Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

SISTEM IMUN (PENYAKIT RHEUMATOID ARTHRITIS)

OLEH

NAMA : Emi Alunsari Keiya

NPM : 1420118109

PRODI : S1 ILMU KEPERAWATAN

KELAS : A1 pagi (Ambon)

SEMESTER : IV (EMPAT)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


(STIKes) MALUKU HUSADA
AMBON
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SW, karena berkat dan rahmat karunian-
Nya, kita dapat menyeleasaikan makalah yang baerjudul “TENTANG PENYAKIT
RHEUMATIOND ARTHRITIS ”.

Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mendapatkan bimbingan dan dukungan
dari berbagai pihak . Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih.

Kritik dan saran sangat kami harapkan, semoga makalah ini dapat bermanfaat, Amin.
                            

Ambon, 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut WHO (2010) dalam Wiyono (2010) lebih dari 355 juta orang di dunia
ternyata menderita penyakit rheumatoid arthritis. Itu berarti setiap enam orang di
dunia, satu di antaranya adalah penyandang rheumatoid arthritis. Namun, sayangnya
pengetahuan tentang penyakit rhuematoid Arthritis belum tersebar secara luas. Hal
yang perlu jadi perhatian adalah angka kejadian penyakit rheumatoid arthritis ini yang
relative tinggi, yaitu 1-2 persen dari total populasi di Indonesia. 

makalah artritis reumatoid


Pertambahan jumlah usia lanjut di beberapa negara, salah satunya adalah Indonesia
telah mengubah profil kependudukan baik nasional maupun dunia. Hasil sensus
penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk usia lanjut di Indonesia
berjumlah 18,57 juta jiwa, meningkat sekitar 7,93 % dari tahun 2000 yang sebanyak
14.44 juta jiwa. Diperkirakan jumlah penduduk usia lanjut di Indonesia akan terus
bertambah sekitar 450.000 jiwa pertahun. Dengan demikian pada tahun 2025 jumlah
penduduk usia lanjut di Indonesia akan sekitar 34,22 juta jiwa (Badan Pusat Statistik,
2010) . 
Seseorang yang mengalami rheumatoid arthritis mengalami beberapa gejala berikut
yakni nyeri, inflamasi, kekakuan sendi di pagi hari, hambatan gerak persendian,
terbentuknya nodul-nodul pada kulit diatas sendi yang terkena, teraba lebih hangat
dan bengkak (Santoso,2004). Penyakit rheumatoid arthritis ini juga menyebabkan
kerusakan sendi, dan gangguan fungsional kadang-kadang diikuti oleh kelelahan yang
sangat hebat, anoreksia dan berat badan menurun (Rubenstein, 2003). Rheumatoid
arthritis menyerang persendian kecil, 90% keluhan utama penderita rheumatoid
arthritis adalah nyeri sendi atau kaku sendi (Turana, 2005). 

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Rheumatoid Arthritis? 


2. Bagaimanakah Penyebab Terjadinya Rheumatoid Arthritis?
3. Apasaja Tanda Dan Gejala Rheumatoid Arthritis?
4. Bagaimana Pengobatan Rheumatoid Arthritis? 
5. Apa Faktor Yang Mempengaruhi Rheumatoid Arthritis?
6. Bagaimana Cara Mencegah Kambuhnya Rheumatoid Arthritis?
7. Bagaimana Komplikasi Rheumatoid Arthritis?
8. Bagaimana Patogenesis Rheumatoid Artheritis?
9. Cara Penatalaksanaan Rheumatoid Arthritis? 

