Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN

KATARAK

Dosen Pembimbing: Siti Fatimah, S.Kep.,Ns.,M.Kes

Disusun Oleh :

HAJAR NAZILA [20.059]

NIDA NABILA [20.062]

SEPTI NUR ANNISAH [20.065]

TRIO FADRIANA [20.067]

YAYASAN PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN AL HIKMAH 2

AKADEMI KEPERAWATAN AL HIKMAH 2 BREBES

2022/2023
DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas makalah pada matakuliah Keperawatan Gerontik. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Keperawatan Gerontik kepada para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Siti Fatimah, S.Kep.Ns selaku
Dosen matakuliah Keperawatan Gerontik yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
kami nantikan demi kesempurnaan kami ini.

Brebes, 10 September 2022

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut perkiraan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), saat ini
terdapat 180 juta penduduk dunia yang mengalami cacat penglihatan.
Sebanyak 40-45 juta di antaranya tidak dapat melihat atau buta. Laporan
WHO juga mengungkapkan bahwa setiap detik tambah satu penderita
kebutaan di dunia. Sembilan dari 10 penderita kebutaan tersebut berada
di negara miskin dan berkembang, terutama negara-negara Afrika dan
Asia Selatan atau Asia Tenggara.
Khusus untuk Indonesia, diperkirakan 3,1 juta jiwa (1,5 persen)
penduduknya mengalami kebutaan. Penyebab utama kebutaan di dunia
adalah katarak (45 persen). Penyebab lain antara lain adalah glaucoma,
diabetes melitus, dan trauma (37,5 persen); trachoma (12,5 persen); dan
onchocerciasis atau river blindness (0,6 persen).
Katarak adalah istilah medis untuk setiap keadaan keruh pada lensa
mata. Lensa mata terutama disusun oleh air, protein, dan lipid. Protein
tersusun demikian sehingga cahaya dapat menembus lensa dan
difokuskan pada retina. Kadang-kadang protein tersebut mengumpul
bersama sehingga memperkeruh atau menutupi bagian kecil pada lensa.
Itulah yang disebut katarak. Makin lama, kumpulan protein tersebut
membesar dan memperkeruh lensa. Tanda-tanda katarak antara lain
penglihatan kabur, cahaya lampu kelihatan terlalu terang pada malam
hari, cahaya matahari atau lampu silau, dan warna tampak pudapuda.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari katarak?
2. Ksasifikasi katarak ?
3. Bagaimana etiologi katarak ?
4. Bagaimana patofisiologi dan pathyaw katarak ?
5. Bagaimana manifestasi klinis katarak ?
6. Bagaimana patofisiologi dan pathway katarak?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada katarak ?

i
8. Bagaimana pemeriksaan katarak ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien katarak ?
C.Tujuan
1. Supaya mahasiswa memahami tentang penyakit katarak secara
lebih detail.
2. Supaya mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan yang
benar
pada klien dengan penyakit katarak.
3. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas diskusi dan kelompok
presentasi
mata kuliah KMB ( Keperawatan Medikal Bedah).

i
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP TEORI
A. Definisi
              Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat

terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa

atau akibat keduanya (Ilyas, 2008).Katarak adalah kekeruhan lensa mata

atau kapsul lensa yang mengubah gambaran yang di proyeksikan pada

retina. Katarak merupakan penyebab umum kehilangan pandangan secara

bertahap (Istiqomah, 2003)

Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang

mengubah gambaran Yang diproyeksikan pada retina . Katarak

merupakan penyebab umum kehilangan Pandangan secara bertahap

(Springhouse Co). Derajat disabilitas yang ditimbulkan Oleh katarak

dipengaruhi oleh lokasi dan densitas keburaman . Intervensi

Diindikasikan jika visus menurun sampai batas klien tidak dapat

menerima perubahan Dan merugikan atau mempengaruhi gaya hidup

klien (yaitu visus 5/15). Katarak Biasanya mempengaruhi kedua mata

tetapi masing-masing berkembang secara Independen . perkecualian

katarak traumatic bisanya unilateral dan katarak Congenital biasanya

stasioner.

              Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada

serabut atau bahan lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat
proses penuaan yang terjadi pada semua orang yang berusia lebih dari 65

tahun. (Muttaqin, 2008).

B. Anatomi Fisiologi
              Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih

2,5 cm, yang terletak pada bagian anterior orbit. Bola mata terdiri dari

beberapa lapisan. Kuat dan tidak elastic yang menyususn sclera ini akan

mempertahankan bentuk bola mata dan memberikan proteksi terhadap

bangunan - bangunan halus dibawahnya.

            Didalam mata ada 3 lapisan yaitu :

1.    Lapisan luar, yang terdiri dari :

-          Sclera

-          Kornea

2.    Lapisan tengah, yang terdiri dari :

-          Koroid

-          Badan (korpus) siliare

-          Iris

3.    Lapisan dalam, yang terdiri dari :

-          Retina

-          Fundus optic ,Lensa dan Badan vitreus

              Pada mata terdapat 7 otot volunter dari orbit, 6 diantaranya adapat

memutar bola mata pada beberapa perintah dan mengkoordinasi

pergerakan mata.Pergerakan mata yang terkoordinasi dan visus yang

adekuat diperlukan untuk smemungkinkan fovea sentralis pada masing -

i
masing mata untuk menerima gambaran pada waktu yang

sama.gambaran berfokus dari fovea masing - masing mata, ditranmisikan

ke area optic darikorteks serebri, tempat otak menginterpretasikan dua

gambaran sebagai suatu gambaran (Istiqomah, 2003).

C.Etiologi Katarak
              Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :

1.      Fisik

2.      Kimia

3.      Penyakit predisposisi

4.      Genetik dan gangguan perkembangan

5.      Infeksi virus di masa pertumbuhan janin

6.      Usia

 (Tamsuri, 2008)

D. Klasifikasi Katarak
              Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang dari 1

tahun.

2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.

3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun

Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :

1.    Katarak traumatika

     Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul

maupun tajam.Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu

i
mata (katarak monokular). Penyebab katarak ini antara lain karena

radiasi sinar - X, Radioaktif, dan benda asing.

2.    Katarak toksika

     Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan

kimia tertentu.Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena

penggunaan obat seperti kortikosteroid dan chlorpromazine.

3.    Katarak komplikata

     Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selai

itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti

diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti

uveitis, glaucoma, dan miopia atau proses degenerasi pada satu mata

lainnya.

     Berdarakan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi :

1. Katarak insipient

Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk

bercak – bercak kekeruhan yang tidak teratur.

2. Katarak imatur

Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung,

menyebabkan terjadinya myopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik

mata depan menjadi dangkal.

3. Katarak matur

i
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi

kekeruhan lensa.

4. Katarak hipermatur

Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa

dapat mencair sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa

(Tamsuri, 2008).

i
E. PATHWAY KATARAK

Usia lanjut dan Congenital atau cedera mata Penyakit


proses penuaan bisa diturunkan. metabolik(misalnya
DM)

Nukleus mengalami perubahan warna menjadi


Kurang coklat kekuningan
pengetahuan

Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus


Tidak multiple (zunula) yg memanjang dari badan silier Kurang
mengenal kesekitar daerah lensa)
sumber terpaparterhadap
informasi informasi tentang
Hilangnya tranparansi
lensa prosedur tindakan
pembedahan
Resiko Cedera Perubahan kimia dlm protein lensa

CEMAS
Gangguan koagulasi
penerimaan
sensori/status mengabutkan pandangan
organ indera
Terputusnya protein lensa disertai prosedur invasive
influks air kedalam lensa pengangkatan
Menurunnya
katarak
ketajaman
penglihatan Usia meningkat
Resiko tinggi
terhadap infeksi
Penurunan enzim menurun
Gangguan persepsi
sensori-perseptual
penglihatan Degenerasi pd lensa

KATARAK

Post op Nyeri

i
F. Manifestasi Klinis Katarak
              Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif.Biasanya

pasien mengalami penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta

gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena

kehilangan penglihatan. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunan

seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak

dengan oftalmoskop.

              Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan

bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada

retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang

menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam

hari. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu - abu

atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun - tahun, dan

ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun

tak akan mampu memperbaiki penglihatan (Suddarth, 2001).

G. Komplikasi
              Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang

mengalami penyakit katarak adalah sebagai berikut :

1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk

jaringan uvea, sehingga menimbulkan reaksi radang / alergi.

2. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata

sehingga mengganggu aliran cairan bilik mata depan (Istiqomah,

2003).

i
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Uji mata

2. Keratometri

3. Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis

4. A-scan ultrasound (echography)

5. Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik,

khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan

(Suddarth, 2001).

Darah putih: dibawah 10.000 normal

I. Penatalaksanaan
          Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan

pembedahan laser.Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai

kemajuan prosedur laser baru yang dapat digunakan untuk mencairkan

lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar melalui kanula.

          Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi

kuat sampai ketitik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari -

hari, maka penanganan biasanya konservatif.Penting dikaji efek katarak

terhadap kehidupan sehari - hari pasien. Mengkaji derajat gangguan

fungsi sehari - hari, aktivitas, kemampuan bekerja, ambulasi, dan lain -

lain, sangat penting untuk menentukan terapi mana yang paling cocok

bagi masing - masing penderita.

          Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan

penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan.Biasanya

diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat

i
dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi.Pembedahan katarak adalah

pembedahan yang paling sering dilakukan pada orang berusia lebih dari

65 tahun keatas.Kebanyakan operasi dilakukan dengan anastesia local

(retrobulbar atau peribulbar, yang dapat mengimobilisasi mata).Obat

penghilang cemas dapat diberikan untuk mengatasi perasaan

klaustrofobia sehubungan dengan draping bedah.

          Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan

katarak : ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi

bedah adalah hilangnya penglihatan yang mempengaruhi aktivitas normal

pasien atau katarak yang menyebabkan glaukoma atau mempengaruhi

diagnosis dan terapi gangguan okuler lain, seperti retinopati diabetika

(Suddarth, 2001).

B. Asuhan Keperawatan
       1.Pengkajian
            Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari

berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status

kesehatan klien(Nursalam, 2001)

` Adapun data-data dari pengkajian Katarak adalah:

a. Aktivitas /Istirahat: Gejalanya yaitu Perubahan aktivitas biasanya/

hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.

b.Makanan/cairan: Gejalanya yaitu Mual/muntah (glaukoma akut)

c. Neurosensori : Gejalanya yaitu Gangguan penglihatan (kabur/tak

jelas),sinar terang menyebabkan silau  dengan kehilangan bertahap

i
penglihatan perifer, kesulitan memfokus kerja dengan

dekat/merasa di ruang gelap (katarak). Penglihatan berawan/kabur,

tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan

penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut). Dan tandanya ytaitu

Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), Pupil

menyepit ddan merah/mata keras dengan kornea berawan

(glaukoma darurat),danPeningkatan air mata.

d. Nyeri/Kenyamanan :Gejala yaitu Ketidak nyamanan ringan/mata

berair (glaukoma kronis), Nyeri tiba –tiba/berat menetap atau

tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala  (glaukoma akut).

e. Penyuluhan / Pembelajaran :Gejala yaitu Riwayat keluarga

glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskuler, Riwayat stres,

alergi, gangguan vasomotor (contoh peningkatan tekanan vena),

dan ketidakseimbangan endokrin, diabetes (glaukoma).

2. Diagnosa Keperawatan
            Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

respon manusia ( status kesehatan dan resiko perubahan sosial) dari

individu atau kelompok. Dimana perawat secara kontabilitas dapat

mengidentifikasi dan memberi intervensi secara pasti untuk menjaga status

kesehatan , menurunkan,membatasi,  mencegah dan merubah (Nursalam,

2001)

Menurut Doenges Marylin diagnosa keperawatan yang ditemukan

pada pasien dengan  penyakit katarak adalah:

i
1. Risiko tinggi terhadap cedera b/d peningkatan TIO, perdarahan

intraokuler, kehilangan vitreous.

2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan

katarak).

3. Gangguan sensori-perseptual : penglihatan b/d gangguan penerimaan

sensori/status organ indra, lingkungan secara terapeutik dibatasi d/d

menurunnya ketajaman, gangguan penglihatan, perubahan respons

biasanya terhadap rangsang.s

4. Kurang pengetahuan (Kebutuhan Belajar) tentang kondisi, prognosis,

pengobatan b/d  tidak mengenal sumber informasi , salah interprestasi

informasi, keterbatasan kognitif.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

1.Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan prosedur


invasive.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 60 menit
diharapkan nyeri dapat berkurang dengan kriteria hasil :
- Klien dapat menunjukan perubahan skala nyeri
- Klien merasa nyaman
- Klien dapat menjelaskan factor-faktor penyebab nyeri
- Klien tidak menunjukan rasa sakit akibat nyerinya (rileks)
Intervensi :
1. Kaji nyeri secara komperehenssif (P,Q,R,S,T)
R : Untuk mengetahui Paliatif : yang bisa mengurangi nyeri,
Quality : nyeri yang dirasakan seperti apa , Region : areanya
menyebar atau menetap, Skala : dengan mendeskripsikan skala
nyeri 0-10,
R: kapan dan berapa lama nyeri timbul.
2. Lakukan distraksi dan relaksasi
R : Membantu klien mengurangi persepsi nyeri atau mengalihkan
perhatian klien dari nyeri.
3. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotic

i
R : Membantu mengurangi nyeri
4. Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk pasien
R : Menciptakan lingkungan yang nyaman untuk pasien

2. Gangguan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan


penurunan ketajaman penglihatan, penglihatan ganda.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
diharapkan gangguan persepsi sensori teratasi dengan kriteria
hasil :
- Mengenal perubahan stimulus yang positif dan negative
- Mengidentifikasi kebiasaan lingkungan

Intervensi :
1. Bedakan kemampuan lapang pandang diantara kedua mata
R : Menentukan kemampuan lapang pandang tiap mata
2. Anjurkan pasien menggunakan kacamata katarak, cegah lapang
pandang perifer dan catat terjadinya bintik buta.
R : Menurunkan penglihatan perifer dan gerakan.
3. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sederhana seperti
menonton TV, radio, dll.
R : Meningkatkan input sensori, dan mempertahankan perasaan
normal, tanpa meningkatkan stress.
4. Observasi tanda disorientasi dengan tetap berada di sisi pasien.
R : Mengurangi ketakutan pasien dan meningkatkan stimulus.
3. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
(bedah pengangkatan).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan infeksi tidak terjadi dengan criteria hasil :
- Tanda-tanda infeksi tidak terjadi
- Penyembuhan luka tepat waktu
- Bebas drainase purulen , eritema, dan demam
Intervensi :
1. Tingkatkan penyembuhan luka dengan :
- Beri dorongan untuk mengikuti diet seimbang dan asupan cairan
yang adekuat
- Instruksikan klien untuk tetap menutup mata sampai hari pertama
setelah operasi atau sampai diberitahukan.
R : - Nutrisi dan hidrasi yang optimal meningkatkan kesehatan
secara keseluruhan, meningkatkan penyembuhan luka
pembedahan.

i
- Memakai pelindung mata meingkatkan penyembuhan dan
menurunkan kekuatan iritasi kelopak mata terhadap jahitan
luka.
2. Tekankan pentingnya tidak menyentuh / menggaruk mata yang
dioperasi.
R : Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi.
3. Observasi tanda dan gejala infeksi seperti : kemerahan, kelopak
mata bengkak, drainase purulen, injeksi konjunctiva (pembuluh
darah menonjol), peningkatan suhu.
R : Deteksi dini infeksi memungkinkan penanganan yang cepat
untuk meminimalkan keseriusan infeksi.
4. Gunakan tehnik aseptic untuk membersihkan mata dari dalam ke
luar dengan tisu basah / bola kapas untuk tiap usapan, ganti
balutan dan memasukkan lensa bila menggunakan
R : Tehnik aseptic menurunkan resiko penyebaran infeksi/.bakteri
dan kontaminasi silang.
5. Kolaborasi obat sesuai indikasi :
Antibiotika (topical, parental atau sub conjunctiva)
Steroid
R : - Sediaan topical digunakan secara profilaksis, dimana terapi
lebih agresif diperlukan bila terjadi infeksi
- Menurunkan inflamasi.

4. Cemas berhubungan dengan pembedahan yang akan dijalani dan


kemungkinan kegagalan untuk memperoleh penglihatan kembali.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
diharapkan kecemasan pasien teratasi dengan kriteria hasil :
- Mengungkapkan kekhawatirannya dan ketakutan mengenai
pembedahan yang akan dijalani.
- Mengungkapkan pemahaman tindakan rutin perioperasi dan
perawatan.
Intervensi :
1. Ciptakan lingkungan yang tenang dan relaks, berikan dorongan
untuk verbalisasi dan mendengarkan dengan penuh perhatian
R : Membantu mengidentifikasi sumber ansietas.
2. Yakinkan klien bahwa ansietas mempunyai respon normal dan
diperkirakan terjadi pada pembedahan katarak yang akan dijalani.
R : Meningkatkan keyakinan klien
3. Jelaskan kepada klien aktivitas premedikasi yang diperlukan.

i
R : Pengetahuan yang meningkat akan menambah kooperatif klien
dan menurunkan kecemasan.
4. Sajikan informasi menggunakan metode dan media instruksional
R : Meningkatkan proses belajar dan informasi tertulis mempunyai
sumber rujukan setelah pulang.

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pelaksanaan keperawatan merupakan tahap ke empat dari

proses keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun

rencana keperawatan. Rencana keperawatan yang dibuat

berdasarkan diagnosis yang tepat diharapkan dapat mencapai

tujuan dan hasil yang diinginkan untuk mendukung dan

meningkatkan status kesehatan pasien (Rendy, 2019).

Tujuan dari implementasi adalah membantu pasien dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup

peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan pemulihan

kesehatan. Pelaksanaan asuhan keperawatan akan dapat

dilaksanakan dengan baik, jika klien mempunyai keinginan untuk

berpartisipasi dalam implementasi asuhan keperawatan (Padila,

2019).

i
5. EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses

keperawatan untuk mengukur respon klien terhadap tindakan

keperawatan dan kemajuan respon klien kearah pencapaian tujuan

(Rendy, 2019). Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif dan evaluasi

sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi ketika kegiatan atau

program sedang berlangsung, sedangkan evaluasi sumatif adalah

evaluasi di akhir kegiatan atau program. Menurut Dewi (2015)

evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses, dan hasil.

Evaluasi hasil asuhan keperawatan didokumentasikan dalam

bentuk SOAP yaitu:

a) S (subyektif) dimana perawat menemukan keluhan klien

yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan

keperawatan.

b) O (obyektif) adalah data yang berdasarkan hasil

pengukuran atau observasi klien secara langsung dan

dirasakan setelah selesai tindakan keperawatan.

c) A (assesment) adalah analisis yang mengacu pada tujuan

asuhan keperawatan.

d) P (planning) adalah perencanaan keperawatan


yang akan

i
dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi, atau ditambah dengan rencana

kegiatan yang sudah ditentukan sebelumnya.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang
mengubah gambaran Yang diproyeksikan pada retina . Katarak merupakan
penyebab umum kehilangan Pandangan secara bertahap (Springhouse Co).
Derajat disabilitas yang ditimbulkan Oleh katarak dipengaruhi oleh lokasi
dan densitas keburaman . Intervensi Diindikasikan jika visus menurun
sampai batas klien tidak dapat menerima perubahan Dan merugikan atau
mempengaruhi gaya hidup klien (yaitu visus 5/15). Katarak Biasanya
mempengaruhi kedua mata tetapi masing-masing berkembang secara
Independen . perkecualian katarak traumatic bisanya unilateral dan katarak
Congenital biasanya stasioner.
Tindakan operasi mengembalikan pandangan mata kurang lebih
95% klien (Springhouse Co). Tanpa pembedahan Katarak yang terjadi
dapat menyebabkan Kehilangan pandangan komplet. Katarak terbagi
menjadi jenis menurut Perkembangan (katarak congenital) dan menurut
proses degenerative ( katarak primer Dan katarak komplikata).

i
B. SARAN
Demikian makalah ini dibuat semoga bermanfaat bagi para
pembaca, kritik dan saran penulis harapkan agar dimasa yang akan datang
dapat membuat makalah yang lebih baik lagi

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, (1999), Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan,


Edisi 6, EGC, Jakarta.

Doengoes, Mariyln E., (2000) Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC,
Jakarta.

Sidarta Ilyas, (1997), Katarak, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Tamim Radjamin RK, Dkk, (1993), Ilmu Penyakit Mata, Airlangga University
Press, Surabaya.

i
i

Anda mungkin juga menyukai