Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Arthritis Reumatoid (AR) adalah suatu penyakit sistematik yang bersifat

progresif, yang cenderung menjadi kronis dan menyerang sendi serta jaringan

lunak. Artritis rheumatoid adalah suatu penyakit autoimun dimana, secara

simetris persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan

sehingga menyebabkan terjadinya pembengkakan, nyeri, dan sering kali

menyebabkan kerusakan pada bagian dalam sendi. Karakteristik artritis

rheumatoid adalah radang cairan sendi (sinovitis inflamatoir) yang persisten,

biasanya menyerang sendi-sendi perifer dengan penyebaran yang simetris

(Junaidi, 2013)

Penderita artritis reumatoid di seluruh dunia telah mencapai angka 355

juta jiwa, artinya 1 dari 6 orang di dunia ini menderita artritis reumatoid.

Organisasi kesehatan dunia (WHO) melaporkan bahwa 20%, penduduk dunia

terserang penyakit artritis reumatoid. Dimana 5-10% adalah mereka yang

berusia 5-20 tahun dan 20% mereka yang berusia 55 tahun. (Junaidi,2013)

Prevalensi penyakit sendi atau Rematik di Indonesia berdasar diagnosis

sebesar 11,9% dan berdasar diagnosis atau gejala sebesar 24,7%. Prevalensi

berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan tertinggi berada di Bali yaitu

berjumlah 19,3% dan terendah di Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu sebesar

5,6%. Sedangkan prevalensi penyakit sendi di provinsi Sumatera Selatan

berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 8,4% dan berdasarkan

diagnosis atau gejala sebesar 15,6% (Riskesdas, 2013).

1
2

Dampak dari penyakit rematik adalah terganggunya aktivitas karena

nyeri, tulang menjadi keropos, terjadi perubahan bentuk tulang. Dari 100 jenis

rematik, diketahui Artritis Reumatoid yang dapat menyebabkan kecacatan

yang paling parah pada penderitanya. Asupan makanan yang kurang sehat,

kurangnya berolahraga, stress dan lain sebagainya diketahui sebagai faktor

pencetus terjadinya rematik. Salah satu solusi untuk penyakit ini adalah dengan

menjaga perilaku hidup sehat baik dari aktivitas, seperti rajin berolahraga, dan

memenuhi kebutuhan nutrisi dengan sempurna dengan cara memenuhi asupan

makanan yang bergizi, hal itu dianjurkan untuk mengurangi kekakuan pada

sendi, dan untuk meminimalisirkan bagi yang sudah menderita penyakit

rematik tidak berulang atau mengalami kekambuhan (Purwoastuti, 2009).

Pada keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan artritis reumatoid

tentu saja akan berdampak pada ekonomi keluarga tersebut karena kronisitas

serta resiko kecacatan yang dialami penderita menyebabkan banyaknya

pengeluaran yang akan digunakan untuk meminimalisir tingkat keparahan

penyakit. Selain itu, karena artritis reumatoid dapat menimbulkan kelemahan

yang disebabkan oleh serangan nyeri yang terus menerus, maka hal ini

mengakibatkan penderita tidak mampu untuk melakukan kegiatan sehari-hari

secara mandiri. Hal tersebut tentu saja menyebabkan penderita akan sangat

bergantung pada keluarga untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti

mandi, berjalan, buang air kecil dan lain sebagainya (Lukman, 2009)

Mengingat bahwa banyaknya penderita artritis reumatoid serta besarnya

dampak yang ditimbulkan dari penyakit ini, maka upaya promotif dan

preventif sangat besar peranannya dalam penanganan masalah artritis


3

reumatoid yaitu melalui upaya binaan terhadap keluarga. Oleh karena itu,

dalam menanggulangi dampak tersebut, peran perawat sebagai pemberi asuhan

keperawatan, konselor, pendidik, atau peneliti agar keluarga dapat mengenal

tanda bahaya dini gangguan kesehatan pada anggota keluarganya sangat

diperlukan sehingga apabila keluarga tersebut mempunyai masalah kesehatan,

mereka tidak datang ke pelayanan kesehatan dalam keadaan kronis. Perawat

keluarga juga memiliki peran yang sangat strategis dalam pemberdayaan

kesehatan dalam sebuah keluarga sehingga keluarga mampu menjalankan 5

tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan keluarga,

mengambil keputusan tindakan yang tepat bagi keluarga, merawat anggota

keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan untuk menjamin kesehatan

keluarga serta memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan baik

sehingga upaya pencegahan maupun pengobatan dapat berjalan dengan baik

(Harmoko, 2012)

Berdasarkan data dan permasalahan diatas, penulis merasa perlu untuk

menyusun Makalah tentang “Konsep Dasar Rematik Dan Asuhan

Keperawatan Rematik”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah difokuskan kepada salah satu jenis rematik

yaitu Arthritis Reumatoid (AR dan Asuhan Keperawatan dengan Artritis

Reumatoid.
4

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu secara teoritis Keperawatan Pada penderita Artritis

Reumatoid pada umumnya terutama wilayah Indonesia

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan Pengkajian teori Keperawatan Pada Artritis Reumatoid dengan

literature dan teori yang pernah dipelajari.

b. Melakukan Pengkajian teori, pencegahan dan evaluasi Keperawatan Pada

Artritis Reumatoid dengan literature dan teori yang pernah dipelajari.

D. Manfaat Penulisan

1. Untuk Penulis

Penulisan ini merupakan wadah penerapan ilmu pengetahuan yang

telah didapat, memberikan pengalaman dalam bidang penelitian, dan

menambah pengetahuan penulis, terutama mengenai asuhan keperawatan

pada klien artritis reumatoid

2. Untuk Perawat Komunitas

Penulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan, sumber

pemikiran, dan pedoman bagi profesi keperawatan dalam upaya

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan pelayanan keperawatan.

3. Untuk Institusi Pendidikan

Penulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan dan pustaka bagi

pembaca, mahasiswa, dan penulis lainnya serta merupakan bahan evaluasi

tentang rangkaian kegiatan proses pembelajaran. Serta diharapkan dapat

digunakan oleh mahasiswa dan pendidik untuk mengembangkan metode


5

pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan kemampuan mahasiswa

dalam memahami dan menerapkan asuhan keperawatan.


6

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

1. Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik

yang tidak diketahui penyebabnya, dikarakteristikan oleh kerusakan

dan proliferasi membran sinovial, yang menyebabkan,kerusakan pada

sendi tulang ankilosis, dan deformitas. (Doenges, E Marilynn, 2000 :

hal 859).

2. Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik

yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan

tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat,

2006)

3. Artritis Reumatoid adalah gangguan autoimun kronik yang

menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 :

1248).

B. KLASIFIKASI

Klasifikasi Rheumatoid Arthritis :

Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:

1. Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda

dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit

dalam waktu 6 minggu.


7

2. Rheumatoid arthritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda

dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit

dalam waktu 6 minggu.

3. Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria

tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling

sedikit dalam waktu 6 minggu.

4. Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria

tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling

sedikit dalam waktu 3 bulan.

C. ETIOLOGI

Penyebab utama penyakit reumatik masih belum diketahui secara

pasti.Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal

dan faktor sistem reproduksi.Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi

seperti bakteri, mikoplasma dan virus (Lemone & Burke, 2001). Ada beberapa

teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis reumatoid, yaitu:

1. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.

2. Endokrin

3. Autoimmun

4. Metabolik

5. Faktor genetik serta pemicu lingkungan

Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun

dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi

mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikroplasma atau grup
8

difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi

penderita.

