PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin
meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia
lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak
pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya
dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik. Salah satu
golongan penyakit reumatik yang sering menyertai usia lanjut yang
menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah reumatoid artritis.
Kejadian penyakit
tersebut akan
makin
meningkat sejalan
dengan
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk
menerapkan
Rheumatoid Artritis
2. Tujuan Khusus
Asuhan
Keperawatan
Pada
Klien
dengan
Rheumatoid Artritis
c. Mampu menerapkan rencana asuhan keperawatan pada klien dengan
Rheumatoid Artritis
d. Mampu melaksanakan rencana keperawatan pada klien dengan
Rheumatoid Artritis
e. Mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Pengertian Rheumatoid Artritis
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti
sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti
radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit
sinovial
mengalami
hipertropi
dan
menebal
sehingga
menyumbat aliran darah dan lebih lanjut menstimulasi nekrosis sel dan
respon inflamasi. Sinovium yang menebal menjadi ditutup oleh jaringan
granular inflamasi yang disebut panus. Panus dapat menyebar ke seluruh
sendi sehingga menyebabkan inflamasi dan pembentukan jaringan parut
lebih lanjut. Proses ini secara lambat merusak tulang dan menimbulkan
nyeri hebat serta deformitas. (Corwin, 2009).
2. Anatomi Fisiologi
a. Tulang
Tulang adalah organ vital yang berfungsi untuk alat gerak pasif,
proteksi alat-alat didalam tubuh, pembentuk tubuh, metabolisme
kalsium dan mineral, dan organ hemopoetik (setiyohadi, 2006).
Tulang matur terdiri dari 30% materi organic (hidup) dan 70%
deposit garam. Materi oranik disebut matriks, dan terdiri atas lebih
dari 90% serabut kolagen dan kurang dari 10% proteoglikan (protein
plus polisakarida). Deposit garam terutama adalah kalsium dan
fosfat, dengan sedikit natrium, kalium karbonat, dan ion magnesium.
Garam menutupi matriks dan berikatan dengan serabut kolagen
berespon
terhadap
berbagai
sinyal
kimia
untuk
sendi
telur
(radiokarpea),
sendi
pelana
Pada
sendi
synovial
(diartrosis),
tulang-tulang
yang
saling
Rawan sendi dibentuk oleh sel rawan sendi (kondrisit) dan matriks rawan
sendi. Kondrosit berfungsi menyintesis dan memelihara matriks rawan
sehingga fungsi bantalan rawan sendi tetap terjaga dengan baik. Matriks
rawan sendi terutama terdiri dari air, proteoglikan, dan kolagen.
Proteoglikan merupakan molekul yang kompleks yang tersusun atas inti
protein dan molekul glikosominoglikan. Glikosominoglikan yang
menyusun proteoglikan terdiri dari keratin sulfat, kondroitin-6-sulfat dan
kondroitin-4-sulfat. Bersama-sama dengan asam hialuronat, proteoglikan
membentuk agregat yang dapat menghisap air dari sekitarnya sehingga
mengembang sedemikian rupa dan membentuk bantalan yang baik sesuai
dengan fungsi rawan sendi. Rawan sendi merupakan jaringan yang
avaskuler, oleh karena itu makanan didapatkan dengan jalan difusi. Beban
yang intermiten pada rawan sendi sangat baik bagi fungsi difusi nutrien
untuk rawan sendi.
Sendi dilapisi oleh suatu jaringan avaskular yang disebut membrane
synovial. Membran synovial melapisi permukaan dalam kapsul sendi,
tetapi tidak melapisi permukaan rawan sendi. Membrane ini licin dan
lunak, berlipat-lipat sehingga dapat menyesuaikan diri pada setiap
gerakan sendi dan perubahan tekanan intra-artikular. Membrane synovial
tersusun atas 1-3 lapis sel-sel synovial (sinoviosit) yang menutupi
jaringan subsinovial dibawahnya, tanpa dibatasi oleh membrane basalis.
Walaupun banyak pembuluh darah dan limfe didalam jaringan
3. Etiologi
psikososial)
Penyebab penyakit Reumatoid arthritis belum diketahui secara pasti,
namun faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigenantibodi), faktor metabolik, dan infeksi virus (Suratun, Heryati,
Manurung & Raenah, 2008).
