Anda di halaman 1dari 23

PELAKSANAAN PENCEGAHAN NYERI SENDI PADA LANSIA

DENGAN SENAM REMATIK DI DESA LANTOJAYA

PROPOSAL PENGABDIAN MASYARAKAT

OLEH:
JUMRIANI
NIM : PO0220216019

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALU


J U R U S A N K E P E R A W A T A N
PROGAM STUDI DIII KEPERAWATAN POSO
2019

1
1. Latar Belakang
Proses menua merupakan proses yang terus menerus
(berkelanjutan) secara alamiah yang dimulai sejak manusia lahir sampai
tua. Pada usia lansia ini biasanya seseorang akan mengalami kehilangan
jaringan otot, susunan syaraf dan jaringan lain. Pengaruh proses menua
dapat menimbulkan berbagai masalah sosial-ekonomi, mental, maupun
fisik-biologik (Mujahidullah, 2012). Dari aspek perubahan kondisi fisik
pada lansia diantaranya adalah menurunnya kemampuan musculoskeletal
kearah yang lebih buruk. Penurunan tersebut mengakibatkan lansia lebih
rentan terkena penyakit misalnya, hipertensi, diabetes mellitus, rematik,
asam urat, dan lain-lain (Wiyono 2013).
Berdasarkan data (WHO) World Health Organization 2016,
melaporkan bahwa angkake jadian Rhemathoid Arthritismencapai 20%
dari penduduk dunia. dimana5-10% adalah mereka yang berusia 30-50
tahun dan 20% adalah mereka yang berusia 55 tahun (WHO, 2016).
Berdasarkan Data Riskesdes, tahun 2013, prevalensi penyaki sendi pada
usia 55-64 tahun adalah 45,0% usia 65-74 tahun adalah 51,9% usia kurang
lebih 75 tahun adalah 54,8% (Riskesdas, 2013). Di provinsi Sulawesi
tengah sendiri prevalensi penyakit sendi adalah 26,7% (Riskesdas, 2013).
Pada tahun 2017 di kabupaten Poso jumlah penderita Rhemathoid Arthritis
sebanyak 2.112.
penderita Rhemathoid Arthritis terbanyak kabupaten poso terdapat
di Puskesmas Mapane kecamatan poso pesisir dengan jumlah sebanyak
422 penderita (Dinas Kesehatan Kabupaten Poso, 2016). Dan pada tahun
2017 data penderita Rhemathoid Arthritis sebanyak 613 penderita (Dinas
Kesehatan Kabupaten Poso, 2017). Setelah dilakukan pendataan pada 10
kelurahan yang termaksud dalam wilayah kerja puskesmas Mapane,
jumlah penderita terbanyak pada 3 bulan terakhir,dari bulan januari-maret
di tahun 2018 terdapat 4 Kelurahan yang memiliki jumlah penderita lebih
dari 2, yaitu Kelurahan Kasiguncu berjumlah 15 penderita, kelurahan Bega

2
3 penderita ,Kelurahan Mapane 3 penderita dan Kelurahan Lantojaya 2
penderita (Puskesmas Mapane,2018).
Penyakit reumatik yang biasa disebut artritis (radang sendi)
dianggap sebagai suatu keadaan yang sebenarnya terdiri atas lebih dari 100
tipe kelainan yang berbeda. Penyakit ini dapat mengenai otot-otot skelet,
ligamen, tendon, dan persendian pada laki-laki maupun wanita dengan
segala usia. Sebagian gangguan lebih besar kemungkinannya untuk terjadi
suatu waktu tertentu dalam kehidupan pasien. Dampak keadaan ini dapat
mengancam jiwa penderitanya atau hanya menimbulkan gangguan
kenyamanan dan masalah yang disebabkan oleh penyakit reumati kini.
Tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas dan
aktivitas hidup sehari-hari, tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas dapat
menimbulkan kegagalan organ dan kematian atau mengakibatkan masalah
seperti rasa nyeri, keadaan mudah Lelah dan penurunan aktivtas (Kisworo,
2008).
Rhemathoid Arthritis menyebabkan lansia mengalami penurunan
aktivitas dan mengabitkan lansia tersebut akan merasakan nyeri. Nyeri
yang dirasakan akan mengganggu aktivitas dan mengakibatkan
perasaantidak nyaman pada lansia. Dampak dari keadaan ini dapat
mengancam jiwa penderitanya aatau hanya menimbulkan gangguan
kenyamanan, dan masalah yang disebabkan oleh penyakit rematik tidak
hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas hingga terjadi
hal yang paling ditakuti yaitu menimbulkan kecacatan seperti kelumpuhan
dan gangguan aktivitas hidup sehari-hari tetapi juga efek sistemik yang
tidak jelas tetapi dapat menimbulkan kegagalan organ dan kematian atau
mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri, keadaan mudah lelah,
perubahan citra diri serta Resiko tinggi terjadi cidera (Kisworo, 2011).
Pada keadaan rematik lansia akan merasakan nyeri yang sangat hebat pada
bagian persendian, apalagi ketika di gunakan untuk berjalan lansia sering
kali yidak mampu, namun ada beberapa cara yang dapat di lakukan untuk
mencegah nyeri sendi akibat penyakit rematik ini, salah satunya adalah

