KELOMPOK 5
RIRIN ANDASARI
EMMA JANET PONTOAN
RIFQA NURFUADAH
SRI RESKI SETIANI
ABRUNI BRAM
POLTEKKES MAKASSAR
D.IV FISIOTERAPI / TINGKAT III
Segmen-segmen vertebra
Patofisiologi
Mekanisme terjadinya injury, akan berpengaruh terhadap derajat dan type SCI, yang
terdiri atas :
a. Ruptur Discus Intervertebralis
1) Hiperekstension injury, umumnya terjadi pada cervical (whiplash injury), karena
tertabrak dari belakang.
2) Luka tembak atau luka tusuk yang mengakibatkan rusaknya medula spinalis dan
vascularisasinya.
b. Burst Injury
Corpus remuk dan pecahannya akan menusuk medula spinalis.
c. Compression Injury
Trauma vertical yang menyebabkan medula spinalis terjepit.
d. Flexion Injury
Terjadi hiperfleksi leher, sehingga medula spinalis menjadi terulur / teregang.
e. Flexion Rotation Cord Injury
Terjadi akibat trauma deformasi, sehingga struktur penyangga spine tidak mampu
mengakomodasi.
f. Kerusakan Neural
Trauma pada spinal cord yang menyebabkan kerusakan primer pada saraf, kerusakan dapat
karena adanya contusio, spinal shock dapat berupa hilangnya sensory, voluntary, motor
dan autonom control di bawah level lesi terjadi setelah trauma. Perubahan substansi pada
white matter dimulai dari Wallerian degeneration dalam kolom posterior ascenden di atas
level traktus corticospinal decenden.
g. Perubahan aliran darah
Adanya patchie kemudian terjadi perdarahan setelah beberapa jam SCI karena kerusakan
endhotelium patologi koagulasi pembuluh darah.
Ischemia dan nekrosis pada grey matter.
Pembengkakan akson dan peningkatan permeabilitas pembekuan darah.
Perubahan tekanan sistemik berpengaruh pada perubahan aliran darah spinal yang dapat
menyebabkan kerusakan jaringan saraf.
h. Disfungsi Sinaptic
SCI menyebabkan ion kalsium menyumbat sel, transport mitokondria terputus dan
mengaktifkan pospolipase, iskemik pada area injury mungkin akan menyebabkan serotin,
prostaglandin yang semuanya dapat menyebabkan vasokontriksi.
Quadriplegi
Quadriplegia merupakan paralisis seluruh empat
Etiologi
Penyebab terjadinya CMS atau Cedera Medulla
Proses fisioterapi
1. ASSESMENT
Anamnesis Umum
o Nama : Daeng Situju
o Umur
: 50 Tahun
o Jenis Kelamin : Laki- Laki
o Alamat : Jeneponto
o Agama : Islam
o Pekerjaan : Wiraswasta
Anamnesis Khusus
-Keluhan utama : Nyeri dan kelumpuhan
-Lokasi keluhan utama : pada keempat anggota gerak
-Kapan terjadinya K.U. : 1 tahun yang lalu
-Riwayat penyakit : Awal kejadiannya yaitu pada 3 hari yang lalu, pasien mengalami
kecelakaan mobil dan pasien tidak sadarkan diri kemudian di bawa ke RSUP Wahidin Sudiro
Husodo. Saat pasien sadar, pasien tidak bisa lagi merasakan kedua lengan dan kedua tungkai
pasien.
Vital sign
1)
2)
3)
4)
Tekanan Darah
Denyut Nadi
Pernapasan
Temperatur
: 140/80
: 70x/menit
: 25x/menit
: Normal
Inspeksi
Statis
Posisi kedua tungkai jatuh (terjadi drop foot)
Ada depresi pada raut wajah
Ada arthropy pada kedua lengan dan tungkai
Menggunkan kateter
Dinamis
Pasien di bangsal terbaring lemah pada saat fisioterapis
datang.
Sulit menggerakkan anggota gerak atas dan bawah
Palpasi
1 Tidak ada tonus otot pada saat di palpasi pada kedua
lengan dan tungkai
2 Suhu pada kedua lengan dan tungkai sama tidak
adanya perbedaan suhu.
3 Tidak adanya nyeri saat di palpasi
4 Mengalami gangguan sensorik.
Pemeriksaan Spesifik
a. Tes Sensosik
b. Tes motorik
Reaksi ADL
o
o
Reaksi Keseimbangan
o
Reaksi Transfer
o
Tes Koordinasi
o
e. Tes Tonus
o
o
DIAGNOSIS
Gangguan Aktivitas Fungsional Ekstremitas Superior dan Inferior
Akibat Quadriplegia Cedera medulla Spinalis
Problematika fisioterapi
a)
b)
Kelemahan otot
Pemendekan otot
c)
Perencanaan fisioterapi
1. Tujuan jangka pendek
Memelihara sifat fisiologis otot pada pinggang, perut
atau extrimatas superior.
Melatih keseimbangan duduk
Mengurangi kontrakatur
Memperbaiki ADL tidur
Mengurangi pemendekan pada otot
2. Tujuan jangka panjang
Meningkatkan kapasitas fisik dan kemampuan
fungsional pasien sudah ada
Intervensi fisioterapi
1.
IRR
Tujuan : melancarkan sirkulasi darah, meningkatkan metabolisme
jaringan dan elastisitas jaringan otot
Teknik : posisi tidur terlentang kemudian dilakukan pemasangan
alat
secara lokal pada kedua lengan dan kedua tungkai
Dosis : F
: setiap hari
I
: 30-45 cm
T
: lominous
T
: 10 menit
2. Positioning
Tujuan : mencegah dekubitus
Teknik : fisioterapis memposisikan sekaligus mengajarkan pasien melakukan
perubahan posisi dari tidur terlentang miring ke kiri atau kanan
Time : sesering mungkin akan lebih bagus
3. Breathing Exc
Tujuan : memelihara fungsi respirasi
Teknik : fiksasi dengan tangan fisioterapi dilateral bagian lower dengan posisi kepala
pasien kesamping. Minta pasien untu menarik napas dan hembuskan
kemudian beri penekanan 1/3 akhir pernapasan dari samping
Time : toleransi pasien, seharusnya diberikan setiap 1 jam sekali dengan beban
minimal
4 Passif Exercise
Tujuan : upaya memelihara sifat fisiologis otot pada kedua lengan dan kedua
tungkai
Teknik : dalam posisi tidur terlentang, kemudian
Fisioterapi memberikan gerakan flexi-ekstensi pasif secara bergantian
disetiap persendian pada keempat anggota gerak
Fisioterapi memberikan gerakan rotasi hip searah dan berlawanan
jarum jam secara bergantian pada kedua tungkai
Fisioterapis memberikan gerakan abduksi-adduksi dan eksorotasiendorotasi hip serta dorso-plantar flexi ankle secara pasif pada kedua
tungkai
Time : toleransi pasien dengan memperhatikan kelelahan yang
diperlihatkan, 3-5 kali pengulangan sudah cukup
6 Muscle Stimulation
Tujuan : menstimulasi serabut dan jaringan otot
Teknik : posisi tidur terlentang kemudian dilakukan
pemasangan pad, 1pad pada fossa Poplitea dan 1 lagi
di bagian lateral dari M tibialis anterior.
secara lokal pada kedua tungkai.
Dosis : F
: 3x Seminggu
I
: 2 pad
T
: muscle stimulasi
T
: 10 menit
7 Shuoder rytme
Tujuan : meningkatkan stabilitas dari shoulder
Prosedur
o Pasien tidur miring
o Pasien di instruksikan untuk mengerakkan bahunya kearah anterior depresi, superior
elevasi, anterior elevasi dan posterior depresi
o Setelah itu fisioterapi memberikan tahanan saat pasien menggerakkan bahunya
8 PNF Lengan
Tujuan : menigkatkan kekuatan otot, stabilitas dan koordinasi gerakan
Prosedur :
o Pasien tidur telentang dengan tangan terjungkai di damping bad
o Fisioterapi berada di samping bad
o Pasien diinstruksikan mengankat lengan sesuai dengan arah instruksi fisioterapi
mengikuti gerak pola PNF pada lengan ( Fleksi Endorotasi), ( fleksi, endorotasi dengan
fleksi elbow)
o Saat gerakan FT membantu gerakan serta sedikit memberikan resisten
9 .Pelvic rytme
Tujuan : meningkatkan stabilitas dari pelvic
Prosedur
o Pasien tidur miring
o Pasien di instruksikan untuk mengerakkan bahunya kearah anterior depresi,
superior elevasi, anterior elevasi dan posterior depresi
o Setelah itu fisioterapi memberikan tahanan saat pasien menggerakkan pelvicnya
10 . Bridging Exercise
Tujuan : meningkatkan kekuatan dan stabilitas pelvic, meningkatkan kekuatan otot
quadriceps dan hamstring dan kekuatan otot erector spine lumbal
Prosedur :
o Pasien tidur telentang dengan lutut di fleksikan
o Fisioterapi memberikan fiksasi pada kedua kaki pasien
o Fisioterapi menginstruksikan pasien unutk mengankat pelvicnya
o Tahan selama 8 kali hitungan , lakukan 3 x repetisi
11 Core Stability
Tujuan : menigkatkan stabilitas dan kekuatan otot abdomen serta otot multifidus
Prosedur :
o Pasien tidur telentang
o Pasien di instruksikan menarik nafas dan menfleksikan kedua hipnya
o Tahan posisi tersebut
o Tahan selama 8 kali hitungan , ulangi 3 x repetisi
14 PNF tungkai
Tujuan : menigkatkan kekuatan otot, stabilitas dan koordinasi
gerakan
Prosedur :
o Pasien tidur telentang dengan kedua tungkai sedikit di
abduksikan
o Fisioterapi berada di samping bad
o Pasien diinstruksikan mengankat tungkai sesuai dengan arah
instruksi fisioterapi mengikuti gerak pola PNF pada lengan
( Fleksi Endorotasi), ( fleksi, endorotasi dengan fleksi knee)
o Saat gerakan FT membantu gerakan serta sedikit memberikan
resisten
Latihan ambulasi
Tujuan
: melatih pasien untuk dapat berpindah dari bad
secara mandiri
Prosedur :
EVALUASI
a. Sesaat : belum ada kemajuan yg signifikan
setelah pasien di terapi
b. Berkala : perubahan berupa tidak adanya rasa
pusing saat diterapi, dan secara
keseluruhan belum menunjukkan adanya
tanda-tanda perbaikan, hal ini
dipengaruhi oleh berat ringannya kondisi pasien
terkait dengan area yang mengalami kerusakan
Edukasi
a)
b)
c)