Anda di halaman 1dari 39

Quadriplegi

KELOMPOK 5
RIRIN ANDASARI
EMMA JANET PONTOAN
RIFQA NURFUADAH
SRI RESKI SETIANI
ABRUNI BRAM
POLTEKKES MAKASSAR
D.IV FISIOTERAPI / TINGKAT III

Anatomi fisiologi medula spinalis


Medula Spinalis merupakan bagian dari Sistem Saraf

Pusat (SSP) yang terletak pada 2/3 bagian atas


foramen/canalis vertebralis dan dikelilingi oleh tiga
lapis
selaput pembungkus (meningen)
yaitu
durameter, arachnoidea mater dan pia mater.
Pelindungan medula spinalis dilakukan oleh cairan
cerebrospinal yang mengelilingi medula spinalis di
dalam ruang subarachnoid. Medula spinalis berbentuk
agak silindris dan memanjang. Panjang medula
spinalis pada laki-laki sekitar 45 cm, sedangkan pada
wanita 42-43 cm, dengan berat 30 gr.

Medula spinalis berawal dari dasar otak (atlas/V C1)

berjalan kebawah melalui segmen cervical dan


thorakal dan berakhir setinggi antara L1-L2 (conus
medularis) ke bawah melanjutkan sbg fillum
terminale. Dibawah L1-L2 terbentuk anyaman akar
saraf (saraf tepi) menyerupai ekor kuda (cauda
equina).

Segmen-segmen vertebra

Persarafan medula spinalis


Perjalanan serabut saraf dalam medula spinalis

terbagi menjadi dua jalur yaitu jalur desenden dan


jalur asenden. Jalur desenden terdiri dari traktus
kortikospinalis lateralis, traktus kortikospinalis
anterior, traktus vetibulopsinalis, traktus
retikulospinalis, traktus tektospinalis, fasikulus
longitudinalis medianus.rubrospinalis traktus

Jalur saraf (traktus) medula spinalis

Peredaran darah medula spinalis


Medula spinalis diperdarahi oleh 2 susunan arteria

yang mempunyai hubungan istimewa. Arteri - arteri


spinal terdiri dari arteri spinalis anterior dan
posterior serta arteri radikularis.

Arteri spinalis anterior dibentuk oleh cabang kanan dan


dari segmen intrakranial kedua arteri vertebralis.
2. Arteri spinalis posterior kanan dan kiri juga berasal dari
kedua arteri vertebralis.
3. Arteria radikularis dibedakan menjadi arteria radikularis
posterior dan anterior.
4. sistem anastomosis anterior adalah cabang terminal
arteria radikularis anterior. Cabang terminal tersebut
berjumlah dua, satu menuju rostra dan yang lain menuju
ke caudal dan kedua-duanya berjalan di berjalan di garis
tengah permukaan ventral medula spinalis.
1.

Patofisiologi
Mekanisme terjadinya injury, akan berpengaruh terhadap derajat dan type SCI, yang
terdiri atas :
a. Ruptur Discus Intervertebralis
1) Hiperekstension injury, umumnya terjadi pada cervical (whiplash injury), karena
tertabrak dari belakang.
2) Luka tembak atau luka tusuk yang mengakibatkan rusaknya medula spinalis dan
vascularisasinya.
b. Burst Injury
Corpus remuk dan pecahannya akan menusuk medula spinalis.
c. Compression Injury
Trauma vertical yang menyebabkan medula spinalis terjepit.
d. Flexion Injury
Terjadi hiperfleksi leher, sehingga medula spinalis menjadi terulur / teregang.
e. Flexion Rotation Cord Injury
Terjadi akibat trauma deformasi, sehingga struktur penyangga spine tidak mampu
mengakomodasi.

f. Kerusakan Neural
Trauma pada spinal cord yang menyebabkan kerusakan primer pada saraf, kerusakan dapat
karena adanya contusio, spinal shock dapat berupa hilangnya sensory, voluntary, motor
dan autonom control di bawah level lesi terjadi setelah trauma. Perubahan substansi pada
white matter dimulai dari Wallerian degeneration dalam kolom posterior ascenden di atas
level traktus corticospinal decenden.
g. Perubahan aliran darah
Adanya patchie kemudian terjadi perdarahan setelah beberapa jam SCI karena kerusakan
endhotelium patologi koagulasi pembuluh darah.
Ischemia dan nekrosis pada grey matter.
Pembengkakan akson dan peningkatan permeabilitas pembekuan darah.
Perubahan tekanan sistemik berpengaruh pada perubahan aliran darah spinal yang dapat
menyebabkan kerusakan jaringan saraf.
h. Disfungsi Sinaptic
SCI menyebabkan ion kalsium menyumbat sel, transport mitokondria terputus dan
mengaktifkan pospolipase, iskemik pada area injury mungkin akan menyebabkan serotin,
prostaglandin yang semuanya dapat menyebabkan vasokontriksi.

Quadriplegi
Quadriplegia merupakan paralisis seluruh empat

ekstremitas dan batang tubuh. Quadriplegia/Tetraplegia


disebabkan oleh kerusakan otak atau sumsum tulang
belakang pada tingkat tinggi C1 - C7 khususnya, cedera
tulang belakang sekunder untuk cedera tulang belakang
leher.
Kerusakan pada sumsum tulang belakang khususnya
apabila terputus pada daerah torakal dan lumbal
mengakibatkan (pada daerah torakal) paralisis beberapa
otot interkostal, paralisis pada otot abdomen dan otot-otot
pada kedua anggota gerak bawah, serta paralisis sfinkter
pada uretra dan rektum.

Cedera, yang dikenal sebagai lesi, menyebabkan

korban kehilangan fungsi sebagian atau seluruh


keempat anggota badan, yang berarti lengan dan
tungkai.
Tetraplegia didefinisikan dalam berbagai cara. C1-C4
biasanya mempengaruhi gerakan lengan lebih
daripada cedera C5-C7, namun semua tetraplegia
memiliki semacam disfungsi finger. Jadi, tidak jarang
memiliki tetraplegia dengan lengan berfungsi penuh
tapi ada kontrol saraf dengan jari-jari jempol mereka .

Etiologi
Penyebab terjadinya CMS atau Cedera Medulla

Spinalis cedera akibat kendaraan bermotor, tindak


kekerasan, jatuh dan cedera olahraga (Smeltzer,
2008). Menurut data statistic dari The Spinal Cord
Injury Statistical Center Brimingham, Alabama
(2008) akibat kecelakaan kendaraan bermotor 42%,
kesalahan 27,1%, kekerasan 15,3%, olahraga 7,4%,
dan penyebab lainnya 8,1%

Proses fisioterapi
1. ASSESMENT
Anamnesis Umum
o Nama : Daeng Situju
o Umur
: 50 Tahun
o Jenis Kelamin : Laki- Laki
o Alamat : Jeneponto
o Agama : Islam
o Pekerjaan : Wiraswasta
Anamnesis Khusus
-Keluhan utama : Nyeri dan kelumpuhan
-Lokasi keluhan utama : pada keempat anggota gerak
-Kapan terjadinya K.U. : 1 tahun yang lalu
-Riwayat penyakit : Awal kejadiannya yaitu pada 3 hari yang lalu, pasien mengalami
kecelakaan mobil dan pasien tidak sadarkan diri kemudian di bawa ke RSUP Wahidin Sudiro
Husodo. Saat pasien sadar, pasien tidak bisa lagi merasakan kedua lengan dan kedua tungkai
pasien.

Vital sign
1)
2)
3)
4)

Tekanan Darah
Denyut Nadi
Pernapasan
Temperatur

: 140/80
: 70x/menit
: 25x/menit
: Normal

Inspeksi
Statis
Posisi kedua tungkai jatuh (terjadi drop foot)
Ada depresi pada raut wajah
Ada arthropy pada kedua lengan dan tungkai
Menggunkan kateter
Dinamis
Pasien di bangsal terbaring lemah pada saat fisioterapis
datang.
Sulit menggerakkan anggota gerak atas dan bawah

Palpasi
1 Tidak ada tonus otot pada saat di palpasi pada kedua
lengan dan tungkai
2 Suhu pada kedua lengan dan tungkai sama tidak
adanya perbedaan suhu.
3 Tidak adanya nyeri saat di palpasi
4 Mengalami gangguan sensorik.

Pemeriksaan Spesifik
a. Tes Sensosik

Tujuannya : Untuk mengetahui kemampuan saraf sensorik


Teknik
: Fisioterapi mencubit dan menggores kedua
tungkai dan kedua lengan pasien
Hasil
: Hiposensasi

b. Tes motorik

Tujuannya : Untuk mengetahui kualitas saraf motorik dan


kemampuan gerak.

Reaksi ADL
o
o

Pasien diminta melakukan gerakan dari baring keduduk


Hasil : Sulit dilakukan

Reaksi Keseimbangan
o

Pasien dalam keadaan tidur terlentang, kedua tungkai pada


hip dan knee diflexikan kemudian instruksikan pasien untuk
mengangkat pantatnya
Hasil : Tidak bisa melakukannya

Reaksi Transfer
o

Masih dengan keadaan tidur terlentang, dengan kedua tungkai


ekstensi hip dan knee instruksikan pasien untuk melakukan
gerakan dari posisi tidur terlentang, miring ke kiri atau ke
kanan
Hasil : Belum bisa melakukan perubahan posisi

Tes Koordinasi
o

Dalam posisi tidur terlentang, Fisioterapi meminta pasien


untuk menyentuh tangan Fisioterapi dengan menggunakan
ujung kakinya serta ujung tangannya
Hasil : Dapat melakukannya

e. Tes Tonus
o
o

Tujuan : Untuk mengetahui ada tonus atau tidak


Teknik : Dilakukan pada otot tungkai pasien diberikan
gerakan-gerakan pasif yang cepat dan memegang muscle belly
pada otot.
Hasil : Hypotonus

Tes kognitif dan psikis


o
o
o

Tujuannya : Untuk mengetahui keadaan psikis pasien


Teknik
: Pasien ditanyakan tentang data diri pasien
Hasil
: Kurang bagus, pasien tampak menatap dengan
pandangan kosong

DIAGNOSIS
Gangguan Aktivitas Fungsional Ekstremitas Superior dan Inferior
Akibat Quadriplegia Cedera medulla Spinalis
Problematika fisioterapi
a)
b)

Anatomi impairment : penjepitan saraf pada c3-c4


Fungsional limitation : Tidak dapat ke toilet
Gangguan keseimbangan
Kontraktur otot
Gangguan ADL, tidur, duduk, berdiri, berjalan

Kelemahan otot
Pemendekan otot
c)

Participation retriction: Tidak dapat bekerja seperti biasanya

Perencanaan fisioterapi
1. Tujuan jangka pendek
Memelihara sifat fisiologis otot pada pinggang, perut
atau extrimatas superior.
Melatih keseimbangan duduk
Mengurangi kontrakatur
Memperbaiki ADL tidur
Mengurangi pemendekan pada otot
2. Tujuan jangka panjang
Meningkatkan kapasitas fisik dan kemampuan
fungsional pasien sudah ada

Intervensi fisioterapi
1.
IRR
Tujuan : melancarkan sirkulasi darah, meningkatkan metabolisme
jaringan dan elastisitas jaringan otot
Teknik : posisi tidur terlentang kemudian dilakukan pemasangan
alat
secara lokal pada kedua lengan dan kedua tungkai
Dosis : F
: setiap hari
I
: 30-45 cm
T
: lominous
T
: 10 menit

2. Positioning
Tujuan : mencegah dekubitus
Teknik : fisioterapis memposisikan sekaligus mengajarkan pasien melakukan
perubahan posisi dari tidur terlentang miring ke kiri atau kanan
Time : sesering mungkin akan lebih bagus

3. Breathing Exc
Tujuan : memelihara fungsi respirasi
Teknik : fiksasi dengan tangan fisioterapi dilateral bagian lower dengan posisi kepala
pasien kesamping. Minta pasien untu menarik napas dan hembuskan
kemudian beri penekanan 1/3 akhir pernapasan dari samping
Time : toleransi pasien, seharusnya diberikan setiap 1 jam sekali dengan beban
minimal

4 Passif Exercise
Tujuan : upaya memelihara sifat fisiologis otot pada kedua lengan dan kedua
tungkai
Teknik : dalam posisi tidur terlentang, kemudian
Fisioterapi memberikan gerakan flexi-ekstensi pasif secara bergantian
disetiap persendian pada keempat anggota gerak
Fisioterapi memberikan gerakan rotasi hip searah dan berlawanan
jarum jam secara bergantian pada kedua tungkai
Fisioterapis memberikan gerakan abduksi-adduksi dan eksorotasiendorotasi hip serta dorso-plantar flexi ankle secara pasif pada kedua
tungkai
Time : toleransi pasien dengan memperhatikan kelelahan yang
diperlihatkan, 3-5 kali pengulangan sudah cukup

5 Streatching keempat anggota gerak


Tujuan : mencegah kontraktur sekaligus koreksi posture
Teknik : Pasien tidur terlentang kemudian fisioterapis
menggerakkan keempat anggota gerak bergantian
secara pasif disetiap persendian ke segala arah dan
ditambah dengan penguluran.
Dosis : F : setiap hari
I : penguluran max
T : passif streaching
T : 8x hitungan

6 Muscle Stimulation
Tujuan : menstimulasi serabut dan jaringan otot
Teknik : posisi tidur terlentang kemudian dilakukan
pemasangan pad, 1pad pada fossa Poplitea dan 1 lagi
di bagian lateral dari M tibialis anterior.
secara lokal pada kedua tungkai.
Dosis : F
: 3x Seminggu
I
: 2 pad
T
: muscle stimulasi
T
: 10 menit

7 Shuoder rytme
Tujuan : meningkatkan stabilitas dari shoulder
Prosedur
o Pasien tidur miring
o Pasien di instruksikan untuk mengerakkan bahunya kearah anterior depresi, superior
elevasi, anterior elevasi dan posterior depresi
o Setelah itu fisioterapi memberikan tahanan saat pasien menggerakkan bahunya

8 PNF Lengan
Tujuan : menigkatkan kekuatan otot, stabilitas dan koordinasi gerakan
Prosedur :
o Pasien tidur telentang dengan tangan terjungkai di damping bad
o Fisioterapi berada di samping bad
o Pasien diinstruksikan mengankat lengan sesuai dengan arah instruksi fisioterapi
mengikuti gerak pola PNF pada lengan ( Fleksi Endorotasi), ( fleksi, endorotasi dengan
fleksi elbow)
o Saat gerakan FT membantu gerakan serta sedikit memberikan resisten

9 .Pelvic rytme
Tujuan : meningkatkan stabilitas dari pelvic
Prosedur
o Pasien tidur miring
o Pasien di instruksikan untuk mengerakkan bahunya kearah anterior depresi,
superior elevasi, anterior elevasi dan posterior depresi
o Setelah itu fisioterapi memberikan tahanan saat pasien menggerakkan pelvicnya

10 . Bridging Exercise
Tujuan : meningkatkan kekuatan dan stabilitas pelvic, meningkatkan kekuatan otot
quadriceps dan hamstring dan kekuatan otot erector spine lumbal
Prosedur :
o Pasien tidur telentang dengan lutut di fleksikan
o Fisioterapi memberikan fiksasi pada kedua kaki pasien
o Fisioterapi menginstruksikan pasien unutk mengankat pelvicnya
o Tahan selama 8 kali hitungan , lakukan 3 x repetisi

11 Core Stability
Tujuan : menigkatkan stabilitas dan kekuatan otot abdomen serta otot multifidus
Prosedur :
o Pasien tidur telentang
o Pasien di instruksikan menarik nafas dan menfleksikan kedua hipnya
o Tahan posisi tersebut
o Tahan selama 8 kali hitungan , ulangi 3 x repetisi

12. Kagel exercise


Tujuan : meningkatkan kekuatan otot otot dasar panggul
Prosedur:
o Pasien tidur telentang dengan knee di fleksikan
o Kemudian pasien di instruksikan untuk melakukan gerakaan seakanakan menahan
flatus
o Fisioterapi melakukan palpasi untuk mengetahui agar otot quadriceps, gluteus
serta abdomen tidak berkontraksi

14 PNF tungkai
Tujuan : menigkatkan kekuatan otot, stabilitas dan koordinasi
gerakan
Prosedur :
o Pasien tidur telentang dengan kedua tungkai sedikit di
abduksikan
o Fisioterapi berada di samping bad
o Pasien diinstruksikan mengankat tungkai sesuai dengan arah
instruksi fisioterapi mengikuti gerak pola PNF pada lengan
( Fleksi Endorotasi), ( fleksi, endorotasi dengan fleksi knee)
o Saat gerakan FT membantu gerakan serta sedikit memberikan
resisten

Latihan ambulasi

Latiahan turun dari bed

Tujuan
: melatih pasien untuk dapat berpindah dari bad
secara mandiri
Prosedur :

Pasien tidur dengan telentang


Pasien menaikkan salah satu tungkai diatas tungkai lainnya
kemudian di dorong sampai terjungkai ke samping bad
Badan pasien dirotasikan
Kemudian dengan siku pasien membantu untuk bangun

EVALUASI
a. Sesaat : belum ada kemajuan yg signifikan
setelah pasien di terapi
b. Berkala : perubahan berupa tidak adanya rasa
pusing saat diterapi, dan secara
keseluruhan belum menunjukkan adanya
tanda-tanda perbaikan, hal ini
dipengaruhi oleh berat ringannya kondisi pasien
terkait dengan area yang mengalami kerusakan

Edukasi
a)

b)
c)

Pasien sesering mungkin melakukan latihan latihan untuk


meningkatkan kemandirian pasien
Sebaiknya keluarga harus selalu mengawasi pasien
Hindari pasien melalukan latihan sendirian

SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai