Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

PRAKTIK KLINIK PEMULA


PADA PASIEN RHEUMATOID ARTHRITIS

Disusun oleh :
Gita Ilvatiwi P27228019125

Untuk Memenuhi Tugas Sebagai Persyaratan


Menyelesaikan Praktik Klinik Pemula (I)

PROGRAM STUDI D-IV OKUPASI TERAPI

JURUSAN OKUPASI TERAPI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURAKARTA
TAHUN 2019/2020
HALAMAN PENGESAHAN

Telah disahkan oleh Pembimbing Praktik sebagai ”LAPORAN KASUS


PRAKTEK KLINIK 1 MAHASISWA JURUSAN D-IV OKUPASI TERAPI
POLTEKES KEMENKES SURAKARTA

Pada
Hari : Sabtu
Tanggal : 13 Juni 2020

Menyutujui

Ka Prodi Pembimbing Praktik

Wawan Ridwan M,M.KES Retna Febri A,Mpsi


BAB 1
PENDAHULUAN

A. Definisi
Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit autoimun yang etiologinya bel
um diketahui dan di tandai oleh sinovitis erosif yang simetris dan pada bebera
pa kasus disertai dengan keterlibatan jaringan ekstraartikular. Perjalanan peny
akit RA ada 3 macam yaitu monosiklik, polisiklik, dan progresif. Sebagai bes
ar kasus perjalanannya kronik kematian dini (rekomendasi perhimpunan reum
atologi indonesia,2014).
Kata Arthritis berasal dari bahasa yunani, “arthon” yang berarti sendi dan
“itis” yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang pada se
ndi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana p
ersendian (Biasanya tangan dan kaki ) mengalami peradangan, sehingga terja
di pembengkakan, nyeri dan seringkali menyebabkan kerusakan pada bagian
dalam sendi (Febriana,2015).
Penyakit ini sering menyebabkan kerusakan sendi, kecacatan dan banyak
mengenai penduduk pada usia produktif sehingga memberi dampak sosial dan
ekonomi yang besar. Diagnosis dini sering menghadapi kendala karena pada
masa dini sering belum didapatkan gambaran karakteristik yang baru akan ber
kembang sejalan dengan waktu dimana sering sudah terlambat untuk mulai pe
ngobatan yang adekuat (Febriana,2015).
Rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit ini merupakan peradangan siste
mik yang paling umum ditandai dengan keterlibatan sendi (Dipro, 2008)
Penyakit ini merupakan kelainan autoimun yang menyebabkan inflamasi send
i yang berlangsung kronik dan mengenai lebih lima sendi (Poliartritis) (Prada
na, 2012)
Rheumatoid artrhritis (RA) merupakan penyakit autoimunprogresif dengan
inflamasi kronik yang menyerang sistem muskyloskletal namun dapat melibat
kan organ dan sistem tubuh secara keseluruhan, yang ditandai dengan pemben
gkakan,nyeri sendi serta destruksi jaringan sinovial yang disertai gangguan pe
rgerakan diikuti dengan kematian prematur (Mclnnes, 2011)
Arthritis rheumatoid (RA) merupakan suatu penyakit autoimun (penyakit
yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri)
yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini
menyerang persendian dan anggota gerak. Penyakit ini menimbulkan rasa
nyeri dan kaku pada sistem muskuloskeletal yang terdiri dari sendi, tulang,
otot, dan jaringan ikat. AR dapat menyerang semua sendi, tetapi yang paling
sering adalah sendi pergelangan tangan, buku-buku jari, lutut, dan engkel
kaki. Sendi-sendi lain yang mungkin diserang termasuk sendi di tulang
belakang, pinggul, leher, bahu, rahang, dan bahkan sambungan antar tulang
sangat kecil di telinga bagian dalam (Hermayudi dan Ayu Putri Ariani, 2017).

B. Prevalensi / insiden
Penyakit arthritis bukan penyakit yang mendapat sorotan seperti penyakit
hipertensi, diabetes atau Acquired immuno deficiency syndrome (AIDS).
Namun, penyakit ini menjadi masalah kesehatan yang cukup mengganggu
dan terjadi dimana-mana. Penyakit ini paling sering dimulai antara dekade
keempat dan keenam dari kehidupan. Namun, Arthritis Rheumatoid dapat
mulai pada usia berapa pun (American College of Rheumatology, 2012).
Menurut World Health Organization (WHO) angka kejadian rematik pada
tahun 2010 mencapai 20% dari penduduk dunia yang telah terserang rematik,
dimana 5-10% berusia 5-20 tahun dan 20% berusia 55 tahun sedangkan tahun
2012 meningkat menjadi 25% penderita rematik yang akan mengalami
kecacatan akibat kerusakan pada tulang dan gangguan pada persendian.
Rheumatoid arthritis adalah bentuk paling umum dari arthritis autoimun, yang
mempengaruhi lebih dari 1,3 juta orang di Amerika. Dari jumlah tersebut,
sekitar 75% adalah perempuan, bahkan 1-3% wanita mungkin mengalami
rheumatoid arthritis dalam hidupnya. Di Indonesia sendiri kejadian penyakit
ini lebih rendah dibandingkan dengan negara maju seperti Amerika.
Prevalensi kasus Arthritis Rheumatoid di Indonesia berkisar 0,1% sampai
dengan 0,3%. Sementara, di Amerika mencapai 3% (Nainggolan, 2009).
Angka kejadian Arthritis Rheumatoid di Indonesia pada penduduk dewasa (di
atas 18 tahun) berkisar 0,1% hingga 0,3%. Pada anak dan remaja
prevalensinya satu per 100.000 orang. Diperkirakan jumlah penderita
Rheumatoid arthritis di Indonesia 360.000 orang lebih (Tunggal, 2012).
Prevalensi penyakit sendi di sulawesi tengah sendiri pada tahun 2009
berada di posisi ke-12 di Indonesia sebesar 29,7%, sedangkan pada tahun
2013 berada pada posisi ke-6 yaitu sebesar 26,7% dari data tersebut dapat di
simpulkan bahwa prevalensi penyakit sendi di Sulawesi Tengah mengalami
penurunan, namun terjadi peningkatan posisi terbanyak (RISKESDAS 2013).
Prevalensi dan insiden penyakit ini bervariasi antara populasi satu dengan
lainnya, di Amerika Serikat dan beberapa daerah di Eropa prevalensi RA
sekitar 1% pada kaukasia dewasa, Perancis sekitar 0,3%, Inggris dan
Finlandia sekitar 0,8% dan Amerika Serikat 1,1% sedangkan di Cina sekitar
0,28%. Jepang sekitar 1,7% dan India 0,75%. Insiden di Amerika dan Eropa
Utara mencapai 20-50/100000 dan Eropa Selatan hanya 9-24/100000. Di
Indonesia dari hasil survei epidemiologi di Bandungan Jawa Tengah
didapatkan prevalensi RA 0,3% sedang di Malang pada penduduk berusia
diatas 40 tahun didapatkan prevalensi RA 0,5% di daerah Kotamadya dan
0,6% di daerah Kabupaten.

C. Etiologi
Penyebab RA belum diketahui dengan pasti. Namun, kejadiannya dikorela
sikan dengan interaksi yang kompleksa antara faktor genetik dan lingkungan
(Suarjana, 2009).
Diantaranya adalah faktor genetik, usia lanjut,jenis kelamin perempuan, fa
ktor sosial ekonomi, faktor 2 hormonal, etnis, dan faktor lingkungan seperti m
erokok, infeksi, foktor diet, polutan, dan urbanisasi (Tobon et al, 2009).
Penyebab pasti masih belum diketahui secara pasti dimana merupakan
penyakit autoimun yang dicetuskan faktor luar (infeksi, cuaca) dan faktor
dalam (usia, jenis kelamin, keturunan, dan psikologis). Diperkirakan infeksi
virus dan bakteri sebagai pencetus awal RA. Sering faktor cuaca yang lembab
dan daerah dingin diperkirakan ikut sebagai faktor pencetus
Penyebab Arthritis Rheumatoid (RA) dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor-faktor antara lain, Mekanisme IMUN ( AntigenAntibody) seperti
interaksi antara IGC dan faktor Reumatoid, Gangguan Metabolisme, Genetik,
infeksi virus dan Faktor lain : nutrisi, faktor usia dan faktor lingkungan yaitu
(pekerjaan dan psikososial). (Suratun et.al, 2008). Pada Arthritis Rheumatoid,
reaksi autoimun terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis
menghasilkan enzim-enzim dalam sendi, enzim-enzim tersebut akan
memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial dan
akhirnya pembentukan pannus. Panus akan menghancurkan tulang rawan dan
menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan
sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena
serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya
elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer et,al. 2002).

D. Gambaran Klinis
Pasien akan mengalami nyeri pada persendian, bengkak, kekakuan pada se
ndi terutama setelah bangun tidur ada pagi hari, terbatas pergerakkan, sendi-s
endi terasa panas,kekuatan berkurang, tampak warna kemerahan di sekitar sen
di, perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal.
Beberapa gambaran klinis pada rheumatoid arthritis, misalnya pasien
biasanya mengeluhkan kekakuan yang progresif dan terkenanya banyak sendi
secara simetris dalam waktu beberapa minggu sampai bulan. Gejala tambahan
dapat meliputi demam, malaise dan kelelahan-kelelahan. Pada pemeriksaan
fisik, pada sendi yang terkena dapat terjadi tanda peradangan sampai sendi-
sendi terisi efusi, nyeri tekan dan eritematosa dengan rentang gerak sendi
yang terbatas.
E. Prognosis Rheumatoid Arthritis
Perjalanan penyakit dari RA ini bervariasi dan juga ditentukan dari
ketaatan pasien untuk berobat dalam jangka waktu yang lama. Lima puluh
hingga tujuh puluh lima persen penderita ditemukan mengalami remisi dalam
dua tahun. Selebihnya dengan prognosis yang lebih buruk. Kejadian
mortalitas juga meningkat 10-15 tahun lebih awal dibandingkan mereka yang
tidak mengalami RA. Khususnya pada penderita RA dengan manifestasi yang
berat, kematian dapat disebabkan oleh infeksi, penyakit jantung, gagal nafas,
gagal ginjal, dan gangguan saluran cerna. Sekitar 40% pasien RA mengalami
hendaya dalam 10 tahun ke depanya. Penggunaan DMARD kurang dari 12
minggu setelah gejala awal menunjukkan hasil remisi yang lebih baik (Kapita
Selekta, 2014). Indikator prognostik buruk berupa banyak sendi yang
terserang, LED dan CRP tinggi, RF (+) tinggi dan anti CCP (+), erosi sendi
pada awal penyakit dan sosial ekonomi rendah.
Pasien dengan RA remisi spontan umum ditemukan dalam dua tahun perta
ma, remisi total jarang ditemukan pada 50-90% pasien dengan penyakit progr
esif dan setelah 5 tahun pemberian terapi obat anti rematik. Lima puluh perse
n skor maksimum untuk penyempitan sendi dan erosi radiografik ditemukan d
alam lima tahun perjalanan penyakit. Pasien dengan tingkat edukasi formal ti
nggi memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang lebih baik.

BAB II
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama pasien Ny.Z berjenis kelamin Perempuan yang berusia 56 tahun,
Ny.Z bekerja sebagai ibu rumah tangga , Ny.Z tinggal di desa semerap
kabupaten kerinci provinsi jambi, Ny.Z di diagnosis mengalami
Rheumatoid Arthritis yang disebabkan oleh pola makan yang tidak
baik.
II. Data Subjektif
A. Data hasil observasi
Berdasarkan hasil observasi pada taggal 7 juni 2020 di dapat di
peroleh infoermasi bahwa pasien memiliki kontak mata dan atensi
yang baik kepada lawan bicaranya. Pasien juga berpenampilan rapi dan
bersih, pasien kooperatif mampu mendengarkan intruksi yang di
sampaikan oleh terapis control postural yang sedikit kurang baik, pada
area knee klien juga di temukan pembengkakan, serta klien mengeluh
nyeri pada sendi knee nya saat beraktivitas berjalan. Pada saat
melakukan aktivitas berjalan klien masih susah untuk menggunakan
kaki kanannya karna nyeri dan lebih menekankan penggunaan kaki
kiriny. Klien mengatakan sulit untuk mobilisasi dari duduk ke berdiri
dan juga sebaliknya, dan klien juga mengatakan RA nya sering
kambuh sehingga dia tidak dapat berjalan ketika asam uratnya naik..
Pasien mengeluh susah untuk aktivitas BAB dan BAK dengan cara
duduk dan di bantu oleh suami dan juga pada saat aktivitas mandi
harus di bantu dan harus duduk menggunakan kursi pada saat mandi.
Dan saat melakukan aktivitas masak harus duduk menggunakan kursi .
Pasien memiliki motivasi yang tinggi untuk sembuh agar dapat
beraktivitas secara mandiri

B. Data screening
Berdasarkan informasi yang di dapatkan dari klinen di dapatkan
hasil ny.z belum pernah di rawat di rs hanya saja selalu melakukan
rawat jalan ,dari tahun 2014 pasien mengalami masalah mulanya nyeri
sendi knee keduanya dan di sertai bengkak sehingga ny.z tidak dapat
berdiri. Setelah di bawa ke klinik dokter di dapatkan hasil bahwa asam
uratnya melebihi batas normal, sebelumnya klien tidak memiliki
riwayat penyakit lainnya salah satu penyebab asam muratnya
meningkat karna pola makannya yang suka mengkonsumsi hati dan
lainnya. Karna kondisi yang di derita ny.z klien mengalami
keterbatasan aktifitas kesehariannya dan sempat tidak bias apa-apa jika
RA nya mulai meradang dan mengannggu keseharian ny.z dan
kesenangannya leasure berternak dan juga merawat bunga-bunganya.
Dan ny.z tidak dapat memasak dengan berdiri dank lien harus
menggunakan kursi untuk membantunya saat aktivitas menggoreng
atau merebus makanan karna tidak bias berdiri terlalu lama.

C. Initial Assessment
a. Screening Test
Dengan menggunakan blangko pemeriksaan dewasa pada 07 juni
2020 di dapatkan hasil bahwa penyakit ny.z mula-mulanya hanya
terasa nyeri dan bengkak hingga lama kelamaan membuat ny.z
tidak dapat berjalan dan mengganggu aktivitas kesehariannya.
Penyebabnya karna pola makan yang kurang baikdan kurang
mengkonsumsi sayur dan buah, tindakan pertama yang di lakukan
oleh ny.z adalah membawanya ke dokter terdekat kemudian di cek
asam uratnya dan diberi obat dan di minta istirahat di rumah.
Pasien tidak pernah mendapatkan terapi apapun. Ny.z tidak
memiliki riwayat penyakit keturunan keluarga dan juga ny. Z tidak
memiliki riwayat penyakit dahulu seperti, hipertensi,stroke,
penyakit jantung, DM maupun keadaan lainnya.riwayat sosialnya
ny.z adalah seorang perokok dan bisa menghabiskan beberapa
batang rokok perharinya, pada saat pemeriksaan tekanan darah di
peroleh hasil 130/80 mmhg, akibat rasa nyeri dan bengkak pada
area knee ny.z menyebabkan keterbatasan pada lingkup gerak sendi
knee kanannya fleksiknee nya hanya 120 derajat dan ekstensi 10
derajat ini juga berpengaruh pada kekuatan otot ny.z yaitu fleksi
dan ekstensi knee kaki kanannya nilai 4 sedangkan kaki kirinya 5
koordinasi dan ketangkasa ny.z sedikit mengalami kesulitan.
Tangan dominan ny.z adalah kanan. Pada keterampilan kognitif
dan komunikasinya bagus pasien mampu berkomunikasi 2 arah
secara verbal maupun non verba. Sebagian aktivitasnya mampu
dilakukan tetapi pada saat bab,bak,mandi dan, mobilisai berpindah
dan juga dari duduk ke berdiri masih memerlukan bantuan orang
lain atau suaminya karna susah untuk menyeimbangkan gerakanny
saat berdiri. Setatus kewarganegaraan ny.z adalah indonesia, ny.z
memiliki 8 orang anak , riwayat pekerjaan dahulu sebagai ibu
rumah tangga, sumber penghasilan ny.z dari suami dan anaknya,
ny.z memiliki hobby menjahit, berkebun, menananm bunga,
berternak ayam bahkan jalan-jalan, ny.z memiliki motivasi besar
untuk sembuh agar ny.z bisa melakukan aktivitasnya memasak dan
juga melanjutkan hobby nya.

III. Data Objektif


a. Pemeriksaan Barthel Index (BI)
Berdasarkan hasil pemeriksaan untuk mengukur kemandirian
pasien menggunakan blangko pemeriksaan barthel index dyang
dilakukan pada tgl 07 juni 2020 di aktivitas kesehariannya berupa ,
ny.z belum mampu untuk mandi dengan cara berdiri,ny.z mandi
harus menggunakan kursi dan pada saat duduk di kursi ny.z harus
dibantuk pada saat duduk, ny.z tidak mampu membuang air besar
dan kecil dengan cara jongkok ny.z membuang air dengan cara
duduk dan di bantu untuk mendudukkan nya dan juga ny.z
memerlukan bantuan untuk berdiri kembali, pada saat ke kamar
mandi ny.z memerlukan bantuan untuk jalan dan harus memegang
tembok rumah untuk menuju toilet nya, ny.z juga mengalami
kesulitan mobilisasi dari tidur ke berdiri ,maupun dari berdiri ke
duduk. Ny.z tidak dapat menaiki tangga,tetapi mampu berjalan di
permukaan yang rata.

b. Pemeriksaan Interst Cheklist


Berdasarkan hasil pemeriksaan untuk menggali kesenangan ny.z
yang di lakukan pada tgl 07 juni 2020 di dapatkan hasil bahwa ny.z
mempunyai kesenangan berkebun,menanam dan merawat bunga,
melihat tv, menjahit dan juga berternak karena kaki ny.z sering
nyeri dan bengkak maka ny.z mengalami hambatan untuk
melanjutkan hobby yang dimilikinya.

c. Pengukuran Lingkup Gerak Sendi (LGS)


Berdasarkan pemeriksaan lingkup gerak sendi (LGS)
menggunakan Musculoskletal assessment (goniometer) untuk knee
pasien pada tanggal 07 juni 2020 di dapatkan hasil :
Lingkup Gerak Sendi Hasil tes LGS Normal
Fleksi knee 120 130
Ekstensi knee 10 0

d. Pemeriksaan Manual Muscle Testing (MMT)


Berdasarkan pemeriksaan untuk mengukur kekuatan otot pasien
menggunakan pemeriksaan Manual Muscle Testing (MMT) pada
tanggal 07 juni 2020 di dapatkan hasil KO fleksi knee kanan yang
melibatkan otot Biceps femoris, semitendinosus,dan
semimembranosus pasien bernilai 3 dan yang kiri pasien dengan
nilai 5, pada gerakan ekstensi knee kanan yang melibatkan otot
quadriceps pasien di dapatkan hasil KO dengan nilai 3 dan knee
kiri dengan nilai 5 .

e. Pemeriksaan refleks fisiologis


Berdasarkan pemeriksaan refleks patella/ knee jerk kanan ny.z
tidak di temukan refleks ekstensi lutut lagi atau tidak ada refleks
fisiologisnya

IV. Identifikasi problem/Kesimpulan dari data subjetif dan data objektif


a. Aset
Aset yang dimiliki oleh ny.z adalah pasien kooperatif dan mampu
mengikuti instruksi yang di berikan oleh terapis, ny.z tidak
memiliki gangguan kognitif dan bicara sehingga mampu
berkomunikasi dua arah secara verbal maupun non verbal, pasien
berpenampilan rapi dan juga pasien mampu melakukan beberapa
aktivitas kesehariannya secara mandiri seperti, makan, merapikan
penampilan,berpakaian,dan juga berjalan di permukaan yang rata .
vasien memiliki motivasi yang tinggi untuk sembuh

b. Limitasi
Limitasi yang dimili oleh pasien yaitu Ny.z masih mengalami rasa
nyeri pada knee kanannya pada saat berjalan maupun jongkok dan
berdiri terlalu lama, Ny.z mengalami kesulitan pada saat
melakukan aktivitas berjalan, pada aktivitas mandi harus
menggunakan kursi dan di bantu untuk duduk, dan juga Ny.z
mengalamikesulitan saat melakukan aktivitas BAB dan BAK, Ny.z
mengeluh tidak dapat melakukan aktivitas mobilisasi secara
mandiri dari tempat tidur ke dududk, dari duduk ke berdiri dan juga
sebaliknya. Ny.z tidak mampu melakukan aktivitas menaiki tangga
maupun sebaliknya. Dan juga ny.z tidak bisa melakukan
kesenangannya seperti mberkebun, menjahit dan juga berternak .
V. Prioritas Masalah
Berdasarkan aset dan limitasi pasien, maka dapat di tentukan prioritas
masalahnya adalah pasien belum mampu melakukan aktivitas berupa
pasien belum mampu melakukan aktivitas BAB dan BAK secara
mandiri dan aktivitas mobilisasi atau berpindah dari tempat tidur ke
duduk dan dari duduk ke berdiri, dan juga pasien mengalami masalah
karna tidak dapat melanjutkan hobby nya dalam berkebun,menjahit
dan juga berternak .

VI. Diagnosis Okupasi Terapi


Berdasarkan prioritas masalah, maka dapat di tentukan diagnosis OT
pada Ny.z adanya gangguan ADL dan IADL nya berupa aktivitas Bab,
Bak dan juga mobilisasi serta Adanya gangguan Leisure yang dialami
oleh Ny.z berupa pasien tidak dapat melanjutkan kesenangan atau
hobbynya seperti berkebun,menjahit dan juga berternak ayam.

VII. Prognosis Fungsional


Prognosis fungsional pada Ny.z yang memungkinkan di dapatkan adalah
adanya perbaikan pada kemampuan fungsional secara bertahap,
apabila pasien dapat konsisten mengikuti program yang di berikan
terapis sehingga pasien dapat mencapai tujuan yang di inginkan dan
dapat melanjutkan aktivitas kesehariannya dengan baik dan mampu
melanjutkan hobby yang dimilikinya.

VIII. Clinical Reasoning dalam menentukan problem, tujuan dan media


yang digunakan
Alasan mendukung tujuan yang dipilih oleh klien karna hal
tersebut sangatlah penting untuk melanjutkan kehidupan
kesehariannya, pada aktivitas Bab,Bak dan juga mobilisasi adalah hal
yang paling penting untuk melanjutkan kehidupannya dalam aktivitas
kesehariannya, tujuan yang dipilih adalah bagian dari kemampuan
okupasi terapi dan kondisi medis pasien memungkinkan untuk
mendukung tercapainya aktivitas yang di berikan oleh terapis untuk
mencapai tujuan yang di inginkan pasien.
Penentuan media terapi yang digunakan disesuaikan berdasarkan
kebutuhan pasien untuk mencapai tujuan dan melatih lingkup gerak
sendi, kekuatan otot dan endurance pada knee kanan pasien tetapi tidak
menambah rasa nyeri yang di alami pasien atau tidak menimbulkan
inflamasi atau peradangan pada knee pasien sehingga tidak
memburukkan kondisi yang di alami pasien.

IX. Menyusun Program terapi


Tujuan yang dibuat harus mengikuti prinsip ABDCE dan SMART.
a. Tujuan
i. Tujuan Jangka Panjang 1:
Pasien mampu melakukan aktivitas BAB, BAK dan mobilisasi
secara mandiri selama 12 kali sesi terapi
1. Tujuan Jangka Pendek 1.1. :
Pasien mampu melakukan gerakan fleksi knee selama 4x sesi
terapi
Tujuan Jangka Pendek 1.2. :
Pasien mampu melakukan gerakan ekstensi knee selama 4 kali
sesi terapi
2. Tujuan Jangka Pendek 1.3. :
Pasien mampu fleksi ,ekstensi dan mempertahankan
keseimbangannya selama 4x sesi terapi

ii. Tujuan Jangka Panjang 2:


Pasien mampu melanjutkan hobby nya dalam aktivitas berkebun,
menjahit dan juga berternak selama 10 kali sesi terapi
1. Tujuan Jangka Pendek 2.1. :
Pasien mampu berdiri dan menjaga keseimbangannya selama 4x
sesi terapi
2. Tujuan Jangka Pendek 2.2. :
pasien mampu melakukan aktivitas berpindah tempat dengan
menjaga keseimbangannya selama 3 kali sesi terapi
3. Tujuan Jangka Pendek 2.3. :
Pasien mampu melanjutkan aktivitas dan hobby nya selama 3
kali sesi terapi
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai