada selasa, 27


Oktober 2020)

38

Anda mungkin juga menyukai