DISUSUN OLEH :
NAMA : ASTRI HARPELI
NPM : 22.14901.15.07
Dosen Pembimbing:
Ns.HUSIN,S.Kep.,M.Kes
LAPORAN PENDAHULUAN
Artritis Rheumathoid
A. Pengertian
Rhematoid artritis adalah peradangan yang kronis
sistemik, progresif dan lebih banyak terjadi pada wanita, pada
usia 25-35 tahun.
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang
bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai
sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris. ( Rasjad
Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165 )
Artritis reumatoid merupakan inflamasi kronik yang paling
sering ditemukan pada sendi. Insiden puncak adalah antara
usia 40 hingga 60 tahun, lebih sering pada wanita daripada pria
dengan perbandingan 3 : 1. Penyakit ini menyerang sendi-sendi
kecil pada tangan, pergelangan kaki dan sendi-sendi besar
dilutut, panggul serta pergelangan tangan. (Muttaqin, 2006)
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama,
arthron, yang berarti sendi. Kedua, itis yang berarti
peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi.
Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun
dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki)
mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri
dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam
sendi (Gordon, 2002).
E. Klasifikasi Artritis
2. Artritis Rheumatoid
Artritis rheumatoid adalah penyakit inflamasi
nonbacterial yang bersifat sistemik, progresif, cenderung
kronis yang menyerang berbagai system organ (Muttaqin,
2008). Sedangkan menurut McPhee & Ganong (2010),
artritis rheumatoid adalah suatu penyakit peradangan
sistemik kronik yang ditandai oleh peradangan simetris
menetap banyak sendi perifer.
G. Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial
seperti edema, kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi
selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi
menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi.
Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau
penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub
chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang
menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago
menjadi nekrosis. Tingkat erosi dari kartilago menentukan
tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat
luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan
kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi
lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari
persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan
osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang.
Ditandai dengan masa adanya serangan dan tidak adanya
serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan
pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain.
terutama yang mempunyai faktor rhematoid (gangguan
rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.
H. Manifestasi Klinis
Gejala awal terjadi pada beberapa sendi sehingga disebut poli
artritis rheumatoid. Persendian yang paling sering terkena
adalah sendi tangan, pergelangan tangan, sendi lutut, sendi
siku pergelangan kaki, sendi bahu serta sendi panggul dan
biasanya bersifat bilateral/simetris. Tetapi kadang-kadang
hanya terjadi pada satu sendi disebut artritis reumatoid mono-
artikular. (Chairuddin, 2003).
1. Kaku pada pagi hari (morning stiffness). Pasien merasa kaku
pada persendian dan di sekitarnya sejak bangun tidur
sampai sekurang-kurangnya 1 jam sebelum perbaikan
maksimal.
2. Arthritis pada 3 daerah. Terjadi pembengkakan jaringan
lunak atau persendian (soft tissue swelling) atau lebih efusi,
bukan pembesaran tulang (hyperostosis). Terjadi pada
sekurang-kurangnya 3 sendisecara bersamaan dalam
observasi seorang dokter. Terdapat 14 persendian yang
memenuhi criteria, yaitu interfalang proksimal,
metakarpofalang, pergelangan tangan, siku, pergelangan
kaki, dan metatarsofalang kiri dan kanan.
3. Arthritis pada persendian tangan. Sekurang-kurangnya
terjadi pembengkakan satu persendian tangan seperti tertera
di atas.
4. Arthritis simetris. Maksudnya keterlibatan sendi yang sama;
(tidak mutlak bersifat simetris) pada kedua sisi secara
serentak (symmetrical polyartritis simultaneously).
5. Nodul rheumatoid, yaitu nodul subkutan pada penonjolan
tulang atau permukaan ektensor atau daerah jukstaartikular
dalam observasi seorang dokter.
6. Faktor rheumatoid serum positif. Terdapat titer abnormal
faktor rheumatoid serum yang diperiksa dengan cara yang
memberikan hasil positif kurang dari 5% kelompok control.
7. Terdapat perubahan gambaran radiologis yang khas pada
pemeriksaan sinar rontgen tangan posteroanterior atau
pergelangan tangan, yang harus menunjukkkan adanya erosi
atau dekalsifikasi tulang yang berlokalisasi pada sendi atau
daerah yang berdekatan dengan sendi.
K. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi
nyeri, mengurangi inflamasi, menghentikan kerusakan sendi
dan meningkatkan fungsi dan kemampuan mobilisasi penderita.
Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis
antara lain :
1. Pemberian terapi
Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian
aspirin untuk mengurangi nyeri dan proses inflamasi,
NSAIDs untuk mengurangi inflamasi, pemberian
corticosteroid sistemik untuk memperlambat destruksi sendi
dan imunosupressive terapi untuk menghambat proses
autoimun.
2. Pengaturan aktivitas dan istirahat
Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur
merupakan hal penting untuk mengurangi gejala penyakit.
Pembebatan sendi yang terkena dan pembatasan gerak
yang tidak perlu akan sangat membantu dalam mengurangi
progresivitas inflamasi. Namun istirahat harus
diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap menjaga
kekuatan otot dan pergerakan sendi.
3. Kompres panas dan dingin
Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan
efek analgesic dan relaksan otot. Dalam hal ini kompres
hangat lebih efektive daripada kompres dingin.
4. Diet
Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk
mengatur dietnya. Diet yang disarankan yaitu asam lemak
omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan.Mengkonsumsi
makanan seperti tahu untuk pengganti daging, memakan
buah beri untuk menurunkan kadar asam urat dan
mengurangi inflamasi.Hindari makanan yang banyak
mengandung purin seperti bir dari minuman beralkohol, ikan
anchovy, sarden, herring, ragi, jerohan, kacang-kacangan,
ekstrak daging, jamur, bayam, asparagus, dan kembangkol
karena dapat menyebabkan penimbunan asam urat
dipersendian.
5. Banyak minum air untuk membantu mengencerkan asam
urat yang terdapat dalam darah sehingga tidak tertimbun di
sendi. (NANDA, 2013).
6. Gizi
Pemenuhan gizi pada atritis reumatoid adalah untuk
mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal
serta mengurangi peradangan pada sendi.Adapun syarat–
syarat diet atritis rheumatoid adalah protein cukup, lemak
sedang, cukup vitamin dan mineral, cairan disesuaikan
dengan urine yang dikeluarkan setiap hari. Rata–rata
asupan cairan yang dianjurkan adalah 2 – 2 ½ L/hari,
karbohidrat dapat diberikan lebih banyak yaitu 65 – 75%
dari kebutuhan energi total.
7. Pembedahan
Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah
mencapai tahap akhir. Bentuknya dapat berupa tindakan
arhthrodesis untuk menstabilkan sendi, arthoplasty atau
total join replacement untuk mengganti sendi.
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang
memburuk dengan stress pada sendi; kekakuan sendi pada
pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris.
Keterbatasan fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup,
aktivitas istirahat, dan pekerjaan. Gejala lain adalah keletihan
dan kelelahan yang hebat.
Tanda : Malaise, keterbatasan rentang gerak; atrofi otot,
kulit; kontraktur/kelainan pada sendi dan otot.
b. Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/kaki, misal pucat
intermitten, sianotik, kemudian kemerahan pada jari sebelum
warna kembali normal.
c. Integritas Ego
Gejala : Faktor-faktor stress akut/kronis, misal finansial,
pekerjaan, ketidak mampuan, faktor-faktor hubungan sosial.
Keputus asaan dan ketidak berdayaan. Ancaman pada konsep
diri, citra tubuh, identitas diri misal ketergantungan pada orang
lain, dan perubahan bentuk anggota tubuh.
d. Makanan/Cairan
Gejala : Ketidak mampuan untuk
menghasilkan/mengkonsumsi makan/cairan adekuat; mual,
anoreksia, dan kesulitan untuk mengunyah.
Tanda : Penurunan berat badan, dan membran mukosa
kering.
e. Hiegiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas
perawatan pribadi secara mandiri. Ketergantungan pada orang
lain.
f. Neurosensori
Gejala : Kebas/kesemutan pada tangan dan kaki,
hilangnya sensasi pada jari tangan.
Tanda : Pembengkakan sendi simetris.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri (disertai/tidak disertai
pembengkakan jaringan lunak pada sendi). Rasa nyeri kronis
dan kekakuan (terutama pada pagi hari).
h. Keamanan
Gejala : Kulit mengilat, tegang; nodus subkutaneus. Lesi
kulit, ulkus kaki, kesulitan dalam menangani
tugas/pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan menetap,
kekeringan pada mata, dan membran mukosa.
i. Interaksi sosial
Gejala : Kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain,
perubahan peran, isolasi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan pelepasan mediator kimia (bradikinin).
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
kekuatan otot.
3. Gangguan bodi image berhubungan dengan deformitas sendi.
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan gerak.
5. Risiko cedera berhubungan dengan kontraktur sendi.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
pemajanan/mengingat.
C. Rencana Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan pelepasan mediator
kimia (bradikinin).
1. Tujuan
Dalam waktu 2 x 60 menit setelah diberikan tindakan
keperawatan skala nyeri berkurang
2. Kriteria Hasil
a. Skala nyeri berkurang
b. Pasien dapat beristirahat
c. Ekspresi meringis (-)
d. TTV dalam batas normal (TD : 120-140/60-80 mmHg, N :
60-100, RR : 16-24 x/menit, T : 36,5-37,5°C)
3. Intervensi
MANDIRI
a. Kaji keluhan nyeri, kualitas, lokasi, intensitas dan waktu.
Catat faktor yang mempercepat dan tanda rasa sakit
nonverbal.
R/ Membantu menentukan kebutuhan manajemen nyeri
dan keefektifan program.
b. Pantau TTV pasien.
R/ Mengetahui kondisi umum pasien
c. Berikan posisi nyaman waktu tidur/duduk di kursi.
Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.
R/ Penyakit berat/eksaserbasi, tirah baring diperlukan
untuk membatasi nyeri atau cedera sendi.
d. Pantau penggunaan bantal, karung pasir, bebat, dan
brace.
R/Mengistirahatkan sendi yang sakit dan
mempertahankan posisi netral. Catatan : penggunaan
brace menurunkan nyeri dan mengurangi kerusakan
sendi.
e. Berikan masase yang lembut.
R/ Meningkatkan relaksasi atau mengurangi ketegangan
otot.
f. Anjurkan mandi air hangat/pancuran pada waktu bangun.
Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi yang
sakit beberapa kali sehari.
R/ Panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas,
menurunkan rasa sakit dan kekakuan di pagi hari.
Sensitivitas pada panas dapat hilang dan luka dermal
dapat sembuh.
KOLABORASI
g. Berikan obat sesuai petunjuk :
1) Asetilsalisilat (aspirin)
R/ ASA bekerja antiinflamasi dan efek analgesik ringan
mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.
2) D-penisilamin
R/ Mengontrol efek sistemik reumatoid artritis jika terapi
lainnya tidak berhasil.
h. Bantu dengan terapi fisik, misal sarung tangan parafin.
R/ Memberi dukungan panas untuk sendi yang sakit.
i. Siapkan intervensi operasi (sinovektomi).
R/ Pengangkatan sinovium yang meradang mengurangi
nyeri dan membatasi progresif perubahan degeneratif.
3. Intervensi
MANDIRI
a. Kaji respons emosional pasien terhadap kemampuan
merawat diri yang menurun dan diberi dukungan
emosional.
R/ Perubahan kemampuan merawat diri dapat
membangkitkan perasaan cemas dan frustasi, dimana
dapat mengganggu kemampuan lebih lanjut.
b. Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan
program latihan.
R/ Mendukung kemandirian fisik dan emosional.
c. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri.
Identifikasi modifikasi lingkungan.
R/ Meningkatkan kemandirian yang akan meningkatkan
harga diri.
d. Beri dorongan agar berpartisipasi dalam merawat diri.
Aktivitas yang terjadwal memungkinkan waktu untuk
merawat diri.
R/ Partisipasi pasien dalam merawat diri meningkatkan
harga diri dan menurunkan perasaan ketergantungan.
KOLABORASI
e. Konsultasi dengan ahli terapi okulasi
R/ Menentukan alat bantu memenuhi kebutuhan individu.