Anda di halaman 1dari 16

Makalah FT Geriatri

PENANGANAN FISIOTERAPI PADA


RHEUMATOID ARTHRITIS

OLEH

MELLIYANI DUKKU

ANDI SARFIKA TRI ASTUTY

NUR RIZQA SAHIB

ULFAH EKA WARDANI

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

JURUSAN FISIOTERAPI

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah
kelompok 9 yang berjudul “Penanganan Fisioterapi pada Rhematoid Arthritis”, makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah FT Geriatri.
Kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi perbaikan dihari
kedepan. Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam proses
pembelajaran.

Makassar, 22 Mei 2017

Kelompok 9
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan–perubahan akan terjadi pada tubuh manusia berkaitan dengan makin


meningkatnya usia. Perubahan tubuh sejak awal kehidupan sampai usia lanjut pada semua
organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian tampak pula pada semua sistem
muskuloskletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya
beberapa golongan reumatik. Salah satu dari golongan reumatik yang sering menyerang usia
lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal adalah rheumatoid arthritis (Fitriani,
2009).

Pada usia lanjut individu akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial ekonomi
dan spiritual yang mempengaruhi kemampuan fungsional dalam aktivitas kehidupan sehari-
hari sehingga menjadikan lansia menjadi lebih rentan menderita gangguan kesehatan baik
fisik maupun mental. Walaupun tidak semua perubahan struktur dan fisiologis, namun
diperkirakan setengah dari populasi penduduk lansia mengalami keterbatasan dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari, dan 18% diantaranya sama sekali tidak mampu beraktivitas.
Berkaitan dengan kategori fisik, diperkirakan 85% dari kelompok umur 65 tahun atau lebih
mempunyai paling tidak satu masalah kesehatan(HealthyPeople,1997).

Dan jumlah penduduk lansia yang tinggi kemungkinan membuat rematik jadi keluhan
favorit. Penyakit otot dan persendian ini sering menyerang lansia, melebihi hipertensi dan
jantung, gangguan pendengaran dan penglihatan, serta diabetes(Health-News,2007).
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi
Penyakit reumatik yang biasa disebut artritis (radang sendi) dianggap sebagai suatu
keadaan yang sebenarnya terdiri atas lebih dari 100 tipe kelainan yang berbeda. Penyakit ini
dapat mengenai otot-otot skelet, ligamen, tendon, dan persendian pada laki – laki maupun
wanita dengan segala usia. Sebagian gangguan lebih besar kemungkinannya untuk terjadi
suatu waktu tertentu dalam kehidupan pasien. Dampak keadaan ini dapat mengancam jiwa
penderitanya atau hanya menimbulkan gangguan kenyamanan dan masalah yang
disebabkan oleh penyakit reumatik ini tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas
pada mobilitas dan aktivitas hidup sehari – hari, tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas
dapat menimbulkan kegagalan organ dan kematian atau mengakibatkan masalah seperti
rasa nyeri, keadaan mudah lelah, perubahan citra serta gangguan tidur (Kisworo, 2008).

Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi kronis yang menyebabkan


degenerasi jaringan penyambung .Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi
sistemik kronik yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi
penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh.

Artritis Rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya


sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi
pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.

B. Etiologi
Penyebab dari artritis rhematoid belum dapat diketahui secara pasti, tetapi dapat dibagi
dalam 3 bagian, yaitu:
1. Mekanisme imunitas (antigen antibodi) seperti interaksi IgG dari imunoglobulin
dengan rhematoid factor
2. Faktor metabolic
3. Infeksi dengan kecenderungan virus
C. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala setempat :
1) Sakit persendian disertai kaku terutama pada pagi hari (morning stiffness) dan
gerakan terbatas, kekakuan berlangsung tidak lebih dari 30 menit dan dapat
berlanjut sampai berjam-jam dalam sehari. Kekakuan ini berbeda dengan
kekakuan osteoartritis yang biasanya tidak berlangsung lama.
2) Lambat laun membengkak, panas merah, lemah
3) Poli artritis simetris sendi perifer atau semua sendi bisa terserang,panggul, lutut,
pergelangan tangan, siku, rahang dan bahu. Paling sering mengenai sendi kecil
tangan, kaki, pergelangan tangan, meskipun sendi yang lebih besar seringkali
terkena juga
4) Artritis erosive atau sifat radiologis penyakit ini. Peradangan sendi yang kronik
menyebabkan erosi pada pinggir tulang dan ini dapat dilihat pada penyinaran
sinar X
5) Deformitas atau pergeseran ulnar, deviasi jari-jari, subluksasi sendi
metakarpofalangea, deformitas beoutonniere dan leher angsa. Sendi yang lebih
besar mungkin juga terserang yang disertai penurunan kemampuan fleksi
ataupun ekstensi. Sendi mungkin mengalami ankilosis disertai kehilangan
kemampuan bergerak yang total
6) Rematoid nodul merupakan massa subkutan yang terjadi pada 1/3 pasien
dewasa, kasus ini sering menyerang bagian siku (bursa olekranon) atau
sepanjang permukaan ekstensor lengan bawah, bentuknya oval atau bulat dan
padat.
Tanda dan gejala sistemik :
a) Lemah,
b) Demam
c) Paresthesia pada tangan atau kaki
d) Berat badan turun
e) Anemia
f) Anoreksia
Gejala-gejala di atas dapat mendahului keluhan sendi selama beberapa
minggu, bahkan bulan

Permulaan timbulnya penyakit ini biasanya perlahan-lahan (insiddous


onset).Sendi-sendi yang mula-mula terkena adalah sendi-sendi kecil di tangan dan
kaki. Sendi jari-jari tangan yang terkena umumnya sendi P.I.P (Proximal
Interphalangeal), sendi tersebut lama-lama akan berbentuk fusiform. Kelainan sendi
bersifat simetris, artinya yang kanan dan yang kiri berbarengan terkena.

Bila ditinjau dari stadium, maka pada Reumatik terdapat tiga stadium yaitu:
1) Stadium Sinovisis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai
hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak,
bengkak dan kekakuan

2) Stadium Destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada
jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon

3) Stadium Deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas
dan gangguan fungsi secara menetap. Perubahan pada sendi diawali adanya
sinovitis, berlanjut pada pembentukan pannus, ankilosis fibrosa dan terakhir
ankilosis tulang.

Gambaran spesifik sendi-sendi :

1) Anggota gerak atas :

a) Tangan :

(1) Pembengkakan “spindle-shaped” pada sendi PIP dan sendi MCP yang menonjol,
terutama jari kedua dan ketiga. Tampak pada awal penyakit
(2) Ulnar deviation pada sendi MCP, timbul setelah 1-5 tahun. Hal ini ada
hubungannya dengan :

- Penipisan dan pengenduran ligamentum collaterale radiale

- Penipisan ligamentum metacarpoglenoidale

- Bergesernya tendon extensor kea rah ulnar

- Rotasi carpal radialis.

(3) Swan-neck deformity : terjadi fleksi pada sendi DIP dan hiperekstensi sendi PIP.
Hal ini dapat berhubungan dengan:

- Ketegangan yang berlebihan otot-otot instrinsik

- Avulsi pada insertion tendon extensor longus

- Rupture tendon sublimis

(4) Boutonniere deformity : hiperekskstensi sendi DIP dan fleksi sendi PIP. Lebih
jarang dijumpai. Hal ini tengah dari tendon extensor longus atau pembatan gerak
tendon sublimis

(5) Deformitas ibu jari tangan

(6) Arthritis mutilans dengan operaglass and : destruksi osteolytic yang


menyebabkan pemendekan jari

b) Pergelangan tangan: penonjolan dan nyeri tekan pada Processus atyloideus ulnae.
Nyeri saat melakukan pronasi dan supinasi. Benjolan pada sebelah dorsal pergelangan
tangan akibat tenosynovitis

c) Siku : flexion contracture. Efusi yang menimbulkan benjolan diantara epicondylus


lateralis humeri dan olecranon. Bursitis olecrani atau nodulus dapat ditemukan
dibagian posterior

d) Bahu : limitasi gerakan exorotasi (rotasi eksternal, external rotation). Efusi


biasanya dapat ditemukan sebagai pembengkakan dibagian anterior bahu. Dapat
ditemukan “forward shoulder” karena pergeseran scapula kea rah anterolateral,
akibat kelemahan otot-otot dada bagian tengah.

2) Anggota gerak bawah :

a) Kaki dan pergelangan kaki : deformitas berbentuk eversi kaki akibat peregangan
ligamentum di pergelangan kaki, nodulus di tendon Achiles, limitasi gerakan eversi
dan inversi di sendi subtalar, yang tersering adalah subluksasi kea rah dorsal sendi
MTP dengan “cook-up” toe deformity dan plantar callus, misalnya callus yang
terdapat pada daerah caput metatarsal. Juga sering ditemukan hallux valgus dimana
ibu jari kaki menyilang dan berada dibawah jari-jari lainnya dan pembentukan bunion-
callus

b) Lutut : deformitas fleksi dan valgus disertai instabilitas sendi dapat ditemukan
pada fase lanjut. Lebih sering adalah ditemukannya Bucker’s cyst yang dapat
mengalami rupture, sehingga menimbulkan calf cyst

c) Pangkal paha : kehilangan kemampuan melakukan endorotasi (rotasi interna,


internal rotation). Nyeri tekan pada daerah samping paha dapat disebabkan adanya
bursitis trochanterica.

d) Columna vertebralis : sering mengenai daerah cervical berupa subluksasi


atlantoaxiale atau subaxiale. Yang dapat diikuti dengan gejala neuorologis akibat
modulla spinalis tertekan.

D. Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular,
eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi
menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini
granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke
tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan
pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau
dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis
setempat.

Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya
serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan
pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain. terutama yang mempunyai
faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang
progresif.
BAB III
PROSES FISIOTERAPI

I. Anamnesis Umum
Nama : Ny. M D
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Alamat : Perumnas Antang

II. Anamnesis Khusus


Keluhan Utama : Nyeri, bengkak dan keterbatasan gerak
Letak Keluhan : Pergelangan tangan dan jari – jari tangan
Kapan Terjadi : ± 3 bulan yang lalu
Jenis Nyeri : lokal, pada bagian sendi
RPP : Pasien merasakan nyeri ketika menggerakkan
pergelangan tangan dan jari – jari tangannya
sejak 3 bulan yang lalu. Nyeri bertambah
parah ketika pagi hari, dan ketika telah
istirahat pergelangan tangan dan jari – jari
tangan sulit digerakkan, nyeri dan terasa
kaku. Akan tetapi nyeri berkurang ketika
sudah lama bergerak
Riwayat Penyakit Dulu : hipertensi
Riwayat Penyakit Sekarang : asam urat

III. Pemeriksaan Fisik


a. Vital Sign
Tekanan Darah : 145/90 mmHg
Denyut Nadi : 96x/menit
Pernapasan : 19x/menit
Suhu : Normal
b. Inspeksi
a) Statis : Wajah pasien tampak cemas
Adanya deformitas
Adanya swelling

b) Dinamis : - ketika berjalan masuk ke ruangan pasien


tidak memfungsikan tangannya
- pasien merasa kaku dan nyeri ketika
menggerakkan pergelangan dan jari – jari
tangannya
c. Palpasi : Suhu hangat
Ada oedem
Tidak ada spasme
IV. Pemeriksaan Fungsi Dasar :
Semua pergerakan wrist and hand nyeri, terbatas, dan tidak mampu melawan
tahanan. Gerakan pasif memiliki derajat nyeri yang lebih tinggi.

Tes VAS : _________________________________


0 7 10

V. Pengukuran FT :
ROM Test
ROM (Pasif)
REGIO GERAKAN Normal
DEKSTRA SINISTRA

o o o
S.5o.10o.5o S.8o.10o.15o
Ekstensi >< Fleksi S.75 .0 .75
Wrist
Rad.deviasi >< ulnar
F.3o.0o.3o F.5o.0o.5o
o o o
deviasi F.35 .0 .20
Hand Flexi><ekstensi S.45o.0o.90o S.6o.5o.5o S.10o.6o.9o
MCP S.0o.0o.100o S.0o.4o.2o S.0o.5o.5o
PIP S.0o.0o.80o S.0o.3o.1o S.0o.4o.5o
DIP

Thumb Flexi><ekstensi S.20o.0o.80o S.10o.0o.65o S.15o.0o.70o


MCP S.5o.0o.55o S.0o.3o.30o S.0o.3o.35o
IP

VI. Pemeriksaan Spesifik :


 Long Finger Fleksion Test (Superficialis dan Profundus)
Hasil : Tidak bisa fleksi
IP : Ada kerusakan pada Fleksor digitorum Superficial dan Profundus
 Bunnel-Litter Test
Hasil : Tidak bisa fleksi
IP : Ada tight dan limiting fleksi

VII. Pemeriksaan Penunjang


a) Laboratorium
a. LED, CRP : meningkat 80-100 mm/h
b. Faktor rheumatoid serum : positif
c. Analisis cairan sendi : leukosit diatas 2000/mm3
b ) X-Ray
Hasil : Pembengkakan jaringan lunak, penyempitan rongga sendi dan erosi sendi
VIII. Diagnosa
Gangguan aktivitas fungsional tangan sebelah kanan akibat Rheumatoid Arthritis.
IX. Problematik FT
Anatomical Impairment : Kekakuan sendi, kelemahan otot
Functional Limitation : Gangguan ADL pada tangan, LGS pada tangan
menurun
Participation Restriction : Pasien terhambat dalam melakukan
aktivitasnya sehari – hari
X. Tujuan Fisioterapi
a) Jangka Pendek : Mengurangi nyeri
Mengurangi kekakuan sendi
Meningkatkan kekuatan otot
Mencegah kontraktur otot
b) Jangka Panjang : Mengembalikan kemampuan fungsional
tangan pasien
XI. Intervensi Fisioterapi

NO PROBLEM FT Modalitas Terpilih Dosis

1. Nyeri Interferensi F : setiap hari


I : 30 mA
T : contra pad
T : 15 menit

2. Oedem US F : setiap hari


I : 3 mHz
T : IUS
T : 10 menit

3. stiffness Parafin bath


F :setiap hari
0 0
I :47,8 C-54 C
T : intermitten
T : 8-10 sekon, 10 repetisi
4. Keterbatasan ROM Exercise
F :setiap hari
wrist and finger
I : 8 hit,10xrepetisi
T : aromex, promex
T : 80 sekon

5. Kelemahan otot exercise


F : setiap hari
I : 8 hit, 10x repetisi
T : isotonik exc
T : 80 sekon

6. Mencegah Kontraktur exercise


F : setiap hari
otot
I : 8 hit, 10x repetisi
T : pasif stretching, hold relax
T : 80 sekon

XII. Evaluasi
a) Sesaat : Nyeri berkurang
Tes VAS
_____________________________________
0 5 10
b) Berkala : Kekuatan otot jari – jari meningkat dan
kekakuan sendi menurun
BAB IV
PENUTUP

Penyakit rheumatoid arthritis berlangsung kronis yaitu sembuh dan kambuh kembali
secara berulang-ulang sehingga menyebabkan kerusakan sendi secara menetap. Hal yang
paling buruk pada penderita rheumatoid arthritis adalah pengaruh negatifnya terhadap
kualitas hidup. Pemberian terapi rheumatoid arthritis dilakukan untuk mengurangi nyeri
sendi dan bengkak, meringankan kekakuan dan mencegah kerusakan sendi sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup pasien. Teknik terapi juga berperan sangat pentingdalam
terapi rheumatoid arthritis.

Secara umum kualitas hidup menggambarkan kemampuan individu untuk berperan


dalam lingkungannya dan memperoleh kepuasan dari yang dilakukannya. Kualitas hidup
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain karakteristik pasien, seperti umur dan
jenis kelamin. Faktor berikutnya adalah karakteristik penyakit seperti penyakit penyerta dan
lamanya (durasi) rheumatoid arthritis.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, E. J. 2009.Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzzanne C.2001.Buku Ajar Medikal Bedah..Jakarta:EGC

http://eprints.ung.ac.id/5184/5/2013-1-14201-841409078-bab2-25072013090802.pdf, di
akses pada tanggal 20 Mei 2017

https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8
&ved=0ahUKEwigh6CY5oPUAhXDMI8KHW9NBC8QFggtMAE&url=http%3A%2F%2Fetd.repos
itory.ugm.ac.id%2Fdownloadfile%2F78418%2Fpotongan%2FS1-2015-302099-
introduction.pdf.pdf&usg=AFQjCNEEhM-2rP4RY4L250zEHxekG-
w46g&sig2=0HP1ITWu3ABa39sFC6Nl_Q, diakses pada tanggal 20 Mei 2017

Anda mungkin juga menyukai