Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KATARAK

Dosen Pembimbing ; Muhtar, S.Kep.Ns.M.Kep

DISUSUN OLEH :

ZAHRA
( P00620221040 )

POILITEKNIK KESEHATAN MATARAM


PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN BIMA
TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, karena atas segala
rahmat dan HidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
“KATARAK” yang disusun dan untuk memenuhi persyaratan kenaikan pangkat

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan dapat
memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Bima, Mei 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI .........................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................2
1.3 Tujuan .......................................................................................................2
1.4 Manfaat ....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi......................................................................................................3
2.2 Etiologi......................................................................................................3
2.3 Klasifikasi .................................................................................................4
2.4 Manifestasi Klinik Katarak .......................................................................7
2.5 patofisiologi katarak...................................................................................8
2.6 woc..............................................................................................................9
2.7 Pemeriksaaan Diangnaktik Katarak...........................................................9
2.8 Pengobatan Katarak ................................................................................10
2.9 Komplikasi................................................................................................11
2.10 Evaluasi ……………………………………………………..........……..12
2.12 Konsep Asuhan Keperawatan ........................................... ......................13
BAB 1V PENUTUP
4.1 Kesimpulan................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Katarak adalah istilah kedokteran untuk setiap keadaan kekeruhan yang terjadi
pada lensa mata yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi
protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata
dan berjalan progresif. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas
karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan
bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata
dapat bervariasi.
Penderita katarak memang terus meningkat jumlahnya. Menurut Badan
Kesehatan Dunia PBB/WHO), saat ini sekitar 161 juta penduduk dunia mengalami
gangguan penglihatan, meliputi 37 juta orang buta total dan sisanya 124 juta rabun atau
mengalami gangguan penglihatan. Di Indonesia, katarak merupakan penyakit penyebab
utama kebutaan. Berdasarkan survei kesehatan menunjukkan, 1,5 persen penduduk
Indonesia mengalami kebutaan. Penyebab tertinggi karena katarak 52 persen, glaukoma
13,4 persen, kelainan refraksi 9,5 persen, gangguan retina 8,5 persen, dan kelainan
kornea 8,4 persen. Kebutaan di Indonesia saat ini merupakan yang tertinggi di Asia,
karena negara Asia lainnya kurang dari 1 persen.
Pada katarak dini akan menimbulkan keluhan penglihatan seperti melihat di
belakang tabir kabut atau asap, akibat terganggu oleh lensa yang keruh. Hal ini
diakibatkan pupil menjadi kecil yang akan menambah gangguan penglihatan.
Penglihatan akan berkurang perlahan-lahan. Pada pupil terdapat bercak putih atau apa
yang disebut sebagai leukokoria. Bila proses berjalan progresif, maka makin nyata
terlihat kekeruhan pupil ini.
Adapun dua macam teknik pembedahan yaitu ekstrasi intraskapular dan
ekstraskapular. Dimana pengambilan keputusan untuk menjalani pembedahan sangat
individual sifatnya.Dukungan finansial dan psikososial dan konsekwensi pembedahan
sangatlah penting untuk penatalaksanaanya.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian katarak?
2. Apakah etiologi katarak?
3. Apakah patofisiologi katarak?
4. Apakah web of caution katarak?
5. Apakah manifestasi klinik katarak?
6. Apakah klasifikasi katarak?
7. Apakah pengobatan katarak?
8. Bagaimanakah asuhan keperawatan katarak?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui dan mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien katarak.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan pengertian katarak.
2. Menjelaskan etiologi katarak.
3. Menjelaskan patofisiologi katarak.
4. Menjelaskan web of caution katarak.
5. Menjelaskan manifestasi klinik katarak.
6. Menjelaskan klasifikasi katarak.
7. Menjelaskan pengobatan katarak.
8. Menjelaskan asuhan keperawatan katarak.
1.4 Manfaat
Menjelaskan dan mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien katarak.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau
kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang
lebih dari 65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000).

2.2 Etiologi
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya
usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas.
Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus
pada saat hamil muda.
Penyebab katarak lainnya meliputi :
- Faktor keturunan.
- Cacat bawaan sejak lahir.
- Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
- Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
- Gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus)
- Gangguan pertumbuhan,
- Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.

3
- Rokok dan Alkohol
- Operasi mata sebelumnya.
- Trauma (kecelakaan) pada mata.
- Faktor-faktor lainya yang belum diketahui.

2.3 Klasifikasi
Katarak dapat diklasifikasikan menjadi :
2.3.1 Katarak Kongenital:
Katarak kongenital merupakan kekeruhan lensa yang didapatkan sejak lahir,
dan terjadi akibat gangguan perkembangan embrio intrauterin. Biasanya kelainan
ini tidak meluas mengenai seluruh lensa. Letak kekeruhan sangat tergantung pada
saat terjadinya gangguan metabolisme serat lensa: Katarak kongenital yang terjadi
sejak perkembangan serat lensa terlihat segera setelah bayi lahir sampai berusia 1
tahun. Katarak ini terjadi karena gangguan metabolisme serat-serat lensa pada saat
pembentukan serat lensa akibat infeksi virus atau gangguan metabolisme jaringan
lensa pada saat bayi masih di dalam kandungan, dan gangguan metabolisme
oksigen.
Pada bayi dengan katarak kongenital akan terlihat bercak putih di depan
pupil yang disebut sebagai leukokoria (pupil berwarna putih). Setiap bayi dengan
leukokoria sebaiknya dipikirkan diagnosis bandingnya seperti retinoblastorrma,
endoftalmitis, fibroplasi retrolental, hiperplastik vitreus primer, dan miopia tinggi
di samping katarak sendiri.
Katarak kongenital merupakan katarak perkembangan sehingga sel-sel atau
serat lensa masih muda dah berkonsistensi cair. Umumnya tindakan bedah
dilakukan dengan disisio lentis atau ekstraksi linear. Tindakan bedah biasanya
dilakukan pada usia 2 bulan untuk mencegah ambliopia eks-anopsia. Pasca bedah
pasien memerlukan koreksi untuk kelainan refraksi matanya yang telah menjadi
afakia.
2.3.2 Katarak Juvenil :
Katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah lahir. Katarak ini termasuk ke
dalam development cataract, yaitu kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih
terjadi perkembangan serat – serat lensa sehingga biasanya konsistensinya lembek

4
seperti bubur dan disebut soft cataract. Biasanya katarak juvenil merupakan
bagian dari suatu kejadian penyakit keturunan lain.
2.3.3 Katarak Senil:
- Paling sering dijumpai
- Biasanya umur lebih dari 50 tahun, tapi kadang-kadang mulai umur 40
tahun
- Hampir selalu mengenai kedua mata dengan stadium yang berbeda.
Kekeruhan dapat dimulai dari perifer kortek atau sekitar nucleus.
- Gejala utama adalah penglihatan makin lama makin kabur. Sejak
mulainya terjadi kekeruhan sampai matur dibutuhkan waktu beberapa
tahun.
- Reaksi pupil terhadap cahaya normal.
Katarak senile ada hubungannya dengan pertambahan umur dan berkaitan
dengan proses ketuaan yang terjadi di dalam lensa. Perubahan yang tampak adalah
bertambah tebalnya nucleus dengan berkembangnya lapisan kortek lensa.
Secara klinik / proses ketuaan lensa sudah tampak pada pengurangan
kekuatan akomodasi lensa akibat terjadinya skelerosa lensa yang timbul pada
decade 4 yang dimanifestasi dalam bentuk presbiopia.
a) Katarak insipien
Katarak yang tidak seperti bercak-bercak yang membentuk gerigi dengan
dasar perifer dan daerah jernih diantaranya. Kekeruhan biasanya terletak di
korteks anterior atau posterior. Kekeruhan ini pada permulaan hanya tampak
bila pupil dilebarkan.
Pada stadium ini terdapat keluhan polidiopia oleh karena indeks refraksi
yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bila dilakukan tes bayangan iris
(shadow test) akan negatif.
b) Katarak imatur
Pada stadium yang lebih lanjut maka akan terjadi kekeruhan yang lebih
tebal. Tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat
bagian-bagian yang jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hydras korteks
yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa
ini akan memberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi

5
myopia. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris ke depan
sehingga bilik mata depan dan sudut bilik mata depan akan lebih sempit.
Pada stadium ini akan mudah terjadi glaucoma sebagai penyulit. Stadium
imatur dimana terjadi kecembungan lensa akibat menyerap air disebut stadium
intumesen. Shadow test pada keadaan ini positif.
c) Katarak matur
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air
bersama-sama hasil desintegrasi melalui kapsul. Lensa kehilangan cairan
sehingga mengkerut lagi dan kamera okuli anterior menjadi normal kembali.
Kekeruhan lensa sudah menyeluruh warna putih keabu-abuan. Pada
pemeriksaan iris shadow negatif dan fundus refleks negatif.
Pada stadium ini saat yang baik untuk operasi dengan tehnik intra
kapsuler (Tehnik Lama).
d) Katarak hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks lensa mencair
dan dapat keluar melalui kapsul lensa.
Dapat terjadi 2 kemungkinan :
a. Lensa menjadi kehilangan cairannya terus sehingga mengkerut dan menipis
disebut Shrunken katarak
b. Korteks lensa melunak dan mencair, sedangkan nucleus tidak mengalami
perubahan, akibatnya nucleus jatuh disebut Morganian katarak. Operasi
pada saat ini kurang menguntungkan karena lebih mudah terjadi komplikasi.

Tabel Perbedaan stadium katarak senil


Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Besar Iensa Normal Lebih besar Normal Kecil
Cairan lensa Normal 8ertambah Normal Berkurang
(air masuk) (air + masa
Lensa ke luar)
Iris Normal Terdarong Normal Trcmulans
Bilik mata depan depan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Penyulit -- Glaukoma - ' Uveitis
' Glaukoma

6
2.3.4 Katarak Trauma:
Kekeruhan lensa dapat terjadi akibat trauma tumpul atau trauma tajam yang
menembus kapsul anterior. Tindakan bedah pada katarak traumatik dilakukan
setelah mata tenang akibat trauma tersebut. Bila pecahnya kapsul mengakibatkan
gejala radang berat, maka dilakukan aspirasi secepatnya.

2.4 Manifestasi Klinik Katarak

Biasanya gejala berupa keluhan penurunan tajam pengelihatan secara progresif


(seperti rabun jauh memburuk secara progresif). Pengelihatan seakan-akan melihat
asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak
telah matang pupil akan tampak benar-benar putih,sehingga refleks cahaya pada mata
menjadi negatif (-).
Gejala umum gangguan katarak meliputi :
- Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
- Peka terhadap sinar atau cahaya.
- Dapat melihat dobel pada satu mata.
- Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
- Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

2.5 Patofisiologi Katarak


Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer
ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior.

7
Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat
kekuningan . Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan poterior
nukleus. Opasitas pada kapsul poterior merupakan bentuk katarak yang paling
bermakna seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang dari badan silier
ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat
menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat
jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa
normal disertai influks air ke dalam lensa.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi
sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam
melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak bisa terjadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau
sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang normal.
Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar
UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang
dalam jangka waktu yang lama.

8
2.6 WOC

Trauma Infeksi Virus Degeneratif

Perubahan serabut Kompresi sentral (serat) Perubahan warna


lensa nucleus mnjd cokelat
kekuningan

Keruh Densitas
Perubahan fisik & kimia
dalam protein lensa
Keruh

koagulasi
Pembedahan Katarak

Kurang Gangguan rasa


Luka Post OP
Informasi nyaman nyeri

MK : Cemas/
Ansietas Perawatan
MK I : Kurang Kurang Optimal
pengetahuan

MK : Gangguan
Proses Inflamasi Persepsi Sensori

MK: Risiko tinggi terjadinya


Infeksi

9
2.7 Pemeriksaan Diagnostik Katarak
1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf,
penglihatan ke retina.
2. Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis,
glukoma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 - 25 mmHg)
4. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glukoma.
5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glaukoma
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kotrol DM

2.8 Pengobatan Katarak


Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai
ke titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya
konservatif.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut
untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam
penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila
ketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila
visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan
berbagai penyakit retina atau sarf optikus, seperti diabetes dan glaukoma.
Ada 2 macam teknik pembedahan :
2.8.1 Ekstraksi katarak intrakapsuler
Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Dengan tekhnik
ekstraksi katarak intrakapsuler tidak terjadi katarak sekunder karena seluruh lensa
bersama kapsul dikeluarkan, dapat dilakukan pada yang matur dan zonula zinn
telah rapuh, namun tidak boleh dilakukan pada pasien berusia kurang dari 40
tahun, katarak imatur, yang masih memiliki zonula zinn.

10
2.8.2 Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98 %
pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama
pembedahan. Tekhnik yang umum dilakukan adalah ekstraksi katarak
ekstrakapsular, dimana isi lensa dikeluarkan melalui pemecahan atau perobekan
kapsul lensa anterior sehingga korteks dan nukleus lensa dapat dikeluarkan
melalui robekan tersebut. Namun dengan tekhnik ini dapat timbul penyulit katarak
sekunder.
Dapat pula dilakukan tekhnik ekstrakapsuler dengan fakoemulsifikasi yaitu
fragmentasi nukleus lensa dengan gelombang ultrasonik, sehingga hanya
diperlukan insisi kecil, dimana komplikasi pasca operasi lebih sedikit dan
rehabilitasi penglihatan pasien meningkat.

2.9 Komplikasi pembedahan katarak


(James, Bruce et al, 2003)
1) Hilangnya Vitreous.
Jika kopsul posterior mengalami kerusakan selama operasi maka gel vitreous
dapat masuk ke dalam bilik anterior, yang merupakan risiko terjadinya
glaucoma atau traksi pada retina. Keadaan ini membutuhkan pengangkatan
dengan satu instrument yang mengaspirasi dan mengeksisi gel (virektomi).
2) Prolaps Iris
Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode pascaoperasi
dini. Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada lokasi insisi. Pupil mengalami
distorsi.
3) Endoftalmitis
Komplikasi inefektif ekstraksi katarak yang serius namun jarang terjadi (kurang
dari 0,3%). Pasien datang dengan :
- Mata merah terasa nyeri
- Penurunan tajam penglihatan, biasanya dalam beberapa hari setelah
pembedahan
- Pengumpulan sel darah putih di bilik anterior (hipopion)

11
4) Astigmatisme pasca operasi
Ini dilakukan sebelum melakukan pengukuran kacamata baru namun setelah
luka insisi sembuh dan tetes mata steroid dihentikan.
5) Edema macular sistoid
Macula menjadi edema setelah pembedahan, terutama bila disertai hilangnya
Vitreous. Dapat sembuh seiring waktu namun dapat menyebabkan penurunan
tajam penglihatan yang berat.
6) Ablatio retina
Tingkat komplikasi ini bertambah bila terdapat kehilangan vitreous.
7) Opasifikasi kapsul posterior
Pada sekitar 20% pasien, kejernihan kapsul posterior berkurang pada beberapa
bulan setelah pembedahan ketika sel epitel bermigrasi melalui permukaannya.
Penglihatan menjadi kabur dan mungkin didapatkan rasa silau.
8) Jika jahitan nilon halus tidak diangkat setelah pembedahan maka jahitan dapat
lepas dalam beberapa bulan atau tahun setelah pembedahan dan mengakibatkan
iritasi atau infeksi. Gejala hilang dengan pengangkatan jahitan.

2.10 Evaluasi sesudah operasi katarak :


1) Perdarahan dibilik mata depan (hifema).
2) Kamera okuli anterior jernih/keruh :
Bila mata depan keruh (flare/sel positif)
- Bilik mata depan keruh (flare /sel positif)
- Mungkin sampai terjadi pengendapan pus di bilik mata depan
(hipopion).
- Iris miossi disertai sinekia postrior
3) Perhatikan pupil miosis/midriasis/normal :
- Miosis : biasanya dipergunakan miotikum pada waktu operasi sehingga
hari berikutnya pupil menjadi miosis. Miosis ini dapat terjadi bila
terjadi uveitis anterior, dan biasanya disertai adanya sinekia posterior.
- Midirasis : dapat terjadi bila ada peningkatan tekanan intra okuler
(glaucoma)
- Pupil tidak bulat : terjadi bila pada waktu operasi terjadi korpukasi

12
(korpus viterius keluar).
2.12 Konsep Asuhan Keperawatan Katarak
1. Pengkajian
 Identitas
Usia, pada pasien dengan katarak kongenital biasanya sudah terlihat pada usia
di bawah 1 tahun, sedangakan pasien dengan katarak juvenile terjadi pada usia
< 40 tahun, pasien dengan katarak presenil terjadi pada usia sesudah 30-40
tahun, dan pasien dengan katark senilis terjadi pada usia > 40 tahun.
 Riwayat penyakit sekarang
Sejak kapan terjadi penurunan ketajaman penglihatan.
 Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM,
hipertensi, pembedahan mata sebelumnya.
 Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas biasanya atau
hobi yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.
 Neurosensori
Penglihatan kabur/tidak jelas, sinar terang menyebabkan silau dengan
kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan
dekat atau merasa di runag gelap. Penglihatan berawan/kabur, tampak
lingkaran cahaya/pelangi di sekitar sinar, perubahan kaca mata, pengobatan
tidak memperbaiki penglihatan, fotophobia (glukoma akut). Gejala tersebut
ditandai dengan mata tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak).
 Nyeri / kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat
menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.
2. Pemeriksaan Diagnostik
 Snellen chart: mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa,
akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke
retina.
 Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis,
glukoma.

