Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


PADA KASUS ATRITIS

Disusun oleh:
ERVI MARISCA 212113010

Dosen pembimbing:
Dr.Syamilatul Khariroh,S.Kp.,M.Kes

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANGTUAH
TANJUNGPINANG
T.A 2023/2024
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA KASUS ARTRITIS REUMATOID

A. DEFINISI
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani.Pertama, arthron, yang berarti
sendi.Kedua, itis yang berarti peradangan.Secara harfiah, arthritis berarti radang
sendi.Sedangkan Reumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana
persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga
terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan
bagian dalam sendi (Gordon, 2012).
Reumatoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini
juga melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2012)
Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi
utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. (Arif Mansjour.
2005) Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri dan
kemerahan pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia, 2011).

B. Anatomi Dan Fisiologi


Muskuluskeletal terdiri dari tulang, otot, kartilago, ligament, tendon, fasia,
bursae dan persendian.
1. Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intra-seluler. Tulang berasal
dari embryonic hyaline cartilage yang mana melalui proses "osteogenesis"
menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut Osteoblast.
2. Otot
Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk kontraksi dan
untuk menghasilkan pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh tubuh.
Kelompok otot terdiri dari:
a. Otot rangka (otot lurik) didapatkan pada system skeletal dan berfungsi untuk
memberikan pengontrolan pergerakan, mempertahankan sikap dan
menghasilkan panas
b. Otot Viseral (otot polos) didapatkan pada saluran pencernaan, saluran
perkemihan dan pembuluh darah. Dipengaruhi oleh sisten saraf otonom dan
kontraksinya tidak dibawah control keinginan.
c. jantung didapatkan hanya pada jantung d dan k kontraksinya tidak dibawah
control keinginan.
3. Kartilago
Kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin yang
kuat.Kartilago sangat kuat tapi fleksibel dan tidak bervascular. Nutrisi mencapai
kesel-sel kartilago dengan proses difusi melalui gelatin dari kapiler-kapiler yang
berada di perichondrium (fibros yang menutupi kartilago) atau sejumlah serat-
serat kolagen didapatkan pada kartilago.
4. Ligament
Ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibros yang tebal dimana merupakan
ahir dari suatu otot dan dan berfungsi mengikat suatu tulang.
5. Tendon
Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrous yang membungkus
setiap otot dan berkaitan dengan periosteum jaringan penyambung yang
mengelilingi tendon tertentu, khususnya pada pergelangan tangan dan
tumit.Pembungkus ini dibatasi oleh membrane synofial yang memberikan
lumbrikasi untuk memudahkan pergerakan tendon.
6. Fasia
Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang didapatkan
langsung dibawah kulit sebagai fasia supervisial atau sebagai pembungkus
tebajaringan penyambung yang membungkus fibrous yang membungkus otot,
saraf dan pembuluh darah.bagian ahair diketahui sebagai fasia dalam.
7. Bursae
Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung dari suatu tempat,
dimana digunakan diatas bagian yang bergerak, misalnya terjadi pada kulit dan
tulang, antara tendon dan tulang antara otot.Bursae bertindak sebagai
penampang antara bagian yang bergerak sepaerti pada olecranon bursae,
terletak antara presesus dan kulit.
8. Persendian
Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka tulang
tidak ada. Kelenturan dimungkinkan karena adanya persendian, tatu letah mana
tulang berada bersama-sama. Bentuk dari persendian akan ditetapkan
berdasarkan jumlah dan tipe pergerakan yang memungkinkan dan klasifikasi
didasarkan pada jumlah pergerakan yang dilakukan

C. Etiologi Artritis Reumatoid


Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa
hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
1. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan
faktor Reumatoid
2. Gangguan Metabolisme
3. Genetik
4. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)
Adapun Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena nya artritis
reumatoid adalah;
1. Jenis Kelamin.
Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki.
Perbandingannya adalah 2-3:1.
2. Umur.
Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60
tahun.Namun penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-
anak (artritis reumatoid juvenil)
3. Riwayat Keluarga.
Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit artritis
Reumatoid maka anda kemungkinan besar akan terkena juga.
4. Merokok.
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.

