Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Rheumatoid Arthritis” ini dengan sebaik
baiknya. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sistem Muskuloskeletal.
Makalah ini terselesaikan atas bantuan berbagai pihak, oleh karena itu kami mengucapkan
terima kasih kepada :
Ns. Ratumas Ratih Puspita, M.Kep selaku Dosen Sistem Muskuloskeletal yang memberikan motivasi,
bimbingan, serta arahan.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat kami harapkan.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penulisan 4
D. Manfaat Penulisan 4
BAB II PEMBAHASAN 5
B. Definisi 8
C. Klasifikasi 10
D. Etiologi. 11
E. Patofisiologi 11
G. Komplikasi. 14
H. Pemeriksaan Diagnostik. 15
I. Penatalaksanaan Medis 16
A. Pengkajian 18
B. Diagnosa 20
C. Intervensi 20
BAB IV PENUTUP 26
A. Kesimpulan 26
B. Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 27
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis yang menyebabkan nyeri, kekakuan, pembengkakan dan
keterbatasan gerak serta fungsi dari banyak sendi. Rheumatoid arthritis dapat mempengaruhi sendi
apapun, sendi-sendi kecil di tangan dan kaki cenderung paling sering terlibat. Pada rheumatoid arthritis
kekakuan terburuk paling sering di pagi hari. Hal ini dapat berlangsung satu sampai dua jam atau bahkan
sepanjang hari. Kekakuan untuk waktu yang lama di pagi hari tersebut merupakan petunjuk bahwa
seseorang mungkin memiliki rheumatoid arthritis, karena sedikit penyakit arthritis lainnya berperilaku
seperti ini. Misalnya, osteoarthritis paling sering tidak menyebabkan kekakuan pagi yang
berkepanjangan (American College of Rheumatology, 2012).
Penyakit arthritis bukan penyakit yang mendapat sorotan seperti penyakit hipertensi, diabetes atau
AIDS, namun penyakit ini menjadi masalah kesehatan yang cukup mengganggu dan terjadi dimana-
mana. Rheumatoid arthritis adalah bentuk paling umum dari arthritis autoimun, yang mempengaruhi
lebih dari 1,3 juta orang Amerika. Dari jumlah tersebut, sekitar 75% adalah perempuan. Bahkan, 1-3%
wanita mungkin mengalami rheumatoid arthritis dalam hidupnya. Penyakit ini paling sering dimulai
antara dekade keempat dan keenam dari kehidupan. Namun, rheumatoid arthritis dapat mulai pada usia
berapa pun (American College of Rheumatology, 2012).
Gangguan yang terjadi pada pasien rheumatoid arthritis lebih besar kemungkinannya untuk terjadi pada
suatu waktu tertentu dalam kehidupan pasien. Kebanyakan penyakit rheumatoid arthritis berlangsung
kronis yaitu sembuh dan kambuh kembali secara berulang-ulang sehingga menyebabkan kerusakan
sendi secara menetap. Rheumatoid arthritis dapat mengancam jiwa pasien atau hanya menimbulkan
gangguan kenyamanan. Masalah yang disebabkan oleh penyakit rheumatoid arthritis tidak hanya
berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas dan aktivitas hidup sehari-hari tetapi juga efek
sistemik yang tidak jelas yang dapat menimbulkan kegagalan organ. Rheumatoid arthritis dapat
mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri, keadaan mudah lelah, perubahan citra diri serta gangguan
tidur. Dengan demikian hal yang paling buruk pada penderita rheumatoid arthritis adalah pengaruh
negatifnya terhadap kualitas hidup. Bahkan kasus rheumatoid arthritis yang tidak begitu parah pun
dapat mengurangi bahkan menghilangkan kemampuan seseorang untuk produktif dan melakukan
kegiatan fungsional sepenuhnya. Rheumatoid arthritis dapat mengakibatkan tidak mampu melakukan
aktivitas sehari-hari seutuhnya (Gordon et al., 2002).
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
Manfaat Penulisan
Mahasiswa memahami konsep dan proses keperawatan pada klien dengan penyakit rheumatoid
arthritis sehingga menunjang pembelajaran mata kuliah Sistem Muskuloskeletal.
Mahasiswa mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat menjadi bekal dalam persiapan
praktek di rumah sakit.
BAB II
PEMBAHASAN
Anatomi Fisiologi
Muskuloskeletal terdiri dari tulang, otot, kartilago, ligament, tendon, fasia, bursae dan persendian.
Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intra-seluler. Tulang berasal dari embryonic hyaline
cartilage yang mana melalui proses “osteogenesis” menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang
disebut Osteoblast. Proses mengerasnya tulang akibat menimbunya garam kalsium.
Tulang panjang (femur, humerus ) terdiri dari satu batang dan dua epifisis. Batang dibentuk oleh
jaringan tulang yang padat.epifisis dibentuk oleh spongi bone (Cacellous atau trabecular )
Tulang pendek (carpalas) bentuknya tidak teratur dan cancellous (spongy) dengan suatu lapisan luar dari
tulang yang padat.
Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri dari dua lapisan tulang padat dengan lapisan luar adalah tulang
cancellous.
Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang berdekatan dengan
persendian dan didukung oleh tendon danjaringan fasial,missal patella (kap lutut)
Otot
Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk kontraksi dan untuk menghasilkan
pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh tubuh. Kelompok otot terdiri dari :
Otot rangka (otot lurik) didapatkan pada system skeletal dan berfungsi untuk memberikan pengontrolan
pergerakan, mempertahankan sikap dan menghasilkan panas.
Otot Viseral (otot polos) didapatkan pada saluran pencernaan, saluran perkemihan dan pembuluh
darah. Dipengaruhi oleh sisten saraf otonom dan kontraksinya tidak dibawah control keinginan.
Otot jantung didapatkan hanya pada jantung dan kontraksinya tidak dibawah control keinginan.
Kartilago
Kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin yang kuat. Kartilago sangat kuat tapi
fleksibel dan tidak bervascular. Nutrisi mencapai kesel-sel kartilago dengan proses difusi melalui gelatin
dari kapiler-kapiler yang berada di perichondrium (fibros yang menutupi kartilago) atau sejumlah serat-
serat kolagen didapatkan pada kartilago.
Ligament
Ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibros yang tebal dimana merupakan ahir dari suatu otot dan
dan berfungsi mengikat suatu tulang.
Tendon
Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrous yang membungkus setiap otot dan
berkaitan dengan periosteum jaringan penyambung yang mengelilingi tendon tertentu, khususnya pada
pergelangan tangan dan tumit. Pembungkus ini dibatasi oleh membrane synofial yang memberikan
lumbrikasi untuk memudahkan pergerakan tendon.
Fasia
Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang didapatkan langsung dibawah kulit
sebagai fasia supervisial atau sebagai pembungkus tebal, jaringan penyambung yang membungkus
fibrous yang membungkus otot, saraf dan pembuluh darah.bagian ahair diketahui sebagai fasia dalam.
Bursae
Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung dari suatu tempat, dimana digunakan
diatas bagian yang bergerak, misalnya terjadi pada kulit dan tulang, antara tendon dan tulang antara
otot. Bursae bertindak sebagai penampang antara bagian yang bergerak sepaerti pada olecranon
bursae, terletak antara presesus dan kulit.
Persendian
Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka tulang tidak ada. Kelenturan
dimungkinkan karena adanya persendian, tatu letah dimana tulang berada bersama-sama. Bentuk dari
persendian akan ditetapkan berdasarkan jumlah dan tipe pergerakan yang memungkinkan dan
klasifikasi didasarkan pada jumlah pergerakan yang dilakukan. Berdasarkan klasifikasinya terdapat 3
kelas utama persendian yaitu:
Sendi diarthoses (sendi yang banyak pergerakannya) Perubahan fisiologis pada proses menjadi tua ada
jangka periode waktu tertentu dimana individu paling mudah mengalami perubahan musculoskeletal.
Perubahan ini terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja karena pertumbuhan atau perkembangan
yang cepat atau timbulnya terjadi pada usia tua. Perubahan struktur system muskuloskeletal dan
fungsinya sangat bervariasi diantara individu selama proses menjadi tua. Perubahan yang terjadi pada
proses menjadi tua merupakan suatu kelanjutan dari kemunduran yang dimulai dari usia pertengahan.
Jumlah total dari sel-sel bertumbuh berkurang akibat perubahan jaringan prnyambung, penurunan pada
jumlah dan elasitas dari jaringan subkutan dan hilangnya serat otot, tonus dan kekuatan. Perubahan
fisiologis yang umum adalah:
Adanya penurunan yang umum pada tinggi badan sekitar 6-10 cm. pada maturasi usia tua.
Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama poliartritis
progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. (Kapita Selekta Kedokteran, 2001 : hal 536)
Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang tidak diketahui penyebabnya,
dikarakteristikan oleh kerusakan dan proliferasi membran sinovial, yang menyebabkan kerusakan pada
tulang sendi, ankilosis, dan deformitas. (Doenges, E Marilynn, 2000 : hal 859)
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik, progesif, cenderung
kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris. (Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu
Bedah Orthopedi, hal. 165)
Rheumatoid arthritis (RA) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai mengenai membran
sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi,
penurunan mobilitas, dan keletihan. (Diane C. Baughman, 2000)
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi pada sendi
(Lemone & Burke, 2001)
Rheumatoid arthritis adalah penyalit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya
dikarakteristikkan dengan reaksi inflamasi dalam membrane synovial yang mengarah pada destruksi
kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut (Susan Martin, 2003)
Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama poliartritis
progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. (Arif Mansjour. 2005 )
Reumatoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi utamanya
adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat,
2006)
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi utamanya adalah
poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006)
Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri dan kemerahan pada daerah
persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia, 2011)
Klasifikasi
Kelas II : Masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari tapi mulai terbatas dan kesulitan melakukan
olahraga.
Kelas IV : Aktivitas sehari-hari sudah sangat terbatas, apalagi aktivitas fisik lainnya.
Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu :
Pada tipe ini terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang berlangsung terus menerus, paling sedikit
dalam waktu 6 minggu.
Pada tipe ini terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang berlangsung terus menerus, paling sedikit
dalam waktu 6 minggu.
Pada tipe ini terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang berlangsung terus menerus, paling sedikit
dalam waktu 6 minggu.
Pada tipe ini terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang berlangsung terus menerus, paling sedikit
dalam waktu 3 bulan.
Etiologi
Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa hipotesa menunjukan
bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
Mekanisme imun ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IG g dan faktor Rematoid (RF)
Gangguan Metabolisme
Genetik
Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi synovial seperti edema, kongesti vascular, eksudat
fibrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan menyebabkan synovial menjadi menebal,
terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada pesendian ini granulasi membentuk pannus atau
penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria, jaringan granulasi menguat
karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikular, kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago
sangat luasmaka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu
(ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligament menjadi lemah dan bisa
menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa
menyebabkan osteoporosis setempat.
Secara singkat dapat dikatakan reaksi autoimun dalam jaringan sinovial yang melakukan proses
fagositosis yang menghasilkan enzim-enzim dalam sendi untuk memcah kolagen sehingga terjadi edema
proliferasi membran synovial dan akhirnya membentuk pannus. Pannus tersebut akan menghancurkan
tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang sehingga akan berakibat menghilangnya permukaan sendi
yang akan mengganggu gerak sendi.
Stadium Sinovisis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi, edema karena
kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak, bengkak dan kekakuan.
Stadium Destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya
yang ditandai adanya kontraksi tendon.
Stadium Deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan gangguan fungsi
secara menetap.
PATHWAY
Synovial menebal
Nyeri persendian
Bengkak
Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
Terbatasnya pergerakan
Demam (pireksia)
Anemia
Deformitas sendi
Kekuatan berkurang
Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :
Kelemahan
Depresi
Komplikasi
Osteoporosis
Pada penyakit RA menyebabkan erosi atau pengikisan kartilago sehingga dapat menyebabkan
osteoporosis.
Osteoarthritis
Akibat gangguan autoimun dimana imun tubuh menyerang sel-sel yang sehat menyebabkan peradangan
serta kerusakan tendon dan tulang yang mengakibatkan terjadinya osteoarthritis.
Serangan jantung
Akibat peradangan tubuh menimbulkan adanya tumpukan cairan di sekitar jantung (pericardia effusion),
hal ini dapat merusak otot jantung, katup jantung, dan pembuluh-pembuluh darah di jantung yang
akhirnya menyebabkan serangan jantung.
Fibrosis paru
Fibrosis paru adalah munculnya jaringan parut pada paru-paru yang menyebabkan kerusakan dan
terganggunya fungsi paru-paru.
Karena RA adalah inflamasi kronis maka dapat mempengaruhi seluruh tubuh termasuk paru-paru.
Peradangan yang terjadi menimbulkan jaringan parut atau bekas luka, maka terjadi fibrosis paru.
Anemia
Respon autoimun menyebabkan peradangan pada sendi dan jaringan lain. Peradangan menyebabkan
pelepasan protein (IL-6) berlebihan akibatnya menghalangi pelepasan zat besi. Peradangan juga
mempengaruhi produksi erythropoietin, hormon yang mengontrol produksi sel darah merah.
Obat Non-Steroid seperti acetaminophen, naproxen, dan ibuprofen yang dikonsumsi penderita RA juga
dapat menyebabkan perdarahan ulkus di perut atau slauran pencernaan, akibatnya akan terjadi
kehilangan darah yang menyebabkan anemia.
Ginjal & saluran pencernaan juga dapat menjadi korban akibat obat-obatan anti inflamasi yang
dikonsumsi penderita.
Rheumatoid nodule
Terbentuk nodul-nodul kecil di bawah kulit pada sekitar sendi, warnanya gelap yang terbentuk akibat
perdarahan di bawah kulit yang pembuluh darahnya rusak akibat RA.
Radang limpa dapat menyebabkan penurunan sel darah putih sehingga meningkatkan resiko terkena
infeksi.
Sindrom sjogren
Sindrom ini merupakan kelainan autoimun dimana sel imun akan menyerang dan menghancurkan
kelenjar eksokrin yang bertugas untuk memproduksi air mata dan air liur, akibatnya mata dan mulut
menjadi kering. Gejala tersebut bisa menimbulkan penyakit mata skleritis.
Nekrosis
Peradangan pada pembuluh darah (vaskulitis) dapat membatasi suplai darah ke jaringan sekitarnya
sehingga dapat menyebabkan kematian jaringan yang disebut nekrosis.
Pemeriksaan Diagnostik
Pencitraan
Rontgen dengan sinar X(Membantu sebagai tes awal dan berguna dalam tahap selanjutnya untuk
memantau bagaimana penyakit berkembang.
USG (Ultrasonography)
Pemeriksaan Imunologi
Tes ini memeriksa antibodi tertentu termasuk Anti-Cyclic Antibody Citrullinated Peptida (ACPA), faktor
rheumatoid (RF), dan Antibody Antinuclear (ANA) yang ada pada sebagian besar penderita RA. RF yang
tinggi dapat menunjukkan bentuk yang lebih agresif dari penyakit.
CRP (C-Reaktif Protein)(CRP adalah suatu protein yang dihasilkan oleh hati terutama saat terjadi infeksi
atau inflamasi di dalam tubuh. Jika CRP tinggi, menunjukkan tingkat peradangan tinggi juga.
Sebuah prosedur aspirasi sendi yang dilakukan untuk mendapatkan cairan sendi untuk diuji di
laboratorium yang kemudian dianalisis untuk mendeteksi penyebab pembengkakan sendi. Mengambil
cairan sendi juga dapat membantu meringankan sendi.
Penatalaksanaan Medis
Latihan fisik : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang, ini bertujuan untuk
mempertahankan fungsi sendi pasien. Seperti berjalan, senam, berenang, bersepeda, dilakukan 3-4 kali
seminggu, lamanya 20-40 menit, disesuaikan dengan kemampuan fisik dan keadaan penyakitnya.
Termoterapi
Termoterapi adalah penggunaan panas untuk meringankan penyakit, yang mencakup pemanasan
dengan cahaya (sinar inframerah) atau alat pemanas konduktif seperti : bantalan pemanas, botol air
panas, krim atau lotion pemanas, terapi mandi, mandi parafin, dan sauna.
Pemberian Obat-obatan :
Anti Inflamasi non steroid (NSAID) contoh : aspirin yang diberikan pada dosis yang telah ditentukan.
Pembedahan menjadi pilihan apabila pemberian obat-obatan tidak berhasil mencegah dan
memperlambat kerusakan sendi. Pembedahan dapat mengembalikan fungsi dari sendi anda yang telah
rusak. Prosedur yang dapat dilakukan adalah artroplasti, perbaikan tendon, sinovektomi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna kulit, ukuran, lembut
tidaknya kulit, dan pembengkakan.
Riwayat Psikososial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pad pasien yang
mengalami deformitas pada sendi-sendi karena ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada
dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian
terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya
(misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan
keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang banyak mengandung pospor(zat
kapur), vitamin dan protein)
Pola Eliminasi
Intervensi Keperawatan
No.
Diagnosa
Intervensi
1.
NOC :
Pain level
Pain control
Comfort level
Kriteria hasil :
Kaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor
presipitasi
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
Kolaborasi :
2.
NOC :
Mobility level
Transfer performance
Kriteria Hasil
Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon klien saat latihan
Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
Latih klienn dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
Kolaborasi :
Kolaborasi dengan fisioterapi dalam penanganan traksi yang boleh digerakkan dan yang belum boleh
digerakkan
3.
NOC :
Body image
Self esteem
Kriteria hasil :
Mandiri :
Kaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap tubuhnya
Monitor frekuensi mengkritik dirinya
Kolaborasi :
Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan obat-obatan peningkat alam perasaan
4.
NOC :
Risk control
Kriteria hasil :
Mandiri :
Identifikasi kebutuhan keamanan klien sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif klien dan riwayat
penyakit terdahulu klien
Membatasi pengunjung
Kolaborasi :
5.
Kriteris Hasil :
Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan individual
Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri
Mandiri :
Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/ eksaserbasi penyakit dan potensial
perubahan yang sekarang diantisipasi
Kolaborasi :
Atur konsul dengan lembaga lainnya, mis : pelayanan perawatan rumah, ahli nutrisi
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Rheumatoid arthritis (RA) adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi pada
sendi yang terutama mengenai mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai
dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan.
Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa hipotesa menunjukan
bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor : mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara
IGC dan faktor rematoid, gangguan Metabolisme, genetik, faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan
(pekerjaan dan psikososial)
B. Saran
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
Penulis juga membuka kesempatan bagi kritik dan saran yang membangun dan mengembangkan
makalah ini. Karena pada hakikatnya ilmu pengetahuan akan terus menerus berkembang sesuai dengan
perkembangan jaman.
DAFTAR PUSTAKA
Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee, Papadakis MA (Eds):
Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed., Appleton & Lange, International Edition, Connecticut
2005, 729-32.
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:EGC. 2002.