OLEH:
JUMRIANI
NIM : PO0220216019
1
1. Latar Belakang
Proses menua merupakan proses yang terus menerus
(berkelanjutan) secara alamiah yang dimulai sejak manusia lahir sampai
tua. Pada usia lansia ini biasanya seseorang akan mengalami kehilangan
jaringan otot, susunan syaraf dan jaringan lain. Pengaruh proses menua
dapat menimbulkan berbagai masalah sosial-ekonomi, mental, maupun
fisik-biologik (Mujahidullah, 2012). Dari aspek perubahan kondisi fisik
pada lansia diantaranya adalah menurunnya kemampuan musculoskeletal
kearah yang lebih buruk. Penurunan tersebut mengakibatkan lansia lebih
rentan terkena penyakit misalnya, hipertensi, diabetes mellitus, rematik,
asam urat, dan lain-lain (Wiyono 2013).
Berdasarkan data (WHO) World Health Organization 2016,
melaporkan bahwa angkake jadian Rhemathoid Arthritismencapai 20%
dari penduduk dunia. dimana5-10% adalah mereka yang berusia 30-50
tahun dan 20% adalah mereka yang berusia 55 tahun (WHO, 2016).
Berdasarkan Data Riskesdes, tahun 2013, prevalensi penyaki sendi pada
usia 55-64 tahun adalah 45,0% usia 65-74 tahun adalah 51,9% usia kurang
lebih 75 tahun adalah 54,8% (Riskesdas, 2013). Di provinsi Sulawesi
tengah sendiri prevalensi penyakit sendi adalah 26,7% (Riskesdas, 2013).
Pada tahun 2017 di kabupaten Poso jumlah penderita Rhemathoid Arthritis
sebanyak 2.112.
penderita Rhemathoid Arthritis terbanyak kabupaten poso terdapat
di Puskesmas Mapane kecamatan poso pesisir dengan jumlah sebanyak
422 penderita (Dinas Kesehatan Kabupaten Poso, 2016). Dan pada tahun
2017 data penderita Rhemathoid Arthritis sebanyak 613 penderita (Dinas
Kesehatan Kabupaten Poso, 2017). Setelah dilakukan pendataan pada 10
kelurahan yang termaksud dalam wilayah kerja puskesmas Mapane,
jumlah penderita terbanyak pada 3 bulan terakhir,dari bulan januari-maret
di tahun 2018 terdapat 4 Kelurahan yang memiliki jumlah penderita lebih
dari 2, yaitu Kelurahan Kasiguncu berjumlah 15 penderita, kelurahan Bega
2
3 penderita ,Kelurahan Mapane 3 penderita dan Kelurahan Lantojaya 2
penderita (Puskesmas Mapane,2018).
Penyakit reumatik yang biasa disebut artritis (radang sendi)
dianggap sebagai suatu keadaan yang sebenarnya terdiri atas lebih dari 100
tipe kelainan yang berbeda. Penyakit ini dapat mengenai otot-otot skelet,
ligamen, tendon, dan persendian pada laki-laki maupun wanita dengan
segala usia. Sebagian gangguan lebih besar kemungkinannya untuk terjadi
suatu waktu tertentu dalam kehidupan pasien. Dampak keadaan ini dapat
mengancam jiwa penderitanya atau hanya menimbulkan gangguan
kenyamanan dan masalah yang disebabkan oleh penyakit reumati kini.
Tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas dan
aktivitas hidup sehari-hari, tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas dapat
menimbulkan kegagalan organ dan kematian atau mengakibatkan masalah
seperti rasa nyeri, keadaan mudah Lelah dan penurunan aktivtas (Kisworo,
2008).
Rhemathoid Arthritis menyebabkan lansia mengalami penurunan
aktivitas dan mengabitkan lansia tersebut akan merasakan nyeri. Nyeri
yang dirasakan akan mengganggu aktivitas dan mengakibatkan
perasaantidak nyaman pada lansia. Dampak dari keadaan ini dapat
mengancam jiwa penderitanya aatau hanya menimbulkan gangguan
kenyamanan, dan masalah yang disebabkan oleh penyakit rematik tidak
hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas hingga terjadi
hal yang paling ditakuti yaitu menimbulkan kecacatan seperti kelumpuhan
dan gangguan aktivitas hidup sehari-hari tetapi juga efek sistemik yang
tidak jelas tetapi dapat menimbulkan kegagalan organ dan kematian atau
mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri, keadaan mudah lelah,
perubahan citra diri serta Resiko tinggi terjadi cidera (Kisworo, 2011).
Pada keadaan rematik lansia akan merasakan nyeri yang sangat hebat pada
bagian persendian, apalagi ketika di gunakan untuk berjalan lansia sering
kali yidak mampu, namun ada beberapa cara yang dapat di lakukan untuk
mencegah nyeri sendi akibat penyakit rematik ini, salah satunya adalah
3
senam rematik yang dapa di lakukan pada lansia untuk mencegah nyeri
sendi. Berdasarkan hasil penelitian Vivi Meiyana,dkk (2016) mengatakan
bahwa dengan diberikan latihan senam rematik pada lansia yang
mengalami rematoid atritis dapat mengurangi skala nyeri, mean skala
nyeri kelompok lansia yang mendapatkan terapi senam rematik lebih
rendah yaitu 4,92 dari pada mean skala nyeri kelompok kontrol yaitu 6,58.
2. Rumusan Masalah
“Bagaimana Pelaksanaan Pencegahan Nyeri Sendi pada Lania dengan
Senam Rematik di Desa Lantojaya”
3. Tinjauan Pustaka
a. Definisi
Rhemathoid Arthritis adalah suatu penyakit inflamasi sistemik
kronik dengan poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.
Terlibatnya sendi pada pasien Rhemathoid Arthritis terjadi setelah
penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifnya.
Rhemathoid Arthritis diartikan juga sebagai penyakit aotonium
dimana, secara simetris, persendian (biasanya sendi tangan dan kaki)
mengalami peradangan sehingga penyebab terjadinya pembekakan, dapat
kerap kali mengakibatkan kerusakan pada bagian sendi (Mansjoer,A, 2000
dalamAspiani,2014).
b. Etiologi
Penyebab Rhemathoid Arthritis belum jelas sampai sekarang
,namun factor keturunan berpengaruh terhadap timbulnya keluhan sendi
ini (Aspiani,2014). Ada beberapa factor resiko yang dapat menyebabkan
seseorang menderita Rhemathoid Arthritis yaitu:
1) Genetik
Pada penyakit Rhemathoid Arthritis factor genetic sangat
berpengaruh. Gen-gen tertentu yang terletak dikompleks
4
histokompatibilits utama (MHC) pada kromosom 6 telah terlibat
prediposisi dan tingkat keparahan Rhemathoid Arthritis. Pendudukan
5
asli Amerika dengan gen polimorfik HLA-DR9 memiliki 3,5 lebih
besar terkena Rhemathoid Arthritis bawaan.
a. .Infeksi
Agen penginfeksi yang terkait pada Rhemathoid Arthritis
antara lain mycoplasma mycobacterium,parvovirus,virus Epstein -
Barr, dan retrovirus. Agen penginfeksi ini menginfeksi pasien melalui
infeksi synovial langsung, menjadi molekul dan aktivasi kekebalan
bawaan .
b. Usia dan Jenis Kelamin
Insedensi Rhemathoid Arthritis lebih banyak dialami oleh
wanita dari pada laki-laki dengan rasio 2:1 hingga 3:1 perbedaan ini di
amsusikan kerena pengaruh dari hormone namun data ini masih dalam
penelitian. Wanita memiliki hormone estrogen sehingga dapat memicu
system imun. OnsetRhemathoid Arthritis terjadi pada orang-orang usia
sekitar 50 tahun.
c. Obesitas
Secara statistic perempuan memiliki body mass index (BMI) di
atas rata- rata dimana kategori BMI pada perempuan Asia
menurutjurnal American clinical nutrition yusrisal tahun 2012 dengan
penelitian jumlah BMI pada perempuan asia menunjukan antara 24
sampai dengan 26,9kg/m2. BMI di atas rata –rata mengakibatkan
terjadinya penumpukan lemak pada sendi sehingga meningkatkan
tekanan mekanik pada sendi penahanan beben tubuh ,khususnya lutut.
d. Lingkungan
Banyak factor lingkungan yang berkontribusi terhadap
keparahan Rhemathoid Arthritis ,meskipun tidak ada objek spesifik
yang didentifikasikan sebagai masalah utama. Merokok adalah salah
satu factor resiko dari keparahan Rhemathoid Arthritis pada populasi
tertentu tetapi alas an pengaruh rokok terhad apsinovitis belum
sepenuhnya di definisikan, tapi rokok mempengaruhi system
kekebalan bawaan di jalan nafas.
c. Faktor-Faktor Resiko Rhemathoid Arthritis
Pemicu terjadinya rheumatoid arthritis masih belum diketahui,
namun ada beberapa faktor yang bias meningkatkan risiko terkena
rheumatoid arthritis, antara lain:
a. Usia. Kebanyakan penderita rheumatoid arthritis berusia 40 tahun
keatas, tapi bisa juga menjangkiti orang pada usia berapa pun.
b. Jenis kelamin. Pria lebih jarang terkena penyakit ini dibandingkan
wanita.
c. Genetika. Walau kecil, mempunyai anggota keluarga yang menderita
rheumatoid arthritis meningkatkan risiko seseorang untukterkena
penyakit ini juga.
d. Merokok. Merokok dapat memicu berbagai macam penyakit dan
kebiasaan buruk ini bias meningkatkan risiko terkena rheumatoid
arthritis.
e. Obesitas. Seseorang dengan berat badan lebih memiliki risiko tinggi
terserang rheumatoid arthritis, khususnya wanita berusia dibawah 55
tahun.
f. Lingkungan. Walau belum sepenuhnya terbukti, factor lingkungan
dapat menyebabkan seseorang terserang rheumatoid arthritis karena
berkaitan dengan kekuatan daya tahan tubuh.
d. Manifestasi klinik
Tanda gejalanya yaitu terjadi kekakuan sendi jari tangan pada
pagihari (morning stiffnes) dan yeri pada pergerakan sendi atau nyeri
tekan.(American Reumatism Association) dalam Zairin (2012).
Rhemathoid Arthritis menyebabkan lansia mengalami penurunan akvitas
(Nurarif, 2013). Penurunan aktivitas menjadikan penderita tidak dapat
mengurus dirinya sendiri sehingga kemampuan merawat dirinya menurun
dan timbul ketergantungan.
Ada beberapa gejala yang lazim ditemukan pada penderita
Rhemathoid Arthritis:
a. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoriksia berat badan
menurun dan demam, terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
b. Poliartitis simetris terutama pada sendi perifer, termaksud sendi-sendi
interfalangsdistal hamper semua sendi diartrodial dapat terserang.
c. Pentingnya untuk membedakan nyeri yang disebabkan perubahan
mekanisme dengan nyeri yang disebabkan inflames nyeri yang timbul
setelah aktivitas dan hilang setelah istirahat serta tidak timbul pada
pagi hari merupakan tandan yeri mekanis sebaliknya nyeri
inflamasiakan bertambah berat pada pagi hari saat bangun tidur dan di
sertai kaku sendi atau nyeri yang hebat pada awal gerak dan
kekurangan setelah melakukan aktivitas.
d. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam, dapat bersifat
generlisatata tapi terutama menyerang sendi-sendi .kekakuan ini
berbeda dengan kekakuans endi pada ostearititis yang biasanya
berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari 1 jam.
e. Artritis erosive merupakan cirri khas dari penyakit ini pada gambaran
rediologik. Peradangan sendi yang kronik yang mengakibatkan erosi
di tepi tulang,
f. Deformitas merupakan kerusakan dari struktur-struktur penujang
sendi dengan perjalanan penyakit. pergeseran ulna atau deviasi jari,
sublikasi sendi metakarpo falangeaal, leher angsa adalah beberapa
deformitas tangan sering di jumpain pada penderita. Pada laki-lakiter
dapat protusi (benjolan) kaput metatarsal yang timbul sekunder daris
ublikasi metatarsal. Sendi-sendi yang besar juga dapat terangsang dan
mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam
melakukan gerak ekstensi.
g. Nodula-nodul arhemathoid adalah masa subkutan yang ditemukan
pada sepertiga orang dewasa penderita Rhemathoid Arthritis .lokasi
paling sering dari deformitas ini adalah bursa elakronan (sendisiku)
atau di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan, walaupun
demikian nodula-nodulaini dapatt imbul pada tempat-tempat lainya.
adapunnodila-nodulaini biasanya merupakan petunjuk suatu penyakit
yang aktif dan lebih.
h. Manifestasi ekstra articular: Rhemathoid Arthritis juga dapat
menyerang organ-organ lain di luar sendi, jantung (pericarditis), paru-
paru (pleuritis) mata dan pembuluh darah dapat rusak.
e. Patofisiologi
Dalam penyakit Rhemathoid Arthritis yaitu relaksasi autonium
pada Rhemathoid Arthritis terjadi dalam jaringan sinoval. Proses
fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim
tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, profilerasi
membrane synovial dan akhirnya membentuk pannus. Pannus inilah yang
akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi pada tulang.
Sehinga akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan
mengganggu gerak sendi, dan otot akun ikut terkena karena serabut otot
akan mengalami perubahan degeneratif dan menghilangnya elastisitas
otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer&Bare,2002).
f. Komplikasi Rematoid Atritis
a. Sistem respiratori
Peradangan pada sendi krikoaritenoid tidak jarang dijumpai
pada Rhemathoid Arthritis. Gejala keterlibatan seluruh napas atas ini
dapat berupa nyeri tenggorokan, nyeri menelan atau disfonia yang
umumnya terasa lebih berat pada pagi hari.
b. Sistem Kardiovaskuler
Sepertihalnya pada system respiratori pada Rhemathoid
Arthritis yang dijumpai gejala perikarditis berupa nyeri dada atau
gangguan faal jantung ,akan tetapi pada beberapa pasien dapat pula di
dapat gejala pericarditis yang berat
c. Sistem Gastrointestinal
Kelainan system pencernaan yang sering yang dijumpai adalah
gastritis dan ulkus peptic yang merupakan komplikasi utama
penggunaan obat anti inflamasinonsteroid (OAINS) atau obat
pengubah perjalanan penyakit (disease modifying
antirheumatoiddrungs DMARD) yang menjadi penyebab morbiditas
dan mortalitasutama pada Rhemathoid Arthritis.
d. Sistem persyarafan
Komplikasi neurologis yang sering dijumpai pada Rhemathoid
Arthritis umumn yatidak memberikan gambaran yang jelasse hingga
sukar untuk membedakan komplikasi neurologis akibatlesi,articular
dan lesineuropatik.
e. Sistem perkemihan:Ginjal
Berbeda dengan lupus eritematesussistemik pada Rhemathoid
Arthritis jarang sekali dijumpai kelainan glomerular. Jika pada pasien
Rhemathoid Arthritis protelnuria, umumnya hal tersebut sering
disebabkan karena efek samping pengobatan seperti garam emas dan
D-penisilamin atau terjadi sekunder akibat amyloidosis.Walaupun
kelainan ginjal interstisial dapat dijumpai padasyndrome
sjogren,umumnya kelainan tersebutl ebih banyak berhubungan dengan
penggunaan OAINS. penggunaan OAINS yang tidak terkontrol dapat
sampai menimbulkan Nekrosispapilar ginjal.
f. Sistem hematologis
Anemia akibat penyakit kronik yang ditandai dengan
gambaran eritrositnormasistik-normokromik (hipokromikringan) yang
disertai degan kadarlesi serum yang rendah serta kapasitas
pengikatbesi yang normal atau rendah merupakan gambaran umum
yang sering dijumpai pada Rhemathoid Arthritis (Aspiani,2014).
g. Sendi-Sendi yang Terkena Rhemathoid Arthritis
Beberapa sendi yang sering terkena pada pasien Rhemathoid
Arthritis adalah sebagai berikut:
a. Tangan dan pergelangan tangan
Dampak Rhemathoid Arthritisn pada tangan sangat parah. Pada
awal gejala jari menjadi bengkak,nyeri dan kaku. Radang pada
selubung tendon fleksor dapat meningkatkan gangguan fungsional
b. Bahu
Rhemathoid Arthritis juga mempengaruhi bahu. Awal gejala
meniruman setretatortendonosis dengan sindrom busur menyakitkan
dan nyeri pada lengan atas dimalam hari sebagian sendi menjadi
rusak, kaku menyeluruh. Hal ini bias mengganggu pada saat
berpakaian,makan dan di toilet.
c. Siku
Sinovitis pada siku menyebabkan pembekakan dan deformitas
fleksi yang menyakitkan. Pasien juga mengalami kesulitan maka jika
dikombinasikan dengan bahu,tangan dan pergelangan tangan yang
cacat.
d. Kaki
Salah satu manifestasi awal Rhemathoid Arthritis adalah
pembekakan kaki menjadi lebih luas dan deformatis hammer-toe
berkembang. Paparan dari kepala metatarsal, tekanan oleh migrasi
fibrofatty pada pelindung menyebabkan rasa sakit.
e. Lutut
Sebagian besar sinovitis dan efusi terjadi di lutut.
f. Pinggul
Pinggul jarang terkena pada awal Rhemathoid Arthritis.Nyeri
dan kekakuan yang disertai dengan hilangnya radiologi dari ruang
sendi dan juxta-artikular osteoporosis.
a. Relevansi
b. Hasil guna
c. Ketepatan
lantojaya
melakukan senam rematik, lansia yang mudah lelah, dan daya tangkap serta
Kegiatan ini dilakukan bertujuan untuk menguragi nyeri pada pasien rematik,
yang menjadi penyebab terjadinya ke kakuhan sendi melalui senam
rematik.Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 15 april 2019 bertempat mapane.
Kegiatan pertama yang dilakukan adalah memberikan penyuluhan tentang
penyakit rematik, pengelolaan penyakit rematik dan senam rematik.Tujuan
kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan tentang pengelolaan
penyakit rematik untuk mencegah terjadinya komplikasi antara lain :definisi,
tanda & gejala, komplikasi, penatalaksanaan, manajemendiri, pengertian senam
rematik, tujuan dan manfaat senam rematik.
Kegiatan kedua
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, R.Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans
Info Media
Berkshire. 2008. Balance Exercise; dari www.royal berkshire.nhs.uk diakses 15
April 2012
Darmojo, Boedhi. 2006. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), Edisi 4, Jakarta:
Balai Penerbit FKUI
Kloos A D dan Heiss D G. 2007. Exercie for Impaired Balance. Kisner C &
Colby L.A 5thed. Therapeutic Exercise. Philadelphia. Hal:251-272.