D. Klasifikasi Artritis Reumatoid


Buffer (2010) mengklasifikasikan reumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:
1. Reumatoid arthritis klasik
pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
2. Reumatoid arthritis deficit
pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
3. Probable Reumatoid arthritis
pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
4. Possible Reumatoid arthritis
pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.

E. Manifestasi Klinis/Tanda Dan Gejala Artritis Reumatoid


Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti:
1. Nyeri persendian
2. Bengkak (Reumatoid nodule)
3. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
4. Terbatasnya pergerakan
5. Sendi-sendi terasa panas
6. Demam (pireksia)
7. Anemia
8. Berat badan menurun
9. Kekuatan berkurang
10. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
11. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
F. Patofisiologi Artritis Reumatoid
Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya)
terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan
enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen
sehingga terjadi
edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus.
Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang.
Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu
gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami
perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan
kontraksi otot (Smeltzer &
Bare, 2002).
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti
vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.Peradangan yang berkelanjutan,
sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari
sendi.Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang
menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi
menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer.
Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi,
karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan
tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan
subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa
menyebkan osteoporosis setempat.

G. PATHWAY
H. Pemeriksaan Penunjang Artritis Reumatoid
1. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi anemia dan
leukositosis, Reumatoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan
lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan
awal ) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan
subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
3. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
4. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan iregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
5. Aspirasi cairan sinovial : mungkin mennjukkan volume yang lebih besar dari
normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-
produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan
viskositas dan komplemen (C3 dan C4 )
6. Biopsi membran sinovial: menunjuk kan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
7. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau
atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan
kurang kental dibanding cairan sendi yang normal.

I. Penatalaksanaan Artritis Reumatoid


Terapi di mulai dengan pendidikan pasien mengenai penyakitnya dan
penatalaksanaan yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik antara pasien
dan keluarganya dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya.Tanpa
hubungan yang baik akan sukar untuk dapat memelihara ketaatan pasien untuk tetap
berobat dalam suatu jangka waktu yang lama.
Penanganan medik pemberian salsilat atau NSAID dalam dosis terapeutik.
Kalau diberikan dalam dosis terapeutik yang penuh, obat-obat ini akan memberikan
efek anti inflamasi maupun analgesik. Namun pasien perlu diberitahukan untuk
menggunakan obat menurut resep dokter agar kadar obat yang konsisten dalam
darah bisa dipertahankan sehingga keefektifan obat anti-inflamasi tersebut dapat
mencapai tingkat yang optimal (Smeltzer & Bare, 2012).
Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-
hari,sebaiknya digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari. Dengan air hangat
pergerakan sendi menjadi lebih mudah bergerak. Selain mengobati, kita juga bisa
mencegah datangnya penyakit ini, seperti: tidak melakukan olahraga secara
berlebihan, menjaga berat badan tetap stabil, menjaga asupan makanan selalu
seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan ikan laut.
Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilibhan, terutama yang mengandung
Omega 3.Didalam omega 3 terdapat zat yang sangat efektif untuk memelihara
persendian agar tetap lentur.