3
senam rematik yang dapa di lakukan pada lansia untuk mencegah nyeri
sendi. Berdasarkan hasil penelitian Vivi Meiyana,dkk (2016) mengatakan
bahwa dengan diberikan latihan senam rematik pada lansia yang
mengalami rematoid atritis dapat mengurangi skala nyeri, mean skala
nyeri kelompok lansia yang mendapatkan terapi senam rematik lebih
rendah yaitu 4,92 dari pada mean skala nyeri kelompok kontrol yaitu 6,58.

2. Rumusan Masalah
“Bagaimana Pelaksanaan Pencegahan Nyeri Sendi pada Lania dengan
Senam Rematik di Desa Lantojaya”

3. Tinjauan Pustaka

a. Definisi
Rhemathoid Arthritis adalah suatu penyakit inflamasi sistemik
kronik dengan poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.
Terlibatnya sendi pada pasien Rhemathoid Arthritis terjadi setelah
penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifnya.
Rhemathoid Arthritis diartikan juga sebagai penyakit aotonium
dimana, secara simetris, persendian (biasanya sendi tangan dan kaki)
mengalami peradangan sehingga penyebab terjadinya pembekakan, dapat
kerap kali mengakibatkan kerusakan pada bagian sendi (Mansjoer,A, 2000
dalamAspiani,2014).
b. Etiologi
Penyebab Rhemathoid Arthritis belum jelas sampai sekarang
,namun factor keturunan berpengaruh terhadap timbulnya keluhan sendi
ini (Aspiani,2014). Ada beberapa factor resiko yang dapat menyebabkan
seseorang menderita Rhemathoid Arthritis yaitu:
1) Genetik
Pada penyakit Rhemathoid Arthritis factor genetic sangat
berpengaruh. Gen-gen tertentu yang terletak dikompleks

4
histokompatibilits utama (MHC) pada kromosom 6 telah terlibat
prediposisi dan tingkat keparahan Rhemathoid Arthritis. Pendudukan

