Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM

IMUNOLOGI
RHEUMATOID ATRITIS ( KELOMPOK 5 )
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

Disusun Oleh :
1. Ainur Rizqi (18.1414.S)
2. Naelly Nur Fauziyah (18.1478.S)

Kelas : 2A / Semester 4

Dosen Pengampu :
Rita Dwi Hartanti M.Kep., Ns., Sp.Kep.M.B
Trina Kurniawati, M.Kep.

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
TAHUN AKADEMIK 2019 / 2020
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Asuhan
Keperawatan Gangguan Sistem Imunologi Rheumatoid Atritis”. Makalah ini telah kami
susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

i
Daftar Isi

Kata Pengantar............................................................................................................................i
Daftar Isi....................................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
A. Definisi............................................................................................................................3
B. Etiologi dan Klasifikasi...................................................................................................3
C. Manifestasi Klinis...........................................................................................................4
D. Patofisiologi....................................................................................................................5
E. Komplikasi......................................................................................................................6
F. Pemeriksaan Penunjang..................................................................................................6
G. Penatalaksanaan..............................................................................................................7
H. Asuhan Keperawatan......................................................................................................8
BAB III.....................................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................15
A. Kesimpulan...................................................................................................................15
B. Saran..............................................................................................................................15
Daftar Isi...................................................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin
meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut
pada semua organ dan jaringan tubuh.
Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan
jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan
reumatik. Salah satu golongan penyakit reumatik yang sering menyertai usia lanjut yang
menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah osteoartritis. Kejadian penyakit
tersebut akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia manusia.
Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun
bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot.
Dengan meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Namun
usia lanjut tidak selalu mengalami atau menderita reumatik. Bagaimana timbulnya
kejadian reumatik ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat dimengerti.
Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom
dan.golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup banyak,
namun semuanya menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut kesepakatan para ahli di
bidang rematologi, reumatik dapat terungkap sebagai keluhan dan/atau tanda. Dari
kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada sistem muskuloskeletal yaitu:
nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan, serta adanya tiga tanda utama yaitu:
pembengkakan sendi., kelemahan otot, dan gangguan gerak. (Soenarto, 1982)
Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak – kanak sampai usia lanjut,
atau sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Dan gangguan reumatik akan meningkat
dengan meningkatnya umur. (Felson, 1993, Soenarto dan Wardoyo, 1994)
Artritis reumatoid merupakan kasus panjang yang sangat sering diujikan. Bisanya
terdapat banyak tanda- tanda fisik. Diagnosa penyakit ini mudah ditegakkan. Tata
laksananya sering merupakan masalah utama. Insiden pucak dari artritis reumatoid
terjadi pada umur dekade keempat, dan penyakit ini terdapat pada wanita 3 kali lebih
sering dari pada laki- laki. Terdapat insiden familial ( HLA DR-4 ditemukan pada 70%
pasien ).

1
Artritis reumatoid diyakini sebagai respon imun terhadap antigen yang tidak
diketahui. Stimulusnya dapat virus atau bakterial. Mungkin juga terdapat predisposisi
terhadap penyakit.
Berdasarkan hal tersebut kelompok tertarik untuk membahas tentang penyakit
rheumatoid artritis dan dapat mengaplikasikan dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada klien.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah – masalah yang sudah dipaparkan dilatar belakang, maka
rumusan masalah nya adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Rheumatoid Artritis?
2. Bagaimana etiologi dari Rheumatoid Artritis?
3. Apa saja manifestasi klinis dari Rheumatoid Artritis?
4. Bagaimana patofisiologi dari Rheumatoid Artritis?
5. Apa saja komplikasi yang disebabkan oleh Rheumatoid Artritis?
6. Apa saja pemeriksaan penujang dari Rheumatoid Artritis?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari Rheumatoid Artritis?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang menderita Rheumatoid Artritis?
C. Tujuan
Tujuan nya pembuatan makalah ini antara lain :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Rheumatoid Artritis.
2. Untuk mengetahui bagaimana etiologi dari Rheumatoid Artritis.
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari penyakit Rheumatoid Artritis.
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari Rheumatoid Artritis.
5. Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari penyakit Rheumatoid Artritis.
6. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang dari Rheumatoid Artritis.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Rheumatoid Artritis.
8. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan yang harus dilakukan pada klien
yang menderita Rheumatoid Artritis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses
inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).
Kata arthritis berasal dari bahasa Yunani, “arthon” yang berarti sendi, dan “itis”
yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritisberarti radang pada sendi. Sedangkan
Rheumatoid Arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya
tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
seringkali menyebabkan kerusakan pada bagian dalam sendi (Febriana,2015).
Penyakit ini sering menyebabkan kerusakan sendi, kecacatan dan banyak
mengenai penduduk pada usia produktif sehingga memberi dampak sosial dan ekonomi
yang besar. Diagnosis dini sering menghadapai kendala karena pada masa dini sering
belum didapatkan gambaran karakteristik yang baru akan berkembang sejalan dengan
waktu dimana sering sudah terlambat untuk memulai pengobatan yang adekuat
(Febriana,2015).
Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia
lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam Budi
Darmojo, 1999).
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui
penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang
mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut.( Susan Martin
Tucker.1998 )
Artritis Reumatoid ( AR ) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai
mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri
persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan. ( Diane C. Baughman.
2000 )
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi
utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. ( Arif Mansjour. 2001 ) 
B. Etiologi dan Klasifikasi
1. Etiologi

3
Penyebab pasti reumatoid arthritis tidak diketahui secara pasti. Biasanya
merupakan kombinasi dari faktor genetic, lingkungan, hormonal dan faktor system
reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri,
mikoplasma dan virus (Lemone & Burke, 2001). Penyebab utama kelainan ini tidak
diketahui. Ada beberapa teori yang dikemukakan mengenai penyebab artritis
reumatoid, yaitu : Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non-hemolitikus,
Endokrin, Autoimun, Metabolik, Faktor genetik serta faktor pemicu lainnya. Pada saat
ini, artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi. Autoimun
ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena
virus dan organisme mikoplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe
II kolagen dari tulang rawan sendi penderita.
2. Klasifikasi
Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu :
a. Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
b. Rheumatoid arthritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
c. Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
d. Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan
C. Manifestasi Klinis
Gejala umum rheumatoid arthritis datang dan pergi, tergantung pada tingkat
peradangan jaringan. Ketika jaringan tubuh meradang, penyakit ini aktif. Ketika jaringan
berhenti meradang, penyakit ini tidak aktif. Remisi dapat terjadi secara spontan atau
dengan  pengobatan dan pada minggu-minggu terakhir bisa bulan atau tahun. Selama
remisi, gejala  penyakit hilang dan orang-orang pada umumnya merasa sehat ketika
penyakit ini aktif lagi (kambuh) ataupun gejala kembali (Reeves, Roux & Lockhart,
2001).
Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan energi,
kurangnya nafsu makan, demam kelas rendah, nyeri otot dan sendi dan kekakuan. Otot
dan kekauan sendi biasanya paling sering di pagi hari. Disamping itu juga manifestasi
klinis rheumatoid arthritis sangat bervariasi dan biasanya mencerminkan stadium serta
beratnya  penyakit. Rasa nyeri, pembengkakan, panas, eritema dan gangguan fungsi

4
merupakan gambaran klinis yang klasik untuk rheumatoid arthritis (Smeltzer & Bare,
2002). Gejala sistemik dari rheumatoid arthritis adalah mudah capek, lemah, lesu,
takikardi, berat badan menurun, anemia (Long, 1996).
Keluhan biasanya mulai secara perlahan dalam beberapa minggu atau bulan.
Sering pada keadan awal tidak menunjukkan tanda yang jelas. Keluhan tersebut dapat
berupa keluhan umum, keluhan padasendi dan keluhan diluar sendi.
1. Keluhan Umum
Keluhan umum dapat berupa perasaan badan lemah, nafsu makan menurun,
peningkatan panas badan yang ringan atau penurunan berat badan.
2. Kelainan Sendi
Terutama mengenai sendi kecil dan simetris yaitu sendi pergelangan tangan, lutut dan
kaki (sendi diartrosis). Sendi lainnya juga dapat terkena seperti sendi siku, bahu
sterno-klavikula, panggul, pergelangan kaki. Kelainan tulang belakang terbatas pada
leher. Keluhan sering berupa kaku sendi di pagi hari, pembengkakan dan nyeri sendi.
3. Kelainan diluar sendi
a. Kulit : nodul subukutan (nodul rematoid)
b. Jantung : kelainan jantung yang simtomatis jarang didapatkan, namun 40% pada
autopsi RA didapatkan kelainan perikard
c. Paru – Paru : kelainan yang sering ditemukan berupa paru obstruktif dan kelainan
pleura (efusi pleura, nodul subpleura)
d. Saraf : berupa sindrom multiple neuritis akibat vaskulitis yang sering terjadi berupa
keluhan kehilangan rasa sensoris di ekstremitas dengan gejala foot or wrist drop
e. Mata : terjadi sindrom sjogren (keratokonjungtivitis sika) berupa kekeringan mata,
skleritis atau eriskleritis dan skleromalase perforans
f. Kelenjar Limfe : sindrom Felty adalah RA dengan spleenomegali, limpadenopati,
anemia, trombositopeni, dan neutropeni
D. Patofisiologi
Pada rheumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya)
terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim
dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema,
proliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan
menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah
menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut

5
terkena karena serabut otot akan mengalami  perubahan degeneratif dengan
menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2002).
Lamanya rheumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan adanya
masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari
serangan  pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada sebagian kecil
individu terjadi  progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus
menerus dan terjadi vaskulitis yang difus (Long, 1996).
E. Komplikasi
Jika tidak ditangani dengan baik, rheumatoid arthritis dapat menyebabkan beberapa
komplikasi, di antaranya:
1. Cervical myelopathy
Kondisi ini terjadi ketika rheumatoid arthritis menyerang sendi tulang leher dan
mengganggu saraf tulang belakang.
2. Carpal tunnel syndrome
Kondisi ini terjadi ketika rheumatoid arthritis menyerang sendi pergelangan tangan,
sehingga menekan saraf di sekitarnya.
3. Sindrom Sjogren
Kondisi ini terjadi saat sistem kekebalan tubuh menyerang kelenjar air mata dan
ludah, sehingga menimbulkan keluhan mata kering dan mulut kering.
4. Limfoma
Limfoma merupakan sejenis kanker darah yang tumbuh pada sistem getah bening.
5. Penyakit jantung
Kondisi ini dapat terjadi bila sistem kekebalan tubuh menimbulkan peradangan di
pembuluh darah jantung.
Selain komplikasi akibat penyakitnya sendiri, pengobatan rheumatoid arthritis juga dapat
menimbulkan efek samping berupa osteoporosis, yang membuat tulang menjadi rapuh
dan rentan patah.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Berikut adalah pemeriksaan laboratorium yang bisa dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosa RA :
a. Pemeriksaan cairan synovial
 Warna kuning sampai putih dengan derajat kekeruhan yang menggambarkan
peningkatan jumlah sel darah putih.

6
 Leukosit 5.000  –  50.000/mm3, menggambarkan adanya proses inflamasi yang
didominasi oleh sel neutrophil (65%).
 Rheumatoid faktor positif, kadarnya lebih tinggi dari serum dan berbanding
terbalik dengan cairan sinovium
b. Pemeriksaan kadar sero – imunologi
 Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien artritis rheumatoid
terutama bila masih aktif. Sisanya dapat dijumpai pada pasien lepra,
tuberkulosis paru, sirosis hepatis, hepatitis infeksiosa, lues, endokarditis
bakterialis, penyakit kolagen, dan sarkoidosis.  
 Anti CCP antibody positif telah dapat ditemukan pada arthritis rheumatoid dini.
c. Pemeriksaan darah tepi
 Leukosit : normal atau meningkat sedikit  
 Anemia normositik atau mikrositik, tipe penyakit kronis.
 Trombosit meningkat.
 Kadar albumin serum turun dan globulin naik.
 Protein C-reaktif biasanya positif.
 LED meningkat
2. Protein C-Reaktif (CRP)
Protein C-reactif (C-reactive protein, CRP) dibuat oleh hati dan dikeluarkan ke dalam
aliran darah. CRP beredar dalam darah selama 6-10 jam setelah proses inflamasi akut
dan destruksi jaringan. Kadarnya memuncak dalam 48-72 jam. Seperti halnya uji laju
endap darah (erithrocyte sedimentation rate, ESR), CRP merupakan uji non-spesifik
tetapi keberadaan CRP mendahului peningkatan LED selama inflamasi dan nekrosis
lalu segera kembali ke kadar normalnya.
G. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri, mengurangi
inflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi dan kemampuan
mobilisasi penderita (Lemone & Burke, 2001).  Adapun penatalaksanaan umum pada
rheumatoid arthritis antara lain : 
1. Pemberian Terapi
Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk mengurangi
nyeri dan proses inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi inflamasi, pemberian
corticosteroid sistemik untuk memperlambat destruksi sendi dan imunosupressive
terapi untuk menghambat proses autoimun.

7
2. Pengaturan Aktivitas dan Istirahat
Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal penting untuk
mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang terkena dan pembatasan gerak
yang tidak perlu akan sangat membantu dalam mengurangi progresivitas inflamasi.
Namun istirahat harus diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap menjaga
kekuatan otot dan pergerakan sendi. 
3. Diet
Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya. Diet yang
disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan. 
4. Pembedahan
Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap akhir.
Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk menstabilkan sendi, arthoplasty
atau total join replacement untuk mengganti sendi.
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan organ-
organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya
eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
a. Aktivitas dan istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada
sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris. 
Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang,
pekerjaan, keletihan. 
Tanda : Malaise 
Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan pada sendi.
b. Kardiovaskular
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten, sianosis,
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal). 
c. Integritas ego 
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. 
Keputusan dan ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan ) Ancaman pada
konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya ketergantungan pada orang
lain).

8
d. Makanan / cairan
Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan
adekuat: mual, anoreksia Kesulitan untuk mengunyah. 
Tanda : Penurunan berat badan, Kekeringan pada membran mukosa.
e. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.
Ketergantungan 
f. Neurosensori 
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan,
Pembengkakan sendi simetris 
g. Nyeri/ kenyamanan 
Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan
lunak pada sendi ). 
h. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan
dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan
menetap Kekeringan pada mata dan membran mukosa. 
i. Interaksi sosial
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran;
isolasi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan agen pencedera; distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi. 
b. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Deformitas skeletal Nyeri,
ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot. 
c. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas. 
d. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi. 
e. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemahaman/
mengingat,kesalahan interpretasi informasi.
3. Intervensi

9
a. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan agen pencedera; distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
1) Kriteria hasil
 Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol.
 Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas
sesuai kemampuan.
 Mengikuti program farmakologis yang diresepkan
 Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam
program kontrol nyeri.
2) Intervensi dan Rasional
 Kaji nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang
mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal.
R/ Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan
keefektifan program
 Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen tempat tidur
sesuai kebutuhan.
R/Matras yang lembut/ empuk, bantal yang besar akan mencegah
pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi
yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi
yang terinflamasi/nyeri
 Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir, gulungan trokhanter,
bebat, brace.
R/ Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi
netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi
kerusakan pada sendi.
b. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Deformitas skeletal
Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
1) Kriteria Hasil
 Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan
kontraktur.
 Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau
konpensasi bagian tubuh.
 Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan
aktivitas

10
2) Intervensi dan Rasional
 Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi (R/
Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/ resolusi dari peoses
inflamasi)
 Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal aktivitas
untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari
yang tidak terganmggu.(R/ Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi
akut dan seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan
mempertahankan kekuatan)
 Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikiqan juga latihan resistif dan
isometris jika memungkinkan (R/ Mempertahankan/ meningkatkan fungsi
sendi, kekuatan otot dan stamina umum. Catatan : latihan tidak adekuat
menimbulkan kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang berlebihan dapat
merusak sendi)
 Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher. (R/ Mencegah fleksi leher)
 Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan
berjalan (R/ Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas)
 Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi, menggunakan
pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi roda. (R/ Menghindari cidera
akibat kecelakaan/ jatuh)
 Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi. (R/ Berguna dalam memformulasikan
program latihan/ aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan
dalam mengidentifikasikan alat)
c. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
1) Kriteria Hasil
 Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk
menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan
keterbatasan.
 Menyusun rencana realistis untuk masa depan.
2) Intervensi dan Rasional

11
 Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan
masa depan. (R/Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/
kesalahan konsep dan menghadapinya secara langsung)
 Diskeusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang terdekat.
Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi pasien dalam memfungsikan
gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual. (R/Mengidentifikasi
bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang
lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi/ konseling lebih lanjut)
 Diskusikan persepsi pasienmengenai bagaimana orang terdekat menerima
keterbatasan. (R/ Isyarat verbal/non verbal orang terdekat dapat mempunyai
pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri)
 Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal
aktivitas. (Meningkatkan perasaan harga diri, mendorong kemandirian, dan
mendorong berpartisipasi dalam terapi)
 Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan obat-
obatan peningkat alam perasaan. (R/ Mungkin dibutuhkan pada sat
munculnya depresi hebat sampai pasien mengembangkan kemapuan koping
yang lebih efektif
d. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
1) Kriteria Hasil
 Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan
kemampuan individual.
 Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri.
 Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi
kebutuhan perawatan diri.
2) Intervensi dan Rasional
 Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/ eksaserbasi
penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi. (R/ Mungkin
dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan adaptasi yang
diperlukan pada keterbatasan saat ini).
 Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan. (R/
Mendukung kemandirian fisik/emosional)

12
 Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi
/rencana untuk modifikasi lingkungan. (R/ Menyiapkan untuk meningkatkan
kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri)
 Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi. (R/ Berguna untuk
menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individual. Mis;
memasang kancing, menggunakan alat bantu memakai sepatu,
menggantungkan pegangan untuk mandi pancuran)
 Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan
evaluasi setelahnya. (R/ Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin
dihadapi karena tingkat kemampuan aktual)
 Kolaborasi : atur konsul dengan lembaga lainnya, mis: pelayanan perawatan
rumah, ahli nutrisi. (R/ Mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan
untuk persiapan situasi di rumah)
e. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan kurangnya pemahaman/ mengingat,kesalahan
interpretasi informasi.
1) Kriteria Hasil
 Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis, perawatan.
 Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi gaya
hidup yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.
2) Intervensi dan Rasional
 Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan. (R/ Memberikan
pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi)
 Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui
diet,obat-obatan, dan program diet seimbang, l;atihan dan istirahat.(R/
Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan inflamasi sendiri/ jaringan
lain untuk mempertahankan fungsi sendi dan mencegah deformitas)
 Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang
realistis,istirahat, perawatan pribadi, pemberian obat-obatan, terapi fisik, dan
manajemen stres. (R/ Memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada
waktu menangani proses penyakit kronis kompleks)
 Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik. (R/
Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung pada ketepatan dosis)

13
 Anjurkan mencerna obat-obatan dengan makanan, susu, atau antasida pada
waktu tidur. (R/ Membatasi irigasi gaster, pengurangan nyeri pada HS akan
meningkatkan tidur dan m,engurangi kekakuan di pagi hari)

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit reumatik adalah kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat
dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas,
pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi – sendi tangan dan sendi besar yang
menanggung beban.
Artritis rematoid adalah merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya
sendi pada pasien artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut
sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga menunjukkan gejala berupa
kelemahan umum cepat lelah.
B. Saran

15
Daftar Isi

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/7ecfc9533b3d0c63e52385ece00
081a8.pdf diakses pada tanggal 9 Maret 2020
https://www.academia.edu/9824423/RHEUMATOID_ARTHRITIS diakses pada
tanggal 9 Maret 2020
http://repository.unimus.ac.id/2259/3/BAB%20II.pdf diakses pada tanggal 9 Maret
2020
https://www.alodokter.com/rheumatoid-arthritis/komplikasi diakses pada tanggal 9
Maret 2020
Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta
Smeltzer, Suzzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. .Jakarta: EGC.
Prince, Sylvia Anderson. 1999. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
EGC: Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai