OLEH
MELLIYANI DUKKU
JURUSAN FISIOTERAPI
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah
kelompok 9 yang berjudul “Penanganan Fisioterapi pada Rhematoid Arthritis”, makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah FT Geriatri.
Kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi perbaikan dihari
kedepan. Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam proses
pembelajaran.
Kelompok 9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada usia lanjut individu akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial ekonomi
dan spiritual yang mempengaruhi kemampuan fungsional dalam aktivitas kehidupan sehari-
hari sehingga menjadikan lansia menjadi lebih rentan menderita gangguan kesehatan baik
fisik maupun mental. Walaupun tidak semua perubahan struktur dan fisiologis, namun
diperkirakan setengah dari populasi penduduk lansia mengalami keterbatasan dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari, dan 18% diantaranya sama sekali tidak mampu beraktivitas.
Berkaitan dengan kategori fisik, diperkirakan 85% dari kelompok umur 65 tahun atau lebih
mempunyai paling tidak satu masalah kesehatan(HealthyPeople,1997).
Dan jumlah penduduk lansia yang tinggi kemungkinan membuat rematik jadi keluhan
favorit. Penyakit otot dan persendian ini sering menyerang lansia, melebihi hipertensi dan
jantung, gangguan pendengaran dan penglihatan, serta diabetes(Health-News,2007).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Penyakit reumatik yang biasa disebut artritis (radang sendi) dianggap sebagai suatu
keadaan yang sebenarnya terdiri atas lebih dari 100 tipe kelainan yang berbeda. Penyakit ini
dapat mengenai otot-otot skelet, ligamen, tendon, dan persendian pada laki – laki maupun
wanita dengan segala usia. Sebagian gangguan lebih besar kemungkinannya untuk terjadi
suatu waktu tertentu dalam kehidupan pasien. Dampak keadaan ini dapat mengancam jiwa
penderitanya atau hanya menimbulkan gangguan kenyamanan dan masalah yang
disebabkan oleh penyakit reumatik ini tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas
pada mobilitas dan aktivitas hidup sehari – hari, tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas
dapat menimbulkan kegagalan organ dan kematian atau mengakibatkan masalah seperti
rasa nyeri, keadaan mudah lelah, perubahan citra serta gangguan tidur (Kisworo, 2008).
B. Etiologi
Penyebab dari artritis rhematoid belum dapat diketahui secara pasti, tetapi dapat dibagi
dalam 3 bagian, yaitu:
1. Mekanisme imunitas (antigen antibodi) seperti interaksi IgG dari imunoglobulin
dengan rhematoid factor
2. Faktor metabolic
3. Infeksi dengan kecenderungan virus
C. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala setempat :
1) Sakit persendian disertai kaku terutama pada pagi hari (morning stiffness) dan
gerakan terbatas, kekakuan berlangsung tidak lebih dari 30 menit dan dapat
berlanjut sampai berjam-jam dalam sehari. Kekakuan ini berbeda dengan
kekakuan osteoartritis yang biasanya tidak berlangsung lama.
2) Lambat laun membengkak, panas merah, lemah
3) Poli artritis simetris sendi perifer atau semua sendi bisa terserang,panggul, lutut,
pergelangan tangan, siku, rahang dan bahu. Paling sering mengenai sendi kecil
tangan, kaki, pergelangan tangan, meskipun sendi yang lebih besar seringkali
terkena juga
4) Artritis erosive atau sifat radiologis penyakit ini. Peradangan sendi yang kronik
menyebabkan erosi pada pinggir tulang dan ini dapat dilihat pada penyinaran
sinar X
5) Deformitas atau pergeseran ulnar, deviasi jari-jari, subluksasi sendi
metakarpofalangea, deformitas beoutonniere dan leher angsa. Sendi yang lebih
besar mungkin juga terserang yang disertai penurunan kemampuan fleksi
ataupun ekstensi. Sendi mungkin mengalami ankilosis disertai kehilangan
kemampuan bergerak yang total
6) Rematoid nodul merupakan massa subkutan yang terjadi pada 1/3 pasien
dewasa, kasus ini sering menyerang bagian siku (bursa olekranon) atau
sepanjang permukaan ekstensor lengan bawah, bentuknya oval atau bulat dan
padat.
Tanda dan gejala sistemik :
a) Lemah,
b) Demam
c) Paresthesia pada tangan atau kaki
d) Berat badan turun
e) Anemia
f) Anoreksia
Gejala-gejala di atas dapat mendahului keluhan sendi selama beberapa
minggu, bahkan bulan
Bila ditinjau dari stadium, maka pada Reumatik terdapat tiga stadium yaitu:
1) Stadium Sinovisis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai
hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak,
bengkak dan kekakuan
2) Stadium Destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada
jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon
3) Stadium Deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas
dan gangguan fungsi secara menetap. Perubahan pada sendi diawali adanya
sinovitis, berlanjut pada pembentukan pannus, ankilosis fibrosa dan terakhir
ankilosis tulang.
a) Tangan :
(1) Pembengkakan “spindle-shaped” pada sendi PIP dan sendi MCP yang menonjol,
terutama jari kedua dan ketiga. Tampak pada awal penyakit
(2) Ulnar deviation pada sendi MCP, timbul setelah 1-5 tahun. Hal ini ada
hubungannya dengan :
(3) Swan-neck deformity : terjadi fleksi pada sendi DIP dan hiperekstensi sendi PIP.
Hal ini dapat berhubungan dengan:
(4) Boutonniere deformity : hiperekskstensi sendi DIP dan fleksi sendi PIP. Lebih
jarang dijumpai. Hal ini tengah dari tendon extensor longus atau pembatan gerak
tendon sublimis
b) Pergelangan tangan: penonjolan dan nyeri tekan pada Processus atyloideus ulnae.
Nyeri saat melakukan pronasi dan supinasi. Benjolan pada sebelah dorsal pergelangan
tangan akibat tenosynovitis
a) Kaki dan pergelangan kaki : deformitas berbentuk eversi kaki akibat peregangan
ligamentum di pergelangan kaki, nodulus di tendon Achiles, limitasi gerakan eversi
dan inversi di sendi subtalar, yang tersering adalah subluksasi kea rah dorsal sendi
MTP dengan “cook-up” toe deformity dan plantar callus, misalnya callus yang
terdapat pada daerah caput metatarsal. Juga sering ditemukan hallux valgus dimana
ibu jari kaki menyilang dan berada dibawah jari-jari lainnya dan pembentukan bunion-
callus
b) Lutut : deformitas fleksi dan valgus disertai instabilitas sendi dapat ditemukan
pada fase lanjut. Lebih sering adalah ditemukannya Bucker’s cyst yang dapat
mengalami rupture, sehingga menimbulkan calf cyst
D. Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular,
eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi
menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini
granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke
tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan
pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau
dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis
setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya
serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan
pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain. terutama yang mempunyai
faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang
progresif.
BAB III
PROSES FISIOTERAPI
I. Anamnesis Umum
Nama : Ny. M D
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Alamat : Perumnas Antang
V. Pengukuran FT :
ROM Test
ROM (Pasif)
REGIO GERAKAN Normal
DEKSTRA SINISTRA
o o o
S.5o.10o.5o S.8o.10o.15o
Ekstensi >< Fleksi S.75 .0 .75
Wrist
Rad.deviasi >< ulnar
F.3o.0o.3o F.5o.0o.5o
o o o
deviasi F.35 .0 .20
Hand Flexi><ekstensi S.45o.0o.90o S.6o.5o.5o S.10o.6o.9o
MCP S.0o.0o.100o S.0o.4o.2o S.0o.5o.5o
PIP S.0o.0o.80o S.0o.3o.1o S.0o.4o.5o
DIP
XII. Evaluasi
a) Sesaat : Nyeri berkurang
Tes VAS
_____________________________________
0 5 10
b) Berkala : Kekuatan otot jari – jari meningkat dan
kekakuan sendi menurun
BAB IV
PENUTUP
Penyakit rheumatoid arthritis berlangsung kronis yaitu sembuh dan kambuh kembali
secara berulang-ulang sehingga menyebabkan kerusakan sendi secara menetap. Hal yang
paling buruk pada penderita rheumatoid arthritis adalah pengaruh negatifnya terhadap
kualitas hidup. Pemberian terapi rheumatoid arthritis dilakukan untuk mengurangi nyeri
sendi dan bengkak, meringankan kekakuan dan mencegah kerusakan sendi sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup pasien. Teknik terapi juga berperan sangat pentingdalam
terapi rheumatoid arthritis.
http://eprints.ung.ac.id/5184/5/2013-1-14201-841409078-bab2-25072013090802.pdf, di
akses pada tanggal 20 Mei 2017
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8
&ved=0ahUKEwigh6CY5oPUAhXDMI8KHW9NBC8QFggtMAE&url=http%3A%2F%2Fetd.repos
itory.ugm.ac.id%2Fdownloadfile%2F78418%2Fpotongan%2FS1-2015-302099-
introduction.pdf.pdf&usg=AFQjCNEEhM-2rP4RY4L250zEHxekG-
w46g&sig2=0HP1ITWu3ABa39sFC6Nl_Q, diakses pada tanggal 20 Mei 2017