DISUSUN OLEH :
ZAHRA
( P00620221040 )
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, karena atas segala
rahmat dan HidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
“KATARAK” yang disusun dan untuk memenuhi persyaratan kenaikan pangkat
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan dapat
memberikan inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian katarak?
2. Apakah etiologi katarak?
3. Apakah patofisiologi katarak?
4. Apakah web of caution katarak?
5. Apakah manifestasi klinik katarak?
6. Apakah klasifikasi katarak?
7. Apakah pengobatan katarak?
8. Bagaimanakah asuhan keperawatan katarak?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui dan mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien katarak.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan pengertian katarak.
2. Menjelaskan etiologi katarak.
3. Menjelaskan patofisiologi katarak.
4. Menjelaskan web of caution katarak.
5. Menjelaskan manifestasi klinik katarak.
6. Menjelaskan klasifikasi katarak.
7. Menjelaskan pengobatan katarak.
8. Menjelaskan asuhan keperawatan katarak.
1.4 Manfaat
Menjelaskan dan mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien katarak.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau
kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang
lebih dari 65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000).
2.2 Etiologi
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya
usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas.
Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus
pada saat hamil muda.
Penyebab katarak lainnya meliputi :
- Faktor keturunan.
- Cacat bawaan sejak lahir.
- Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
- Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
- Gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus)
- Gangguan pertumbuhan,
- Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
3
- Rokok dan Alkohol
- Operasi mata sebelumnya.
- Trauma (kecelakaan) pada mata.
- Faktor-faktor lainya yang belum diketahui.
2.3 Klasifikasi
Katarak dapat diklasifikasikan menjadi :
2.3.1 Katarak Kongenital:
Katarak kongenital merupakan kekeruhan lensa yang didapatkan sejak lahir,
dan terjadi akibat gangguan perkembangan embrio intrauterin. Biasanya kelainan
ini tidak meluas mengenai seluruh lensa. Letak kekeruhan sangat tergantung pada
saat terjadinya gangguan metabolisme serat lensa: Katarak kongenital yang terjadi
sejak perkembangan serat lensa terlihat segera setelah bayi lahir sampai berusia 1
tahun. Katarak ini terjadi karena gangguan metabolisme serat-serat lensa pada saat
pembentukan serat lensa akibat infeksi virus atau gangguan metabolisme jaringan
lensa pada saat bayi masih di dalam kandungan, dan gangguan metabolisme
oksigen.
Pada bayi dengan katarak kongenital akan terlihat bercak putih di depan
pupil yang disebut sebagai leukokoria (pupil berwarna putih). Setiap bayi dengan
leukokoria sebaiknya dipikirkan diagnosis bandingnya seperti retinoblastorrma,
endoftalmitis, fibroplasi retrolental, hiperplastik vitreus primer, dan miopia tinggi
di samping katarak sendiri.
Katarak kongenital merupakan katarak perkembangan sehingga sel-sel atau
serat lensa masih muda dah berkonsistensi cair. Umumnya tindakan bedah
dilakukan dengan disisio lentis atau ekstraksi linear. Tindakan bedah biasanya
dilakukan pada usia 2 bulan untuk mencegah ambliopia eks-anopsia. Pasca bedah
pasien memerlukan koreksi untuk kelainan refraksi matanya yang telah menjadi
afakia.
2.3.2 Katarak Juvenil :
Katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah lahir. Katarak ini termasuk ke
dalam development cataract, yaitu kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih
terjadi perkembangan serat – serat lensa sehingga biasanya konsistensinya lembek
4
seperti bubur dan disebut soft cataract. Biasanya katarak juvenil merupakan
bagian dari suatu kejadian penyakit keturunan lain.
2.3.3 Katarak Senil:
- Paling sering dijumpai
- Biasanya umur lebih dari 50 tahun, tapi kadang-kadang mulai umur 40
tahun
- Hampir selalu mengenai kedua mata dengan stadium yang berbeda.
Kekeruhan dapat dimulai dari perifer kortek atau sekitar nucleus.
- Gejala utama adalah penglihatan makin lama makin kabur. Sejak
mulainya terjadi kekeruhan sampai matur dibutuhkan waktu beberapa
tahun.
- Reaksi pupil terhadap cahaya normal.
Katarak senile ada hubungannya dengan pertambahan umur dan berkaitan
dengan proses ketuaan yang terjadi di dalam lensa. Perubahan yang tampak adalah
bertambah tebalnya nucleus dengan berkembangnya lapisan kortek lensa.
Secara klinik / proses ketuaan lensa sudah tampak pada pengurangan
kekuatan akomodasi lensa akibat terjadinya skelerosa lensa yang timbul pada
decade 4 yang dimanifestasi dalam bentuk presbiopia.
a) Katarak insipien
Katarak yang tidak seperti bercak-bercak yang membentuk gerigi dengan
dasar perifer dan daerah jernih diantaranya. Kekeruhan biasanya terletak di
korteks anterior atau posterior. Kekeruhan ini pada permulaan hanya tampak
bila pupil dilebarkan.
Pada stadium ini terdapat keluhan polidiopia oleh karena indeks refraksi
yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bila dilakukan tes bayangan iris
(shadow test) akan negatif.
b) Katarak imatur
Pada stadium yang lebih lanjut maka akan terjadi kekeruhan yang lebih
tebal. Tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat
bagian-bagian yang jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hydras korteks
yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa
ini akan memberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi
5
myopia. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris ke depan
sehingga bilik mata depan dan sudut bilik mata depan akan lebih sempit.
Pada stadium ini akan mudah terjadi glaucoma sebagai penyulit. Stadium
imatur dimana terjadi kecembungan lensa akibat menyerap air disebut stadium
intumesen. Shadow test pada keadaan ini positif.
c) Katarak matur
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air
bersama-sama hasil desintegrasi melalui kapsul. Lensa kehilangan cairan
sehingga mengkerut lagi dan kamera okuli anterior menjadi normal kembali.
Kekeruhan lensa sudah menyeluruh warna putih keabu-abuan. Pada
pemeriksaan iris shadow negatif dan fundus refleks negatif.
Pada stadium ini saat yang baik untuk operasi dengan tehnik intra
kapsuler (Tehnik Lama).
d) Katarak hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks lensa mencair
dan dapat keluar melalui kapsul lensa.
Dapat terjadi 2 kemungkinan :
a. Lensa menjadi kehilangan cairannya terus sehingga mengkerut dan menipis
disebut Shrunken katarak
b. Korteks lensa melunak dan mencair, sedangkan nucleus tidak mengalami
perubahan, akibatnya nucleus jatuh disebut Morganian katarak. Operasi
pada saat ini kurang menguntungkan karena lebih mudah terjadi komplikasi.
6
2.3.4 Katarak Trauma:
Kekeruhan lensa dapat terjadi akibat trauma tumpul atau trauma tajam yang
menembus kapsul anterior. Tindakan bedah pada katarak traumatik dilakukan
setelah mata tenang akibat trauma tersebut. Bila pecahnya kapsul mengakibatkan
gejala radang berat, maka dilakukan aspirasi secepatnya.
7
Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat
kekuningan . Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan poterior
nukleus. Opasitas pada kapsul poterior merupakan bentuk katarak yang paling
bermakna seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang dari badan silier
ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat
menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat
jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa
normal disertai influks air ke dalam lensa.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi
sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam
melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak bisa terjadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau
sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang normal.
Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar
UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang
dalam jangka waktu yang lama.
8
2.6 WOC
Keruh Densitas
Perubahan fisik & kimia
dalam protein lensa
Keruh
koagulasi
Pembedahan Katarak
MK : Cemas/
Ansietas Perawatan
MK I : Kurang Kurang Optimal
pengetahuan
MK : Gangguan
Proses Inflamasi Persepsi Sensori
9
2.7 Pemeriksaan Diagnostik Katarak
1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf,
penglihatan ke retina.
2. Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis,
glukoma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 - 25 mmHg)
4. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glukoma.
5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glaukoma
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kotrol DM
10
2.8.2 Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98 %
pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama
pembedahan. Tekhnik yang umum dilakukan adalah ekstraksi katarak
ekstrakapsular, dimana isi lensa dikeluarkan melalui pemecahan atau perobekan
kapsul lensa anterior sehingga korteks dan nukleus lensa dapat dikeluarkan
melalui robekan tersebut. Namun dengan tekhnik ini dapat timbul penyulit katarak
sekunder.
Dapat pula dilakukan tekhnik ekstrakapsuler dengan fakoemulsifikasi yaitu
fragmentasi nukleus lensa dengan gelombang ultrasonik, sehingga hanya
diperlukan insisi kecil, dimana komplikasi pasca operasi lebih sedikit dan
rehabilitasi penglihatan pasien meningkat.
11
4) Astigmatisme pasca operasi
Ini dilakukan sebelum melakukan pengukuran kacamata baru namun setelah
luka insisi sembuh dan tetes mata steroid dihentikan.
5) Edema macular sistoid
Macula menjadi edema setelah pembedahan, terutama bila disertai hilangnya
Vitreous. Dapat sembuh seiring waktu namun dapat menyebabkan penurunan
tajam penglihatan yang berat.
6) Ablatio retina
Tingkat komplikasi ini bertambah bila terdapat kehilangan vitreous.
7) Opasifikasi kapsul posterior
Pada sekitar 20% pasien, kejernihan kapsul posterior berkurang pada beberapa
bulan setelah pembedahan ketika sel epitel bermigrasi melalui permukaannya.
Penglihatan menjadi kabur dan mungkin didapatkan rasa silau.
8) Jika jahitan nilon halus tidak diangkat setelah pembedahan maka jahitan dapat
lepas dalam beberapa bulan atau tahun setelah pembedahan dan mengakibatkan
iritasi atau infeksi. Gejala hilang dengan pengangkatan jahitan.
12
(korpus viterius keluar).
2.12 Konsep Asuhan Keperawatan Katarak
1. Pengkajian
Identitas
Usia, pada pasien dengan katarak kongenital biasanya sudah terlihat pada usia
di bawah 1 tahun, sedangakan pasien dengan katarak juvenile terjadi pada usia
< 40 tahun, pasien dengan katarak presenil terjadi pada usia sesudah 30-40
tahun, dan pasien dengan katark senilis terjadi pada usia > 40 tahun.
Riwayat penyakit sekarang
Sejak kapan terjadi penurunan ketajaman penglihatan.
Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM,
hipertensi, pembedahan mata sebelumnya.
Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas biasanya atau
hobi yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.
Neurosensori
Penglihatan kabur/tidak jelas, sinar terang menyebabkan silau dengan
kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan
dekat atau merasa di runag gelap. Penglihatan berawan/kabur, tampak
lingkaran cahaya/pelangi di sekitar sinar, perubahan kaca mata, pengobatan
tidak memperbaiki penglihatan, fotophobia (glukoma akut). Gejala tersebut
ditandai dengan mata tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak).
Nyeri / kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat
menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.
2. Pemeriksaan Diagnostik
Snellen chart: mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa,
akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke
retina.
Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis,
glukoma.
13
Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan.
Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
EKG, kolesterol serum, lipid
Tes toleransi glukosa : kontrol DM
Keratometri.
3. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
1) Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan
(pandangan kabur).
2) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan
dengan tidak mengenal sumber informasi.
3) Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan
Post operasi
1) Nyeri berhubungan dengan discontinuitas jaringan.
2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (pengangkatan
katarak)
3) Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan
gangguan penerimaan sensori/status organ indera.
4. Intervensi Keperawatan
Pre operasi
1. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan
(pandangan kabur).
Tujuan :
Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu, mengenal
gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
Kriteria Hasil :
- Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
- Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Intervensi
1) Jelaskan pada pasien penyebab terganggunya pengelihatan
14
R/ pengetahuan yang memadai memungkinkan pasien kooperatif
2) Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya
R/ memudahkan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
3) Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien
R/ menurunkan bahaya sehubungan dengan perubahan penglihatan
4) Observasi derajat gangguan pengelihatan
R/ mengetahui tingkat keparahan gangguna pengelihatan. Semakin matang
katarak, maka pengelihatan akan semakin kabur.
2. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan
dengan tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan :
Klien menunjukkan pemahaman tentang kondisi, proses penyakit dan
pengobatan.
Kriteria Hasil :
Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi
1) Berikan informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur, lensa.
R/ meningkatkan pemahaman pasien tentang katarak
2) Informasikan pasien untuk menghindari membaca terlalu lama,
mmengangkat benda berat, mengejan saat defekasi.
R/ aktivitas yang menyebabkan mata lelah atau meningkatkan tekanan intra
okuler dapat mem[engaruhi hasil bedah dan mencetuskan perdarahan.
3) Tunjukkan tekhnik yang tepat pemberian obat tetes mata.
R/ meningkatkan keefektifan pengobatan.
4) Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan
Tujuan/kriteria evaluasi:
Pasien mengungkapkan dan mendiskusikan rasa cemas/takutnya.
Pasien tampak rileks tidak tegang dan melaporkan kecemasannya
berkurang sampai pada tingkat dapat diatasi.
Pasien dapat mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang
pembedahan.
15
Intervensi
1)Berikan informasi yang akurat dan jujur tentang tindak pembedahan dan efek
sampingnya
R/ menurunkan ansietas karena kurang pengetahuan dan memberikan
pilihan informasi tentang pengobatan.
2) Beri penjelasan pasien tentang prosedur tindakan operasi, harapan dan
akibatnya.
R/ meningkatkan pengetahuan pasien dalam rangka mengurangi kecemasan
dan kooperatif
3) Beri penjelasan dan suport pada pasien pada setiap melakukan prosedur
tindakan
R/ mengurangi kecemasan dan meningkatkan pengetahuan
Post operasi
1. Nyeri berhubungan dengan discontinuitas jaringan
Tujuan : nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil:
- Ekpresi wajah tenang
- VAS 1-5
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi
1) Ajarkan pada pasien tekhnik relaksasi
R/ tekhnik relaksasi membantu mengurangi nyeri
2) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesic
R/ analgesic menghambat transmisi nyeri
3) Informasikan pasien untuk menghindari membaca terlalu lama,
mmengangkat benda berat, mengejan saat defekasi.
R/ aktivitas yang menyebabkan mata lelah atau meningkatkan tekanan
intra okuler dapat mem[engaruhi hasil bedah dan mencetuskan
perdarahan.
4) Observasi tanda-tanda vital
16
R/ peningkatan tekanan darah dan takikardi mengindikasikan
peningkatan nyeri
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (pengangkatan
katarak).
Tujuan : Tidak terjadi penyebaran infeksi selama tindakan prosedur
pembedahan ditandai dengan penggunaan teknik antiseptik dan desinfeksi
secara tepat dan benar.
Intervensi
1) Jelaskan pada pasien tanda-tanda infeksi
R/ pengetahuan yang memadai memungkinkan pasien kooperatif
2) Informasikan tekhnik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam
keluar tissue tiap kali usapan dang anti balutan
R/ tekhnik aseptic menurunkan resiko penyebarab bakteri dan
kontaminasi silang
3) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotic
R/ antibiotic bersifat bakteriostatik
4) Berikan diet tinggi kalori tinggi protein
R/ protein membantu mempercepat penyembuhan luka post operasi dan
mengganti sel yang rusak
5) Obeservasi tanda-tanda infeksi
R/ peningkatan suhu dan nadi menunjukkan terjadinya infeksi
3. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan
gangguan penerimaan sensori/status organ indera.
Tujuan:
Kriteria hasil:
- Meningkatkan ketajaman pengelihatan dalam batas situasi individu
- Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan
Intervensi
1) Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya
R/ memudahkan pasien dalam memenuhi kebutuhan seharu-hari
2) Letakkan barang yang dibutuhkan di dekat pasien
R/ memungkinkan pasien melihat objek lebih mudah.
17
3) Pendekatan dari sisi yang tak di operasi
R/ memberikan rangsang sensori tepat terhadap isolasi dan menurunkan
bingung
4) Ingatkan pasien untuk menggunakan kacamata katarak yang tujuannya
memperbesarkurang lebih 25%
R/ perubahan ketajaman dan kedalaman persepsi dapat menyebabkan
bingung pengelihatan/meningkatkan resiko cedera sampai pasien belajar
untuk mengkompensasi.
Hal yang boleh dilakukan pembedahan di rumah setelah : (Ilyas, 2004)
- Memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan
18
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau
bahan lensa di dalam kapsul lensa yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata.
Katarak disebabkan oleh faktor usia, penyakit (seperti diabetes), cidera mata, obat-
obatan, radiasi dan bisa juga secara kongenitalis, yaitu ditemukan pada bayi ketika
lahir.
Pada penderita katarak penglihatan akan suatu objek benda atau cahaya
menjadi kabur atau buram, bayangan benda terlihat seakan seperti bayangan semu
atau seperti asap, mata juga akan kesulitan melihat ketika malam hari dan terasa
sensitif bila terkena cahaya.
B. Saran
Meskipun katarak banyak ditemukan pada pasien usia lanjut dan dapat
disembuhkan dengan operasi namun pencegahan sejak awal saat masih muda
menjadi langkah yang sangat penting untu dilakukan, seperti menghindari paparan
asap rokok, melindungi mata dari sinar UV, melakukan pemeriksaan mata secara
teratur, mengkonsumsi makanan sehat seperti vitamin A, vitamin E, beta karoten dan
membatasi makanan yang banyak mengandung gula. Jika telah mengalami penyakit
Diabetes Mellitus, yang harus diperhatikan adalah diet, olah raga, memonitor gula
darah, tekanan darah, kolesterol dan memakai obat-obatan diabet secara teratur,
selain itu juga memeriksakan matanya secara rutin.
Demikian makalah kami buat. Kami sadar akan banyaknya kesalahan dan
kekurangan sehingga makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami
mangharapkan kritik dan saran agar bisa menjadikan motivasi agar penulisan
makalah kedepan bisa menjadi lebih baik. Akhir kata semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi para pembaca.
19
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. EGC:
Jakarta.
Arif, mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculpius.: Jakarta.
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Medikal Keperawatan Vol.3. EGC: Jakarta
James, Bruce et al, 2003. Oftalmologi. Erlangga.2003
Artikel. Gejala Klinis Dan Penatalaksanaan Katarak Senilis Matur Pada Usia
Lanjut.www.gogle.com
Artikel. Katarak dengan retinopati hipertensi.www.gogle.com
Doengoes, Marilynn, dkk, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa :
I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta
Ilya, Prof. Dr. H. Sidarta, (2004), Ilmu Perawatan Mata,Sagung Seto : Jakarta
20