Adapun Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena nya artritis
reumatoid adalah;
a. Jenis Kelamin.
Perempuan lebih
mudah
terkena
AR
daripada
laki-laki.
4. Patofisiologi
terjadi
dalam
jaringan
sinovial.
Proses
fagositosis
persendian.
osteoporosis setempat.
Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan
adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang
yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.
Namun pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat
ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi
vaskulitis yang difus (Long, 1996).
5. Klasifikasi
pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang
harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6
minggu.
b. Reumatoid arthritis defisit
pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang
harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6
minggu.
c. Probable Reumatoid arthritis
pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang
harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6
minggu.
pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang
harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3
bulan.
Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :
a.
Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang
ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak
Gejala awal terjadi pada beberapa sendi sehingga disebut poli artritis
rheumatoid. Persendian yang paling sering terkena adalah sendi tangan,
pergelangan tangan, sendi lutut, sendi siku pergelangan kaki, sendi bahu
serta sendi panggul dan biasanya bersifat bilateral/simetris. Tetapi
kadang-kadang hanya terjadi pada satu sendi disebut artritis reumatoid
mono-artikular. (Chairuddin, 2003).
Kriteria dm American Rheumatism Association (ARA) yang di revisi
1987, adalah:
a. Kaku pada pagi hari (morning stiffness). Pasien merasa kaku pada
persendian dan di sekitarnya sejak bangun tidur sampai sekurangkurangnya 1 jam sebelum perbaikan maksimal.
b. Arthritis pada 3 daerah. Terjadi pembengkakan jaringan lunak atau
(hyperostosis).
Terjadi
pada
sekurang-kurangnya
mutlak
serentak
f.
g. Terdapat
perubahan
gambaran
radiologis
yang
khas
pada
7. Komplikasi
c.
d. Osteoporosis.
e.
f.
Deformitaas sendi.
g.
h.
8. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri,
mengurangi inflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan
fungsi dan kemampuan mobilisasi penderita.
Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain :
a.
Pemberian terapi
Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin
untuk mengurangi nyeri dan proses inflamasi, NSAIDs untuk
mengurangi inflamasi, pemberian corticosteroid sistemik untuk
memperlambat destruksi sendi dan imunosupressive terapi untuk
menghambat proses autoimun.
d.
Diet
Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur
dietnya. Diet yang disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang
terdapat dalam minyak ikan.
Mengkonsumsi makanan seperti tahu untuk pengganti daging,
memakan buah beri untuk menurunkan kadar asam urat dan
mengurangi inflamasi.
Hindari makanan yang banyak mengandung purin seperti bir dari
minuman beralkohol, ikan anchovy, sarden, herring, ragi, jerohan,
kacang-kacangan, ekstrak daging, jamur, bayam, asparagus, dan
kembangkol karena dapat menyebabkan penimbunan asam urat
dipersendian.
Gizi
Pemenuhan gizi pada atritis reumatoid adalah untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi yang optimal serta mengurangi
peradangan pada sendi. Adapun syaratsyarat diet atritis rheumatoid
adalah protein cukup, lemak sedang, cukup vitamin dan mineral,
cairan disesuaikan dengan urine yang dikeluarkan setiap hari. Rata
rata asupan cairan yang dianjurkan adalah 2 2 L/hari, karbohidrat
dapat diberikan lebih banyak yaitu 65 75% dari kebutuhan energi
total.
g. Pembedahan
Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai
tahap akhir. Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk
menstabilkan sendi, arthoplasty atau total join replacement untuk
mengganti sendi.
9. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi
f.
(Muttaqin. 2011).
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Biasanya
penyebab
Pada
yang
reumatoid.Penyakit
pengkajian
ini,ditemukan
mendukung
tertentu
seperti
kemungkinan
terjadinya
artritis
penyakit
diabetes
reumatoid dapat
e) Gigi
2) Leher
ada murmur
5) Perut / Abdomen
a) Inspeksi :Biasanya tidak acites
b) Auskultasi : Biasanya bising usus normal, berkisar antara
5-35 kali/menit
c) Palpasi : Biasanya tidak adanya pembesaran
d) Perkusi : Biasanya tympani
6) Genitourinaria
Look
atau tulang.
g
Nyeri raba
8) Sistem Integumen
Nutrisi
a) Makanan
2)
Eliminasi
a) Miksi
Biasanya
klien
dengan
nyeri
sendi,
nyeri
tekan,
Pemeriksaan Laboratorium :
1) Tanda peradangan, seperti LED dan CRP, berhubungan
leukositosis, leucopenia.
4) Analisis cairan sinovial
a) Inflamasi cairan sinovial (WBC count> 2000/L)
2. Diagnosa Keperawatan
tersebut
dianalisa
dan
dapat
ditegakkan
diagnose
berhubungan
dengan
perubahan
kemampuan
untuk
3. Intervensi Keperawatan
No.
1.
Diagnosa
Nyeri
Control
berhubungan
dengan
NOC
NIC
nyeriPain management (Manajemen nyeri)
Indicator:
Aktivitas:
Mengakui factor penyebab1. Lakukan pengkajian nyeri secara
agen
Mengetahui
nyeri
komprehensif
obat
karakteristik,
termasuk
lokasi
pencedera,
Menggunakan
durasi,
frekuensi,
distensi
analgesic
jaringan
oleh
akumulasi
Menjelaskan
gejala
nyeri
ketidaknyamanan
teknik
komunikasi
terapeutik
mengetahui
3. Gunakan
untuk
destruksi sendi.
Level nyeri
respion nyeri
5. Determinasi akibat nyeri terhadap
Indicator :
Ekspresi nyeri
Frekuensi nyeri
Ekspresi wajah terhadap
kualitas hidup
6. Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari
dan
menemukan
dukungan
nyeri
7. Control
ruangan
yang
dapat
mempengaruhi nyeri
8. Kurangi factor presipitasi nyeri
9. Pilih dan lakukan penanganan
nyeri
10. Ajarkan pasien untuk memonitor
nyeri
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
analgetik
12. Berikan
untuk
mengurangi nyeri
13. Evaluasi keefektifan control nyeri
14. Tingkatkan istirahat
15. Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
Citra
Tubuh
Perbaikan
Citra
Tubuh
Indicator:
Aktivitas:
1. Menentukan dugaan citra tubuh
ideal
dan
pasien,
sesuai
dengan
perkembangannya
pasien
2. Membantu
penampilan
untuk
tubuh
mendiskusikan perubahan yang
Kepuasan
penmapilan
terjadi
akibat
penyakit
dan
tubuh
Pengaturan
fisik
pembedahan
penampilan 3. Membantu pasien
tubuh
memelihara
perubahan tubuh
pasien
4. Membantu
Pengaturan
untuk
perubahan
membedakan penampilan fisik
fungsi tubuh
dari perasaan yang beharga
pasien
untuk
5. Membantu
berkala
7. Monitoring apakah pasien melihat
perubahan pada bagian tubuh
pernyataan tentang
8. Montoring
pasien
mengidentifikasi
dalam
penampilan
4.
Implemetasi Keperawatan
Implementasi
merupakan
langkah
keempat
dalam
tahap
proses
direncanakan
dalam
rencana
tindakan
keperawatan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak.
6. Dokumentasi Keperawatan
Secara keseluruhan askep dapat dievaluasi sesuai dengan tujuan yang
diharapkan dan
didokumentasikan secara tepat dan benar dalam status
klien sebagai bahan pertanggung jawaban atas tindakan yang telah
dilakukan dan studi kasus untuk perkembangan ilmu pengetahuan
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC. 2002.
Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L., 2007. BUKU AJAR PATOLOGI Edisi 7.
Jakarta : EGC
Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, Wahyu I., Setiowulan, W., 2000. KAPITA
SELEKTA KEDOKTERAN Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta : Media
Aesculapius
Nasution..1996.Aspek Genetik Penyakit Reumatik dalam Noer S (Editor) Buku Ajar
Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta: Balai penerbit FKUI.
Price, SA. Dan Wilson LM., 1993, Patofisiologi: Konsep Klinik Proses-Proses
Penyakit bag 2. Jakarta: EGC