J. Pencegahan
1. Rutin Mengonsumsi Ikan
Ikan yang mengandung asam lemak omega-3 memiliki sejumlah manfaat
kesehatan, salah satunya dapat mengurangi peradangan dalam tubuh. Studi
dalam Annals of the Rheumati f Diseases menemukan, wanita yang makan ikan
secara teratur punya risiko yang lebih rendah untuk mengembangkan
rheumatoic arthritis. Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA)
merekomendasikan makan ikan tinggi omega-3 - seperti salmon, trout,
mackerel, dan sarden dua kali seminggu. Ikan yang ditangkap langsung di
alamnya biasanya lebih direkomendasikan daripada ikan yang dibudidayakan.
2. Jaga Berat Badan Sehat
Lutut berfungsi menopang berat badan.Kelebihan berat badan atau obesitas bisa
tentu dapat membebani lutut. Ibu yang kelebihan berat badan hampir empat kali
berisiko terkena osteoarthritis di lutut daripada wanita yang punya berat badan
sehat. Oleh karenanya, pola makan sehat dan olahraga teratur penting untuk
menjaga berat badan tetap ideal.
3. Rajin 0lahraga
Olahraga tidak hanya menghilangkan stres dan mengurangi kelebihan berat
badan pada sendi, aktivitas ini juga efektif memperkuat otot-otot di sekitar
sendi. Selain itu, rajin berolahraga juga mampu menstabilkan sendi dan
mencegahnya aus. Cara untuk memaksimalkan manfaat olahraga, yaitu
mengubah latihan aerobik seperti berjalan atau berenang dengan latihan
kekuatan. Kamu juga bisa menambahkan peregangan untuk mempertahankan
fleksibilitas dan rentang gerakan.
4. Hindari Cedera
Seiring waktu, sendi akan mulai aus. Ketika sendi terluka saat olahraga atau
kecelakaan, hal ini dapat merusak tulang rawan dan membuat sendi lebih cepat
aus. Cara untuk menghindari cedera, yaitu gunakan peralat keselamatan yang
tepat saat berkendara,olahraga dan pelajari teknik olahraga yang benar.
5. Lindungi Persendian
Posisi duduk, berdiri atau mengangkat barang yang salah nyatanya mampu
melukai sendi.Kesalahan-kesalahan ini mungkin jarang sekali disadari, padahal
efeknya bisa sangat signifikan di kemudian hari. Oleh sebab itu,perhatikan
posisi saat duduk, bekerja, dan mengangkat dapat membantu melindungi sendi
dari ketegangan sehari-hari. Saat mengangkat atau membawa barang, sebaiknya
dekatkan ke tubuh, sehingga tidak terlalu membebani pergelangan tangan. Jika
kamu diharuskan duduk dalam waktu lama di tempat kerja, pastikan punggung,
kaki, dan lengan ditopang dengan baik

K. Komplikasi Artritis Reumatoid


1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya
prosesgranulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
4. Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan
oleh adanya darah yang membeku.
5. Terjadi splenomegali.
6. Slenomegali merupakan pembesaran limfajika limfa membesar kemampuannya
untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam
sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat.

ASUHAN KEPERAWATAN ATRITIS REUMATOID

A. Pengkajian atritis reumatoid


1. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi
(bilateral),amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan
pembengkakan.
b. Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi synovial
Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi) Catat bila ada krepitasi
Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
- Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
- Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
c. Ukur kekuatan otot
Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
- Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
2. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup
tinggi apalagi pada pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi
karena ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan
merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan
pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan
harga diri klien. Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan
dan keterlibatan organ-organ lainnya (misalnya mata, jantung, paru-paru,
ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan
bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya. Pengkajian 11 Pola Gordon
a. Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan
Apakah pemah mengalami sakit pada sendi-sendi?
Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?
Riwayat keluarga dengan RA
Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll
b. Pola Nutrisi Metabolik
Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang
banyak mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan protein)
- Riwayat gangguan metabolic
c. Pola Eliminasi
Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
d. Pola Aktivitas dan Latihan
- Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit
- Jenis aktivitas yang dilakukan
- Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
- Tidak mampu melakukan aktifitas berat
e. Pola Istirahat dan Tidur
- Apakah ada gangguan tidur?
- Kebiasaan tidur sehari
- Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
- Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
f. Pola Pesepsi Kognitif
- Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
- Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?
- Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya?
h. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
- Bagaimana hubungan dengan keluarga?
- Apakah ada perubahan peran pada klien?
i. Pola Reproduksi Seksualitas
- Adakah gangguan seksualitas?
j. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
- Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?
k. Pola Sistem Kepercayaan
- Agama yang dianut?
- Adakah gangguan beribadah?
- Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada Tuhan

B. Diagnosa Keperawatan Artritis Reumatoid


1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisik
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal,
nyeri, penurunan, kekuatan otot.
3. Gangguan Citra Tubuh /Perubahan Penampilan Peran berhubungan
dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum,
peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal,
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
keperawata
n
Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen 1. Untuk
(D.0007)b.d intervensi selama nyeri mengetahui lokasi,
agen 1x24 jam maka Observasi karakteristik,durasi,
pengendara faktor resiko 1.Observasi skla frekuesi, kualitas,
fisik gangguan nyeri dan insetas nyeri
integritas kulit 2.Identifikasi 2.Agar kita dapat
teratasi sebagain lokasi mengetahui tingkat
dengan kriteria karakteristik, cedera yang
hasil : lokasi, durasi, dirasakan oleh
1. Identifikasi kualitas, pasien
lokasi, intensitas nyeri 3.Agar kita
karakteristik,duras 3.Identifikasi mengetahui tingkat
i,kualita intensitas skala nyeri non nyeri yang
nyeri verbal sebenarnya
2. Identifikasi skla 4. Monitor efek
nyeri samping
3. Identifikasi penggunaan
respon nyeri analgetik
nonton verbal Terapeutik
4. Identifikasi 1. Berikan teknik
faktor yang farmakologi
memperberat yang untuk
meringankan nyeri mengurangi rasa
nyeri
2.Kontrol
lingkungan yang
memperberat
rasa nyeri
3.fasilitasi
istrahat dan tidur
4.Pertimbangan
jenis dan sumber
nyeri
Edukasi
1. Jelaskan
penyebab,
periode dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan
strategi
meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik
Farmakologis
untuk
Mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
1.Kolaborasi
pemerbrian
analgetik jika
perlu

Gangguan Tujuan dan Dukungan 1. Diskusikan pada


mobilitas keriteria hasil mobilisasi keluarga pasien
fisik Setelah dilakukan Observasi untuk menggunakan
(D.0054) intervensi selama 1.Identifikasi alat bantu bertujuan
b.d 1x24 jam maka adanya nyeri atau untuk membantu
penurunan gangguan keluhan fisik aktifitas pergerakan
mobilitas fisik lainnya pasien.
kekuatan
teratasi sebagain 2.Identifikasi 2. Diskusikan pada
otot
dengan toleransi fisik keluarga pasien
kriteria hasil : melakukan untuk melakukan
1. Pergerakan pergerakan mobilitas fisik
ekstremitas 3. Monitor bertujuan untuk
meningkat frekuensi jantung merelaksasi kan
2. Kekuatan otot dan tekanan tubuh pasien
meningkat darah sebelum 3. Beritahu keluarga
3. Nyeri menurun memulai pasien untuk
mobilisasi membantu dalam
4. Kaku sendi 4. Monitor meningkatkan
menurun kondisi umum ambulas
5. Gerakan selama
terbatas menurun melakukan
6.Kelemahan fisik mobilisasi
menurun. Terapeutik
1. Fasilitasi
aktivitas
mobilisasi
dengan alat bantu
2. Fasilitas
dengan
melakukan
pergerakan jika
perlu.
3. Libatkan
keluarga untuk
membantu pasien
dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi
1. Jelaskan
tujuan dan
prosedur
mobilisasi
2. Anjurkan
melakukan
mobilisasi dini
3. Anjurkan
mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan.
gangguan Tujuan dan Promosi citra 1. Untuk membantu
Citra keriteria hasil tubuh dalam
tubuh(D.008 Setelah dilakukan Observasi mempertahankan
3)b.d harga intervensi selama 1.identifkasi rasa dan nyaman
diri rendah 1x24 jam maka harapan citra 2. Untuk membantu
dan gangguan citra tubuh kondisipasien
kemampuan tubuh teratasi berdasarkan dalam penerimaan
individu sebagain dengan tahap perubahan yang
dalam kriteria hasil : perkembangan terjadi
menjalankan 1. Verbalisasi 2. Identifikasi 3. Memberi
peran dan perasaan negatif perubahan citra kesempatan orang
fungsi. tentang perubahan tubuh yang tua dalam
tubuh membaik mengakibatkan penerimaan
2. Verbalisasi isolasi sosial perubahan yang
khwatiran pada 3. Monitor terjadi pada
reaksi orang lain frekuensi anaknya
membaik pernyataan
3. Melihat bagian teknik terhadap 4. Untuk
tubuh membaik diri sndri memotivasi dan
4. Menyentuh Edukasi mengontrol
bagian tubuh 1. Jelaskan pada perasaan anak
membaik keluarga tentang 5. Untuk membantu
perawatan peningkatan
perubahan citea penerimaan diri dan
tubuh sosial pasien.
2. Anjurkan
menggunakan
alat bantu
3. Letih, lesu
tubuh yang
dimiliki
4. Anjurkan
mengikuti
kelompok oe
dukungan
Terapeutik
1.Diksukusi kan
perubahan tubuh
dan fungsinya
2.Diskusikanpen
ampilan fisik
3.Diskusikan
cara memegang
harpan citra
tubuh secara
Rslistiks
Defisit Setelah dilakukan Dukungan Observasi
perawatan tindakan perawatan diri -untuk mengetahui
diri b.d keperawatan 3x24 Observasi kebiasaan saat
(D.0109) jam diharapkan -Identifikasi eliminasi
perilaku perawatan diri kebiasaan -mencegah
kebersihan meningkat dengan aktifitas terjadinya luka pada
diri kriteria hasil: perawatan diri kulit
1. Kemampuan sesuai usia Terapeutik
mandi meningkat - monitor tingkat -supaya klien lebih
2.kemampuan kemandirian nyaman saat
mengenakan - identifikasi eliminasi
pakaian meningkat kebutuhan alat -membantu
3.kemampuan bantu kebersihan mempermudah saat
makan meningkat diri, berpakaian, eliminasi
4. Kemampuan ke berhias dan -supaya tetap
toilet (BAK/BAB) makan menjaga privasi
meningkat Terapeutik klien
5. Verbilisasi -sediakan Edukasi
keinginan lingkungan yang -untuk menghindari
melakukan terapeutik masalah lebih lanjut
perawatan diri -siapkan -untuk melatih
meningkat keperluan pribadi kemampuan klien
6. -dampingi dalam toileting
Mempertahankan melakukan
kebersihan mulut perawatan diri
meningkat sampai mandiri
-fasilitasi untuk
menerima
keadaan
ketergantungan
-jadwalkan
rutinitas
perawatan diri
Edukasi
-anjurkan
melakukan
perawatan diri
secara konsisten
sesuai
kemampuan
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C, Hall, Jobn E. 2012 BUKU A3ARFISIOLOGI


KEDOKTERAN Es ll Alih bahnsa : Iravwati, ot al. Jakarta :
EGC
Harris ED r, 1993, Etiology and Pathogenesis ofReumotold Arthritis
Dalam:
Textbookof Rheumatology Philadhelpu Saunders Co
Himawan, Sutistn, 1973. PATOLOGlakats- Bagin Patolog Antomik
Fakultas Kedokteran Unventis Indonesia. pp437,1
Hollmann DB Ariritis & musculosheletal diorders,n: Tierniey LM,
McPhes,
Papadakis MA (Fdsy Curent Medical Diagnosis && Trestrent.
34 th
cd, Appleton & Lange. ntermational Edtion, Connoctieut
2005.729-32
Soneltrer C Suzanne, Brunner & Sudarth Buku Aiar Keperanatan
Medikul
Bedak Jakrta EGC 2002
Kumar, V. Cotran, R S. Robbins, S L 2017 8UKU AIAR PATOLOGI
EAist
7Jakarta EGC
Masyjoer. A. Suprohatta, Wardani, Walyu Setiowulan, W.2000,
KAPITA
SELEKTAKEDOKTERAN Edis Ketiga Jilid Kedun Jalkarta:
Medin
Acseulaps
Nastton 1996.Aspek Genetik Peyuit Reumatikta(lam Nocr S Edstor)
Buku
Ajar Penyakit Dalatn Jilid L Jakarta Balai penerbit FKUL
Price, SA. Dan Wilson LM 1993, Pasofistolog Konsep Klntk Proses-
Proses
Penyakit bag 2.jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai