Disusun Oleh :
20160039
NIM : 20160039
Hari :
Tanggal :
Waktu :
Tempat/Ruangan :
Pembimbing Mahasiswa
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan yang berjudul,
““Laporan Pendahuluan Dan Asuhankeperawatan Pada Tn. A Dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal Di Desa Kledokan Kabupaten Sleman
Provinsi Yogyakarta.
Laporan ini tersusun atas upaya maksimal penulis dengan bimbingan,
arahan, serta dukungan dari bapak/ibu pembimbing dan berbagai pihak sehingga
dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Oleh karena itu pada kesempatan
ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Tujuan........................................................................................................4
1. Tujuan Umum........................................................................................4
2. Tujuan Khusus.......................................................................................4
BAB II TINJAUANTEORI........................................................................6
B. Proes Menua.............................................................................................18
A. Pengkajian ...............................................................................................53
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................86
C. Rencana Tindakan....................................................................................89
D. Implementasi&Evaluasi ..........................................................................89
BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................101
BAB V PUNUTUP....................................................................................113
A. Kesimpulan............................................................................................113
B. Saran ......................................................................................................113
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
2. SAP Osteoartritis
iiii
ivi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu
merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2006 dalam Kholifah
perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ
1
sehingga terjadi kemunduran fisiologis, psikologis, dan sosial seiring
2015 ada 901 juta orang berusia 60 tahu atau lebih yang terdiri atas 12%
dari jumlah populasi global. Pada tahun 2015 dan tahun 2030, jumah orang
berusia 60 tahun atau lebih diproyeksi akan tumbuh sekitar 56% dari 901
juta menjadi 1,4 Milyar, dan pada tahun 2050 populasi lansia diproyeksi
lebih dari dua kali lipat yaitu mencapai 2,1 Milyar (United Nations, 2015)
yang berusia 65 tahun keatas atau sekitar 8 % dari seluruh jumlah populasi
Indonesia terdapat 9,92 % atau 26,82 juta penduduk lansia dari total
lansia madya (70-79 tahun) 27,23 % , dan lansia tua (> 80 tahun) 8,49%.
keluhan kesehatan, baik fisik maupun psikis (48,14 persen). Sementara itu,
2
seperempat lansia yang ada di Indonesia (24,35 persen) (BPS, 2020).
Secara umum, penyakit yang dialami para lansia merupakan penyakit tidak
penurunan elastisitas sendi. Hal ini yang menyebabkan sebagian besar dari
ini erat kaitannya dengan proses penuaan dan sebagian besar berlokasi di
3
sendi lutut, pinggul, jari, dan daerah vertebra lumbal oleh karena proses
60 tahun di seluruh dunia pada pria adalah 9,6% dan 18,0% pada wanita.
pria sedangkan pada wanita mencapai 12,7% (Sonjaya et al., 2014). Data
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia pada tahun 2013 dari hasil
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
4
Mahasiswa Profesi ners mampu melakukan Asuhan Keperawatan
2. Tujuan Khusus
Muskuloskeletal
secara Teoritis
menggunakan SDKI,SLKI,SIKI
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Tulang
Tulang tersusun atas sel, matriks, protein dan deposit mineral. Sel-
matriks tulang. Matriks tersusun atas 98% kolagen dan 2% substansi dasar
dalam osteon (unit matriks tulang). Osteoklas adalah sel multinuklear yang
6
a. Tulang panjang (Ossa longa), misalnya tulang-tulang berrongga
b. Tulang pendek (Ossa brevia), misalnya ossa carpalia dan ossa tarsalia.
1) Fungsi Hematopoietik
menghasilkan sel – sel darah. Pada individu dewasa sel – sel darah
tulang dalam tubuh di hubungkan satu sama lain dengan sendi atau
sendi yang tak dapat di gerakkan misalnya, sendi pada tulang tengkorak.
tutupi oleh tulang rawan hialin yang halus. Persendian tulang tersebut di
kelilingi oleh selubung fibrus kuat kapsul sendi. Kapsul di lapisi oleh
dan fibula atau radius dan ulna), dan ghomposis (misalnya tautan
8
fibrosa pada gigi di kantong alveolusnya pada maxilla dan
mandibula).
Pada sendi tulang, tulang menyatu seperti yang terlihat pada sakrum
synovialis, Diarthrosis)
9
b) Sendi konoid, articulatio trochoidea : sendi uniaksial,
10
Gambar 2.1. Tulang rangka penyusun sendi lutut dapat dilihat
a) Tampak anterior
11
b) Tampak posterior
a. Otot Rangka
menjadi :
(musculus intersectus)
12
Otot rangka melekat pada tulang atau rangka tubuh. Otot rangka
otot pada rangka ), (4) insersi (yaitu perlekatan yang dapat bergerak
pada otot), (5) jumlah divisi, (6) lokasi, atau (7) arah serat (misalnya
b. Otot Polos
(misalnya, mata ). Gap junction antara sel –sel otot polos menghasilkan
Otot polos yang terdiri atas serabut serabut oto kecil umumnya
1) Ukuran fisik.
4) Sifat persarafan
5) Fungsi
13
1)Otot polos multi-unit : terdiri atas serabut otot tersendiri dan terpisah.
Tiap serabut bekerja tanpa tergantung pada serabut lain dan sering
2)Otot polos tunggal : disebut juga otot polos sinstial. Suatu massa
antara miosin dalam filamen tebal dan aktin dalam filamen tipis, yang
Aktin dan miosin tidak dapat berkontrakasi bila tak ada kalsium.
rangsangan yang di bawa oleh sel saraf. Komunikasi antara sel saraf
dan sel otot skelet disebut lower motor neuron. Neuron yang mengatur
aktivitas sel otot skelet dinamakan lower motor neuron. Neuron ini
Sumber energi untuk sel otot adalah adenosin trifosfat (ATP) yang
yang terdapat dalam sel otot, berperan sebagai cadangan kedua energi
menjadi air dan karbon dioksida. Selama masa aktivitas tinggi, bila
asam laktat, proses ini tidak efisien bila dibandingkan dengan jalur
akan di lepaskan dalam bentuk panas dan pada saat menggigil karena
tahap berikut :
membran.
15
4) Terbukanya kanal berpintu asetilkolin memungkinkan
d. Otot jantung
pada jantung. Otot ini terdiri atas sel – sel otot yang bercabang dan
e. Tonus otot
memantau tonus otot. Tonus otot menjadi paling minimal saat tidur dan
f. Kerja otot
jaringan ikat fibros ) mengikat tulang dalam sendi. Ligamen dan tendon
otot, yang melintasi sendi menjaga stabilitas sendi. Pada beberapa sendi,
kapsul sendi dan memperkuat stabilitas sendi (Smeltzer & Bare, 2002).
menahan tekanan dan komresi dengan ketahanan yang besar (Black &
Hawks, 2014).
5. Bursa
Bursa adalah suatu kantong yang berisi cairan sinovial yang terletak
tendon, ligamen dan tulang di siku, lutut, dan beberapa sendi lainnya
B. Proses Menua
menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonimis.
memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk dapat tetap hidup mandiri dan
dilalui oleh setiap manusia. Tahapan tersebut dinamakan daur hidup atau
siklus hidup manusia. Siklus hidup manusia dimulai dari masa kehamilan,
18
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia:
Menurut Awam & Rodriquez, (2009) dalam Miller, (2012) defisit gizi
Ferrari et al; Giovannuci; Parikh, Avorn, & Solomon, 2009 (dikutip dalam
buku Miller, 2012) para peneliti juga telah berfokus pada kekurangan vitamin
19
dewasa berusia 60 tahun atau lebih dan ini mungkin menjelaskan mengapa
intervensi prmosi kesehatan seperti: gizi yang baik dan aktivitas fisik.
Perubahan yang berkaitan dengan usia tanpa adanya faktor resiko dimulai
dari usia 40 tahun terjadi penurunan kekuatan otot secara bertahap dari 30%
menjadi 50%. Pada usia 80 tahun terjadi penurunan kekuatan otot yang lebih
kekuatan otot disebabkan oleh hilangnya massa otot, dan pola aktivitas
selama hidupnya. Daya tahan otot dan koordinasi otot berkurang merupakan
akibat dari perubahan agerelated pada otot dan sistem saraf pusat. Karena
perubahan ini lansia lebih mudah kelelahan saat melakakuan latihan pendek
didanding dengan yang masih muda. Pada masa dewasa awal fungsi sendi
20
mulai menurun dan berlangsung secara bertahap sehingga menyebabkan
hari seperti, menulis, makan, grooming, dan menggunakan sepatu dan kaos
otot yang kurang, mengembangkan sempit berdiri dan berjalan kiprah, dan
sudut pinggul. laki-laki yang lebih tua pengembangan berjalan lebih luas dan
kiprah berdiri, ditandai dengan ayunan lengan kurang dan langkahnya lebih
pendek, penurunan ketinggian steppage, dan posisi yang lebih tertekuk dari
kepala dan tubuh. Dampak keseluruhan dari perubahan ini adalah kecepatan
jalan menjadi melambat. Selain itu perubahan ini dapat disebabkan oleh
21
Miller, 2012 juga menjelaskan bahwa pada lanisa yang berusia lebih
1. Resiko Jatuh
Menurut Lamoureux et al., (2010) dalam Miller, (2012) faktor risiko untuk
fungsional, efek obat, dan faktor lingkungan. Jatuh adalah hasil dari
kombinasi faktor-faktor ini, bukan salah satu faktor risiko yang terisolasi.
penglihatan yang rendah tiga kali lebih mungkin untuk jatuh jika mereka
2. Takut Jatuh
Menurut Sharaf & Ibrahim, 2008; Kempen et al, 2009 dalam Miller
(2012) studi telah menemukan bahwa rasa takut akan jatuh dikaitkan
dengan usia yang lebih tua, depresi, jatuh sebelumnya, penggunaan alat
22
berjalan yang benar-benar menurunkan stabilitas berjalan dan dapat
al, 2009 dalam Miller (2012) studi juga menemukan bahwa takut jatuh
3. Fraktur
Menurut Adams & Hewison; Huntijens et al; Lawrence, Wenn, Boulton, &
modifikasi gaya hidup utama yang berpotensi. Faktor risiko yang tidak
negatif yang serius dan permanen. Jatuh, jenis kelamin perempuan, BMD
Stolee, Poss, Cook, Byrne, & Hirdes, 2009 dalam Miller (2012) risiko
1. Osteoartritis
a. Definisi
ini bersifat kronik, berjalan progesif lambat, tidak meradang, dan ditandai
oleh adanya deteroirasi dan abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan
artritis yang paling umum, dengan jumlah pasiennya artitis. Gangguan ini
lebih banyak pada perempuan dari pada lelaki dan terutama ditemukan
pada orang- orang yang berusia lebih dari 45 tahun (Price & Wilson,
2006).
tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia 60 tahun ke atas. (Stanley &
Bare, 2006).
24
Jadi, osteoartritis merupakan gangguan sendi yg ditandai dengan
b. Etiologi
perubahan dalam fungsi kondrosit (sel normal yang terdapat dalam tulang
rawan sendi dan bertanggung jawab untuk sintesis dan integritas matriks
c. Manifestasi Klinik
saat sendi bergerak atau menanggung beban. Dapat pula terjadi kekakuan
25
sendi setelah sendi tersebut tidak di gerakan beberapa lama, tetapi
kekakuan ini akan menghilang setelah sendi di gerakkan. Spasme otot atau
tekanan pada saraf di daerah sendi yang terganggu adalah sumber nyeri.
Ada beberapa orang yang mengeluh sakit kepala sebagai akibat langsung
dari osteoartritis pada tulang belakang bagian leher (Price & Wilson,
2006).
d. Patofisiologi
berkembang secara lambat, tidak simetris dan non inflamasi yang terjadi
degenerasi kartilago sendi dan oleh pembetukan tulang baru pada bagian
putih, tembus cahaya menjadi buram dan kuning, dengan permukaan yang
kasar dan area malacia (pelunakan). Ketika lapisan kartilago menjadi lebih
tipis, permukaan tulang tumbuh semakin dekat satu sama lain. Inflamasi
26
sekunder dari membran sinovial mungkin mengikuti. Pada saat permukaan
2. Rheumatoid Artritis
a. Definisi
berbagai sistem organ. Penyakit ini adalah salah satu dari sekelompok
penyakit jaringan ikat difus yang diperantai oleh imunitas dan tidak
sistemik, dan paling sering menyerang sendi periferal dan otot, tendon,
b. Etiologi
c. Manifestasi Klinik
gerakan ekstensi.
lainnya.
28
5) Manifestasi ekstra-artikular: artritis rheumatoid juga dapat menyerang
(2011), meliputi :
a) Anoreksia
b) Letih
a) Lesi kardiopulmonal
c) Infeksi
istirahat.
d. Patofisiologi
mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan
3. Osteoporosis
a. Definisi
menyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah (Guyton & Hall,
2011).
30
meraebsorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang,
masa total tulang yang menyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah
mudah.
b. Etiologi
akan berkrang. Semakin banyak gerak dan olahraga maka otot akan
Jika kalsium tubuh kurang maka tubuh akan mengeluarkan hormon yang
akan mengambil kalsium dari bagian tubuh lain, termasuk yang ada di
tulang kropos, rapuh dan rusak. Hal ini disebabkan kafein dan alkohol
6) Kebiasaan merokok
nikotin juga membuat kadar dan aktivitas hormon ekstrogen dalam tubuh
proses pengapuran.
Obat kortiko steroid yang sering di gunakan sebagai anti peradangan pada
itu, obat heparin dan anti kejang juga menyebabkan penyakit osteoporosis
c. Manifestasi Klinik
fraktur lengan bawah. Fraktur ini terjadi salah satunya akibat dari stres
tinggi untuk mengalami fraktur berikutnya pada lokasi yang lain. Fraktur
vertebra dan lengan bagian bawah cenderung terjadi lebih awal dalam
33
hidup dibandingkan fraktur panggul. Fraktur mrmbatasi mobilitas dan
d. Patofisiologi
badan normal menurun atau tidak ada sebagai konsekuensi dari penurunan
4. Gout Arthritis
a. Definisi
asamurat yang nyeri pada tulang sendi, sangat sering pada kaki bagian
34
metabolik yang ditandai oleh penumpukan asamurat yang menyebabkan
Suddarth, 2012).
(biasanya nyeri pada sendi yang lebih besar, misalnya pergelangan kaki,
b. Etiologi
tubuh. Karena itu, gangguan yang timbul pada organ ini akan
urat. Namun, kadar asam urat yang terlalu tinggi juga bisa mengganggu
Gout Arthritis umumnya dialami oleh pria dan wanita dewasa yang
sebanding antara pria dan wanita. Menurut survey yang diadakan oleh
menurun, bahkan tidak ada resiko sama sekali. Kecuali, jika penyakit
3) Dehidrasi
asam urat. Pada dasarnya semua cairan itu adalah pelarut. Namun, daya
larut setiap cairan berbeda-beda. Air yang memiliki daya larut paling
tinggi adalah air putih. Air putih dapat melarutkan semua zat yang larut
36
dalam cairan, termasuk asam urat. Air diperlukan sebagai pelarut asam
urat yang di buang atau diekskresikan melalui ginjal bersama urin. Jika
4) Makan berlebihan
tinggi kadar asam urat (produk akhir metabolisme purin) dalam tubuh.
tape ketan, tuak, dan makanan yang beragi, bebek, angsa, ikan
jeroan seperti otak, lidah, jantung, hati, limpa, ginjal, dan usus baik
sapi maupun ayam, kaldu daging dalam sup kental, soto ayam, opor
pepaya.
sedang, nasi ubi, singkong, jagung, roti, mie, bihun, tepung beras,
kue kering, dan macaroni, margarin butter, kelapa, minyak, dan gula,
pudding, telur, susu, keju, dan es krim, kopi, sereal, rempah, bumbu,
5) Konsumsi alkohol
alkohol. Dampak buruk alkohol akan semakin nyata pada individu yang
6) Pasca operasi
38
Seseorang yang telah menjalani operasi beresiko mengalami kenaikan
kadar asam urat sesaat. Karena penurunan jumlah air yang mereka
c. Manifestasi Klinik
diantaranya :
pada jari-jari kaki, bagian belakang kaki yang terbentuk bulat (heel),
operasi, dan minum obat yang dapat meningkatkan kadar asam urat
dalam darah.
5) Nyeri pada satu atau beberapa sendi di malam hari, yang makin lama
semakin memburuk.
39
7) Demam, menggigil, tidak enak badan, pada beberapa penderita, terjadi
8) Bila benjolan kristal pada sendi pecah, akan keluar massa seperti kapur.
d. Patofisiologi
kristal urat yang ujungnya tajam seperti jarum. Kondisi ini memacu
dan jaringan lunak dan dapat menyebabkan nefrolithiasis urat (batu ginjal)
1) Stadium I
Kadar asam urat darah meningkat tapi tidak menunjukkan gejala atau
2) Stadium II
Terjadi pembengkakan dan nyeri pada sendi kaki, sendi jari tangan,
3) Stadium III
Timbunan asam urat terus meluas selama beberapa tahun jika tidak
41
G. Pathway Penuaan Sistem Terkait
Badan Membungkuk
Nyeri Akut Nyeri Kronis
Aktivitas menurun dan menjadi (D.0077) (D.0078)
terbatas
42
G. Asuhan Keperawatan Teori
1. Pengkajian
Subjektif :
kesehatannya ?
pemeliharaan kesehatan ?
kesehatannya ?
Objektif :
43
Bagaimana kebersihan diri lansia (rambut, kulit, mulut dan geligi, gigi
b. Pola Nutrisi-Metabolik
Subjektif :
dalam sehari?
Objektif :
gigi geligi, rongga mulut, gusi, lidah, kelenjar getah bening, status
hidrasi?
c. Pola Eliminasi
Subjektif :
tertawa
Objektif :
ketuk ginjal?
dengan eliminasi
45
d. Pola Aktivitas-Latihan
Subjektif :
lamanya?
sakit kepala) ?
5) Alat bantu apa yang diperlukan lansia pada saat beraktifitas, apakah
slym ?
Objektif :
ambulasi?
Subjektif
siang/malam?
tidur?
5) Apa yang dilakukan lansia sebagai ritual tidur atau upaya untuk
47
6) Apa yang menyebabkan lansia sering terbangun pada waktu tidur
Objektif :
Subjektif
memori?
(mandiri/dibantu)?
48
9) Apakah gelisah, tidak kooperatif, marah, menarik diri, depresi,
halusinasi, delusi?
Objektif
Subjektif
Kegagalan/keputusasaan?
mata?
7) Apakah klien tidak mau melihat pada bagian tubuh yang rusak?
Objektif
49
1) Apakah menunjukkan sikap agresif, marah, menuntut?
h. Pola Peran-Hubungan
Subjektif
sosial lainnya?
Objektif :
sekitar
i. Pola Seksual-Reproduksi
Subjektif :
lansia?
50
4) Apa upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah akibat
menopause/andropause?
Subjektif :
Objektif :
Subjektif :
keyakinan agamanya?
keagamaan?
Objektif :
52
2 Resiko Jatuh a. Tingkat jatuh a. Pencegahan Jatuh
(D.0143) (L.14138) (I.14540)
b. Ambulasi b. Dukungan
(L.05038) Ambulasi
c. Keamanan (I.06171)
Lingkungan Rumah c. Manajemen
(L.14126) Keselamatan
Lingkungan
(I.14513)
53
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Identitas Klien
2. Umur : 65 Tahun
4. Agama/Suku/Bangsa : Islam/Jawa
6. Pendidikan : SD
B. Penanggung Jawab
1. Nama : Ny. D
C. Alasan Dikunjungi :-
54
D. Diagnosa Medik : Nyeri lutut dan bahu
(proses penuaan/osteoartritis)
Gamelan
F. Genogram :
(Asma) (Asma)
60 64
65 5
Nyeri bahu, nyeri lutut 9
39 3
3
4
2
1 1 1
4 2 0
55
Deskripsi :
3. Tn. A mengatakan ayahnya dulu meninggal karena asma, kalau ibu tidak
tahu karena apa, mungkin karena sudah tua dan penyakitnya sudah campur-
campur (komplikasi)
terkena kawat dan harus di bawa Ke RS sekitar 9 bulan yang lalu (pada
bulan November), tetapi sudah tidak ada gejala dan tidak ada bekas. Tn. A
56
5. Tn. A mengatakan istri nya mempunyai hipertensi dan rutin minum obat
tertentu.
