Anda di halaman 1dari 27

RHEUMATOID ARTHRITIS

NAMA KELOMPOK 3:

1. PUTU MEGA UTAMI (17089014052)


2. KOMANG KRISMONITA (17089014048)
3. LUH AYU SULASMINI (17089014015)
4.KOMANG FIKI ARYAWATI (17089014034)
5. NI MADE DWI SETYANI (17089014028)
6. NI MADE EVA JUNIARTINI (17089014032)
7. NI GUSTI AYU JULI YASMIARNI (17089014044)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


S1 KEPERAWATAN
2018
1

BAB I
PENDAHULUAAN
1.1 Latar belakang
Perubahan-perubahan tidak rata akan terjadi pada manusia sejalan
dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal
kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh.
Keadaan demikian itu tampak pula pada semua system musculoskeletal
dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya
beberapa golongan reumatik. Salah satu golongan penyakit rematik yang
sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan musculoskeletal
terutama adalah arthritis rheumatoid. Kejadian penyakit tersebut akan
makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia manusia.
Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya
dapat menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna
mengaktifkan fungsi otot. Arthritis rheumatoid memang lebih sering
dialami oleh lansia, untuk itu perlu perawatan dan perhatian khusus bagi
lansia dengan arthritis rheumatoid terutama dalam keluarga.
Asuhan keperawatan harus didasarkan pada kepercayaan bahwa
pemeliharaan mobilitas merupakan hal yang kritis untuk kesehatan,
kesejahteraan dan kualitas hidup. Perawat juga memainkan satu peran
penting dalam mengenali dan mengajarkan kepada orang lain tentang
kerentanan lansia karena perpaduan antara faktor-faktor yang berhubungan
dengan perubahan usia dan kemungkinan adanya faktor iatrogenik yang
terjadi pada lansia yang dirawat di rumah sakit karena gangguan mobilitas
mereka.

1
2

BAB II
PEMBAHASAN

Arthritis Rheumatoid
2.1 Pengertian
Arthritis rheumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik
kronik dengan manifestasi utama poliarthiritis progresif dan melibatkan
seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien arthritis rheumatoid
terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat
progresivitasnya. Pasien dapat pula menunjukkan gejala konstitusional
berupa kelemahan umum,cepat lelah,atau gangguan nonartikular lain.
(Mansjoer,A.2000).
Arthiritis rheumatoid adalah kumpulan gejala (syndrom) yang
berjalan secara kronik dengan ciri : radang non spesifik sendi perifer (di
luar axis skeletal), biasanya simetris, mengakibatkan kerusakan yang
progresif (makin lama makin rusak),tergolong penyakit yang tidak
diketahui penyebabnya, awal radang sering disertai stres baik fisik maupun
emosi. (Suhadi,Stephanus,2000)

2.2 Etiologi
Penyebab arthistis reumatoidbelum diketahui secara pasti wlaupun
banyak hal yang terungkap. Faktor genetik dan beberapa faktor lingkungan
telah lama diduga berperan dalam timbulnya penyakit ini. Kecendrungan
wanita untuk menderita Arthritis Reumatoid dan sering dijumpainya
remisi pada wanita yang sedang hamil menimbulkan dugaan terdapatnya
factor keseimbngn hormonal sebgai salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap penyakit ini. Walaupun demikian karena pembenaran hormon
estrogen ekstrogen eksternal tidak pernah menghasilkan perbaikan

2
3

sebagaimana yang diharapkan, sehingga kini belum berhasil dipastikan


bhawa faktor hormonal memang menyebabkaan penyakit ini.
Sejak tahun 1930, infeksi telah duga merupakan penyebab Arthritis
Reumatoid. Dugaan faktor infeksi timbul karena umumnya omset penyakit
ini hany terjadi secr mendadak dn timbul dengan disertai oleh gambaran
inflamasi yang mencolok. Walaupun hingga kini belum berhasil dilakukan
isolasi organismedari jaringan sinovial, hal ini tidak menyingkirkan
kemungkinan bahwa terdapat suatu komponen peptoglikan atau
endotoksin mikroorganisme yang dapat mencetuskan ARTHRITIS
REUMATOID. Agen infeksius yang diduga merupakan penyebab
Arthritis Rematoid antara lain bakteri, mikroplasma , atau virus.
Hipotesis terbaru tentang penyebab penyakit ini adalah adanya
faktor genetik yang akan menjurus pada penyakit setelah terjangkit
beberapa penyakit , virus, seperti infeksi virus Epstein-Barr. Heat Shock
Protein (HSP) adalah sekelompokprotein yang telah diketahui terdapat
hubungan antara Heat Shock Protein dan sel T pada pasien Arthritis
Rematoid namun mekanisme hubungan ini belum dikethui dengan jelas.
Penyebab utama dari kelainaan ini adalah:
1. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non hemolitikus
2. Endokrin
3. Autoimun
4. Metabolik
5. Factor genetik

2.3 Pathofisiologi
Dari penelitian mutak hirbahwa pathogenesis Arthritis rheumatoid
akibat rantai peristiwa imunologi sebagai berikut: suatu antigen penyebab
Arthritisr rheumatoid yang berada pada membrane synovial, akan diproses
oleh antigen precenting cells (APC). Antigen yang telah diproses akan
dikenali dan diikat oleh sel CD4 +¿¿ bersama dengan determinan HLA-DR
yang terdapat pada pembukaan membrane APC tersebut dan membentuk
4

suatu komplek trimlekular. Padatahap selanjutnya komplek antigen


trimolekular tersebut akan mengekspresikan oleh CD4 +¿¿ akan
mengikatkan diri pada reseptor spesifik pada permukaannya sendiri dan
akan mengakibatkan terjadinya mitosis dan poliferasi sel tersebut. Selain
IL-2, CD4 +¿¿ yang teraktivitas juga mensekresi berbaga ilimfokin lain
seperti gamma-interferen, tumor necrosis factor β (TNF-β), interleukim 3
(IL-3), interleukin 4 (IL-4), granulocyte-makrofage colony stimulating
factor (GM-CSF) serta beberapa mediator yang lain bekerja merangsang
makrofage untuk meningkatkan aktivasi fagositosisnya dan merangsang
profilerasi dan aktivasi sel β untuk memproduksi antibody. Setelah
berikatan dengan antigen yang sesuai antibody yang dihasilkan akan
membentuk komplek imun yang akan berdifusi secara bebas kedalam
ruang sendi. (Saefullah, Noer. 1996).
Fagositosis komplek imun oleh sel radang akan akan disertai oleh
pembentukan dan pembebasan radikal oksigen bebas, produksi protaease,
kolagenase dan enzim-enzim hidrolitik lainnya.Enzim-enzim ini akan
menyebabkan destruksi jaringan sendi, memecahkan tulang rawan,
ligamentum, tendon dan tulang pada sendi. Proses ini didugaa dalah
bagian dari suatu respon autoimun terhadap antigen yang diproduksi
secara local. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga
terjadi edema, proliferasi membrane synovial.
Masuknya sel radang kedalam membrane sinovial akibat
pengendapan kompklek imun yang menyebabkan terbentuknya pannus
yang merupakan elemen paling destruktif dalam pathogenesis Arthritis
rheumatoid.Panus merupakan jaringan granulasi yang terdiri dari sel
fibroblast yang berproliferasi, mikrovaskuler dan berbagai jenis sel
radang, pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi
tulang, akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan
mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan
mengalami perubahan degenerative dengan menghilangmya elastisitas otot
dan kekuatan kontraksi otot. Salain itu juga akan timbul rasa nyeri,
5

pembengkakan, panas, eritema, dan gangguan fungsi pada sendi akibat


proses inflamasi. (Brunner &Suddarth. 2001).

2.4 Tanda dan gejala


Ada beberapa gejala klinis yang lazim ditemukan pada penderita
arthritis rheumatoid. Gejala klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada
saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gejala aran klinis
yang sangat bervariasi
1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anorexsia, berat badan
dan demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
2. Poliarthristis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-
sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi
interfalangsdistal. Hamper semua sendi diatrodial dapat terserang.
3. Pentingnya untuk membedakan nyeri yang disebabkan perubahan
mekanis dengan nyeri yang disebabkan inflamasai. Nyeri yang
timbulo setelah aktivitas dan hilang setelah istirahat serta tidak
timbul pada pagi hari merupakan tanda nyeri mekanis. Sebaliknya
nyeri inflanasi akan bertambah berat pada pagi hari saat bangun
tidur dan disertai kaku sendi atau nyeri hebat pada awal gerak dan
berkurang setelah melakukan aktivitas.
4. Kekakuan di pagi hari selama lebih dai 1 jam, dapat bersifat
generalisata tetapi terutama menyerang sendi-sendi, kekakuan ini
berbeda dengan kekakuan sendi osteoartristis, yang biasanya hanya
berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari 1 jam.
5. Arthristis erosive merupakan cirri khas penyakit ini pada gambaran
radiologic. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi
ditepi tulang.
6. Deformitas: kerusakan dari struktur-struktur penunjung sendi
dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari,
sublukasi sendi metakarpofalangeal, lenger angsa adalah beberapa
defomitas tangan yang sering dijumpai pada penderita. Pada kaki
6

terdapat protusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul sekunder


dari sublukasi metatarsal. Sendi-sendi yang besar juga dapat
terangsang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak
terutama dalam melakukan gerak ekstensi.
7. Nodula-nodula rheumatoid adalah masa subkutan yang ditemukan
pada sekitar sepertiga orang dewasa penderita artristis rheumatoid.
Lokasi paling sering dari deformitas ini adalahbursa olekranon
(sendi siku) atau disepanjang permukaan ekstensor dari lengan,
walaupun demikian nodula-nodula ini dapat juga timbul pada
tempat-tempat lainnya. Adapun nodula-nodula ini biasanya
merupakan petunjuik suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.
8. Manifestasi ekstra artikular: artristis reumatois juga dapat
bmenyerang organ-organ lain diluar sendi. Jantung 9perikarditis),
paru-paru (pleuritis), mata dan pembuluh darah dapat rusak.

2.5 Pemeriksaan penunjang


Tidak banyak berperan dalam diagnosis arthritis rheumatoid, namun dapat
mneyokong bila terdapat keraguan atau untuk melihat krognosis pasien. Pada
pemeriksaan laboratorium terdapat :
1. Faktor rheumathoid biasanya positif pada lebih dari 75 % pasien artristis
rheumatoid terutama bila masih aktif. Sisanya dapat dijumpai pada pasien
leprae, tumberkolosis paru, sirosis hepatis, hepatis infeksional
endokarditis bakterialis, penyakit kolagen dan sarkoidosis.
2. Protein C-reaktif biasanya meningkat.
3. LED meningkat.
4. Leokosit normal atau meningkat sedikit
5. Anemia normositik hipokrom akibat adanya inflamasi yang kronik.
6. Trombosit meningkat.
7. Kadar albumin serum turun dan globulin naik.
8. Pada pemeriksaan rontagen, semua sendi dapat terkena, tetapi yang
tersering adalah metatarsofalang dan biasanya simetris. Sendi sakrotiliako
7

juga sering terkena. Pada awalnya terjadi perbengkalan jaringan lunak dan
deminerasasi justra artikular kemudian terjadi penyempitan ruang sendi
dan erosi.
2.6 Kriteria diagnostik Adalah sebagai berikut
1. Kekakuan pagi hari ( sekurangnya 1 jam )
2. Arthritis pada tiga atau lebih sendi
3. Arthritis sendi-sendi jari tangan
4. Arthritis yang simetris
5. Nodula rheumatoid
6. Faktor rheumatoid dalam serum
7. Perubahan-perubahan radiologic (erosi dekalsifikasi tulang)
Diagnosis arthritis rheumatoid dikatakan positif apabila sekurang-
kurangnya empat dari tujuh criteria ini terpenuhi. Empat criteria
yang disebutkan terdahulu harus sudah berlangsung sekurang-
kurangnya 6 minggu.
2.7 Penatalaksanaan
1. Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan
yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin
ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam jangka waktu yang lama.
2. OAINS ( obat anti implamasi non steroid) diberikan sejak dini untuk
mengatasi nyeri sendi akibat implamasi yang sering dijumpai. OAINS
yang diberikan :
a. Aspirin, pasien dibawah umur 65 tahun dapat dimulai dengan dosis
3-4 x1 g/hr, kemudian dinaikkan 0,3-0,6 perminggu sampai terjadi
perbaikan atau gejala toksik. Dosis terapi 20-30 mg/dl .
b. Ibupropen, naproksen, piroksikam, diklopenak dan sebagainya
3. DMARD( disease modifiying antirheumatoid drugs) digunakan untuk
melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat
arthritis rheumatoid.keputusan penggunaannya bergatung pada
pertimbangan resiko manfaat oleh dokter. Umunya segera diberikan
8

setelah diagnosis arthritis rheumatoid ditegakkan, atau bila respon


OAIND tidak ada, meski masih dalam kasus tersangka.
a. Klorokuin fosfat 250 mg/hr atau hidroksiklorokuin 400 mg/hr.
b. Sulfasalazin dalam tablet besalut enteric digunakan dalam dosis 1x500
mg/hr , ditinggalkan 500 mg/minggu, sampai dosis 4x500 mg.
c. D –penisilamin kurang disukai karena bekerja sangat lambat.
Digunakan dalam dosis 250-300 mg/hari. Kemudian dosis ditingkatkan
setiap 2-4 minggu sebesar 250-300 mg/hari untuk mencapai dosis total
4x250-300 mg/hari.
d. Garam emas adalah gold standart bagi DMARD.
e. Obat imunosupresif atau imonoregulator,metotreksak dosis dimulai
5-7-5 mg setiap minggu bila dalam 4 bulan tidak menunjukkan
perbaikkan, dosis harus ditingkatkan.
f. Koertikosteroid, hanya dipakai untuk pengobatan arthritis rheumatoid
dengan komplikasi berat dan mengancam jiwa seperti vaskulitis karena
obat ini memiliki efek samping sangat berat.
4. Rehabilitasi
Berujuan meningkatkan kyalitas harapan pasien, caranya natara
lain dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat, latihan,pemanasan
dan sebagainya. Fisioterapi dimulai segera setelah rasa sakit pada sendi
berkurang atau minimal.bila tidak juga berhasil mungkin diperlukan
pertimbangan untik tindakan operatif. Sering pula diperlukan alat-alat,
karena itu pengertian tentang rehabilitasi:
a. Pemakaian alat bidal, tongkat penyangga, kursi roda, sepatu dan
alat.
b. Alat ortotik protetik lainnya.
c. Terapi mekanik.
d. Pemanasan : baik hidroterapi maupun elektroterapi.
e. Occupatinal therapy.
5. Pembedahan
9

Jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan tidak


berhasil serta terdapat alasan yang cukup kuat, dapat dilakukan
pengobatan pembedahan, jenis pengobatan ini pada pasien atritis
rheumatoid umumnya bersifat orthopedic. Misalnya sinovektomi,
artrodesis, memperbaiki deviasi ulnar.
Untuk menilai kemajuan pengobatan dipakai parameter :
a. Lamanya morning stiffeness.
b. Banyaknya sendi nyeri bila digerakkan atau berjalan.
c. Kekuatan menggenggam (dinilai dengan tensimetera)
d. Waktu yang diperlukan untuk berjalan 10-15 meter.
e. Peningkatan LED.
f. Jumlah obat-onbatan yangdigunakan.

2.8 Komplikasi
1) Sistem respiratori
Peradangan pada sendi krikoaritenoid tidak jarang dijumpai pada
arthiritis rheumatoid. Gejala keterlibatan saluran nafas atas ini
dapat berupa nyari tenggorokan, nyeri menelan, atau disfonia yang
umumnya terasa lebih berat pada pagi hari. Pada arthritis
rheumatoid yang lanjut dapat pula dijumpai efusi pleura dan
fibrosis paru yang luas
2) Sistem kardivaskuler
Seperti halnya pada sistem respiratorik, pada Arthritis rheumatoid
jarang dijumpai gejala perikarditis berupa nyeri dada atau
gaangguan faal jantung. Akan tetapi pada beberapa pasien dapat
pula dijumpai gejala perikarditis yang berat. Lesi inflamatif yang
menyerupai nodul rheumatoid dapat dijumpai miokardium dan
katup jantung. Lesi ini dapat menyebabkan disfungsi katup,
fenomena embolisasi, gangguan konduksi,aortitis dan
kardiomiopati.
3) Sistem gastrointestinal
10

Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis


dan ulkus peptic yang merupakan komplikasi utama penggunaan
obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah
perjalanan penyakit (disease modifying antirheumatoid drugs,
DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas
utama pada arthritis reumatoid.
4) Sistem persarafan
Komplikasi neurologis yang sering dijumpai pada Arthiritis
rheumatoid umumnya tidak memeberikan gambaran yang jelas
sehingga sukar untuk membedakan komplikasi neurologis akibat
lesi artikular dari lesi neuropatik. Patogenesis komplikasi
neurologis pada umumnya berhubungan dengan mielopati akibat
instabilitas vertebre,servikal,neuropati,jepitan atau neuropati
iskemik akibat vaskulitis
5) Sistem perkemihan : Ginjal
Berbeda dengan lupus eritematosus sistemik pada Arthritis
rheumatoid jarang sekali dijumpai kelainan glomelural. Jika pada
pasien Arthritis rheumatoid dijumpai proteinuria, umumnya hal
tersebut lebih sering disebabkan karna efek samping pengobatan
seperti garam emas dan D-penisilamin atau terjadi sekunder akibat
amiloidosis. Walaupun kelainan ginjal interstisial dapat dijumpai
pada syndrom sjogren, umumnya kelainan tersebut lebih
banyakberhubungan dengan pengumuman OAINS. Penggunaan
OAINS yang tidak dapat terkontrol dapat sampai menimbulkan
nekrosis papilar ginjal.
6) Sistem hematologis
Anemia akibat penyakit kronik yang ditandai dengan gambarn
eritrosit normosistik-normokromik (hipokromik ringan) yang
disertai dengan kadar besi serum yang rendah serta kapasitas
pengikatan besi yang norml atau rendah merupakan gambaran
umum yang sering dijumpai pada Arthritis rheumatoid. Anemia
11

akibat penyakit kronik harus dibedakan dan anemia defisiensi besi


yang juga dapat dijumpai pada arthritis rheumatoid akibat
penggunaan OAINS atau DMARD yang menyebabkan erosi
mukosam lambung.
12

2.9 WOC REUMATOID


BAKTERI, MIKRO, VIRUS

PEREDARAN DARAH

MASUK KEPERSENDIAN

INFLAMASI

HORMONAL HEAT SHOCK PROTEIN


INFEKSI

ATRHIRIS REUMATOID

DEKS TRUKSI SENDI


PROGRESIF SINOVITIS

EROSI TULANG
TERBENTUK PANNUS
SENDI
INFAMASI

GANGGUAN PERMUKAAN SENDI


TIDAK RATA OTOT SPASME NYERI DAN BENGKAK
MOBILITAS FISIK
DAN PENDEK

MENGINFASI JARINGAN KERUSAKAN PADA


KOLAGEN PERMUKAAN SENDI RAWAN SENDI

FUSI TULANG YANG MK: RESIKO MK: NYERI


MEMBENTUK SENDI CEDERA
MEMECAH TULANG
SENDI
DEFORMITAS
GANGGUAN
STABILITAS SENDI

MK: KURANG PENGETAHUAN MK: GANGGUAN CITR TUBUH


13

2.10 ASUHAN KEPERAWATAN


MK: GANGGUAN
A. MOBILITAS
KASUS FISIK
Ny.M berusia 54 tahun,datang keklinik dengan keluhan Klien
mengatakan nyeri pada pergelangan kaki kanan, lutut kanan dan kiri, serta
pergelangan tangan kiri,Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-
tusuk,Klien mengatakan nyeri timbul pada malam dan pagi hari saat
bangun tidur,Klien mengatakan nyeri bertambah saat bergerak,Klien
mengatakan nyeri hilang timbul,Klien mengatakan sendi pergelangan kaki
kanan dan kiri terasa kaku,Klien mengatakan nyeri timbul karena kakinya
bengkak,Klien tampak berhati-hati bergerak,Status fungsional (katz indeks
AKS) B: kemandirian dalam semua hal kecuali mobilisasi,ROM terbatas
pada pergelangan kaki kanan dan kaki kiri karena nyeri,Klien
menggunakan tongkat saat berdiri dan berjalan,Skala kekuatan otot 5 atau
sedang,Kaki klien gemetar saat berdiri, Klien mengatakan selama sakit dan
di wisma tidak pernah bekerja/berkebun lagi,Klien mengatakan saat ini
sudah tidak ada lagi sumber pendapatan,Klien mengatakan pagi ini belum
mandi,Klien mengatakan kesulitan saat mandi,klien selalu bertanya-tanya
tentang penyakit apa yang diderita,klien juga bertanya tentang penyebab
dari penyakitnya.
Pada pengkajian fisik skala nyri nya 5 atau sedang,Ekspresi wajah
meringis,Ada oedema, kemerahan, dan kulit teraba panas pada area
dorsum pedis dextra,Nyeri tekan pada area dorsum pedis,Klien
mengatakan terasa kaku pada sendi pergelangan kaki kanan dan kiri,Klien
mengatakan jika ingin berdiri dan jalan harus dibantu dengan
tongkat,Klien mengatakan bila bergerak kakinya bertambah nyeri, Klien
jarang berinteraksi dengan penghuni panti yang lain,Klien tidak memiliki
sumber pendapatan,Rambut tampak acak-acakan,Penampilan tidak
rapi,Tercium bau badan klien,Kuku panjang dan kotor,Frekuensi mandi 2
kali/hari namun kurang bersih.pada pemeriksaan TTV terdapat : TD :
14

140/100 mmHg,suhu :36,7 derajat celcius,pernapasan :28 X/mnit,nadi :


84X/menit.

B. ASUHAN KEPERWATAN
1. PENGKAJIAN
Analisis data
1.Nama : Nyonya M
2.Umur : 54 Tahun
3.Jenis Kelamin : Perempuan
N DATA FOCUS MASALAH
o
1 DS: NYERI
  1. Klien mengatakan nyeri pada pergelangan kaki
kanan, lutut kanan dan kiri, serta pergelangan
tangan kiri.
  2. Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk.
     3. Klien mengatakan nyeri timbul pada malam
dan pagi hari saat bangun tidur.
     4.Klien mengatakan nyeri bertambah saat
bergerak.
     5. Klien mengatakan nyeri hilang timbul
  6. Klien mengatakan sendi pergelangan kaki
kanan dan kiri terasa kaku.
  7. Klien mengatakan nyeri timbul karena kakinya
bengkak.
15

DO:
        1. Ekspresi wajah meringis.
        2. Skala nyeri 5 (0-10) nyeri sedang.
3. Ada oedema, kemerahan, dan kulit teraba
panas pada area dorsum pedis dextra.
       4.  Ada nodul berisi pus pada pergelangan kaki
kanan dan lutut kiri. Nyeri tekan pada area
dorsum pedis.

2 DS: Kerusakan
     1. Klien mengatakan terasa kaku pada sendi imobilitas fisik
pergelangan kaki kanan dan kiri.
     2. Klien mengatakan jika ingin berdiri dan
jalan harus dibantu dengan tongkat.
      3. Klien mengatakan bila bergerak kakinya
bertambah nyeri
DO:
        1. Klien tampak berhati-hati bergerak.
    2. Status fungsional (katz indeks AKS) B:
kemandirian dalam semua hal kecuali
mobilisasi.
    3. ROM terbatas pada pergelangan kaki kanan
dan kaki kiri karena nyeri.
    4. Klien menggunakan tongkat (kruk) saat
berdiri dan berjalan.

3 DS: Perubahan
      1. Klien mengatakan selama sakit dan di wisma peran
tidak pernah bekerja/berkebun lagi.
   2. Klien mengatakan saat ini sudah tidak ada lagi
sumber pendapatan.
16

DO:
   1. Klien jarang berinteraksi dengan penghuni
panti yang lain.
   2. Status fungsional (katz indeks AKS) B:
kemandirian dalam semua hal kecuali
mobilisasi.
     3. Klien tidak memiliki sumber pendapatan.

4 DS: Defisit
        1. Klien mengatakan pagi ini belum mandi. perawatan diri
        2. Klien mengatakan kesulitan saat mandi.
DO:
       1. Rambut tampak acak-acakan.
        2. Penampilan tidak rapih.
        3. Tercium bau badan klien.
        4. Kuku panjang dan kotor.
5. Frekuensi mandi 2 kali/hari namun kurang
bersih.

5 DS: Resiko cedera


1. Klien mengatakan terasa kaku pada
sendi pergelangan kaki kanan dan
kiri,Klien mengatakan jika ingin berdiri
dan jalan harus dibantu dengan tongkat.
DO :
1. Klien menggunakan tongkat saat berdiri
dan berjalan.
2. Kaki klien gemetar saat berdiri.

2. Diagnosa dan Intervensi


1.Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
17

Dapat dibuktikan oleh : Keluhan nyeri, ketidaknyamanan, kelelahan,


berfokus pada diri sendiri, Perilaku distraksi/ respons autonomic.Perilaku yang
bersifat hati-hati/ melindungi.

Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan:

• Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol

• Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai


kemampuan.
• Mengikuti program farmakologis yang diresepkan

• Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam


program kontrol nyeri.

N INTERVENSI RASIONAL
O
1. a. Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi a.Membantu dalam menentukan
dan intensitas (skala 0-10). Catat
kebutuhan manajemen nyeri
faktor-faktor yang mempercepat dan
tanda-tanda rasa sakit non verbal. dan keefektifan program.
b. Berikan matras/ kasur keras, bantal
b.Matras yang lembut/ empuk,
kecil,. Tinggikan linen tempat tidur
sesuai kebutuhan. bantal yang besar akan
c. Tempatkan/ pantau penggunaan
mencegah pemeliharaan
bantl, karung pasir, gulungan
trokhanter, bebat, brace. kesejajaran tubuh yang tepat,
d. Dorong untuk sering mengubah
menempatkan stress pada sendi
posisi,. Bantu untuk bergerak di
tempat tidur, sokong sendi yang sakit yang sakit. Peninggian linen
di atas dan bawah, hindari gerakan
tempat tidur menurunkan
yang menyentak.
e. Anjurkan pasien untuk mandi air tekanan pada sendi yang
hangat atau mandi pancuran pada
terinflamasi/nyeri.
waktu bangun dan/atau pada waktu
tidur. Sediakan waslap hangat untuk c.Mengistirahatkan sendi-sendi
mengompres sendi-sendi yang sakit
yang sakit dan mempertahankan
beberapa kali sehari. Pantau suhu air
kompres, air mandi, dan sebagainya. posisi netral. Penggunaan brace
f. Berikan masase yang lembut
dapat menurunkan nyeri dan
g. Dorong penggunaan teknik
manajemen stres, misalnya relaksasi dapat mengurangi kerusakan
progresif,sentuhan terapeutik, biofeed
pada sendi.
back, visualisasi, pedoman imajinasi,
18

hypnosis diri, dan pengendalian napas. d.Mencegah terjadinya


h.Libatkan dalam aktivitas hiburan
kelelahan umum dan kekakuan
yang sesuai untuk situasi individu.
i. Beri obat sebelum aktivitas/ latihan sendi. Menstabilkan sendi,
yang direncanakan sesuai petunjuk.
mengurangi gerakan/ rasa sakit
j. Kolaborasi: Berikan obat-obatan
sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat) . pada sendi.
k. Berikan kompres dingin jika
e.Panas meningkatkan relaksasi
dibutuhkan.
otot, dan mobilitas, menurunkan
rasa sakit dan melepaskan
kekakuan di pagi hari.
Sensitivitas pada panas dapat
dihilangkan dan luka dermal
dapat disembuhkan.
f. meningkatkan relaksasi/
mengurangi nyeri.
g.Meningkatkan relaksasi,
memberikan rasa kontrol dan
mungkin meningkatkan
kemampuan koping.
h. Memfokuskan kembali
perhatian, memberikan
stimulasi, dan meningkatkan
rasa percaya diri dan perasaan
sehat.
i. Meningkatkan realaksasi,
mengurangi tegangan otot/
spasme, memudahkan untuk
ikut serta dalam terapi.

j. sebagai anti inflamasi dan


efek analgesik ringan dalam
mengurangi kekakuan dan
meningkatkan mobilitas.
k.Rasa dingin dapat
menghilangkan nyeri dan
bengkak selama periode akut.
19

2.Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal,nyeri,


penurunan kekuatan otot.
Dapat dibuktikan oleh : Keengganan untuk mencoba bergerak/
ketidakmampuan untuk dengan sendiri bergerak dalam lingkungan
fisik.Membatasi rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi, penurunan
kekuatan otot/ kontrol dan massa ( tahap lanjut).
Hasil yang diharapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :
• Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan
kontraktur.
• Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau
kompensasi bagian tubuh.
• Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan
aktivitas
N INTERVENSI RASIONAL
O
a.Evaluasi/ lanjutkan pemantauan Tingkat aktivitas/ latihan
tingkat inflamasi/ rasa sakit pada
tergantung dari perkembangan/
sendi.
b. Pertahankan istirahat tirah baring/ resolusi dari peoses inflamasi.
duduk jika diperlukan jadwal
Istirahat sistemik dianjurkan
aktivitas untuk memberikan periode
istirahat yang terus menerus dan tidur selama eksaserbasi akut dan
malam hari yang tidak terganggu.
seluruh fase penyakit yang
c. Bantu dengan rentang gerak
aktif/pasif, demikiqan juga latihan penting untuk mencegah
resistif dan isometris jika
kelelahan mempertahankan
memungkinkan.
d. Ubah posisi dengan sering dengan kekuatan.
jumlah personel cukup.
Mempertahankan/ meningkatkan
Demonstrasikan/ bantu tehnik
pemindahan dan penggunaan bantuan fungsi sendi, kekuatan otot dan
mobilitas, mis, trapeze
stamina umum. Catatan : latihan
e. Posisikan dengan bantal, kantung
pasir, gulungan trokanter, bebat, tidak adekuat menimbulkan
brace.
kekakuan sendi, karenanya
f. Gunakan bantal kecil/tipis di
bawah leher. aktivitas yang berlebihan dapat
g. Dorong pasien mempertahankan
merusak sendi.
postur tegak dan duduk tinggi,
20

berdiri, dan berjalan.


 h. Berikan lingkungan yang aman,
misalnya menaikkan kursi,
menggunakan pegangan tangga pada
toilet, penggunaan kursi rodai.
Menghilangkan tekanan pada
Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi. jaringan dan meningkatkan
sirkulasi. Mempermudah
j. Kolaborasi: Berikan matras busa/
pengubah tekanan. perawatan diri dan kemandirian
k. Kolaborasi: berikan obat-obatan
pasien. Tehnik pemindahan yang
sesuai indikasi (steroid).
tepat dapat mencegah robekan
abrasi kulit.
Meningkatkan stabilitas
( mengurangi resiko cidera ) dan
memerptahankan posisi sendi
yang diperlukan dan kesejajaran
tubuh, mengurangi kontraktor.
Mencegah fleksi leher.
Memaksimalkan fungsi sendi dan
mempertahankan mobilitas.
Menghindari cidera akibat
kecelakaan/ jatuh.
Berguna dalam
memformulasikan program
latihan/ aktivitas yang
berdasarkan pada kebutuhan
individual dan dalam
mengidentifikasikan alat.
Mungkin dibutuhkan untuk
menekan sistem inflamasi akut.

3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan


perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
21

Dapat dibuktikan oleh : Perubahan fungsi dari bagian-bagian yang sakit.


Bicara negatif tentang diri sendiri, fokus pada kekuatan masa lalu, dan
penampilan.
Perubahan pada gaya hidup/ kemapuan fisik untuk melanjutkan peran, kehilangan
pekerjaan, ketergantungan pada orang terdekat.
Perubahan pada keterlibatan sosial; rasa terisolasi.
Perasaan tidak berdaya, putus asa.

Hasil yang diharapkan / kriteria Evaluasi-Pasien akan :


• Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk
menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan
keterbatasan.
• Menyusun rencana realistis untuk masa depan.

N INTERVENSI RASIONAL
O
a.Dorong pengungkapan mengenai Berikan kesempatan untuk
masalah tentang proses penyakit, mengidentifikasi rasa takut/
harapan masa depan. kesalahan konsep dan
b. Diskusikan arti dari kehilangan/ menghadapinya secara langsung.
perubahan pada pasien/orang Mengidentifikasi bagaimana
terdekat. Memastikan bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi
pandangaqn pribadi pasien dalam diri dan interaksi dengan orang
memfungsikan gaya hidup sehari- lain akan menentukan kebutuhan
hari, termasuk aspek-aspek seksual. terhadap intervensi/ konseling
c.Diskusikan persepsi lebih lanjut.
pasienmengenai bagaimana orang Isyarat verbal/non verbal orang
terdekat menerima keterbatasan. terdekat dapat mempunyai
d. Akui dan terima perasaan berduka, pengaruh mayor pada bagaimana
bermusuhan, ketergantungan. pasien memandang dirinya
e. Perhatikan perilaku menarik diri, sendiri.
penggunaan menyangkal atau terlalu Nyeri konstan akan melelahkan,
memperhatikan perubahan. dan perasaan marah dan
22

f. Susun batasan pada perilaku mal bermusuhan umum terjadi.


adaptif. Bantu pasien untuk Dapat menunjukkan emosional
mengidentifikasi perilaku positif yang ataupun metode koping
dapat membantu koping. maladaptive, membutuhkan
g. Ikut sertakan pasien dalam intervensi lebih lanjut.
merencanakan perawatan dan Membantu pasien untuk
membuat jadwal aktivitas. mempertahankan kontrol diri,
h. Bantu dalam kebutuhan perawatan yang dapat meningkatkan
yang diperlukan. perasaan harga diri.
i. Berikan bantuan positif bila perlu. Meningkatkan perasaan harga
diri, mendorong kemandirian,
j. Kolaborasi: Rujuk pada konseling dan mendorong berpartisipasi
psikiatri, mis: perawat spesialis dalam terapi.
psikiatri, psikolog.
k. Kolaborasi: Berikan obat-obatan Mempertahankan penampilan
sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan yang dapat meningkatkan citra
obat-obatan peningkat alam perasaan. diri.
Memungkinkan pasien untuk
merasa senang terhadap dirinya
sendiri. Menguatkan perilaku
positif. Meningkatkan rasa
percaya diri.
Pasien/orang terdekat mungkin
membutuhkan dukungan selama
berhadapan dengan proses
jangka panjang/
ketidakmampuan
Mungkin dibutuhkan pada saat
munculnya depresi hebat sampai
pasien mengembangkan
kemapuan koping yang lebih
efektif.
23

4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal,


penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
Dapat dibuktikan oleh : Ketidakmampuan untuk mengatur kegiatan sehari-hari.
Hasil yang diharapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :
• Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan
kemampuan individual.
• Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan
perawatan diri.
• Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi
kebutuhan perawatan diri.
NO INTERVENSI RASIONAL
a.Diskusikan tingkat fungsi Mungkin dapat melanjutkan aktivitas
umum (0-4) sebelum timbul
umum dengan melakukan adaptasi
awitan/ eksaserbasi penyakit
dan potensial perubahan yang yang diperlukan pada keterbatasan
sekarang diantisipasi.
saat ini.
b. Pertahankan mobilitas,
kontrol terhadap nyeri dan Mendukung kemandirian
program latihan.
fisik/emosional.
c. Kaji hambatan terhadap
partisipasi dalam perawatan Menyiapkan untuk meningkatkan
diri. Identifikasi /rencana untuk
kemandirian, yang akan
modifikasi lingkungan.
d. Kolaborasi: Konsul dengan meningkatkan harga diri.
ahli terapi okupasi.
Berguna untuk menentukan alat bantu
e. Kolaborasi: Atur evaluasi
kesehatan di rumah sebelum untuk memenuhi kebutuhan
pemulangan dengan evaluasi
individual. Mis; memasang kancing,
setelahnya.
f. Kolaborasi : atur konsul menggunakan alat bantu memakai
dengan lembaga lainnya, mis:
sepatu, menggantungkan pegangan
pelayanan perawatan rumah,
ahli nutrisi. untuk mandi pancuran.
Mengidentifikasi masalah-masalah
yang mungkin dihadapi karena tingkat
kemampuan aktual.
Mungkin membutuhkan berbagai
bantuan tambahan untuk persiapan
situasi di rumah.
24

5.resiko cedera berhubungan dengan kelemahan otot


NO INTERVENSI RASIONAL
a.Berikan obat anti rematik. a.meminimalkan rasa nyeri.
b.Anjurkan klien berhati-hati saat b.Sikap yang tidak berhati-hati
berdiri dan berjalan . memicu tingkat cedera yang
c.Anjurkan klien duduk apabilanyeri tinggi.
saat berdiri atau berjalan. c.menyarankan pasien untuk
d.Anjurkan klien menggunakan duduk
tongkat atau alat bantu jalan. d.meminimalakan tingkat
e.Jelaskan kepada keluarga klien cedera.
tentang teknik menolong klien saat e.meringankan tugas perawat
timbul nyeri rematik. sekaligus pertolongan pertama
pada klien dalam keadaan
mendadak.
3. .Evaluasi
         Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol.
         Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam
aktivitas sesuai kemampuan.
         Mengikuti program farmakologis yang diresepkan.
         Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/
pembatasan kontraktur.
         Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi
dari dan/ atau kompensasi bagian tubuh.
         Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan
melakukan aktivitas
        Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam
kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya
hidup, dan kemungkinan keterbatasan
         Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang
konsisten dengan kemampuan individual.
25

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Arthritis rheumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik
dengan manifestasi utama poliarthiritis progresif dan melibatkan seluruh organ
tubuh.Penyebab dari rematik adalah biasanya di sebbkan oleh infeksi hormnal,
heat shock protein .
Ada beberapa gejala klinis yang lazim ditemukan pada penderita arthritis
rheumatoid. Gejala klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang
bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gejala aran klinis yang sangat
bervariasi

3.2 SARAN
Sebaiknya kepada setiap orang dewasa maupun remaja mengerti tentang
asuhan keperawatan gerontik karena prawatan ini sangat di perlukan dikala ada
salah satu anggota kluarga yang bisa di sebut lansia. Akan mengalami gangguan
pada gusi orang dan setiap sistem organnya contohnya seperti rematik.

13
26

Daftar Pustaka
Ns. Reni Yuli Aspiani,s.kep. 2014. Asuhan Keperawatan Gerontik Jilid 1. Jakarta:
CV.Trans Info Media.
Akmal, Motaroh dkk.2016. Ensiklopedi Kesehatan Umum. Jogjakarta:Ar-Ruzz
Media.

Anda mungkin juga menyukai