1.3 Tujuan Penulisan 

1. Untuk Mengetahui Pengertian Rheumatoid Arthritis 


2. Untuk Mengidentifikasi Penyebab Terjadinya Rheumatoid Arthritis 
3. Untuk Mengetahui Tanda Dan Gejala Rheumatoid Arthritis 
4. Untuk Mengetahui Pengobatan Rheumatoid Arthritis 
5. Untuk Mengetahui Faktor Yang Mempengaruhi Rheumatoid Arthritis 
6. Untuk Memudahkan Cara Mencegah Kambuhnya Rheumatoid Arthritis 
7. Mengetahui Komplikasi Rheumatoid Arthritis 
8. Mengetahui Patogenesis Rheumatoid Artheritis 
9. Mengerti Cara Penatalaksanaan Rheumatoid Arthritis 
BAB II
Makalah Artritis Reumatoid

2.1 Defenisi Rheumatoid Arthritis 

Istilah rheumatoid berasal dari bahasa yunani, rhematoid, yang berarti mucus; suatu
cairan yang di anggap jahat, mengalir dari otak ke sendi dan struktur lain tubuh sehingga
menimbulakan rasa nyeri. Beberapa penelitian menunjukkan memang ada perubahan struktur
mucine sendi pada beberapa penyakit arthritis rhematoid, sehingga istilah yang sudah lama di
pakai kemungkinan masih sesuai pada saat ini. Hingga kini dikenal lebih dari 100 macam
penyakit sendih yang sering kali memberikan gejala yang hampir sama dan sebaliknya
beberapa penyakit rheumatoid arteritis mempunyai manifestasi ekstra-artikular pada berbagai
organ (Taufan, 2012). 
Rheumatoid arthritis (RA) adalah suatu penyakit yang bersifat progresif, yang
cenderung menjadi kronis dan menyerang sendih serta jaringan lunak. Rheumatoid arthritis
merupakan penyakit multisistem yang keronis karena dapat menyebabkan sejumlah gejala
diseluruh tubuh dengan manifestasi sistemik yang bervariasi. RA menyeranmg semua orang
yang berusia 25-50 tahun, de facto ia bisa terjadi pada semua usia (Iskandar, 2013). 
Rheumatoid arthritis juga dapat menghasilkan peradangan difus diparu-paru,
memmbran di sekitar jantung, selaput paru-paru, putih mata dan lesi nodular yang paling
umum dalam jaringan subkutan. Meskipun penyebab rheumatoid arthritis tidak diketahui,
autoimunitas dan kemajuan, rheumatoid arthritis dianggap sebagai penyakit autoimun
sistemik (Suiraoka, 2012). 

2.2 Penyebab Terjadinya Rhematoid Arthritis 

Hingga saat ini penyebab rheumatoid arthrtis belum diketahui pasti. Ada yang
mengatakan bahwa rheumatoid arthritis disebabkan oleh mikroplasma, virus dan sebagainya,
tetapi hal itu belum terbukti karena ada beragam faktor lain yang turut mempengaruhinya,
termasuk kecenderungan genetika, yang bisa mempengaruhi reaksi autoimun (Iskandar,
2013)
Hingga kini penyebab rheumatoid arthritis (RA) tidak diketahui, tetapi berapa hipotesa
menunjukan bahwa rheumatoid arthritis dipengaruhi oleh faktor-faktor: 

1. Mekanisme IMUN (Antigen Antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor
rheumatoid arthritis. 
2. Gangguan metabolisme 
3. Genetik 
4. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (perkerjaan dan psikososial) 

Kecenderungan wanita untuk menderita rheumatoid arthritis dan sering dijumpai biasanya
pada wanita yang sedang hamil sehingga menimbulkan dugaan terdapatnya faktor yang
mempengaruhi pada penyakit rheumatoid arthritis. Karena pemberian hormonal estrogen
eksternal tidak pernah menghasilkan perbaikan sebagaimana yang diharapkan, sehingga kini
belum berhasil dipastikan bahwa faktor hormonal memang merupakan penyebab penyakit
rheumatoid arthritis (Nugroho, 2012) 
2.3 Tanda Gejala Rheumatoid Arthritis 

Rheumatoid arthritis biasa muncul secara mendadak, dimana pada saat bersamaan
banyak sendi mengalami peradangan. Biasanya peradangan bersifat simetris, jika suatu sendi
pada sisi kiri tubuh terserang rheumatoid arthritis, maka sendi yang sama disisi kanan tubuh
juga akan meradang. Dan yang pertama kali meradang adalah sendi-sendi kecil dijari tangan,
jari kaki, tangan, kaki, pergelangan tangan, perelangan kaki. Biasanya sendi yang meradang
menimbulkan nyeri dan menjadi kaku secara simetris, terutama ketika bangun tidur atau
setelah lama tidak melakukan aktifitas fisik (Iskandar, 2013) 
Menurut Suiroka gejala rheumatoid arthritis umumnya ditandai dengan adanya beberapa
gejala yang berlangsung selama minimal 6 (enam) minggu, yaitu: 

1. Kekakuan pada sekitar sendi yang berlangsung sekitar 30-60 menit di pagi hari 
2. Bengkak pada 3 atau lebih, pada saat yang bersamaan. 
3. Bengkak dan nyeri umumnya terjadi pada saat sendi-sendi tangan. Sendi yang
bengkak biasanya terasa hangat dan lembek bila disentuh. 
4. Bengkak dan nyeri umumnya terjadi dengan pola yang simetris. 
5. Penumpukan cairan dapat terakumulasi terutama dipergelanagan kaki. 

2.4 Pengobatan Rheumatoid Arthritis 

Pengobatan secara simtomatik ditujukan untuk mengatasi atau mengurangi gejala


penyakit rheumatoid arthritis, tetapi tidak mempengaruhi perjalanan penyakit. Artinya,
progresivitas penyakit akan tetap berlangsung, pembengkakan tidak berkurang dan kerusakan
tulang tetap terjadi (Iskandar, 2012). 
Menurut Iskandar (2012), obat yang termasuk dalam golongan obat simtomatik, antara lain: 

1. Analgesik sederhana, seperti : parasetamol, aminoprin, asetofenetindin. 


2. Obat anti-inflamasi non steroid (NSAIDs), seperti : indomentasin, fenil butason,
sodium diklofenak, indoprofen, dan sebagainya. 
3. Obat anti-inflamasi golongan steroid, misalnya prednison. 

Meneurut Iskandar (2012), yang termasuk dalam golongan obat remitif antara lain : 

1. Cytostatic agent (obat sitotatiska) 


2. Alkylating agent 
3. Immunosupresan (obat penekan kekebalan tubuh) 
4. Anti-malaria (klorokuin) 
5. Antelmintik (obat cacing, misalnya levamisol) 

2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Rheumatoid Arthritis 

Menurut Suirako (2012), faktor resiko yang akan meningkatkan resiko terkenak
penyakit rheumatoid arthritis adalah 
1. Jenis Kelamin 
Perempuan lebih mudah terkenak rheumatoid arthritis dari pada laki-laki. 
Perbandingannya adalah 2-3 : 1 
2. Umur 
Rheumatoid arthritis biasanya timbul atara umur 50 sampai 60 tahun. Namun
penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (arthritis rheumatoid
juvenile). 
3. Riwayat Keluarga 
Apa bila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit rheumatoid
arthritis maka anda kemungkinan besar akan terkenak juga. 
4. Merokok 
Merokok dapat meningkatkan resiko terkena rheumatoid arthritis. 

2.6 Cara Mencegah Kambunya Rheumatoid Arthritis 

1. Istirahat yang cukup 


2. Hindari kerja berat 
3. Minum minuman yang tinggi kalsium seperti susu 
4. Olahraga ringan secara teratur 
5. Hindari makanan yang dapat memicu kambunya RA 
6. Priksa kesehatan ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit minimal 6 bulan sekali 

2.7 Komplikasi Rheumatoid Arthritis 

Komplikasi yang sering terjadi pada penyakit rheumatoid arthritis adalah penyakit
sistim pencernaan misalnya gastritis dan ulkus peptic yang merupakan komlikasi utama
penggunaan obat anti inflamasi non steroid (OAINS dan obat pengubah perjalanan penyakit
atau disease modfiyeng anti rheumatoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyeba
Morbiditas dan mortalitas utama pada rheumatoid arthritis. Komplikasi saraf yang terjadi
memberikan gambaran jelas, sehingga susah dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi
neuropatiker. 
Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidak setabilan vertebral servikal
dan neuropati iskemik akibat vaskulitis. Jadi rhematoid arthritis merupakan penyakit
autoimun yang dapat menyebabkan inflamasi pada sendi terutama mengenai membran
synovial pada sendi dan mengarah pada destruksi kartilago sendi sehingga menyebabkan
nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas dan keletihan. Dapat terjadi pada semua
jenjang umur (Mansjour, 2001) 

1. Terganggunya aktifitas karena nyeri 


2. Tulang menjadi keropos 
3. Terjadinya perubahan bentuk tulang 

2.8 Patogenesis Rheumatoid Artheritis 

Masuknya sel radang kedalam membran sinovial akibat pengendapan kompleks imun
menyebabkan terbentuknya pannus yang merupakan elemen yang paling destruktif dalam
pathogenesis rheumatoid arthritis. Pannus merupakan jaringan granulasi yang terdiri dari sel
fibroblas yang berproliferasi, mikrovaskular dan berbagai jenis sel radang. Secara
histopatologis pada daerah perbatasan rawan sendi dan pannus terdapatnya sel mononukleus,
umumnya banyak dijumpai kerusakan jaringan kolagen dan proteoglikan (Nugroho, 2012)

 
2.9 Penatalaksanaan Rheumatoid Arthritis 

Tujuan penatalaksanaan rheumatoid arthritis adalah mengurangi nyeri, mengurangi


inflamasi, menghentikan kerusakan sendih dan kemampuan mobilisasi penderita ( Burke,
2001). 
Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain: 
1. Pemberian terapi 
Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk
mengurangi nyeri dan proses inflamasi. 
2. Pengaturan aktifitas dan istirahat 
Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal penting
untuk tetap menjaga kekuatan otot dan pergerakan sendi. 
3. Kompres panas dan dingin 
Untuk mendapatkan efek analgesic dan relaksan otot. Dalam hal ini kompres
hangat lebih efektif dari pada kompres dingin. 
4. Diet 
Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya. Diet
yang disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan. 
5. Pembedahan 
Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap
akhir. Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk menstabilkan sendi,
arthoplasy atau total join replacement untuk menganti sendi. 
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rheumatoid arthritis (RA) adalah suatu penyakit yang bersifat progresif, yang
cenderung menjadi kronis dan menyerang sendih serta jaringan lunak. Rheumatoid arthritis
merupakan penyakit multisistem yang keronis karena dapat menyebabkan sejumlah gejala
diseluruh tubuh dengan manifestasi sistemik yang bervariasi.

3.2 Saran
Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah menurunkan angka kematian
umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini berdampak pada meningkatnya
usia harapan hidup bangsa Indonesia dan meningkatnya jumlah penduduk golongan usia
lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

Dalimartha, S. (2008). Herbal untuk pengobatan reumatik. Jakarta: penebar swadaya.


Dharma, K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta : Trans Info Media.
Maryam, dkk (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salembah Medika.
Maulan (2009). Promasi Kesehatan. Jakarta : EGC.
Nugroho, Taufan.2012.Patologi Kebidanan.Yogyakarta;Medical book
Rubenstein, Wayne and Bradley. 2003. Kedokteran Klinis: Edisi Keenam. Bandung:
Erlangga. PT. Gelora Aksara Pratama.
Soegeng Santoso. 2004. Kesehatan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta
Yatim (2006). Penyakit tulang dan Persendian. Jakarta : Pustaka Populer Obor.

Anda mungkin juga menyukai