6. Tn. A mengatakan sering merasa pegel dan nyeri pada area bahu sebelah
7. Nyeri yang di rasakan setelah bangun tidur, sehingga harus diam atau
memulai aktivitas
Subjektif :
1) Tn. A mengatakan nyeri pada kedua lutut dan bahu kanan saat
57
3) Tn. A mengkonsumsi jamu tradisional yang dibeli di warung untuk
Minggu.
panggilan dan pergi ke kebun 2-3 kali untuk mencari rumput (pakan)
sudah mulai tua berbeda dengan dulu yang sehat, bugar. Dan bahu
untuk bekerja.
sangat mengganggu.
P : Nyeri muncul saat bangun tidur malam dan saat mau beraktivitas
S : Skala nyeri 4
pada bahu kanan atau lututnya karena hanya pegal-pegal biasa dan
S : Skala nyeri 4
Objektif :
4) Saat sedang di kaji, Tn. A menunjukkan bagian lutut dan bahu kanan
Perempuan : 3,5-7,2
2 Gula darah 170 mg/dL ≤200 Normal
3 Kolesterol 209 mg/dL Baik : ≤200 Meningkat
6) TD : 120/85 mmHg
7) RR : 21x/menit
8) HR : 90/menit
59
b. Pola Nutrisi-Metabolik
Subjektif :
singkong rebut untuk pengganti makan. Jadi makan nasi, lauk dan
3) Menurut Tn. A, Tn. A sehari minum ± 4 liter (atau 3 botol aqia besar
1,5 liter)
5) Tn. A mengatakan nafsu makan nya tidak ada masalah, hanya makan
6) Tn. A mengatakan tidak ada masalah atau keluhan saat makan dan
minum
8) Tn. A mengatakan berat badan nya stabil tidak pernah terlalu kurus
atau gemuk.
60
Objektif :
5) Gigi bersih, tersisa 15 gigi geligi, tidak ada stomatitis, tidak ada luka
8) CRT : 2 detik
c. Pola Eliminasi
Subjektif :
61
2) Tn. A mengatakan BAB 1-2 kali dalam sehari, tetapi seringnya 1 kali
Objektif :
1) Tidak ada penumpukan urine dan tidak ada nyeri tekan pada vesika
urinaria
abdomen
d. Pola Aktivitas-Latihan
Subjektif :
sekitar pukul 8 pagi dan sore, lalu malam setelah maghrib istirhat di
WIB.
62
2) Tn. A mengatakan jika ada panggilan untuk menjadi buruh tukang,
kedua lututnya terasa sakit, bahu juga terkadang terasa sakit apalagi
6) Tn. A tidak ada keluhan sesak nafas, batuk, nyeri dada atau
kelemahan, hanya saja Tn. A merasa kedua lutut dan bahu kanannya
lalu) terakhir)
Makan/minum 0 : Tidak mampu 2 2
menyuap
2 : mandiri
Mandi 0:Tergantug orang lain 1 1
1 : Mandiri
Perawatan diri 0 :Membutuhkan bantuan 1 1
63
(Grooming) orang lain
bercukur
Berpakaian/ber 0 : Tergantung 2 2
mengancing baju)
2 : Mandiri
BAK 0 : inkontinensia 2 2
dan tidak
terkontrol
1 : Kadang Inkontinensia
(Bladder) 1: Kadang
Inkontensia (sekali
seminggu)
1 : Membutuhkan bantuan,
2 : Mandiri
Berpindah 0 : Tidak mampu 3 3
duduk (2 orang)
3 :Mandiri
Berjalan/mobil 0 : Immobile (tidak mampu) 3 3
satu orang
3 : Mandiri (meskipun
seperti, tongkat)
Naik turun 0 : Tidak mampu 2 2
1 (alat bantu)
2 : Mandiri
TOTAL 20 20
65
Keterangan :
membantu siapa
yang mengerjakan
1 Menyampaikan 0 Tidak mampu menyampaikan
mengoperasikan telepon)
2 Mampu mengoperasikan
telepon/semua pesan
tersampaikan
2 Belanja 0 Tidak mampu
66
1 Mampu bebelanja sendiri
tebatas (3 buah/kurang),
orang lain
2 Mandiri
3 Menyiapkan makanan 0 Tidak mampu
1 Mampu menyiapkan Untuk masak yang
bahan-bahannya atau
menghangatkan makanan
lain
2 Mandiri (mampu mengurus
67
jenis pakaian yang ringan,
lain
2 Mandiri (termasuk
apapun
1 Berpergian dengan sarana
sebelumnya
2 Mandiri (mampu menyiapkan
ditentukan)
8 Mengatur keuangan 0 Tidak mampu
68
1 Mampu mengatur belanja Bekerjasama
mmantau penghasilan
Total 11
Keterangan :
Objektif :
3) Penerangan cukup
69
4) Uji kekuatan otot Tn. A
Kanan Kiri
5555 5555
5555 5555
10) Intrumen Resiko Jatuh Penilaian Resiko Jatuh Pada Lansia Tinetti
BALANCE) PASIEN
1. Posisi duduk
70
3. Usaha untuk berdiri
pertama)
0
pegangan sesuatu)
2
Berdiri tegak, jarak kaki berdekatan, tanpa alat
bantu/pegangan
5. Keseimbangan berdiri
Mulai terjatuh
0
seperti no.6)
2
TOTAL 16
NO INSTRUKSI PENILAIAN (TINETTI GAIT) SKOR SKOR
PASIEN
10 Melakukan perintah untuk berjalan
Kaki kanan :
Kaki kiri
Kaki Kanan
0
Langkah pendek tidak melewati kaki kiri
73
Melewati kaki kiri 1 1
Kaki Kiri
sama
1 1
koridor
0
tangan
2
16 Sikap berjalan
Interpetasi hasil:
75
e. Pola Istirahat-Tidur
Subjektif :
pernah tidur siang. Tidur siang apabila sangat lelah atau sedang
sakit.
7) Tn. A tidak ada keluhan atau gangguan pada saat akan tidur atau
tidur.
Objektif :
76
2) Saat saya berbincang dengan Tn. A dan keluarga, Tn. A pun
4) Mata Tn. A tidak ada berwarna kemerahan dan tidak terlihat lesu
f. Pola Kognitif-Perseptual
Subjektif :
dengan baik
Yogyakarta
77
7) Tn A mengatakan tidak ada masalah atau perasaan gelisah atau
Objektif :
pertanyaan
Modification
Maksimal
ORIENTASI
hari apa?
78
kota, desa, ruang/tempat?
3 REGISTRASI
nilai)
5 MENGINGAT KEMBALI
(RECALL)
3 1
79
6 Pasen disuruh menyebutkan nama 2 2
lantai”
spontan
11 1 1
Pasien disuruh menggambar bentuk di
bawah ini
Cutoff
Range <21 Kemungkinan demensia lebih besar
80
>25 Kemungkinan demensia lebih kecil
Pendidikan <21 Abnormal pada tingkat pendidikan rendah
(dibawah SMP)
Interpretasi MMSE : 25
yang artinya:
bawah SMP
Subjektif :
81
1) Gambaran diri : Tn. A mengatakan menyukai badannya yang
cucunya di rumah.
ingin sehat dan berkumpul dengan keluarga, jika nanti usia sudah
tua dan tidak bisa bekerja lagi, Tn. A ingin menikmati hari tua
dengan senang dan tenang, bersama anak, cucu dan cicitnya kelak.
memperhatikanya.
nyeri pada kedua lututnya, dan biasa-biasa saja karena masih bisa
82
Objektif :
pengkajian.
Subjektif :
baik-baik saja.
Objektif :
i. Pola Seksual-Reproduksi
Subjektif :
sudah tua.
83
3) Tn A tidak tahu andropause saat usia berapa, menurut Tn. A semua
masih sama saja, hanya memang karena sudah tua sehingga mulai
Subjektif :
1) Menurut Tn. A saat ini dirinya tidak merasa cemas dan tidak
2) Menurut Tn. A dirinya jarang marah, dan jika marah Tn. A hanya
bersama, lalu akan diskusi atau bicara jika suasana sudah mulai
mereda.
Objektif :
dikaji.
84
k. Pola Nilai-Kepercayaan
Subjektif :
sholat, dan karena sekarang sudah mulai sepuh (Tua) tidak mau
sembuh
bersama teman-temanya.
Objektif :
85
1) Terdapat sajadah dan peci di dalam kamar Tn. A
ANALIS DATA
2021
DS : Diagnosa: Nyeri Kronis
86
3 Tn. A mengatakan nyeri pada beban berat dan proses
berat
S : Skala nyeri 4
15 menit
kembali aktivitasnya.
DO :
seseklai memijatnya
87
bahu kanan di sentuh dengan
seikit tekanan.
2. Data Mayor : Kode: D.0113
DS : Diagnosa: Kesiapan
Peningkatan Pengetahuan
a. Tn. A mengatakan sakit yang di
mengatasi.
88
minggu sekali untuk sedikit
kembali.
DO:
nya.
PRIORITAS DIAGOSA
(D.01113)
89
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI
90
3. Pada soal Post Test Tn. A
A : Tujuan Tercapai
(Tingkat Pengetahuan
meningkat)
P : Hentikan intervensi
91
mengatakan setelah di lakukan melakukanya juga mudah.
92
4. Tn. A masih tampak meringis 10-15 menit
sedikit tekanan. O:
P : Lanjutkan intervensi
musik gamelan.
93
nyaman sampai mengantuk. Istri 2. Istri Tn. A mengatakan bisa
94
ketika bahu di sentuh dengan R : Nyeri di bahu kanan
10 menit
O:
dilakukakan intervensi.
P : Lanjutkan intervensi
musik gamelan.
95
4. 17 Juni 20.00- “Melakukan Menajemen S:
beban berat
3. Tn. A tampak rileks dan
R : Nyeri di kedua lutut kiri
nyaman saat di lakukan
dan kanan
kompres dan terapi musik
S : Skala nyeri 3
gamelan, dan setelah terapi
T : Nyeri terasa kurang lebih
selesai Tn. A tampak sedikit
96
mengantuk. 10 menit
benda berat
S : Skala nyeri 2
10 menit
O:
dilakukakan intervensi.
97
3. Istri Tn.A dapat melakukan
mandiri
P : Lanjutkan intervensi
musik gamelan.
98
dengan jahe. P : Nyeri lutut muncul saat
mandiri 5 menit
benda berat
8. Tn. A masih tampak meringis
R : Nyeri di bahu kanan
ketika bahu di sentuh dengan
S : Skala nyeri 2
tekanan.
T : Nyeri terasa kurang lebih
5 menit
O:
99
1. Tn. A tampak rileks dan
dilakukakan intervensi.
dengan tekanan.
mandiri
A : Tujuan tercapai
(cukup menurun).
P : Lanjutkan intervensi
musik gamelan.
100
BAB IV
PEMBAHASAN
dirinya sudah tua dan bekerja berat dari masih muda, Tn. A juga
dan apakah ada cara laian yang aman dan mudah untuk menangani hal
2. Nyeri Kronis
jahe dan terapi musik gamelan untuk menangani keluhan nyeri pada
dan bahu kanan. Pemberian terapi diberikan oleh mahasiswa pada hari
(cukup meningkat).
musik gamelan Tn.A belum paham terkait dengan manfaat, alat dan
manfaat, alat dan bahan, prosedur serta waktu terapi. Dilihat dari hal
meningkat).
2. Nyeri Kronis
103
Intervensi pada diagnosa Nyeri Kronis, mahasiswa menangani
yaitu berada di skala nyeri 3 (ringan). Dilihat dari hal tersebut setelah
Keperawatan
Tahun 2004 dalam Kemenkes RI (2017), lanjut usia adalah seseorang yang
2020 (27,08 juta), tahun 2025 (33,69 juta), tahun 2030 (40,95 juta) dan
tahun 2035 (48,19 juta). Proses penuaan akan berdampak pada berbagai
rentan terhadap berbagai keluhan fisik, baik karena faktor alamiah maupun
karena penyakit.
104
Osteoarthritis (OA) merupakan kondisi kronis yang dapat dapat
memengaruhi sendi manapun, yang paling sering adalah terjadi pada sendi
lutut, pinggul, punggung bawah dan leher, sendi kecil jari, dan pangkal ibu
jari dan jari kaki yang besar. Ada beberapa hal yang mempengaruhi OA
tulang, trauma dan tingkat aktivitas fisik yang buruk bisa menyebabkan
keluhan nyeri pada sendi yang dapat mengganggu lansia dalam melakukan
ada dua yaitu dengan cara farmakologi dan non farmakologi. Cara
2006).
nyeri dan teknik ini bisa dilakukan secara mandiri di rumah tanpa
kegunaan yang cukup beragam, antara lain sebagai rempah, minyak atsiri,
pemberi aroma, ataupun sebagai obat (Bartley & Jacobs, 2000). Jahe
merah, memiliki kandungan minyak atsiri lebih besar yaitu sekitar 2,58-
2,72% jika dilihat dari ukuran rimpang yang agak kecil, ruas rata dan
untuk menurunkan skala nyeri dimana jahe merah sendiri memiliki efek
tubuh manusia. Vibrasi musik yang terkait erat dengan frekuensi dasar
tubuh atau pola getar dasar dapat memiliki efek penyembuhan yang sangat
hebat bagi tubuh, pikiran dan jiwa manusia (Andrzej, 2009). Salah satu
jenis musik yang dapat digunakan untuk terapi adalah musik gamelan
dengan nada gamelan laras slendro yang memiliki tempo kurang lebih 60
(Widyastuti, 2016).
Intervensi
teori juga didukung oleh hasil-hasil penelitian yang telah ada, berikut
keperawatan :
jahe dan terapi musik gamelan yang diberikan kepada Tn.A, dimana
108
mempunyai tentang perawatan osteoarthritis dan 16 lansia
cukup dan 3 orang kategori baik, sedangkan pada data post test
61,8% kategoti baik dan 38,2% cukup, sedangkan data post test
kompres jahe merah dan serai hangat, dimana sebelum diberikan terapi
skala nyeri yaitu berada di skala nyeri 2 (ringan). Dilihat dari hal
109
tersebut Tn. A mengalami penurunan pada tingkat nyerinya dari level
orang dari 16. Selawati, dkk. (2016) tentang “Kompres Hangat Jahe
110
Temuan penelitian ini menyimpulkan bahwa kompres jahe efektif
paling murah.
Knee Exercise and Param Jahe Gingger to Reduce Knee Pain In Elderly”
jahe param (Zingiber officinale Rs). Jahe param dikompres pada lutut
yang sakit. Jahe ini mengandung zingerone, gingerol, dan shagaol yang
111
Osteoartritis Di Panti Wredha Aisyiyah Surakarta” menunjukan hasil
Dilihat dari kondisi dan situasi saat ini atau pada pandemi Covid-
diberikan kepada Tn. A sudah bisa dilakukan oleh Tn. A secara mandiri
atau di bantu oleh istri, alat dan bahan yang digunakan mudah didapatkan
serta cara melakukanya yang sangat mudah, sehingga tidak ada hambatan
Tn. A.
112
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Setelah diberikan terapi kompres jahe dab terapi musik gamelan status
menurun).
2. Setelah diberikan terapi selama 2 kali Lanisa dan Istri lansia dapat
3. Setelah diberikan terapi kompres jahe merah dan serai hangat selama 5
hari Tn. A merasa nyeri nya mulai berkrang dan lebih ringan saat
beraktivitas.
dengan terapi musik Tn. A merasa lebih mengerti dengan kondisinya dan
B. Saran
1. Universitas Respati Yogyakarta
Mahasiswa menyarankan agar pihak kampus agar kompres jahe dan terapi
keluhan nyeri.
113
4. Lansia
salah satu terapi yang dapat diterapkan dalam secara rutin saat
keluarganya.
114
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. (2020). Statistika Penduduk Lanjut Usia. Jakarta : Badan
Pusat Statistik. https://www.bps.go.id
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
Elsevier.
Ernawati. (2016). Pengaruh Pemberian Kompres Jahe Hangat Terhadap
Penurunan Nyeri Arthritis Gout pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
Tanjungpinang.Jurnal Kesehatan., Vol 6(2) 2020.
Fadlilah Dan Sucipto. (2016).Judul: Pengaruh Kompres Jahe Dan Kompres Air
Hangat Terhadap Tingkat Nyeri Sendi Pada Lansia Di Dusun Banjeng
Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta.
Guyton, & Hall. (2011). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Elsevier.
H. W. Lem* and A. C. Lee, (2017) tentang “Theeffectiveness Of Ginger
Compress On Non-Specific Low Back Pain”. Journal Fundamental
Applied Scencei. 2017, 9(6S), 1173-1186.
http://dx.doi.org/10.4314/jfas.v9i6s.87
Kemenkes RI. (2015). Data & Kondisi Penyakit Osteoporosis di Indonesia. Pusat
Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Retrieved from
www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
osteoporosis.pd
Kemenkes RI. (2019). Proyeksi Penduduk Lansia. Berita Dan Informasi
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dalam
https://www.kemenkes.go.id
Kemenkes RI. (2014). Situasi dan Analisi Lanjut Usia. Pusat dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI. Retrieved from
www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
lansia.pdf
Kholifah Nur Siti. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta: Kemenkes RI
Layman, DK. & NR. Rodriguez. 2009. Egg as a Source of Power, Strength, and
Energy. Nutrition Today . 44: 43-48.
Mansjoer, Arif, dkk. (2011). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1.
Jakarta : Media Aesculapius
Marlina & Veronica, (2021) tentang. The Effect Od Knee Exercise and Param Jahe
Gingger to Reduce Knee Pain In Elderly. The Malaysian jurnal Of Nursing. Vol 12
(04)
Miller, A. Carol. (2012). Nursing for Wellness in Older Adults Sixth
Edition.China: Library of Congress Cataloging-in-Publication Data
Noviyanti. (2015). Hidup Sehat Tanpa Asam Urat(1st ed.). Yogyakarta:
Perpustakaan Nasional RI.
Paulsen, F., & Waschke, J. (2013). Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Jakarta: EGC
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC.
Ragab, G., Elshahaly, M., & Bardin, T. (2017). Gout: An old disease in new
perspective –A review. Journal of Advanced Research, 8(5), 495–511.
https://doi.org/10.1016/j.jare.2017.04.008
Ramayulis, Rita. (2013). Buku Makanan Sehat Atasi Berbagai Penyakit. Jakarta :
Transmedia Pustaka
Siwi, Tri. (2016). Pemberian Kompres Jahe Dalam Mengurangi Nyeri Sendi Pada
Lansia Di Upt Pstw Khusnul Khotimah Pekanbaru. Vol 06 (2).
Https://Jurnal.Photon.Com
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawata Medikal Bedah.
Jakarta: EGC.
Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. (2006). Buku Ajar keperawatan
Gerontik Edisi 2.Jakarta: EGC
Swales, C., & Bulstrode, C. (2015). At a Glance Reumatologi, Ortopedi, dan
Trauma. Jakarta: Erlangga.
The Health of The Peaople: What Works. Bulleting of The World Health
Organization. www.who.int
Widiyastuti & Setyawan. (2016). Pengaruh Terapi Musik Gamelan Untuk
Menurunkan Skala Nyeri Pada Lansia Dengan Osteoartritis Di Panti
Wredha Aisyiyah Surakarta. http://Jurnal.KesMaSka.co.id
William, & Wilkins. (2011). NURSING Memahami Berbagai Macam Penyakit.
Jakarta: Lipincott, Jurnal Nursing .
Yuswatiningsih, Endang. (2017). Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Sikap
Lansia Tentang Perawatan Osteoarthritis. Vol 06 (01).
Http://Jurnal.insan.cendkia.co.id
LAMPIRAN
Lampiran SLKI Tingkat Pengetahuan
Perilaku sesuai 1 2 3 4 5
anjuran
Verbalisasi minat 1 2 3 4 5
dalam belajar
Kemampuan 1 2 3 4 5
menjelaskan
pengetahuan tentang
suatu topik
Kemampuan 1 2 3 4 5
menggambarkan
pengalaman
sebelumnya yang
sesuai dengan topik
Perilaku sesuai 1 2 3 4 5
dengan pengetahuan
Alat ukur dan kunci jawaban penkes osteoartritis
1 2 3 4 5
Nilai yang di Nilai yang di Nilai yang di Nilai yang di Nilai yang di
dapatkan oleh dapatkan oleh dapatkan oleh dapatkan oleh dapatkan oleh
klien 0 % klien 1-30 % klien 31-60 % klien 61-90 % klien >90 %
Lampiran SIKI
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
Keluhan Nyeri 1 2 3 4 5
Meringis 1 2 3 4 5
Ketegangan otot 1 2 3 4 5
Lampiran SIKI
Lampiran SIKI
Definisi : Pengurangan atau reduksi nyeri sampai pada tingkat kenyanan yang dapat
diterima oleh pasien
NO TINDAKAN
TAHAP PRAINTERAKSI
1 Siapkan diri
2 Menyiapkan alat dan bahan
TAHAP ORIENTASI
3 Memberikan salam
4 Bina hubungan saling percaya
5 Menjelaskan tujuan serta materi yang akan disampaikan
6 Melakukan kontrak waktu kegiatan
7 Beri kesempatan klien untuk bertanya
TAHAP KERJA
8 Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya
nyeri dan faktor pencetus
9 Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan
terutama pada mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif
10
Pilih dan implementasikan tindakan yang beragam (misalnya.,
farmakologis, nonfarmakologis, interpersonal) untuk memfasilitasi
penurunan nyeri, sesuai dengan kebutuhan
11
Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
12
Pertimbangkan tipe dan sumber nyeri ketika memilih strategi penurunan
nyeri
13
Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani nyeri dengan
tepat
14 Ajarkan penggunaan teknik non farmakologis (terapi kompres jahe
merah dan serai hangat)
15 Gali penggunaan metode farmakologi yang dipakai pasien saat ini untuk
menurunkan nyeri
16 Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim kesehatan lainnya
untuk memilih dan mengimplementasikan tindakan penurun nyeri
nonfarmakologi, sesuai kebutuhan
17 Evaluasi ke efektifan dari tindakan pengontrol nyeri yang dipakai
selama pengkajian nyeri dilakukan
18 Mulai dan modifikasi tindaakan pengontrol nyeri berdasarkan respon
pasien
19 Dorong pasien untuk mendiskusikan pengalaman nyeri, sesuai
kebutuhan
20 Berikan informasi yang akurat untuk meningkatkan pengetahuan dan
respon keluarga terhadap pengalaman nyeri
21 Libatkan keluarga dalam modilitas penurunan nyeri, jika memungkinkan
22 Monitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri dalam interval yang
spesifik
TAHAP TERMINASI
23 Mengevaluasi kondisi klien
24 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
TAHAP DOKUMENTASI
25 Mendokumentasikan kegiatan yang telah dilakuan
Lampiran SIKI
Sumber: (Adopsi dari Fadlilah dan Sucipto, (2018) dan Widyastuti, (2016)
PRE PLANNING
Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Profesi Ners Stase Keperawatan
Gerontik
Disusun Oleh :
20160039
2021
A. Latar Belakang
menurunnya daya tahan tubuh akibat perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
World Health Organiation (WHO) didapatkan pada tahun 2015 ada 901 juta
orang berusia 60 tahu atau lebih yang terdiri atas 12% dari jumlah populasi
global. Pada tahun 2015 dan tahun 2030, jumah orang berusia 60 tahun atau
lebih diproyeksi akan tumbuh sekitar 56% dari 901 juta menjadi 1,4 Milyar,
dan pada tahun 2050 populasi lansia diproyeksi lebih dari dua kali lipat yaitu
26,82 juta penduduk lansia dari total jumlah penduduk Indonesia. Distribusi
dan 47,71 % laki-laki, berdasarkan kelompok usia yaitu lansia muda (60-69
tahun) 64,29 %, lansia madya (70-79 tahun) 27,23 % , dan lansia tua (> 80
tahun) 8,49%. Pada tahun 2020, hampir separuh lansia Indonesia mengalami
keluhan kesehatan, baik fisik maupun psikis (48,14 persen). Sementara itu,
seperempat lansia yang ada di Indonesia (24,35 persen) (BPS, 2020). Secara
umum, penyakit yang dialami para lansia merupakan penyakit tidak menular
yang bersifat degeneratif atau disebabkan oleh faktor usia misalnya penyakit
jantung, diabetes mellitus, stroke, rematik dan cidera (Kemenkes RI, 2019).
Lanjut usia atau yang sering disebut dengan akronim lansia merupakan
perubahan struktur otot, dan terjadi penurunan elastisitas sendi. Hal ini yang
menyerang tulang rawan artikular. Penyakit ini erat kaitannya dengan proses
penuaan dan sebagian besar berlokasi di sendi lutut, pinggul, jari, dan daerah
vertebra lumbal oleh karena proses penekanan yang terus menerus selama
di alami oleh lansia makan peran perawat sanngat penting dalam multimodal
stimulasi dan massasse, terapi es dan panas, stimulasi syaraf elektris, dis-
hipnotis ( Strong, Unruh, Wright & Baxter, 2002 dalam Widyastuti, 2016).
manusia. Vibrasi musik yang terkait erat dengan frekuensi dasar tubuh atau
pola getar dasar dapat memiliki efek penyembuhan yang sangat hebat bagi
tubuh, pikiran dan jiwa manusia (Andrzej, 2009). Salah satu jenis musik
yang dapat digunakan untuk terapi adalah musik gamelan dengan nada
gamelan laras slendro yang memiliki tempo kurang lebih 60 ketukan/ menit.
B. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan intervensi kompres jahe dan Terapi musik
gamelan di harapkan lansia dapat melakukan secara mandiri dan nyeri yang di
rasakan dapat berkurang.
C. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan intervensi kompres jahe dan Terapi musik
gamelan di harapkan lansia dapat :
4. Mengetahui manfaat kompres jahe dan terapi musik gamelan bagi
pengurangan nyeri
5. Menjelaskan alat dan bahan yang di gunakan untuk terapi
6. Menjelaskan kembali cara atau langkah-langkah melakukan terapi
7. Melakukan secara mandiri terapi yang telah di berikan dan nyeri yang di
rasakan dapat berkurang.
D. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang di ambil adalah Nyeri Kronis (D.0078)
E. Sasaran
Sasaran pemberian intervensi adalah Tn. A dan istri
F. Hari/tanggal
Hari dan tanggal pelaksaanaan pada 16 Juni 2021
H. Metode
Metode yang di gunakan adalah ceramah, diskusi dan demonstrasi
Keterangan :
: Perawat
: Tn. A
: Perawat berada di samping pasien
1. jika kompres di bahu kanan, pasien tengkurap
2. jika kompres di lutut, pasien duduk selonjor/baring
terlentang
K. Kegiatan Pembelajaran
Pembukaan:
1 3 menit
1. Memberi Salam 1. Menjawab Ceramah
2. Menyebutkan intervensi yang salam
akan disampaikan 2. Mendengarkan
dan
memperhatikan
Evaluasi:
Meminta Tn. A menjelaskan kembali Menjawab Diskusi
mengenai manfaat, alat dan bahan untuk Pertanyaan
melakukan terapi, serta cara melakukan
Kompres jahe dan terapi musik gamelan.
3 10 menit
L. EVALUASI (STRUKTUR,PROSES,HASIL)
1. Evaluasi Struktural :
a) Mempersiapkan laporan pendahuluan, pre planning dan melakukan
konsul dengan pembimbing.
b) Perawat menyiapkan berbagai sarana dan prasarana yang mendukung
proses pelaksanaan tindakan keperawatan.
c) Perawat melakukan kontrak dengan klien atau keluarga untuk
pertemuan atau kunjungan
2. Evaluasi Proses :
a) Tn. A dan istri mengikuti kegiatan terapi dengan kooperatif dan sesuai
instruksi
b) Tindakan yang di lakukan atau di ajarkan sesuai dengan SOP
c) Tn. A dan istri mengikuti kegiatan terapi sampai selesai sesuai kontrak
waktu yang telah ditentukan.
d) Tn. A dan istri dapat melakukan kembali tindakan kompres jahe dan
terapi musik sesuai yang diajarkan
3. Evaluasi Hasil :
a) Setelah dilakukan tindakan kompres jahe dan terapi musik gamelan
nyeri yang dirasakan Tn. A berkurang dari skala 5 (sedang) ke skala 3
(ringan)
M. Daftar Pustaka
Sumber: (Adopsi dari Fadlilah dan Sucipto, (2018) dan Widyastuti, (2016)
SATUAN ACARA PENYULUHAN
a. Pengertian Osteoartritis
b. Penyeban Osteoartritis
c. Tanda dan Gejala Osteoartritis
d. Pengobatan Osteoartritis
e. Pencegahan Osteoartritis
Sasaran : Pasien dan Istri
Waktu : 30 menit
A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
1. Pengertia Osteoartritis
2. Penyebab Osteoartritis
4. Pengobatan Osteoartritis
5. Pencegahan Osteoartritis
C. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi / Tanya jawab
D. Media
a. Lembar Balik
b. Leaflat
E. Setting Tempat
Keterangan :
: Perawat
: Tn. A
: Istri Tn. A
: Saling berhadapan
F. Kegiatan Penyuluhan
Tahapan Waktu Kegiatan Pendidik Respon Peserta Didik Metode dan Alat
Pengajaran
Pembuka 5 menit 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam.
an 2. Memperkenalkan diri 2. Berkenalan.
Ceramah
3. Kontrak waktu 3. Menyetujui kontrak
4. Menjelaskan tujuan waktu
pembelajaran 4. Memperhatikan dan
5. Menyebutkan materi mendengarkan.
yang akan di 5. Memperhatikan dan
sampaikan mendengarkan.
6. Melakukan apersepsi 6. Menjawab
(menanyakan sampai pertanyaan
di mana tingkat
pengetahuan pasien
dan keluarganya)
tentang materi yang
akan di sampaikan
Pelaksanaan20 menit 1. Menjelaskan 1. Memperhatikan dan Ceramah dan
pengertian mendengarkan. Lembar balik
Osteoartritis 2. Memperhatikan dan
2. Menjelaskan penyebab mendengarkan.
Osteoartritis 3. Memperhatikan dan
3. Menjelaskan tanda mendengarkan.
dan gejala 4. Memperhatikan dan
Osteoartritis mendengarkan.
4. Menjelaskan 5. Memperhatikan dan
pengobatan mendengarkan
Osteoartritis 6. Memperhatikan dan
5. Menjelaskan mendengarkan
pencegahan 7. Mengajukan
Osteoartritis pertanyaan
6. Memberikan
kesempatan pada
peserta untuk bertanya
G. Kriteria Evaluasi
1. Kriteria Struktur :
2. Kriteria Proses :
3. Kriteria Hasil :
Audience mampu menjawab kurang lebih 4 dari 6 pertanyaan diantaranya ;
MATERI OSTEOARTRITIS
e. Definisi
bersifat kronik, berjalan progesif lambat, tidak meradang, dan ditandai oleh
adanya deteroirasi dan abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru
umum, dengan jumlah pasiennya artitis. Gangguan ini lebih banyak pada
perempuan dari pada lelaki dan terutama ditemukan pada orang- orang yang
usia, penyakit ini jarang ditemuai pada usia dibawah 46 tahun tetapi lebih
sering dijumpai pada usia 60 tahun ke atas. (Stanley & Bare, 2006).
f. Etiologi
tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia 60 tahun ke atas. (Stanley & Bare,
2006). Penyebab primer atau yang paling umum pada osteoartritis adalah
yang terdapat dalam tulang rawan sendi dan bertanggung jawab untuk sintesis
(nodus heberden) dipengaruhi oleh jenois kelamin dan lebih dominan pada
g. Manifestasi Klinik
Tanda gejala osteoartritis umumnya berupa nyeri sendi terutama saat sendi
bergerak atau menanggung beban. Dapat pula terjadi kekakuan sendi setelah
sendi tersebut tidak di gerakan beberapa lama, tetapi kekakuan ini akan
menghilang setelah sendi di gerakkan. Spasme otot atau tekanan pada saraf di
daerah sendi yang terganggu adalah sumber nyeri. Ada beberapa orang yang
mengeluh sakit kepala sebagai akibat langsung dari osteoartritis pada tulang
a. Nyeri Sendi
istirahat (Soeroso et al., 2014). Carter, (2002) Sumber nyeri berasal dari
spasme otot atau tekanan pada saraf di daerah sendi yang terganggu. Nyeri
Gangguan ini disebabkan oleh adanya fibrosis pada kapsul, osteofit atau
Pada beberapa pasien, nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah sendi
tersebut tidak digerakkan beberapa lama, seperti duduk di kursi atau mobil
dalam waktu yang cukup lama atau bahkan setelah bangun tidur (Soeroso
et al., 2014). Kekakuan yang terjadi pada pagi hari berlangsung dalam
d. Pembengkakan
adanya efusi (cairan dalam sendi pada stadium akut) dan osteofit
2019).
menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain
diantaranya;
Bila berat badan berlebih (BMI > 25), program penurunan berat badan,
(IRA, 2014).
adalah latihan ROM pada sendi yang terlibat dan latihan isometrik
Terapi ini berguna untuk relaksasi otot sendi yang kaku, mengurangi
MEDIA
LEMBAR BALIK
DOKUMENTASI