13
 Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
 Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan.
 Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
 EKG, kolesterol serum, lipid
 Tes toleransi glukosa : kontrol DM
 Keratometri.
3. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
1) Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan
(pandangan kabur).
2) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan
dengan tidak mengenal sumber informasi.
3) Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan
Post operasi
1) Nyeri berhubungan dengan discontinuitas jaringan.
2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (pengangkatan
katarak)
3) Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan
gangguan penerimaan sensori/status organ indera.
4. Intervensi Keperawatan
Pre operasi
1. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan
(pandangan kabur).
Tujuan :
Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu, mengenal
gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
Kriteria Hasil :
- Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
- Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Intervensi
1) Jelaskan pada pasien penyebab terganggunya pengelihatan

14
R/ pengetahuan yang memadai memungkinkan pasien kooperatif
2) Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya
R/ memudahkan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
3) Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien
R/ menurunkan bahaya sehubungan dengan perubahan penglihatan
4) Observasi derajat gangguan pengelihatan
R/ mengetahui tingkat keparahan gangguna pengelihatan. Semakin matang
katarak, maka pengelihatan akan semakin kabur.
2. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan
dengan tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan :
Klien menunjukkan pemahaman tentang kondisi, proses penyakit dan
pengobatan.
Kriteria Hasil :
Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi
1) Berikan informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur, lensa.
R/ meningkatkan pemahaman pasien tentang katarak
2) Informasikan pasien untuk menghindari membaca terlalu lama,
mmengangkat benda berat, mengejan saat defekasi.
R/ aktivitas yang menyebabkan mata lelah atau meningkatkan tekanan intra
okuler dapat mem[engaruhi hasil bedah dan mencetuskan perdarahan.
3) Tunjukkan tekhnik yang tepat pemberian obat tetes mata.
R/ meningkatkan keefektifan pengobatan.
4) Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan
Tujuan/kriteria evaluasi:
 Pasien mengungkapkan dan mendiskusikan rasa cemas/takutnya.
 Pasien tampak rileks tidak tegang dan melaporkan kecemasannya
berkurang sampai pada tingkat dapat diatasi.
 Pasien dapat mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang
pembedahan.

15
Intervensi
1)Berikan informasi yang akurat dan jujur tentang tindak pembedahan dan efek
sampingnya
R/ menurunkan ansietas karena kurang pengetahuan dan memberikan
pilihan informasi tentang pengobatan.
2) Beri penjelasan pasien tentang prosedur tindakan operasi, harapan dan
akibatnya.
R/ meningkatkan pengetahuan pasien dalam rangka mengurangi kecemasan
dan kooperatif
3) Beri penjelasan dan suport pada pasien pada setiap melakukan prosedur
tindakan
R/ mengurangi kecemasan dan meningkatkan pengetahuan
Post operasi
1. Nyeri berhubungan dengan discontinuitas jaringan
Tujuan : nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil:
- Ekpresi wajah tenang
- VAS 1-5
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi
1) Ajarkan pada pasien tekhnik relaksasi
R/ tekhnik relaksasi membantu mengurangi nyeri
2) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesic
R/ analgesic menghambat transmisi nyeri
3) Informasikan pasien untuk menghindari membaca terlalu lama,
mmengangkat benda berat, mengejan saat defekasi.
R/ aktivitas yang menyebabkan mata lelah atau meningkatkan tekanan
intra okuler dapat mem[engaruhi hasil bedah dan mencetuskan
perdarahan.
4) Observasi tanda-tanda vital

16
R/ peningkatan tekanan darah dan takikardi mengindikasikan
peningkatan nyeri
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (pengangkatan
katarak).
Tujuan : Tidak terjadi penyebaran infeksi selama tindakan prosedur
pembedahan ditandai dengan penggunaan teknik antiseptik dan desinfeksi
secara tepat dan benar.
Intervensi
1) Jelaskan pada pasien tanda-tanda infeksi
R/ pengetahuan yang memadai memungkinkan pasien kooperatif
2) Informasikan tekhnik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam
keluar tissue tiap kali usapan dang anti balutan
R/ tekhnik aseptic menurunkan resiko penyebarab bakteri dan
kontaminasi silang
3) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotic
R/ antibiotic bersifat bakteriostatik
4) Berikan diet tinggi kalori tinggi protein
R/ protein membantu mempercepat penyembuhan luka post operasi dan
mengganti sel yang rusak
5) Obeservasi tanda-tanda infeksi
R/ peningkatan suhu dan nadi menunjukkan terjadinya infeksi
3. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan
gangguan penerimaan sensori/status organ indera.
Tujuan:
Kriteria hasil:
- Meningkatkan ketajaman pengelihatan dalam batas situasi individu
- Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan
Intervensi
1) Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya
R/ memudahkan pasien dalam memenuhi kebutuhan seharu-hari
2) Letakkan barang yang dibutuhkan di dekat pasien
R/ memungkinkan pasien melihat objek lebih mudah.

17
3) Pendekatan dari sisi yang tak di operasi
R/ memberikan rangsang sensori tepat terhadap isolasi dan menurunkan
bingung
4) Ingatkan pasien untuk menggunakan kacamata katarak yang tujuannya
memperbesarkurang lebih 25%
R/ perubahan ketajaman dan kedalaman persepsi dapat menyebabkan
bingung pengelihatan/meningkatkan resiko cedera sampai pasien belajar
untuk mengkompensasi.
Hal yang boleh dilakukan pembedahan di rumah setelah : (Ilyas, 2004)
- Memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan

- Pakai penutup mata seperti yang dinasihatkan


- Melakukan pekerjaan hanya pekerjaan tidak berat
- Bila memakai sepatu jangan membungkuk akan tetapi angkat kaki ke atas

Hal yang tidak boleh dilakukan setelah pembedahan di rumah : (Ilyas,


2004)
- Jangan menggosok mata
- Jangan bungkuk terlalu dalam
- Jangan menggendong yang berat
- Jangan membaca berlebihan dari biasanya
- Jangan mengejan keras sewaktu buang air besar
- Jangan berbaring ke sisi mata yang baru dibedah
- Jangan menggosok gigi pada minggu pertama dan coba mencuci mulut saja.

18
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau
bahan lensa di dalam kapsul lensa yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata.
Katarak disebabkan oleh faktor usia, penyakit (seperti diabetes), cidera mata, obat-
obatan, radiasi dan bisa juga secara kongenitalis, yaitu ditemukan pada bayi ketika
lahir.
Pada penderita katarak penglihatan akan suatu objek benda atau cahaya
menjadi kabur atau buram, bayangan benda terlihat seakan seperti bayangan semu
atau seperti asap, mata juga akan kesulitan melihat ketika malam hari dan terasa
sensitif bila terkena cahaya.

B. Saran
Meskipun katarak banyak ditemukan pada pasien usia lanjut dan dapat
disembuhkan dengan operasi namun pencegahan sejak awal saat masih muda
menjadi langkah yang sangat penting untu dilakukan, seperti menghindari paparan
asap rokok, melindungi mata dari sinar UV, melakukan pemeriksaan mata secara
teratur, mengkonsumsi makanan sehat seperti vitamin A, vitamin E, beta karoten dan
membatasi makanan yang banyak mengandung gula. Jika telah mengalami penyakit
Diabetes Mellitus, yang harus diperhatikan adalah diet, olah raga, memonitor gula
darah, tekanan darah, kolesterol dan memakai obat-obatan diabet secara teratur,
selain itu juga memeriksakan matanya secara rutin.
Demikian makalah kami buat. Kami sadar akan banyaknya kesalahan dan
kekurangan sehingga makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami
mangharapkan kritik dan saran agar bisa menjadikan motivasi agar penulisan
makalah kedepan bisa menjadi lebih baik. Akhir kata semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi para pembaca.

19
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. EGC:
Jakarta.
Arif, mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculpius.: Jakarta.
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Medikal Keperawatan Vol.3. EGC: Jakarta
James, Bruce et al, 2003. Oftalmologi. Erlangga.2003
Artikel. Gejala Klinis Dan Penatalaksanaan Katarak Senilis Matur Pada Usia
Lanjut.www.gogle.com
Artikel. Katarak dengan retinopati hipertensi.www.gogle.com
Doengoes, Marilynn, dkk, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa :
I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta
Ilya, Prof. Dr. H. Sidarta, (2004), Ilmu Perawatan Mata,Sagung Seto : Jakarta

20

Anda mungkin juga menyukai