5
asli Amerika dengan gen polimorfik HLA-DR9 memiliki 3,5 lebih
besar terkena Rhemathoid Arthritis bawaan.
a. .Infeksi
Agen penginfeksi yang terkait pada Rhemathoid Arthritis
antara lain mycoplasma mycobacterium,parvovirus,virus Epstein -
Barr, dan retrovirus. Agen penginfeksi ini menginfeksi pasien melalui
infeksi synovial langsung, menjadi molekul dan aktivasi kekebalan
bawaan .
b. Usia dan Jenis Kelamin
Insedensi Rhemathoid Arthritis lebih banyak dialami oleh
wanita dari pada laki-laki dengan rasio 2:1 hingga 3:1 perbedaan ini di
amsusikan kerena pengaruh dari hormone namun data ini masih dalam
penelitian. Wanita memiliki hormone estrogen sehingga dapat memicu
system imun. OnsetRhemathoid Arthritis terjadi pada orang-orang usia
sekitar 50 tahun.
c. Obesitas
Secara statistic perempuan memiliki body mass index (BMI) di
atas rata- rata dimana kategori BMI pada perempuan Asia
menurutjurnal American clinical nutrition yusrisal tahun 2012 dengan
penelitian jumlah BMI pada perempuan asia menunjukan antara 24
sampai dengan 26,9kg/m2. BMI di atas rata –rata mengakibatkan
terjadinya penumpukan lemak pada sendi sehingga meningkatkan
tekanan mekanik pada sendi penahanan beben tubuh ,khususnya lutut.
d. Lingkungan
Banyak factor lingkungan yang berkontribusi terhadap
keparahan Rhemathoid Arthritis ,meskipun tidak ada objek spesifik
yang didentifikasikan sebagai masalah utama. Merokok adalah salah
satu factor resiko dari keparahan Rhemathoid Arthritis pada populasi
tertentu tetapi alas an pengaruh rokok terhad apsinovitis belum
sepenuhnya di definisikan, tapi rokok mempengaruhi system
kekebalan bawaan di jalan nafas.
c. Faktor-Faktor Resiko Rhemathoid Arthritis
Pemicu terjadinya rheumatoid arthritis masih belum diketahui,
namun ada beberapa faktor yang bias meningkatkan risiko terkena
rheumatoid arthritis, antara lain:
a. Usia. Kebanyakan penderita rheumatoid arthritis berusia 40 tahun
keatas, tapi bisa juga menjangkiti orang pada usia berapa pun.
b. Jenis kelamin. Pria lebih jarang terkena penyakit ini dibandingkan
wanita.
c. Genetika. Walau kecil, mempunyai anggota keluarga yang menderita
rheumatoid arthritis meningkatkan risiko seseorang untukterkena
penyakit ini juga.
d. Merokok. Merokok dapat memicu berbagai macam penyakit dan
kebiasaan buruk ini bias meningkatkan risiko terkena rheumatoid
arthritis.
e. Obesitas. Seseorang dengan berat badan lebih memiliki risiko tinggi
terserang rheumatoid arthritis, khususnya wanita berusia dibawah 55
tahun.
f. Lingkungan. Walau belum sepenuhnya terbukti, factor lingkungan
dapat menyebabkan seseorang terserang rheumatoid arthritis karena
berkaitan dengan kekuatan daya tahan tubuh.
d. Manifestasi klinik
Tanda gejalanya yaitu terjadi kekakuan sendi jari tangan pada
pagihari (morning stiffnes) dan yeri pada pergerakan sendi atau nyeri
tekan.(American Reumatism Association) dalam Zairin (2012).
Rhemathoid Arthritis menyebabkan lansia mengalami penurunan akvitas
(Nurarif, 2013). Penurunan aktivitas menjadikan penderita tidak dapat
mengurus dirinya sendiri sehingga kemampuan merawat dirinya menurun
dan timbul ketergantungan.
Ada beberapa gejala yang lazim ditemukan pada penderita
Rhemathoid Arthritis:
a. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoriksia berat badan
menurun dan demam, terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
b. Poliartitis simetris terutama pada sendi perifer, termaksud sendi-sendi
interfalangsdistal hamper semua sendi diartrodial dapat terserang.
c. Pentingnya untuk membedakan nyeri yang disebabkan perubahan
mekanisme dengan nyeri yang disebabkan inflames nyeri yang timbul
setelah aktivitas dan hilang setelah istirahat serta tidak timbul pada
pagi hari merupakan tandan yeri mekanis sebaliknya nyeri
inflamasiakan bertambah berat pada pagi hari saat bangun tidur dan di
sertai kaku sendi atau nyeri yang hebat pada awal gerak dan
kekurangan setelah melakukan aktivitas.
d. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam, dapat bersifat
generlisatata tapi terutama menyerang sendi-sendi .kekakuan ini
berbeda dengan kekakuans endi pada ostearititis yang biasanya
berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari 1 jam.
e. Artritis erosive merupakan cirri khas dari penyakit ini pada gambaran
rediologik. Peradangan sendi yang kronik yang mengakibatkan erosi
di tepi tulang,
f. Deformitas merupakan kerusakan dari struktur-struktur penujang
sendi dengan perjalanan penyakit. pergeseran ulna atau deviasi jari,
sublikasi sendi metakarpo falangeaal, leher angsa adalah beberapa
deformitas tangan sering di jumpain pada penderita. Pada laki-lakiter
dapat protusi (benjolan) kaput metatarsal yang timbul sekunder daris
ublikasi metatarsal. Sendi-sendi yang besar juga dapat terangsang dan
mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam
melakukan gerak ekstensi.
g. Nodula-nodul arhemathoid adalah masa subkutan yang ditemukan
pada sepertiga orang dewasa penderita Rhemathoid Arthritis .lokasi
paling sering dari deformitas ini adalah bursa elakronan (sendisiku)
atau di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan, walaupun
demikian nodula-nodulaini dapatt imbul pada tempat-tempat lainya.
adapunnodila-nodulaini biasanya merupakan petunjuk suatu penyakit
yang aktif dan lebih.
h. Manifestasi ekstra articular: Rhemathoid Arthritis juga dapat
menyerang organ-organ lain di luar sendi, jantung (pericarditis), paru-
paru (pleuritis) mata dan pembuluh darah dapat rusak.

e. Patofisiologi
Dalam penyakit Rhemathoid Arthritis yaitu relaksasi autonium
pada Rhemathoid Arthritis terjadi dalam jaringan sinoval. Proses
fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim
tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, profilerasi
membrane synovial dan akhirnya membentuk pannus. Pannus inilah yang
akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi pada tulang.
Sehinga akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan
mengganggu gerak sendi, dan otot akun ikut terkena karena serabut otot
akan mengalami perubahan degeneratif dan menghilangnya elastisitas
otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer&Bare,2002).
f. Komplikasi Rematoid Atritis
a. Sistem respiratori
Peradangan pada sendi krikoaritenoid tidak jarang dijumpai
pada Rhemathoid Arthritis. Gejala keterlibatan seluruh napas atas ini
dapat berupa nyeri tenggorokan, nyeri menelan atau disfonia yang
umumnya terasa lebih berat pada pagi hari.
b. Sistem Kardiovaskuler
Sepertihalnya pada system respiratori pada Rhemathoid
Arthritis yang dijumpai gejala perikarditis berupa nyeri dada atau
gangguan faal jantung ,akan tetapi pada beberapa pasien dapat pula di
dapat gejala pericarditis yang berat
c. Sistem Gastrointestinal
Kelainan system pencernaan yang sering yang dijumpai adalah
gastritis dan ulkus peptic yang merupakan komplikasi utama
penggunaan obat anti inflamasinonsteroid (OAINS) atau obat
pengubah perjalanan penyakit (disease modifying
antirheumatoiddrungs DMARD) yang menjadi penyebab morbiditas
dan mortalitasutama pada Rhemathoid Arthritis.
d. Sistem persyarafan
Komplikasi neurologis yang sering dijumpai pada Rhemathoid
Arthritis umumn yatidak memberikan gambaran yang jelasse hingga
sukar untuk membedakan komplikasi neurologis akibatlesi,articular
dan lesineuropatik.
e. Sistem perkemihan:Ginjal
Berbeda dengan lupus eritematesussistemik pada Rhemathoid
Arthritis jarang sekali dijumpai kelainan glomerular. Jika pada pasien
Rhemathoid Arthritis protelnuria, umumnya hal tersebut sering
disebabkan karena efek samping pengobatan seperti garam emas dan
D-penisilamin atau terjadi sekunder akibat amyloidosis.Walaupun
kelainan ginjal interstisial dapat dijumpai padasyndrome
sjogren,umumnya kelainan tersebutl ebih banyak berhubungan dengan
penggunaan OAINS. penggunaan OAINS yang tidak terkontrol dapat
sampai menimbulkan Nekrosispapilar ginjal.
f. Sistem hematologis
Anemia akibat penyakit kronik yang ditandai dengan
gambaran eritrositnormasistik-normokromik (hipokromikringan) yang
disertai degan kadarlesi serum yang rendah serta kapasitas
pengikatbesi yang normal atau rendah merupakan gambaran umum
yang sering dijumpai pada Rhemathoid Arthritis (Aspiani,2014).
g. Sendi-Sendi yang Terkena Rhemathoid Arthritis
Beberapa sendi yang sering terkena pada pasien Rhemathoid
Arthritis adalah sebagai berikut:
a. Tangan dan pergelangan tangan
Dampak Rhemathoid Arthritisn pada tangan sangat parah. Pada
awal gejala jari menjadi bengkak,nyeri dan kaku. Radang pada
selubung tendon fleksor dapat meningkatkan gangguan fungsional
b. Bahu
Rhemathoid Arthritis juga mempengaruhi bahu. Awal gejala
meniruman setretatortendonosis dengan sindrom busur menyakitkan
dan nyeri pada lengan atas dimalam hari sebagian sendi menjadi
rusak, kaku menyeluruh. Hal ini bias mengganggu pada saat
berpakaian,makan dan di toilet.
c. Siku
Sinovitis pada siku menyebabkan pembekakan dan deformitas
fleksi yang menyakitkan. Pasien juga mengalami kesulitan maka jika
dikombinasikan dengan bahu,tangan dan pergelangan tangan yang
cacat.
d. Kaki
Salah satu manifestasi awal Rhemathoid Arthritis adalah
pembekakan kaki menjadi lebih luas dan deformatis hammer-toe
berkembang. Paparan dari kepala metatarsal, tekanan oleh migrasi
fibrofatty pada pelindung menyebabkan rasa sakit.
e. Lutut
Sebagian besar sinovitis dan efusi terjadi di lutut.
f. Pinggul
Pinggul jarang terkena pada awal Rhemathoid Arthritis.Nyeri
dan kekakuan yang disertai dengan hilangnya radiologi dari ruang
sendi dan juxta-artikular osteoporosis.

g. Tulang Belakang pada leher


Kekakuan dan nyeri di leher pada Rhemathoid Arthritis bias
karena otot leher.
h. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Tesfaktor Rhemathoid Arthritis biasanya positif lebih dari 75%
pasien Rhemathoid Arthritis terutama bila masih aktif. Sisanya
dapat ditemukan pada pasien leprae, tuberkolosisparu, sirosis
hepatis, hepatitisinfeksiosa, endocarditisbakterialis, penyakit dan
sarkoidosi.
2) Protein C-reaktif biasanya meningkat
3) LED meningkatkan leukosit normal atau meningkat sedikit
4) Anemia normositikhipokrom akibat adanya inflamasi yang kronik
5) Trombosit meningkatkan kadar albumin serum menurun dan
globulin naik.
b. Pada pemeriksaan rontgen
Semua sendi dapat terkena, teatapi yang sering adalah
metatarsofalag dan biasanya simetris. Sendi sakroiliaka juga sering
terkena. Pada awalnya terjada pembekakan jaringan lunak dan
demineralisasi jukstruartikular kemudian terjadi penyempitan
ruangsendi dan erosi (Aspiani,2014).
i. Penatalaksanaan
a. Terapi farmakologi

Pengobatan Rhemathoid Arthritis tidak hanya mengontrol


gejala penyakit,tetapi juga penekakan aktivitas penyakit untuk
mencegah kerusakan permanan jurnal keperawatan Nikolas,2012
dalam Noorhidayah, Yasmina, santi, 2013 penelitian terapi
farmakologi Rhemathoid Arthritis).Pemberian terapi Rhemathoid
Arthritis dilakukan untuk mengurangi nyeri sendi dan bengkak serta
meringankan kekakuan dan mencegah kerusakan sendi sehingga dapat
meningkatkan kulitas hidup pasien meringankan gejala tetapi juga
memperlambat kemajuan penyakit. penderita RA memulai pengobatan
mereka dengan DMARDs (Disease Modifying Anti-Rheumatic Drugs)
seperti mototreksat,sulfasalazin dan leflunomid (American Callage of
Rheumatology Subcommitte,2012).
1) Disease Modifying Anti-Rheumatic Drugsn (DMARDs)
Disease Modifying Anti-Rheumatic Drugs(DMARDs)
memiliki potensi untuk mengurangi kerusakan pada
sendi,mempertahankan intregitas dan fungsi sendi dan pada
akhirnya mengurangi biaya perwatan dan meningkatkan
produktivitas pasien RA adalah metotreksat (MTX) sulfalazin,
leflunomide, klorokuin, siklosporin dan azatioprin (Perhimpunan
Reumatologi Indonesia,2014).
2) Agen Biologik
Beberapa DMARDs biologic dapat diberikan dengan
infeksi bakterial yang serius aktif seperti aktivasi hepatitis B dan
aktivasi TB.
a) Kortikosteroid
Pengobatan farmakologi dengan kortikosteroid oral
dalam dosis rendah/sedang bias menjadi bagian dan
pengobatan RA ,namun sebaiknya dihindari pemberian
bersama OAINS selagi menunggu efek terapi dari DMARDs.
(Innes et al, 2009 dalamNoorhidayah,Yasmina,Santi, 2013).
Perlu diingatkan juga bahwa OAINS tidak
mempengaruhi perjalanan penyakit atau pun mencegah
kerusakan sendi.OAINS yang dipergunakan tergantung pada
pencegaahan efek samping kombinasi dua atau lebih OAINS
harus dihindari karena tidak menambah efektifitas tetapi
meningkatkan efek samping (Petri, 2007 dalam
Noorhidayah,Yasmina Santi, 2013) penelitian tentang terapi
farmakologi rheumatoid artritis).
b. Terapi Non Farmakologi
1) Olahraga
Olahrga yang dianjurkan adalah olahraga yang tidak terlalu
berat dan tidak menyebkan kompreai atau tekanan atau trauma
pada sendi ,misalnya berenang atau menggunakan sepeda.olahraga
selainuntuk mengurangi rasa sakit dan kaku juga bermanfaat untuk
mengontrol berat beban.
2) Proteksi/perlindungan
Dalam hal ini sendi dijaga dari berbagai aktivitas sehari –
hari dan pekerjaan yang dapat menambah stress/tekanan,perlu
dihindari,aktivitas yang berlebihan pada sendi yang
sakit,pemakaian tongkat,beban pada lutut yang berlebihan karena
kaki yang tertekuk (pronation).
3) Terapi panas atau dingin
a) Terapi panas digunakan rasa sakit, membuat otot-otot sekitar
sendi menjadi rileks dan melancarkan peredaan darah. Terapi
panas dapat diperoleh dari kompres dengan air
hangat/panas,sinar IR (infra merah) dan alat-alat terapi lain
seperti SWD/MWADs.
b) Terapi dingin digunakan untuk mengurangi bengkak pada sendi
dan mengurangi rasa sakit.terapi dingin biasanya dipakai saat
kondisi nasi aku dapat diperoleh dengan kompres dingin.
4) Diet
Diet ini menurunkanberat badan pasien, penurunan berat
badan sering kali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan
perdangan. Pemberian vitamin C,D,E dan Beta Karoten, vitamin-
vitamin tersebut bermanfaat untuk mengurangi perkembangan
rheumathoid arthritis.
a) Hubungan psikososial
Dukungan psikososial dipelukan rheumathoid
arthritis.oleh karena sifatnya yang menahun dan
ketidakmampuan yang ditimbulkanya. Disatu pihak pasien
ingin menyembunyikan ketidakmampuan mampu pasien
rheumathoid arthritis sering kali merasa keberatan untuk
memakai alat-alat bantu karena factor spsikologis
(Aspiani,2014).
4. Definisi Senam Rematik
Senam rematik merupakan salah satu metode yang praktis dan efektif
dalam memelihara kesehatan tubuh. Gerakan yang terkandung dalam senam
rematik adalah gerakan yang sangat efektif, efisien, dan logis karena
rangkaian gerakan nya dilakukan secara teratur dan terorganisasi bagi
penderita rematik (Wahyudi Nugroho,2008).
Dengan dilakukannya senam rematik dapat mempermudah seseorang
yang mengalami kekakuan dalam aktivitas fisik menjadi lebih mudah
digerakkan dan sesuai dengan perkataan Ibnu qoyyim Al Jauziyah bagian
organ mana saja yang banyak digerakkan maka akan kuat,sehingga
mempermudah seseorang untuk beramal saleh dan beraktivitas didalam
urusan agama dan urusan dunia seorang muslim.
5. Keuntungan Senam Rematik
a. Tulang menjadi lebih lentur.
b. Otot-otot akan menjadi tetap kencang.
c. Memperlancar peredaran darah.
d. Memperlancar cairan getah bening.
e. Menjaga kadar lemak tetap normal.
f. Jantung menjadi lebih sehat.
g. Tidak mudah mengalami cedera.
h. Kecepatan reaksi menjadi lebih baik

6. Prosedur senam rematik


a. Persiapan
Perawat mengkaji toleransi pasien terhadap aktivitas, kekuatan,
adanya nyeri, koordinasi, dan keseimbangan pasien untuk menentukan
jumlah bantuan yang diperlukan pasien. Mengkaji pasien terhadap
kemampuan aktivitas yang dapat dilakukan untuk mengikuti senam
rematik.
b. Tujuan Senam Rematik
1) Mengurangi nyeri pada penderita rematik
2) Menjaga kesehatan jasmani menjadi lebih baik.
c. Alat dan bahan
Alat atau bahan yang di gunakan dalam senam rematik ini adalah matras
atau pengalas.
d. Langkah-langkah senam rematik
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2) Cuci tangan
3) Minta pasien untuk melakukan gerakan senam rematik
4) Gerakan Duduk
a) Angkat kedua bahu keatas mendekati telinga, putar kedepan dan
kebelakang.
b) Bungkukan badan, kedua lengan meraih ujung kaki lantai.
c) Angkat kedua sisi sejajar dada, tarik kedepan dada.
d) Angkat paha dan lutut secara bergantian, kedua lengan menahan
tubuh.
e) Putar tubuh bagian atas kesamping kanan dan kiri, kedua lengan
diatas pinggang.
5) Gerakan berbaring atau tidur
a) Bentangkan kedua lengan dan tangan, ambil nafas dalam-dalam
dan hembuskan.
b) Kedua tangan disamping tekuk siku dan tangan mengepal.
c) Tangan di luruskan keaatas lalu tepuk tangan
d) Tekuk sendi panggul dan tekuk lutut dengan kedua tangan tarik
sampai diatas dada.
e) Pegang erat kedua tangan diatas perut, tarik kebelakang kepala
dan kebawah.
f) Angkat tungkai bawah bergantian dengan bantuan kedua tangan
6) Observasi kemampuan lansia dalam melakukan senam
7) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
8) Catat tindakan dan respons pasien.
7. Tujuan kegiatan
Kegiatan pengabdian masyarakat dengan materi senam rematik pada lansia di
desa lantojaya, sebagai berikut:
a. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam melakukan latihan
berjalan secara teratur dan mandiri untuk Membantu mengurangi rasa
nyeri sendi
b. Mengisi waktu luang lansia dengan senam rematik
c. Terselenggaranya koordinasi lintas program dan lintas sektor
8. Manfaat kegiatan
a. Lansia mampu melakukan senam rematik sebagai upaya dalam
mengurangi nyeri sendi
b. Senam rematik dapat menjadi kegiatan lansia yang akan diterapkan dan
terprogram di desa lantojaya.
9. Khalayak Sasaran
Sasaran pengabdian masyarakat adalah lansia di kelurahan Lembomawo.
a. Metode pengabdian masyarakat
1) Ceramah

Memberikan pemahaman kepada lansia tentang upaya

mengurangi nyeri sendi pada penderita rematik di desa lantojaya.

Pemberian materi akan dilakukan oleh mahasiswa Poltekkes

Kemenkes Palu Prodi DIII Keperawatan Poso. Dengan materi tentang

pengertian dan prosedur pelaksanaan senam rematik.

2) Demonstrasi dan pelaksanaan senam rematik

Demonstrasi merupakan lanjutan dari ceramah, yang bertujuan

untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan lansia yang

menderita rematik dalam mengurangi nyeri sendi dengan senam

rematik. Kegiatan ini oleh dosen Poltekkes Kemenkes Palu Prodi

Keperawatan Poso dan mahasiswa keperawatan yang telah lulus mata

kuliah keperawatan medikal bedah sebagai fasilitator. Kegiatan yang

akan dilaksanakan yaitu senam rematik sesuai dengan standar

operasional prosedur, dimana alat dan bahan yang digunkaan adalah

matras yang akan digunakan sesuai kebutuhan.

10. Rancangan Evaluasi


Rancangan evaluasi senam rematik yaitu untuk mengetahui apakah
kegiatan yang akan dilaksanakan akan terlaksana dengan baik dan sesuai
dengan tujuan kegiatan, maka dibuat evaluasi, antara lain:
a. Mengukur aspek kognitif
1) Lansia dapat mengetahui tujuan dari senam rematik
2) Lansia dapat mengetahui manfaat senam rematik
3) Lansia dapat mengetahui langkah-langkah dalam melakukan senam
rematik
b. Mengukur aspek afektif
1) Lansia mengungkakan perasaan senang setelah mendapatkan
pengetahuan tentang senam rematik
2) Lansia mengatakan mau untuk mempelajari senam rematik
3) Lansia menyatakan ingin melakukan senam rematik
4) Lansia menyadari akan pentingnya dalam melakukan senam rematik
c. Mengukur aspek psikomotor
1) Lansia antusias dalam melakukan senam rematik
2) Lansia memperhatikan kegiatan senam rematik
3) Lansia mampu melakukan prosedur senam rematik
11. Jadwal pelaksanaan

Waktu Kegiatan Tahun 2018


No Kegiatan Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengambilan
1
Data Awal
Penyusunan
2
Proposal
Pengumpulan
Proposal Ke
3 Unit
Pengabdian
Masyarakat
Seleksi Dan
Pengumpulan
4
Hasil Seleksi
Proposal
Pemetaan
Wilayah Dan
5
Penentuan
Sampel
Koordinasi
6
Tempat Dan
Waktu
Pelaksanaan Inti
7 Pelaksanaan
Kegiatan
Pembuatan
8
Laporan
Kegiatan Inti
9 Monitoring Dan
Evaluasi
10 Pengelolaan
Data
Membuat
11 Laporan Akhir
Pengabdian
Masyarakat

12. Kriteria Evaluasi

a. Relevansi

b. Hasil guna

c. Ketepatan

13. Faktor Pendukung

a. Tidak dipungut biaya

b. Tempat yang digunakan adalah rumah warga yang berada di desa

lantojaya

14. Faktor Penghambat

Faktor penghambat atau kendala adalah keterbatasan waktu untuk

pelaksanaan senam rematik, keterbatasan kemampuan lansia dalam

melakukan senam rematik, lansia yang mudah lelah, dan daya tangkap serta

fungsi pendengaran yang sudah mulai menurun.


15. Hasil kegiatan

Kegiatan ini dilakukan bertujuan untuk menguragi nyeri pada pasien rematik,
yang menjadi penyebab terjadinya ke kakuhan sendi melalui senam
rematik.Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 15 april 2019 bertempat mapane.
Kegiatan pertama yang dilakukan adalah memberikan penyuluhan tentang
penyakit rematik, pengelolaan penyakit rematik dan senam rematik.Tujuan
kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan tentang pengelolaan
penyakit rematik untuk mencegah terjadinya komplikasi antara lain :definisi,
tanda & gejala, komplikasi, penatalaksanaan, manajemendiri, pengertian senam
rematik, tujuan dan manfaat senam rematik.
Kegiatan kedua

DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R.Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans
Info Media
Berkshire. 2008. Balance Exercise; dari www.royal berkshire.nhs.uk diakses 15
April 2012
Darmojo, Boedhi. 2006. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), Edisi 4, Jakarta:
Balai Penerbit FKUI

Dinas Kesehatan Kabupaten Poso.2017. Profil Kesehatan Kapupaten Poso,2015-


2017.
Kisworo. 2008. Nyeri Sendi–Sendi Akibat Reumatik. Tersedia:
http://www.suaramerdeka.com/ .

Kloos A D dan Heiss D G. 2007. Exercie for Impaired Balance. Kisner C &
Colby L.A 5thed. Therapeutic Exercise. Philadelphia. Hal:251-272.

Mujahidullah, Khalid. 2012. Keperawatan Gerontik. Jogjakarta: Pustaka Pelajar


Noor Helmi, Zairin. 2012; Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal; jilid 1,Salemba
Medika, Jakarta, hal. 226-231, 534-535.

Nurarif H. Amin & Kusuma Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA (North American Nursing
Diagnosis Association) NIC-NOC. Mediaction Publishing.

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai