Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Rheumatoid Arthritis” ini dengan sebaik
baiknya. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sistem Muskuloskeletal.

Makalah ini terselesaikan atas bantuan berbagai pihak, oleh karena itu kami mengucapkan
terima kasih kepada :

Ns. Ratumas Ratih Puspita, M.Kep selaku Dosen Sistem Muskuloskeletal yang memberikan motivasi,
bimbingan, serta arahan.

Teman-teman yang telah membantu penyusunan makalah ini.

Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat kami harapkan.

Tangerang, 23 Oktober 2017

Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 3

A. Latar Belakang 3

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan Penulisan 4

D. Manfaat Penulisan 4

BAB II PEMBAHASAN 5

A. Anatomi Fisiologi Tulang Belakang 5

B. Definisi 8

C. Klasifikasi 10

D. Etiologi. 11

E. Patofisiologi 11

F. Tanda & Gejala 13

G. Komplikasi. 14

H. Pemeriksaan Diagnostik. 15

I. Penatalaksanaan Medis 16

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 18

A. Pengkajian 18

B. Diagnosa 20

C. Intervensi 20

BAB IV PENUTUP 26

A. Kesimpulan 26

B. Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 27

BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang

Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis yang menyebabkan nyeri, kekakuan, pembengkakan dan
keterbatasan gerak serta fungsi dari banyak sendi. Rheumatoid arthritis dapat mempengaruhi sendi
apapun, sendi-sendi kecil di tangan dan kaki cenderung paling sering terlibat. Pada rheumatoid arthritis
kekakuan terburuk paling sering di pagi hari. Hal ini dapat berlangsung satu sampai dua jam atau bahkan
sepanjang hari. Kekakuan untuk waktu yang lama di pagi hari tersebut merupakan petunjuk bahwa
seseorang mungkin memiliki rheumatoid arthritis, karena sedikit penyakit arthritis lainnya berperilaku
seperti ini. Misalnya, osteoarthritis paling sering tidak menyebabkan kekakuan pagi yang
berkepanjangan (American College of Rheumatology, 2012).

Penyakit arthritis bukan penyakit yang mendapat sorotan seperti penyakit hipertensi, diabetes atau
AIDS, namun penyakit ini menjadi masalah kesehatan yang cukup mengganggu dan terjadi dimana-
mana. Rheumatoid arthritis adalah bentuk paling umum dari arthritis autoimun, yang mempengaruhi
lebih dari 1,3 juta orang Amerika. Dari jumlah tersebut, sekitar 75% adalah perempuan. Bahkan, 1-3%
wanita mungkin mengalami rheumatoid arthritis dalam hidupnya. Penyakit ini paling sering dimulai
antara dekade keempat dan keenam dari kehidupan. Namun, rheumatoid arthritis dapat mulai pada usia
berapa pun (American College of Rheumatology, 2012).

Gangguan yang terjadi pada pasien rheumatoid arthritis lebih besar kemungkinannya untuk terjadi pada
suatu waktu tertentu dalam kehidupan pasien. Kebanyakan penyakit rheumatoid arthritis berlangsung
kronis yaitu sembuh dan kambuh kembali secara berulang-ulang sehingga menyebabkan kerusakan
sendi secara menetap. Rheumatoid arthritis dapat mengancam jiwa pasien atau hanya menimbulkan
gangguan kenyamanan. Masalah yang disebabkan oleh penyakit rheumatoid arthritis tidak hanya
berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas dan aktivitas hidup sehari-hari tetapi juga efek
sistemik yang tidak jelas yang dapat menimbulkan kegagalan organ. Rheumatoid arthritis dapat
mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri, keadaan mudah lelah, perubahan citra diri serta gangguan
tidur. Dengan demikian hal yang paling buruk pada penderita rheumatoid arthritis adalah pengaruh
negatifnya terhadap kualitas hidup. Bahkan kasus rheumatoid arthritis yang tidak begitu parah pun
dapat mengurangi bahkan menghilangkan kemampuan seseorang untuk produktif dan melakukan
kegiatan fungsional sepenuhnya. Rheumatoid arthritis dapat mengakibatkan tidak mampu melakukan
aktivitas sehari-hari seutuhnya (Gordon et al., 2002).
Rumusan Masalah

Apakah yang dimaksud denganrheumatoid arthritis?

Bagaimanakah konsep teori rheumatoid arthritis?

Bagaimanakah konsep proses keperawatan pada rheumatoid arthritis?

Tujuan Penulisan

Tujuan Umum

Menjelaskan konsep dan proses keperawatan pada rheumatoid arthritis

Tujuan Khusus

Mahasiswa memahami apa itu rheumatoid arthritis

Mahasiswa mengetahui penyebab rheumatoid arthritis

Mahasiswa mengetahui patofisiologi rheumatoid arthritis

Mahasiswa mengetahui tanda dan gejala rheumatoid arthritis

Mahasiswa mengetahui komplikasi rheumatoid arthritis

Mahasiswa mengetahui pemeriksaan dan penatalaksanaan rheumatoid arthritis

Mahasiswa mampu memahami proses keperawatan pada rheumatoid arthritis

Manfaat Penulisan

Mahasiswa memahami konsep dan proses keperawatan pada klien dengan penyakit rheumatoid
arthritis sehingga menunjang pembelajaran mata kuliah Sistem Muskuloskeletal.

Mahasiswa mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat menjadi bekal dalam persiapan
praktek di rumah sakit.

BAB II
PEMBAHASAN

Anatomi Fisiologi

Muskuloskeletal terdiri dari tulang, otot, kartilago, ligament, tendon, fasia, bursae dan persendian.

Tulang

Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intra-seluler. Tulang berasal dari embryonic hyaline
cartilage yang mana melalui proses “osteogenesis” menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang
disebut Osteoblast. Proses mengerasnya tulang akibat menimbunya garam kalsium.

Fungsi tulang adalah sebagai berikut :

Mendukung jaringan tubuh dan menbuntuk tubuh.

Melindungi organ tubuh (jantung, otak, paru-paru) dan jaringan lunak.

Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan )

Membuat sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang (hema topoiesis).

Menyimpan garam-garam mineral. Misalnya kalsium, fosfor.

Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan bentuknya :

Tulang panjang (femur, humerus ) terdiri dari satu batang dan dua epifisis. Batang dibentuk oleh
jaringan tulang yang padat.epifisis dibentuk oleh spongi bone (Cacellous atau trabecular )

Tulang pendek (carpalas) bentuknya tidak teratur dan cancellous (spongy) dengan suatu lapisan luar dari
tulang yang padat.

Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri dari dua lapisan tulang padat dengan lapisan luar adalah tulang
cancellous.

Tulang yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.

Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang berdekatan dengan
persendian dan didukung oleh tendon danjaringan fasial,missal patella (kap lutut)

Otot

Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk kontraksi dan untuk menghasilkan
pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh tubuh. Kelompok otot terdiri dari :
Otot rangka (otot lurik) didapatkan pada system skeletal dan berfungsi untuk memberikan pengontrolan
pergerakan, mempertahankan sikap dan menghasilkan panas.

Otot Viseral (otot polos) didapatkan pada saluran pencernaan, saluran perkemihan dan pembuluh
darah. Dipengaruhi oleh sisten saraf otonom dan kontraksinya tidak dibawah control keinginan.

Otot jantung didapatkan hanya pada jantung dan kontraksinya tidak dibawah control keinginan.

Kartilago

Kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin yang kuat. Kartilago sangat kuat tapi
fleksibel dan tidak bervascular. Nutrisi mencapai kesel-sel kartilago dengan proses difusi melalui gelatin
dari kapiler-kapiler yang berada di perichondrium (fibros yang menutupi kartilago) atau sejumlah serat-
serat kolagen didapatkan pada kartilago.

Ligament

Ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibros yang tebal dimana merupakan ahir dari suatu otot dan
dan berfungsi mengikat suatu tulang.

Tendon

Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrous yang membungkus setiap otot dan
berkaitan dengan periosteum jaringan penyambung yang mengelilingi tendon tertentu, khususnya pada
pergelangan tangan dan tumit. Pembungkus ini dibatasi oleh membrane synofial yang memberikan
lumbrikasi untuk memudahkan pergerakan tendon.

Fasia

Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang didapatkan langsung dibawah kulit
sebagai fasia supervisial atau sebagai pembungkus tebal, jaringan penyambung yang membungkus
fibrous yang membungkus otot, saraf dan pembuluh darah.bagian ahair diketahui sebagai fasia dalam.

Bursae

Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung dari suatu tempat, dimana digunakan
diatas bagian yang bergerak, misalnya terjadi pada kulit dan tulang, antara tendon dan tulang antara
otot. Bursae bertindak sebagai penampang antara bagian yang bergerak sepaerti pada olecranon
bursae, terletak antara presesus dan kulit.

Persendian

Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka tulang tidak ada. Kelenturan
dimungkinkan karena adanya persendian, tatu letah dimana tulang berada bersama-sama. Bentuk dari
persendian akan ditetapkan berdasarkan jumlah dan tipe pergerakan yang memungkinkan dan
klasifikasi didasarkan pada jumlah pergerakan yang dilakukan. Berdasarkan klasifikasinya terdapat 3
kelas utama persendian yaitu:

Sendi synarthroses (sendi yang tidak bergerak)

Sendi amphiartroses (sendi yang sedikit pergerakannya)

Sendi diarthoses (sendi yang banyak pergerakannya) Perubahan fisiologis pada proses menjadi tua ada
jangka periode waktu tertentu dimana individu paling mudah mengalami perubahan musculoskeletal.
Perubahan ini terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja karena pertumbuhan atau perkembangan
yang cepat atau timbulnya terjadi pada usia tua. Perubahan struktur system muskuloskeletal dan
fungsinya sangat bervariasi diantara individu selama proses menjadi tua. Perubahan yang terjadi pada
proses menjadi tua merupakan suatu kelanjutan dari kemunduran yang dimulai dari usia pertengahan.
Jumlah total dari sel-sel bertumbuh berkurang akibat perubahan jaringan prnyambung, penurunan pada
jumlah dan elasitas dari jaringan subkutan dan hilangnya serat otot, tonus dan kekuatan. Perubahan
fisiologis yang umum adalah:

Adanya penurunan yang umum pada tinggi badan sekitar 6-10 cm. pada maturasi usia tua.

Lebar bahu menurun.

Fleksi terjadi pada lutut dan pangkal paha

Definisi Rheumatoid Arthritis

Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama poliartritis
progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. (Kapita Selekta Kedokteran, 2001 : hal 536)

Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang tidak diketahui penyebabnya,
dikarakteristikan oleh kerusakan dan proliferasi membran sinovial, yang menyebabkan kerusakan pada
tulang sendi, ankilosis, dan deformitas. (Doenges, E Marilynn, 2000 : hal 859)

Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik, progesif, cenderung
kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris. (Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu
Bedah Orthopedi, hal. 165)

Rheumatoid arthritis (RA) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai mengenai membran
sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi,
penurunan mobilitas, dan keletihan. (Diane C. Baughman, 2000)

Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi pada sendi
(Lemone & Burke, 2001)
Rheumatoid arthritis adalah penyalit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya
dikarakteristikkan dengan reaksi inflamasi dalam membrane synovial yang mengarah pada destruksi
kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut (Susan Martin, 2003)

Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama poliartritis
progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. (Arif Mansjour. 2005 )

Reumatoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi utamanya
adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat,
2006)

Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi utamanya adalah
poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006)

Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri dan kemerahan pada daerah
persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia, 2011)

Klasifikasi

Klasifikasi Berdasarkan Gejalanya :

Kelas I : Masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan aktivitas olahraga.

Kelas II : Masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari tapi mulai terbatas dan kesulitan melakukan
olahraga.

Kelas III : Aktivitas sehari-hari sudah mulai terganggu.

Kelas IV : Aktivitas sehari-hari sudah sangat terbatas, apalagi aktivitas fisik lainnya.
Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu :

Reumatoid Arthritis Klasik

Pada tipe ini terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang berlangsung terus menerus, paling sedikit
dalam waktu 6 minggu.

Reumatoid Arthritis Defisit

Pada tipe ini terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang berlangsung terus menerus, paling sedikit
dalam waktu 6 minggu.

Probable Reumatoid Arthritis

Pada tipe ini terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang berlangsung terus menerus, paling sedikit
dalam waktu 6 minggu.

Possible Reumatoid Arthritis

Pada tipe ini terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang berlangsung terus menerus, paling sedikit
dalam waktu 3 bulan.

Etiologi

Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa hipotesa menunjukan
bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :

Mekanisme imun ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IG g dan faktor Rematoid (RF)

Gangguan Metabolisme

Genetik

Faktor lain, seperti pekerjaan

Patofisiologi

Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi synovial seperti edema, kongesti vascular, eksudat
fibrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan menyebabkan synovial menjadi menebal,
terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada pesendian ini granulasi membentuk pannus atau
penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria, jaringan granulasi menguat
karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikular, kartilago menjadi nekrosis.

Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago
sangat luasmaka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu
(ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligament menjadi lemah dan bisa
menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa
menyebabkan osteoporosis setempat.

Secara singkat dapat dikatakan reaksi autoimun dalam jaringan sinovial yang melakukan proses
fagositosis yang menghasilkan enzim-enzim dalam sendi untuk memcah kolagen sehingga terjadi edema
proliferasi membran synovial dan akhirnya membentuk pannus. Pannus tersebut akan menghancurkan
tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang sehingga akan berakibat menghilangnya permukaan sendi
yang akan mengganggu gerak sendi.

Pada penyakit Rematoid Artritis terdapat 3 stadium yaitu :

Stadium Sinovisis

Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi, edema karena
kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak, bengkak dan kekakuan.

Stadium Destruksi

Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya
yang ditandai adanya kontraksi tendon.

Stadium Deformitas

Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan gangguan fungsi
secara menetap.
PATHWAY

Reaksi faktor rheumatoid (RF) dg antibodi, faktor metabolic, genetik, pekerjaan

Nyeri Reaksi peradangan

Synovial menebal

Pannus Nodul Deformitas sendi Gangguan citra tubuh

Infiltrasi ke dalam os. Subcondria

Hambatan nutrisi pada kartilago artikularis

Kerusakan kartilago & tulang Kartilago nekrosis

Tendon & ligamen melemah Erosi kartilago

Mudah luksasi & subluksasi Adhesi pada permukaan sendi

Hilangnya kekuatan otot Ankilosis fibrosa Ankilosis tulang

Resiko cedera Kekakuan sendi Terbatasnya gerakan sendi

Gangguan mobilitas fisik Defisit perawatan diri

Tanda dan Gejala

Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :

Nyeri persendian

Bengkak

Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari

Terbatasnya pergerakan

Sendi-sendi terasa panas

Demam (pireksia)

Anemia

Deformitas sendi

Kekuatan berkurang
Tampak warna kemerahan di sekitar sendi

Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :

Gerakan menjadi terbatas

Adanya nyeri tekan

Deformitas bertambah pembengkakan

Kelemahan

Depresi

Komplikasi

Osteoporosis

Pada penyakit RA menyebabkan erosi atau pengikisan kartilago sehingga dapat menyebabkan
osteoporosis.

Osteoarthritis

Akibat gangguan autoimun dimana imun tubuh menyerang sel-sel yang sehat menyebabkan peradangan
serta kerusakan tendon dan tulang yang mengakibatkan terjadinya osteoarthritis.

Serangan jantung

Akibat peradangan tubuh menimbulkan adanya tumpukan cairan di sekitar jantung (pericardia effusion),
hal ini dapat merusak otot jantung, katup jantung, dan pembuluh-pembuluh darah di jantung yang
akhirnya menyebabkan serangan jantung.

Fibrosis paru

Fibrosis paru adalah munculnya jaringan parut pada paru-paru yang menyebabkan kerusakan dan
terganggunya fungsi paru-paru.

Karena RA adalah inflamasi kronis maka dapat mempengaruhi seluruh tubuh termasuk paru-paru.
Peradangan yang terjadi menimbulkan jaringan parut atau bekas luka, maka terjadi fibrosis paru.

Anemia

Respon autoimun menyebabkan peradangan pada sendi dan jaringan lain. Peradangan menyebabkan
pelepasan protein (IL-6) berlebihan akibatnya menghalangi pelepasan zat besi. Peradangan juga
mempengaruhi produksi erythropoietin, hormon yang mengontrol produksi sel darah merah.
Obat Non-Steroid seperti acetaminophen, naproxen, dan ibuprofen yang dikonsumsi penderita RA juga
dapat menyebabkan perdarahan ulkus di perut atau slauran pencernaan, akibatnya akan terjadi
kehilangan darah yang menyebabkan anemia.

Ginjal & saluran pencernaan juga dapat menjadi korban akibat obat-obatan anti inflamasi yang
dikonsumsi penderita.

Rheumatoid nodule

Terbentuk nodul-nodul kecil di bawah kulit pada sekitar sendi, warnanya gelap yang terbentuk akibat
perdarahan di bawah kulit yang pembuluh darahnya rusak akibat RA.

Syndrome felty (Radang limpa)

Radang limpa dapat menyebabkan penurunan sel darah putih sehingga meningkatkan resiko terkena
infeksi.

Sindrom sjogren

Sindrom ini merupakan kelainan autoimun dimana sel imun akan menyerang dan menghancurkan
kelenjar eksokrin yang bertugas untuk memproduksi air mata dan air liur, akibatnya mata dan mulut
menjadi kering. Gejala tersebut bisa menimbulkan penyakit mata skleritis.

Nekrosis

Peradangan pada pembuluh darah (vaskulitis) dapat membatasi suplai darah ke jaringan sekitarnya
sehingga dapat menyebabkan kematian jaringan yang disebut nekrosis.

Pemeriksaan Diagnostik

Pencitraan

Rontgen dengan sinar X(Membantu sebagai tes awal dan berguna dalam tahap selanjutnya untuk
memantau bagaimana penyakit berkembang.

USG (Ultrasonography)

MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Pemeriksaan Imunologi

Tes ini memeriksa antibodi tertentu termasuk Anti-Cyclic Antibody Citrullinated Peptida (ACPA), faktor
rheumatoid (RF), dan Antibody Antinuclear (ANA) yang ada pada sebagian besar penderita RA. RF yang
tinggi dapat menunjukkan bentuk yang lebih agresif dari penyakit.

Pemeriksaan Darah Kecepatan Sedimentasi


ESR (Erythrocyte Sedimentation Rate)(Tingkat sedimentasi eritrosit mengukur seberapa cepat sel-sel
darah merah jatuh ke dasar tabung reaksi. Biasanya semakin tinggi sedimentasi, semakin banyak
peradangan yang terjadi di dalam tubuh.

CRP (C-Reaktif Protein)(CRP adalah suatu protein yang dihasilkan oleh hati terutama saat terjadi infeksi
atau inflamasi di dalam tubuh. Jika CRP tinggi, menunjukkan tingkat peradangan tinggi juga.

Arthrocentesis (Aspirasi Cairan Sinovial)

Sebuah prosedur aspirasi sendi yang dilakukan untuk mendapatkan cairan sendi untuk diuji di
laboratorium yang kemudian dianalisis untuk mendeteksi penyebab pembengkakan sendi. Mengambil
cairan sendi juga dapat membantu meringankan sendi.

Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :

Istirahat : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat

Latihan fisik : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang, ini bertujuan untuk
mempertahankan fungsi sendi pasien. Seperti berjalan, senam, berenang, bersepeda, dilakukan 3-4 kali
seminggu, lamanya 20-40 menit, disesuaikan dengan kemampuan fisik dan keadaan penyakitnya.

Olahraga : Yoga, pilates, aerobic, tai chi.

Termoterapi

Termoterapi adalah penggunaan panas untuk meringankan penyakit, yang mencakup pemanasan
dengan cahaya (sinar inframerah) atau alat pemanas konduktif seperti : bantalan pemanas, botol air
panas, krim atau lotion pemanas, terapi mandi, mandi parafin, dan sauna.

Pemberian Obat-obatan :

Anti Inflamasi non steroid (NSAID) contoh : aspirin yang diberikan pada dosis yang telah ditentukan.

Obat-obat untuk Reumatoid Artitis :

Acetyl salicylic acid, Cholyn salicylate (Analgetik, Antipyretik, Anty Inflamatory)

Indomethacin/Indocin(Analgetik, Anti Inflamatori)

Ibufropen/motrin (Analgetik, Anti Inflamatori)

Tolmetin sodium/Tolectin(Analgetik Anti Inflamatori)

Naproxsen/naprosin (Analgetik, Anti Inflamatori)


Sulindac/Clinoril (Analgetik, Anti Inflamatori)

Piroxicam/Feldene (Analgetik, Anti Inflamatori)

Pembedahan menjadi pilihan apabila pemberian obat-obatan tidak berhasil mencegah dan
memperlambat kerusakan sendi.  Pembedahan dapat mengembalikan fungsi dari sendi anda yang telah
rusak.  Prosedur yang dapat dilakukan adalah artroplasti, perbaikan tendon, sinovektomi.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna kulit, ukuran, lembut
tidaknya kulit, dan pembengkakan.

Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi synovial

Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)

Catat bila ada krepitasi

Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan

Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral

Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang

Ukur kekuatan otot


Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya

Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari

Riwayat Psikososial

Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pad pasien yang
mengalami deformitas pada sendi-sendi karena ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada
dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian
terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.

Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya
(misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan
keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.

Pengkajian 11 Pola Gordon

Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan

Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi?

Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?

Riwayat keluarga dengan RA

Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun

Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll

Pola Nutrisi Metabolik

Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang banyak mengandung pospor(zat
kapur), vitamin dan protein)

Riwayat gangguan metabolic

Pola Eliminasi

Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?

Pola Aktivitas dan Latihan


Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah saki

Jenis aktivitas yang dilakukan

Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas

Tidak mampu melakukan aktifitas berat

Pola Istirahat dan Tidur

Apakah ada gangguan tidur?

Kebiasaan tidur sehari

Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur

Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?

Pola Persepsi Kognitif

Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?

Pola Persepsi dan Konsep Diri

Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?

Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya?

Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama

Bagaimana hubungan dengan keluarga?

Apakah ada perubahan peran pada klien?

Pola Reproduksi Seksualitas

Adakah gangguan seksualitas?

Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress

Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?

Pola Sistem Kepercayaan

Agama yang dianut?

Adakah gangguan beribadah?

Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada Tuhan


Diagnosa Keperawatan

Nyeri akut b/d agen cedera biologis

Gangguan mobilitas fisik b/d deformitas skeletal

Gangguan citra tubuh b/d perubahan penampilan tubuh

Resiko cedera b/d hilangnya kekuatan otot, nyeri

Defisit perawatan diri b/d kerusakan musculoskeletal

Intervensi Keperawatan

No.

Diagnosa

Tujuan & Kriteria Hasil

Intervensi

1.

Nyeri akut b/d agen cedera biologis

NOC :

Pain level

Pain control

Comfort level

Kriteria hasil :

Mampu mengontrol nyeri

Mampu mengenali nyeri

Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang


Mandiri :

Kaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor
presipitasi

Observai reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan

Monitor TD, nadi, suhu, RR sebelum, selama, dan setelah aktivitas

Kolaborasi :

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik

2.

Hambatan mobilitas fisik b/d deformitas skeletal

NOC :

Joint movement : Active

Mobility level

Self care : ADLs

Transfer performance

Kriteria Hasil

Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas

Aktivitas fisik klien meningkat

Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah


Mandiri :

Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon klien saat latihan

Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan

Kaji kemampuan klien dalam mobilisasi

Latih klienn dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan

Berikan alat bantu jika klien memerlukan

Kolaborasi :

Kolaborasi dengan fisioterapi dalam penanganan traksi yang boleh digerakkan dan yang belum boleh
digerakkan

Berikan matras busa/pengubah tekanan

Berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid)

3.

Gangguan citra tubuh b/d perubahan penampilan tubuh

NOC :

Body image

Self esteem

Kriteria hasil :

Body image positif

Mampu mengidentifikasi kekuatan personal

Mempertahankan interaksi sosial

Mandiri :

Kaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap tubuhnya
Monitor frekuensi mengkritik dirinya

Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit

Respon non verbal terhadap persepsi perubahan pada tubuh

Mengungkapkan persepsi yang mencerminkan perubahan individu dalam penampilan

Kolaborasi :

Rujuk pada konseling psikiatri, mis: perawat spesialis psikiatri, psikolog

Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan obat-obatan peningkat alam perasaan

4.

Resiko cedera b/d hilangnya kekuatan otot, nyeri

NOC :

Risk control

Kriteria hasil :

Klien terbebas dari cedera

Klien mampu menjelaskan cara/metode untuk mencegah injury/cedera

Klien mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan/perilaku personal

Mandiri :

Sediakan lingkungan yang aman untuk klien

Identifikasi kebutuhan keamanan klien sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif klien dan riwayat
penyakit terdahulu klien

Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih

Membatasi pengunjung

Mengontrol lingkungan dari kebisingan


Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan

Kolaborasi :

Kolaborasi dengan petugas kesehatan untuk meningkatkan keamanan lingkungan

5.

Defisit perawatan diri b/d kerusakan musculoskeletal

Kriteris Hasil :

Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan individual

Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri

Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri

Mandiri :

Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/ eksaserbasi penyakit dan potensial
perubahan yang sekarang diantisipasi

Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan

Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri

Identifikasi /rencana untuk modifikasi lingkungan

Kolaborasi :

Konsul dengan ahli terapi okupasi

Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan evaluasi setelahnya

Atur konsul dengan lembaga lainnya, mis : pelayanan perawatan rumah, ahli nutrisi
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Rheumatoid arthritis (RA) adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi pada
sendi yang terutama mengenai mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai
dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan.

Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa hipotesa menunjukan
bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor : mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara
IGC dan faktor rematoid, gangguan Metabolisme, genetik, faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan
(pekerjaan dan psikososial)

B. Saran

Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
Penulis juga membuka kesempatan bagi kritik dan saran yang membangun dan mengembangkan
makalah ini. Karena pada hakikatnya ilmu pengetahuan akan terus menerus berkembang sesuai dengan
perkembangan jaman.
DAFTAR PUSTAKA

Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee, Papadakis MA (Eds):
Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed., Appleton & Lange, International Edition, Connecticut
2005, 729-32.

NANDA NIC-NOC. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. Yogyakarta:MediAction

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:EGC. 2002.

Anda mungkin juga menyukai