D.PATOFISIOLOGI

Antigen mengaktivasi CD4+ sel T yang menstimulasi monosit, makrofag

dan syinovial fibroblas untuk memproduksi interleukin-1, interleukin-6 dan TNF-

α untuk mensekresikan matrik metaloproteinase melalui hubungan antar sel

dengan bantuan CD69 dan CD11 melalui pelepasan mediator-mediator pelarut

seperti interferon-γ dan interleukin-17. Interleukin-1, interlukin-6 dan TNF-α

merupakan kunci terjadinya inflamasi pada rheumatoid arthritis.

Arktifasi CD4+ sel T juga menstimulasi sel B melalui kontak sel secara

langsung dan ikatan dengan α1β2 integrin, CD40 ligan dan CD28 untuk

memproduksi immunoglobulin meliputi rheumatoid faktor. Sebenarnya fungsi

dari rhumetoid faktor ini dalam proses patogenesis reumatoid artritis tidaklah

diketahui secara pasti, tapi kemungkinan besar reumatoid faktor mengaktiflkan

berbagai komplemen melalui pembentukan immun kompleks.aktifasi CD4+ sel T

juga mengekspresikan osteoclastogenesis yang secara keseluruhan ini

menyebabkan gangguan sendi. Aktifasi makrofag, limfosit dan fibroblas juga

menstimulasi angiogenesis sehingga terjadi peningkatan vaskularisasi yang

ditemukan pada synovial penderita reumatoid artritis.


9

E.PATHWAY
10

F.MANIFESTASI KLINIS

Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :

1. Nyeri persendian

2. Bengkak (Rheumatoid nodule)

3. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari

4. Terbatasnya pergerakan

5. Sendi-sendi terasa panas

6. Demam (pireksia)

7. Anemia

8. Berat badan menurun

9. Kekuatan berkurang

10. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi

11. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal

Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :

1. Gerakan menjadi terbatas

2. Adanya nyeri tekan

3. Deformitas bertambah pembengkakan

4. Kelemahan

5. Depresi

GejalaExtraartikular :

a. pada jantung :

 Rheumatoid heard diseasure

 Valvula lesion (gangguan katub)

 Pericarditis
11

 Myocarditis

b. pada mata :

 Keratokonjungtivitis

 Scleritis

c. pada lympa : Lhymphadenopathy

d. pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis

e. pada otot : Mycsitis

G.KOMPLIKASI

 Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya proses

granulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.

 Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.

 Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.

Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang

disebabkan oleh adanya darah yang membeku.

 Terjadi splenomegali.

Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar

kemampuannya untuk  menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih

dan trombosit dalam sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan

meningkat.

H.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

 Faktor Reumatoid : positif pada 80-95% kasus


12

 Fiksasi lateks: Positif pada 75 % dari kasus-kasus khas.

 Reaksi-reaksi aglutinasi : Positif pada lebih dari 50% kasus-kasus khas.

 LED : Umumnya meningkat pesat ( 80-100 mm/h) mungkin kembali

normal sewaktu gejala-gejala meningkat

 Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.

 SDP: Meningkat pada waktu timbul prosaes inflamasi.

 JDL : umumnya menunjukkan anemia sedang.

 Ig ( Ig M dan Ig G); peningkatan besar menunjukkan proses autoimun

sebagai penyebab AR.

 Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan

lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan

( perubahan awal ) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil

jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara

bersamaan.

 Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium

 Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan

irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi

 Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar

dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi,

produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit,

penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).

 Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan

perkembangan panas.
13

Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang

simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap

sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau

gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen.

Kriteria Artritis rematoid menurut American Reumatism Association ( ARA )

adalah:

1. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari ( Morning Stiffness ).

2. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada satu

sendi.

3. Pembengkakan ( oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan ) pada

salah satu sendi secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu.

4. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.

5. Pembengkakan sendi yanmg bersifat simetris.

6. Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor.

7. Gambaran foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid

8. Uji aglutinnasi faktor rheumatoid

9. Pengendapan cairan musin yang jelek

10. Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia

11. gambaran histologik yang khas pada nodul.

Berdasarkan kriteria ini maka disebut :

Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6

minggu

Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6


14

minggu.

Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurang-

kurangnya selama 4 minggu.

I. PENATALAKSANAAN

1. Medis

Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :

 Termoterapi

 Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat

 Pemberian Obat-obatan :

 Anti Inflamasi non steroid (NSAID) contoh:aspirin yang

diberikan pada dosis yang telah ditentukan.

 Obat-obat untuk Reumatoid Artitis : Acetyl salicylic acid,

Cholyn salicylate (Analgetik, Antipyretik, Anty Inflamatory).

Pembedahan menjadi pilihan apabila pemberian obat-obatan tidak berhasil

mencegah dan memperlambat kerusakan sendi. Pembedahan dapat

mengembalikan fungsi dari sendi anda yang telah rusak. Prosedur yang dapat

dilakukan adalah artroplasti, perbaikan tendon, sinovektomi.

2. Keperawatan

 Pendidikan :meliputi tentang pengertian, patofisiologi,

penyebab, dan prognosis penyakit ini

 Istirahat : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat


15

 Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi

berkurang, ini bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi

pasien.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

J.PENGKAJIAN

Data dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan

organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan

misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-

bentuk arthritis lainnya.

1. Aktivitas/ istirahat

Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan

stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral

dan simetris.

Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu

senggang, pekerjaan, keletihan.

Tanda : Malaise

Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktur/ kelaianan

pada sendi.

2. Kardiovaskuler

Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( pucat intermitten,

sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali

normal)
16

3. Integritas ego

Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan,

ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.

Keputusan dan ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan )

Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya

ketergantungan pada orang lain).

4. Makanan/ cairan

Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi

makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksia

Kesulitan untuk mengunyah ( keterlibatan TMJ )

Tanda : Penurunan berat badan

Kekeringan pada membran mukosa.

5. Hygiene

Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan

pribadi. Ketergantungan

6. Neurosensori

Tanda: Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada

jari tangan.

Gejala : Pembengkakan sendi simetris.

7. Nyeri/ kenyamanan

Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh

pembengkakan jaringan lunak pada sendi )

8. Keamanan

Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus.


17

Lesi kulit, ulkus kaki.

Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah

tangga.

Demam ringan menetap

Kekeringan pada meta dan membran mukosa.

9. Interaksi sosial

Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain;

perubahan peran; isolasi

K.DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh

akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal,

nyeri, penurunan kekuatan otot.

3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan

dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas

umum, peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.

4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan

musculoskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu

bergerak, depresi.

L.INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi

cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.

Dapat dibuktikan oleh : Keluhan nyeri, ketidaknyamanan, kelelahan,

berfokus pada diri sendiri, Perilaku distraksi/ respons autonomic


18

Perilaku yang bersifat hati-hati/ melindungi.

Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan:

• Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol

• Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas

sesuai kemampuan.

• Mengikuti program farmakologis yang diresepkan

• Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam

program kontrol nyeri.

Intervensi dan Rasional :

1. Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat

faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal

(R/ Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan

keefektifan program

2. Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen tempat

tidur sesuai kebutuhan (R/Matras yang lembut/ empuk, bantal yang

besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat,

menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat

tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi/nyeri)

3. Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir, gulungan

trokhanter, bebat, brace. (R/ Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit

dan mempertahankan posisi netral. Penggunaan brace dapat

menurunkan nyeri dan dapat mengurangi kerusakan pada sendi)

4. Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di

tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari
19

gerakan yang menyentak. (R/ Mencegah terjadinya kelelahan umum

dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa

sakit pada sendi)

5. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada

waktu bangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat

untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau

suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya. (R/ Panas meningkatkan

relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan

kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan

luka dermal dapat disembuhkan)

6. Berikan masase yang lembut (R/meningkatkan relaksasi/ mengurangi

nyeri)

7. Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi

progresif,sentuhan terapeutik, biofeed back, visualisasi, pedoman

imajinasi, hypnosis diri, dan pengendalian napas. (R/ Meningkatkan

relaksasi, memberikan rasa kontrol dan mungkin meningkatkan

kemampuan koping)Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai

untuk situasi individu. (R/ Memfokuskan kembali perhatian,

memberikan stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri dan

perasaan sehat)

8. Beri obat sebelum aktivitas/ latihan yang direncanakan sesuai

petunjuk. (R/ Meningkatkan realaksasi, mengurangi tegangan otot/

spasme, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi)


20

9. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat)

(R/ sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi

kekakuan dan meningkatkan mobilitas.)Berikan kompres dingin jika

dibutuhkan (R/ Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak

selama periode akut)

3.Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal,

nyeri, penurunan kekuatan otot.

Dapat dibuktikan oleh : Keengganan untuk mencoba bergerak/ ketidakmampuan

untuk dengan sendiri bergerak dalam lingkungan fisik.

Membatasi rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi, penurunan kekuatan

otot/ kontrol dan massa ( tahap lanjut ).

Hasil yang diharapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :

• Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur.

• Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau

kompensasi bagian tubuh.

• Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas

Intervensi dan Rasional:

a. Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit

pada sendi (R/ Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari

perkembangan/ resolusi dari peoses inflamasi)

b. Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal

aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus

menerus dan tidur malam hari yang tidak terganmggu.(R/

Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan


21

seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan

mempertahankan kekuatan)

c. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikiqan juga latihan

resistif dan isometris jika memungkinkan (R/

Mempertahankan/ meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot

dan stamina umum. Catatan : latihan tidak adekuat

menimbulkan kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang

berlebihan dapat merusak sendi)

d. Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup.

Demonstrasikan/ bantu tehnik pemindahan dan penggunaan

bantuan mobilitas, mis, trapeze (R/ Menghilangkan tekanan

pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi. Mempermudah

perawatan diri dan kemandirian pasien. Tehnik pemindahan

yang tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit)

e. Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter,

bebat, brace (R/ Meningkatkan stabilitas ( mengurangi resiko

cidera ) dan memerptahankan posisi sendi yang diperlukan dan

kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktor)

f. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher. (R/ Mencegah fleksi

leher

g. Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi,

berdiri, dan berjalan (R/ Memaksimalkan fungsi sendi dan

mempertahankan mobilitas)
22

h. Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi,

menggunakan pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi

roda. (R/ Menghindari cidera akibat kecelakaan/ jatuh)

i. Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi. (R/ Berguna dalam

memformulasikan program latihan/ aktivitas yang berdasarkan

pada kebutuhan individual dan dalam mengidentifikasikan alat

j. Kolaborasi: Berikan matras busa/ pengubah tekanan. (R/

Menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah untuk

mengurangi risiko imobilitas)

k. Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid). (R/

Mungkin dibutuhkan untuk menekan sistem inflamasi akut).

3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan

perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan

penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.

Dapat dibuktikan oleh : Perubahan fungsi dari bagian-bagian yang sakit.

Bicara negatif tentang diri sendiri, fokus pada kekuatan masa lalu, dan

penampilan.

Perubahan pada gaya hidup/ kemapuan fisik untuk melanjutkan peran,

kehilangan pekerjaan, ketergantungan pada orang terdekat. Perubahan pada

keterlibatan sosial; rasa terisolasi. Perasaan tidak berdaya, putus asa.

Hasil yang diharapkan / kriteria Evaluasi-Pasien akan :

• Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk

menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan


23

keterbatasan.

• Menyusun rencana realistis untuk masa depan.

Intervensi dan Rasional:.

1. Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit,

harapan masa depan. (R/Berikan kesempatan untuk

mengidentifikasi rasa takut/ kesalahan konsep dan menghadapinya

secara langsung)

2. Diskusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang

terdekat. Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi pasien dalam

memfungsikan gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek

seksual. (R/Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi

persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan menentukan

kebutuhan terhadap intervensi/ konseling lebih lanjut)

3. Diskusikan persepsi pasienmengenai bagaimana orang terdekat

menerima keterbatasan. (R/ Isyarat verbal/non verbal orang

terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien

memandang dirinya sendiri)

4. Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan.

(R/ Nyeri konstan akan melelahkan, dan perasaan marah dan

bermusuhan umum terjadi

5. Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau

terlalu memperhatikan perubahan. (R/ Dapat menunjukkan

emosional ataupun metode koping maladaptive, membutuhkan

intervensi lebih lanjut)


24

6. Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien untuk

mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping. (R/

Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang dapat

meningkatkan perasaan harga diri)

7. Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat

jadwal aktivitas. (Meningkatkan perasaan harga diri, mendorong

kemandirian, dan mendorong berpartisipasi dalam terapi

8. Bantu dalam kebutuhan perawatan yang diperlukan.(R/

Mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri)

9. Berikan bantuan positif bila perlu. (R/ Memungkinkan pasien

untuk merasa senang terhadap dirinya sendiri. Menguatkan

perilaku positif. Meningkatkan rasa percaya diri)

10. Kolaborasi: Rujuk pada konseling psikiatri, mis: perawat spesialis

psikiatri, psikolog. (R/ Pasien/orang terdekat mungkin

membutuhkan dukungan selama berhadapan dengan proses jangka

panjang/ ketidakmampuan)

11. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti ansietas

dan obat-obatan peningkat alam perasaan. (R/ Mungkin dibutuhkan

pada sat munculnya depresi hebat sampai pasien mengembangkan

kemapuan koping yang lebih efektif)

4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal,

penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi. Dapat

dibuktikan oleh : Ketidakmampuan untuk mengatur kegiatan sehari-hari.


25

Hasil yang diharapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :

• Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan

kemampuan individual.

• Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi

kebutuhan perawatan diri.

• Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi

kebutuhan perawatan diri.

Intervensi dan Rasional:

1. Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/

eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang sekarang

diantisipasi. (R/ Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan

melakukan adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini).

2. Pertakhankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.

(R/ Mendukung kemandirian fisik/emosional)

3. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri.

Identifikasi /rencana untuk modifikasi lingkungan. (R/ Menyiapkan

untuk meningkatkan kemandirian, yang akan meningkatkan harga

diri)

4. Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi. (R/ Berguna untuk

menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individual. Mis;

memasang kancing, menggunakan alat bantu memakai sepatu,

menggantungkan pegangan untuk mandi pancuran)


26

5. Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan

dengan evaluasi setelahnya. (R/ Mengidentifikasi masalah-masalah

yang mungkin dihadapi karena tingkat kemampuan aktual)

6. Kolaborasi : atur konsul dengan lembaga lainnya, mis: pelayanan

perawatan rumah, ahli nutrisi. (R/ Mungkin membutuhkan berbagai

bantuan tambahan untuk persiapan situasi di rumah)


27

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Arthritis rheumatoid adalah penyakit sistemik dengan gejala ekstra-

artikuler. ( Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,Volume 3. 2001 ).

Artritis Reumatoid ( AR ) adalah kelainan inflamasi yang terutama

mengenai mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai

dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan.

( Diane C. Baughman. 2000 )

Penyebab penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti,

namun faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen – antibodi),

faktor metabolik dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).

B. SARAN

Sebaiknya kita menjaga aktivitas, pola tidur, diet dan yang lainnya agar

seimbang, untuk menghindari AR menyerang pada sistem imun kita.


28

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Sylvia Price. Pathofisiologi: Konsep Klinis proses-proses penyakit

edisi 6 volume II. ECG. Jakarta : 2006

Herdman, Heather.2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran

Morhead, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). America : Mosby

Mc Closkey Dochterman, Joanne. 2004. Nursing Interventions Classification

(NIC). America : Mosby

Mansjoer, arif. Dkk.2009, kapita selekta kedokteran . Jakarta. Media aesculapius

Anda mungkin juga menyukai