Anda di halaman 1dari 23

KATARAK

Oleh Kelompok IV :

1. I Gusti Ayu Putu Apriliani 17089014007


2. Kadek Apriyanti Ariesta 17089014008
3. Ni Luh Astri Kumala Devi. W 17089014011
4. Luh Putu Candra Kusuma Wardani 17089014018
5. Komang Desta Ade Winarta 17089014020
6. Ida Ayu Putu Desta Candra Devi 17089014021
7. Luh Putu Indra Kartini 17089014037

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


Program Study S1 Keperawatan
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Katarak merupakan penyakit pada usia lanjut akibat proses penuaan, saat
kelahiran (katarak kongenital) dan dapat juga berhubungan dengan trauma
mata tajam maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid dalam jangka
panjang, adanya penyakit sistemik seperti diabetes atau hipoparatiroidisme
(Tamsuri, 2010). Pembentukan katarak ditandai adanya sembab lensa,
perubahan protein, nekrosis, dan terganggunya keseimbangan normal serabut-
serabut lensa. Kekeruhan lensa ini juga mengakibatkan lensa transparan
sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu, yang mana dapat
ditemukan pada berbagai lokalisasi di lensa seperti korteks dan nukleus.
Katarak dapat mengakibatkan bermacam-macam komplikasi pada penyakit
mata seperti glaukoma ablasio, uveitis, retinitis pigmentosa, dan kebutaan
(Ilyas, 2010).
World Health Organization (WHO) mengumpulkan data kebutaan dan
gangguan penglihatan yang ditetapkan melalui Global Action Plan (GAP)
2014-2019 merupakan survey berbasis populasi untuk penderita kebutaan dan
gangguan penglihatan dan layanan perawatan mata pada orang-orang berusia
50 tahun keatas. Hasil survey ini melalui Rapid Assessment of Avoidable
Blindness (RAAB) memberikan hasil prevalensi kebutaan sekitar 85%
terdapat pada usia 50 tahun. Hasil survey ini juga menemukan bahwa
gangguan penglihatan tersebut penyebab utamanya adalah output dan kualitas
layanan perawatan mata, cakupan bedah katarak dan indikator lain dari
layanan perawatan mata didaerah geografis tertentu.
Di Indonesia, katarak merupakan penyebab utama kebutaan, prevalensi
kebutaan pada usia 55-65 tahun sebesar 1,1%, usia 65-75 tahun sebesar 3,5%,
dan usia 75 tahun keatas 8,4%. Prevalensi kebutaaan diusia lanjut masih jauh
diatas 0,5% yang berarti masih menjadi masalah kesehatan (Kompasiana,
2014). Propinsi Sumatera Barat sekitar 4.512.369 penduduk sekitar 0,4%
mengalami kebutaan dan setiap tahunnya akan muncul insiden baru

1
2

bertambah 0,1% dari jumlah penduduk. Sehingga diperkirakan setiap


tahunnya akan bertambah penderita katarak di Sumatera Barat sebanyak
4.700 orang, hal ini menyebabkan terjadinya penumpukan kasus katarak dari
tahun ke tahun (Kompasiana, 2014).
Kebutaan karena katarak merupakan masalah kesehatan masyarakat.
Untuk mengatasi masalah katarak ini tidak ada terapi obat tetes, salaf tertentu
dalam pengobatan kecuali melalui operasi (pembedahan). Pembedahan
diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja
ataupun untuk keamanan, yang mana pembedahan katarak paling sering
dilakukan orang berusia lebih dari 65 tahun (Brunner & Suddarth, 2001).
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 TINJAUAN TEORITIS MEDIS
2.1.1 Definisi
Menurut arief Mansur, dkk (Kapita Selekta jilid 1), katarak adalah
istilah kedokteran untuk setiap keadaan kekeruhan yang terjadi pada
lensa mata yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan
lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-
duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif.
Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas
karena dengan lensa yang keruh cahayu sulit mencapai retina dan akan
menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk
kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi.
Menurut Charlene J. Reaver, dkk (KMB buku 1:6), katarak adalah
mengeruhnya lensa. Katarak bisa disebabkan karena konginental atau
dapatan (acquired). Penyebab acquired cataract yang paling umum
adalah pertambahan usia, meskipun mekanisme yang pasti belum
diketahui. Pemakaian orticosteroid dan thorazine, DM, trauma pada
mata adalah penyebab acquired cataract yang lain. Congenital cataract
terjadi pada infeksi rubella pada periode kehamilan. Katarak terjadi
pada kedua mata, namun biasanya satu lensa lebih parah dibandingkan
yang lain. Diagnose katarak mencangkup menurunnya ketajaman
penglihatan, hilangnya reflek merah dan terlihat gambaran opaque
pada lensa ketika dilakukan pemeriksaan.
Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
1. Katarak perkembangan (developmental) dan degenerative.
2. Katarak kongenital, juvenile, dan senil.
3. Katarak komplikata.
4. Katarak traumatic.
Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :

3
4

1. Katarak kongenital, katarak yang terlihat pada usia di bawah 1


tahun.
2. Katarak juvenile, katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun
dan dibawah 40 tahun.
3. Katarak presenil, yaitu katarak sesudah usia 30-40 tahun.
4. Katarak senil, yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih
dari 40 tahun.
2.1.2 Etiologi
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau
bertambahnya usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah
pada umur 60 tahun keatas. Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi
pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda.
Penyebab katarak lainnya meliputi :
1. Faktor keturunan.
2. Cacat bawaan sejak lahir (congenital).
3. Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
4. Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
5. Gangguan metabolism seperti DM (Diabetes Melitus).
6. Gangguan pertumbuhan.
7. Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yag
cukup lama.
8. Rokok dan alcohol.
9. Operasi mata sebelumnya.
10. Trauma (kecelakaan) pada mata.
11. Faktor-faktor lainnya yang belum di ketahui.
2.1.3 Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih,
transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan
refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis.
Pada zona sentral terdapat nukleus, diperiper ada korteks, dan yang
mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan
5

bertambahnya usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi


cokelat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri
dianterior dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul posterior
merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti
Kristal salju pada jendela. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa
menyebabkan hilangnya transparansi. Perubahan pada serabut halus
multiple ( zunula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah
diluar lensa, misalnya, dapat menyebabkan penglihatan mengalami
distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan
koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat
jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya
protein lensa normal terjadi disertai influis air ke dalam lensa. Proses
ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi
sinar. Teori lain menyebutkan bahwa suatu enzim mempunyai peran
dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun
dalam bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang
terderita katarak.
Katarak biasanya terjadi di lateral, namun mempunyai kecepatan
yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun
sistemas, seperti diabetes, namun sebenarnya merupakan konsekuensi
dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang
secara kronik dan “matang” ketika orang memasuki dekade ke tujuh.
Katarak dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena
bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan
penglihatan permanen. Faktor yang paling sering berperan dalam
terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan,
alkohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin anti oxidant yang
kurang dalam jangka waktu lama.
Lensa berisi 65% air, 35% protein, dan mineral penting. Katarak
merupakan kondisi ambulan oksigen, penurunan air, peningkatan
kandungan kalsium dan berubahnya protein yang dapat larut menjadi
6

tidak dapat larut. Pada proses penuaan, lensa secara bertahap


kehilagan air dan mengalami peningkatan dalam usuran dan
densitasnya. Peningkatan densitas diakibatkan oleh kompresi sentral
serat lensa yang lebih tua. Saat serat lensa yang baru diproduksi di
kortek, serat lensa ditekan menjadi sentral. Serat-serat lensa yang
padat lama-lama menyebabkan hilangnya transparansi lensa yang
tidak terasa nyeri dan sering bilateral. Selain itu berbagi penyebab
katarak diatas menyebabkan gangguan metabolism pada lensa mata.
Gangguan metabolisme ini, menyebabkan perubahan kandungan
bahan-bahan yang ada pada lensa yang pada akhirnya kekeruhan
lensa. Kekeruhan dapat berkembang diberbagai bagian lensa atau
kapsulnya. Pada gangguan ini sinar yang masuk melalui kornea
dihalangi oleh lensa yang keruh atau buram. Kondisi ini mengaburkan
bayangan semu yang sampai pada retina. Akibatnya otak
menginterprestasikan sebagai bayangan yang berkabut. Pada katarak
yang tidak diterapi, lensa mata menjadi putih susu, kemudian berubah
kuning bahkan menjadi cokelat atau hitam dan klien mengalami
kesulitan dalam membedakan warna (diambil dari buku Asuhan
7
Keperawatan Klien Gangguan Mata, Ns. Indriyana N. istiqomah,
S.Kep).

2.1.4 WOC

Trauma Trauma Perubahan kuman

Perubahan serabut Komprensi Sentral (serat) Jumlah protein

Keruh Densitas Membentuk Massa

Keruh

Pembedahan Katarak
Pre Operasi Post Operasi Menghambat jalan Cahaya
Kecemasan meningkat
Gangguan rasa nyaman (nyeri)
Kurang Resiko tinggi terjadinya infeksi
Resiko tinggi teerjadinya injuri: Penglihatan ↓↓ / buta
Peningkatan

Gangguan sensori persepsi visual


Resiko tinggi cidera fisik

2.1.5 Manifestasi Klinis


Katarak didiagnosa terutama dengan gejala subyektif. Biasanya,
pasien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan, silau, dan
gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena
kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya meliputi
pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak
akan tampak dengan oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan
bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus
pada retina hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan
yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di
malam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak kekuningan,
abu-abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama
bertahun-tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa
koreksi yang lebih kuatpun tak akan mampu memperbaiki
penglihatan.
Orang dengan katarak secara khas selalu mengembangkan strategi
untuk menghindari silau yang menjengkelkan yang disebabkan oleh
cahaya yang salah arah. Misalnya ada yang mengatur ulang perabot
rumahnya. Sehingga, sinar tidak akan langsung menyinari mata
mereka (diambil dari buku Keperawatan Medikal Bedah jilid 3
hal.1996-1997).
Biasanya gejala berupa keluhan penurunan tajam penglihatan
secara progresif (seperti rabun jauh memburuk secara progresif).
Penglihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan-akan
bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil
akan tampak benar-benar putih, sehingga reflek cahaya pada mata
menjadi negatif (-).
9
Bila katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan
akan menimbulkan komplikasi berupa Glaukoma dan Uveitis.
Gejala umum gangguan katarak meliputi :
1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi
objek.
2. Peka terhadap sinar atau cahaya.
3. Dapat melihat double pada satu mata
4. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
5. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi yang biasa muncul yaitu :
1. Yang terjadi berupa virus tidak akan mencapai 5/5 a amblyopia
2. Komplikasi yang terjadi nistagmus dan strabismus
2.1.7 Kriteria Diagnostik
1. Kartu mata snellen/mesin telebinokuler : mungkin terganggu
dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor,
kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
2. Lapang penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor,
karotis, glukoma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12-25 mmHg)
4. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut
tertutup glukoma.
5. Tes Provokatif : menentukan adanya/tipe glukoma
6. Oftalmoskopi: mengkaji menstruktur internal okuler, atrofi
lempeng optik, papilledema, perdarahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukan anemi sistemik atau infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, lipid.
9. Tes Toleransi glukosa : kontrol DM
2.1.8 Penatalaksanaan
Tidak ada terapi obat untuk katarak, dan tidak dapat diambil
dengan pembesaran laser. Namun, masih terus dilakukan penelitian
10
mengenai kemajuan prosedur laser baru yang dapat digunakan untuk
mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar melalui
kanula (Pokalo, 1992)
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan reflaksi
kuat sampai titik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari-hari,
maka penanganan biasanya konservatif. Pentingnya dikaji efek
katarak terhadap kehidupan sehari-hari pasien. Mengkaji derajat
gangguan fungsi sehari-hari, seperti berdandan, ambulasi, aktifitas
rekreasi, menyetir mobil, dan kemampuan bekerja, sangat penting
untuk menentukan terapi mana yang paling cocok bagi masing-masing
penderita.
Pembedahan katarak adalah pembedahan yang sering dilakukan
pada orang berusia lebih dari 65. Sekarang ini, katarak paling sering
diangkat dengan anesthesia lokal berdasar pasien rawat jalan,meskipun
pasien perlu dirawat bila ada indikasi medis. Keberhasilan
pengembalian penglihatan yang bermanfaat dapat dicapai pada 95%
pasien.
Pengembalian keputusan untuk menjalani pembedahan sangat
individual sifatnya. Dukungan finansial dan psikososial dan
konseksuensi pembedahan harus dievaluasi, karena sangat penting
untung penatalaksanaan pasien pasca operasi.
Kebanyakan operasi dilakukan dengan anestesi lokal (retrobulbar
atau peribulbar), yang dapat mengimobilisasi mata. Obat penghilang
cemas dapat diberikan untuk mengatasi perasaan klaustreofobia
sehubungan dengan graping bedah. Anestesi umum diperlukan bagi
yang tidak bisa menerima anestesi lokal, yang tidak mampu bekerja
sama dengan alasan fisik atau psikologis, atau yang tidak berespon
terhadap anestesi lokal.
Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan
katarak : ekstrasi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi
bedah adalah hilangnya penglihatan yang mempengaruhi aktivasi
11
normal pasien atau katarak yang menyebabkan glukoma atau
mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler lain,seperti
retinopatidiapetika.
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KATARAK
2.2.1 Pengkajian
2.2.1.1 Data Subyektif
a. Nyeri
b. Mual
c. Diaphoresis
d. Riwayat jatuh sebelumnya
e. Pengetahuan tentang regimen terapeutik
f. Sistem pendukung, linkungan rumah.
2.2.1.2 Data Obyektif
a. Perubahan tanda – tamda vital
b. Respon yang azim terhadap nyeri
c. Tanda – tanda infeksi :
- Kemerahan
- Edema
- Infeksi konjungtiva ( pembuluh darah konjungtiva
menonjol )
- Drainaze pada kelopak mata dan bulu mata
- Zat purulen
- Peningkatan suhu tubuh
- Nilai laboratorium : peningkatan SDP, perubahan
SDP, hasil pemeriksaan kultural sesitivitas abnormal
d. Ketajaman penglihatan masing – masing mata
e. Cara berjalan, riwayat jatuh sebelumnya
f. Kemungkinan menghilang lingkungan seperti :
- Kaki kursi, perabot yang rendah
- Tiang infus
- Tempat sampah
12
- Sandal
g. Kesiapan dan kemampuan untuk belajar dan menyerap
informasi
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
2.2.2.1 Nyeri akut b/d interupsi pembedahan katarak pada mata kiri
ditandai dengan :
DS :
- Klien mengeluh nyeri pada mata kiri post operasi
menyebar ke kepala saat terpapar sinar matahari atau
baru bangun tidur.
- Klien mengatakan bila nyeri kambuh, mengalami
kesulitan tidur
- Klien mengatakan riwayat operasi katarak pada mata
kiri enam belas hari yang lalu
DO :
- Mata kiri berair, hiperemis (+)
- IOL (+)
2.2.2.2 Resiko infeksi b/d peningkatan kerentanan sekunder
terhadap interuksi terhadap pembedahan katarak ditandai
dengan :
DS :
- Klien mengatakan mata kiri terasa nyeri, panas dan
nyeri menyebar sampai ke kepala.
- Klien mengatakan mata kirinya terus berair dan
mengeluarkan kotoran.
DO :
- Sekret pada mata kiri (+)
- Mata kiri berair (+)
- Riawayat post op katarak 16 hari yang lalu
2.2.2.3 Riwayat cidera b/d keterbatasan penglihatan ditandai dengan
:
13
DS :
- Klien mengatakan matanya terasa kabur sejak kurang
lebih 3 tahun yang lalu
- Klien mengatakan bahwa usianya sudah 85 tahun
DO :
- Klien berjalan tegap, cara berjalan seimbang tapi ragu –
ragu
- Klien mampu melihat dalam jarak pandang ± 50 meter
2.2.3 Intervensi
N DIAGNOS NOC NIC RASIONAL EVALUASI
o A
1 Nyeri b/d Setelah diberikan  Bantu klien dalam  Membantu Klien melaporkan
interupsi asuhan mengindentifikasi memberikan adanya
pembedahan keperawatan tindakan kenyamanan pengurangan nyeri
katarak pada selama 3X24 jam, penghilangan nyeri dan yang prpgresif
mata kiri nyeri dapat yang efekif dengan mengurangi ditandai dengan :
berkurang ditandai tidur dalam posisi tekanan pada - Nyeri
dengan : 1
/2 duduk bola mata berkurang
- Nyeri  Lakukan tindakan  Beberapa - Istirahat
berkurang penghilangan nyeri tindakan tidur
- Istirahat non invasive atau pengihalang tercukupi ±
tidur non farmakologik, nyeri non 8 jam.
tercukupi seperti berikut : invasif adalah - Mata tidak
8jam - Posisi tinggikan tindakan berair dan
- Mata tidask bagian kepa mandiri yang tidak
berair dan tempat tidur, dapat merah
tidak berubah – ubah dilaksanakan
merah antara perawat dalam
- Kualitas berbaring pada usaha
nyeri punggung dan meningkatkan
berkurang pada sisi yang kenyamanan
tidak operasi pada klien
14
- Distraksi  Analgesik
- Latihan membantu
relaksasi dalam
menekan
respon nyeri
dan
menimbulkan
kenyamanan
pada klien.
 Tanda ini
menunjukkan
peningkatan
tekanan inta
okuli (TIO)
atau
komplikasi
lain
2 Resiko Setelah diberikan  Berikan dukungan  Pembatasan Infeksi tidak
infeksi b/d asuhan penghilangan nyeri diperlukan terjadi diandai
peningkatan keperawatan dengan aalgesik untuk dengan:
kerentanan selama 3 hari, yang diresepkan mengurangi - kemerahan(-)
sekunder infeksi tidak  Observasi nyeri gerakan mata -Edema kelopak
terhadap terjadi terutama bila dan mencegah mata (-)
interupsi disertai mual. peningkatan -Drainase pada
pembedahan tekanan kelopak mata
15

katarak okuler. - Mteri purulen (-)


Pembatasan - Peningkatan suhu
yang spesifik tubuh (-)
bergantung
pada beberapa
faktor,
termasuk sifat
dan luasnya
pembedahan,
prefensi
dokter, umur
serta status
kesehatan
klien secara
keseluruhan
pemahaman
klien tentang
alasan untuk
pembatasan ini
dapat
mendorong
kepatuhan
klien.
3 Resiko Setelah diberikan  Membungkuk  Cidera dan Cidera tidak
cidera d/b asuhan melewati pinggang hidrasi yang terjadi. Klien tidak
keterbatasan keperawatan  Mengangkat bemda optimal mengalami cidera
penglihatan selama 3 hari, yang beratnya meningkatkan atau trauma
cidera tidak terjadi melebihi 10kg kesehatan jaringan selama
ditandai dengan :  Mandi secara dirawat.
- Klien tidak  Mengedan selama keseluruhan,
mengalami defekasi yang
cidera atau  Tingkatkan meningkatkan
trauma penyembuhan luka penyembuhan
jaringan  Berikan dorongan  Teknik aseptic
selama di untuk menikuti diet meminimalkan
rawat. yang seimbang dan masuknya
asupan cairan yang mikroorganism
adekuat e mengurasi
 Gunakan teknik resiko infeksi.
16
aseptic untuk  Deteksi dini
meneteskan tetes infeksi
mata : memungkinka
- Cuci tangan n penanganan
sebelum memulai yang cepat
- Pegang alat penetes untuk
agak jauh dari mata meminimalkan
- Ketika meneteskan, keseriusan
hindari kontak infeski.
antara mata, tetesan  Ketegangan
dan alat penetesan. pada jahitan
Ajarkan teknik ini dapat
kepada klien dan menimbulkan
anggota interupsi
keluarganya. menciptakan
 Kaji tanda dan jalan masuk
gelaja infeksi : mikroorganism
- Kemerahan, edema e.
pada kelopak mata  Gangguan
- Konjungtiva penglihatan
(pembuluh darah atau
menonjol) menggunakan
- Drainase pada pelindung
kelopak mata dan mata dapat
bulu mata mempengaruhi
- Materi purelen resiko cidera
pada bilik interior yang berasal
(antaran kornea dan dari gangguan
17
iris) ketajaman dan
- Peningkatan suhu kedalaman
- Nilai laboratorium persepsi.
abnormal (mis.  Tindakan ini
Peningkatan SDP, dapat
hasil kultur dan mengurangi
sensitivitas positif ) resiko terjatuh.
 Lakukan tindakan
untuk mencegah
ketegangan jahtan
(misal anjurkan
klien
menggunakankaca
mata protekfif dan
pelindung mata
pada siang hari dan
pelindung mata
pada malam hari)
 Modifikasi
lingkungfan untuk
menghilangkan
kemungkinan
bahaya:
- Singkirkan
penghalang dari
jalur berjalan
- Pastikan pintu dan
laci tertutup atau
terbuka dengan
sempurna
 Tinggikan tempat
tidur. Letakkan
benda dimana klien
dapat melihat dan
18
meraihnya tanpa
klien menjangkau
terlalu jauh

2.2.4 Implementasi
Waktu/Tangga Implementasi Evaluasi
l
4- 2- 2011  Memberikan HE pentingnya :  Klien kooperaktif
09.00 - Pembatasan aktivitas  Kliwn berjanji akan selalu
- Asupan gizi dan minum yang menghabiskan porsi
memadai (makan 1 porsi habis) makanannya. Klien banyak
- Mengurasi paparan sinar matahari bertanya tentang nyeri yang
atau kontak langsung dengan dirasakan
benda alergen  Klien merapikan meja kecil
di samping tempat tidur
 Klien menata barang –
barang ( gelas, piring,
sendok )diatas tempat tidur
5 – 12 – 2011  Mengevaluasi lingkunga kamar  Gorden telah terpasang
09.30 tidur klien :  Lantai kamar disapu dan
- Penepatan benda – benda di dipel oleh petugas
meja  Klien bersemangat untuk
- Kebersihan lantai kamar belajar membersihkan secret
- Memasang gorden untuk mata. Klien dapat
mengurangi paparan terhadap meneteskan obat tetes mata
sinar matahari sendiri dibantu oleh teman
sekamarnya
5 – 12 – 2011  Mengajarkan teknik perawatan  Klien sudah punya kacamata
11.00 kebersihan mata : pelindung sinar matahari
- Cara membersihkan sekret
- Cara meneteskan obat tetes 19
mata
- Menggunakan pelindung mata
bila keluar wisma di siang hari
5 – 12 – 2011  Mengatur posisi tidur klien  Klien berbaring ke posisi
12.30 berbaring ke sisi mata yang tidak sebelah kanan, kadang
dioperasi berganti posisi dengan semi
fowler
6 – 11 – 2011  Melatih relaksasi untuk mengurasi  Klien tampak keulitan
09.00 rasa sakit pada mata kiri mengikuti intruksi, tetapi
mau mencoba untuk
berlatih.

2.2.5 Evaluasi
NO Diagnosa Keperawatan Evaluasi
1 Nyeri akut b/d interupsi S :klien mengatakan nyeri pada mata kiri sudah agak
pembedahan katarak pada berkurang, klien sudah dapat beristirahat dengan baik
mata kiri O : Mta berair (-), kemerahan (+)
A :Masalah teratasi sebagian
- Nyeri berkurang
P : lanjutkan perencanaan dengan mengadakan
koordinasi dengan pendampin wisma
2 Resiko infesi b/d peningkatan S : Klien mengatakan matanya sudah tidak panas lagi,
kerentanan sekunder terdapat berair (-)
interupsi pembedahan katarak O : Mata berair (-), kemerahan(+), sekret (-)
A : Masalah teratasi sebagian
- Tidak ada tanda – tanda infeksi
P : Lanjutkan perencanaan dengan mengadakan
koordinasi dengan pendampig wisma
3 Resiko cidera b/d S : Klien mengatakan penglihatannya sudah lebih terang
keterbatasan penglihatan O : Klien berjalan keluar wisma tanpa dibimbing dan
tanpa memakai tongkat 20

A : Masalah teratasi sebagian


- Mata klien sudah mulai stabil
P : Lanjutkan perencanaan dengan mengadakan
koordinasi dengan pendamping wisma
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Katarak merupakan penyakit pada usia lanjut akibat proses penuaan, saat
kelahiran (katarak kongenital) dan dapat juga berhubungan dengan trauma
mata tajam maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid dalam jangka
panjang, adanya penyakit sistemik seperti diabetes atau hipoparatiroidisme
(Tamsuri, 2010). Pembentukan katarak ditandai adanya sembab lensa,
perubahan protein, nekrosis, dan terganggunya keseimbangan normal serabut-
serabut lensa. Kekeruhan lensa ini juga mengakibatkan lensa transparan
sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu, yang mana dapat
ditemukan pada berbagai lokalisasi di lensa seperti korteks dan nukleus.
Katarak dapat mengakibatkan bermacam-macam komplikasi pada penyakit
mata seperti glaukoma ablasio, uveitis, retinitis pigmentosa, dan kebutaan.
Katarak bisa disebabkan karena konginental atau dapatan (acquired).
Penyebab acquired cataract yang paling umum adalah pertambahan usia,
meskipun mekanisme yang pasti belum diketahui. Pemakaian orticosteroid
dan thorazine, DM, trauma pada mata adalah penyebab acquired cataract
yang lain. Congenital cataract terjadi pada infeksi rubella pada periode
kehamilan. Katarak terjadi pada kedua mata, namun biasanya satu lensa lebih
parah dibandingkan yang lain. Diagnose katarak mencangkup menurunnya
ketajaman penglihatan, hilangnya reflek merah dan terlihat gambaran opaque
pada lensa ketika dilakukan pemeriksaan.
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau
bertambahnya usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada
umur 60 tahun keatas. Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi
karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda.
Penyebab katarak lainnya meliputi, faktor keturunan, cacat bawaan sejak
lahir (congenital), masalah kesehatan, misalnya diabetes, penggunaan obat
tertentu, khususnya steroid, gangguan metabolism seperti DM (Diabetes
Melitus), gangguan pertumbuhan, dan lain-lainnya.

21
22

3.2 Saran
Kebutaan karena katarak merupakan masalah kesehatan masyarakat
khususnya para lansia. Penyakit katarak sendiri tidak bias disembuhkan
melalui terapi saja, melainkan penderita katarak harus menjalani operasi demi
menunjang kesembuhan dari penyakit katarak itu sendiri. Oleh karena itu
sebagai seorang perawat, kita dapat membantu pasien dalam melakukan
aktivitas sebelum melakukan operasi dan meninjau pasien untuk mengikuti
setiap aturan yang ada. Jika pasien dan perawat mampu bekerja sama dengan
baik, maka kemungkinan besar operasi akan berjalan dengan baik, dan
diharapkan agar pasien tersebut bias terlepas dari penyakit kataraknya dan
bias melihat kembali dengan normal
DAFTAR PUSTAKA

CY, Astarini. 2017. Katarak(pdf)


Diakses pada tanggal 12 September 2018, di
(http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/162
45/6.%20BAB%20II.pdf?sequence=6&isAllowed=y )
La Ode, Sharif. 2012. Asuhan Keperawatan Gerontik Berstandarkan Nanda, NIC,
dan NOC Dilengkapi Teori dan Contoh Kasus Askep.
Yogyakarta : Nuha Medika
Mo'otapu, A. 2015. Jurnal Mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Katarak
Diakses pada tanggal 13 September 2018, di
(https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/viewFile/9
599/9177 )
Murtiasih, D. 2015. Jurnal Mengenai Katarak
Diakses pada tanggal 13 September 2018, di
(http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/INSP/article/downl
oad/2804/1898 )

Anda mungkin juga menyukai