Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

KEPERAWATAN KRITIS
Tentang
“Asuhan Keperawatan cancer mammae”

Disusun oleh:
Ridce Nursasmi
160101018

Dosen Pembimbing:
Ns.Ramaita.M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES PIALA SAKTI PARIAMAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan rahmat-
Nya yang berlimpah kepada kita semua. Dan kita panjatkan shalawat serta salam kepada
Nabi besar kita Nabi MUHAMMAD SAW, yang telah membawa kita dari kegelapan
kedalam dunia yang terang.
Alhamdulilah, berkat rahmat Allah SWT.kami telah menyusun makalah ini
yang berjudul “Asuhan keperawatan cancer mammae ” dengan tepat waktu. Dalam
penyusunan makalah ini, kami mengambil dari berbagai sumber situs internet yang telah
terpercaya.
Makalah ini tentunya kurang dari kata sempurna.Maka dari itu kami sebagai
penulis, meminta saran bagi pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Tidak lupa pula, kami berterima kasih kepada sumber –sumber yang terkait telah
memberikan informasi terkait dengan penyusunan makalah ini.

Pariaman, Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan

1.1 latar belakang.....................................................................................................1


1.2 tujuan penulisan.................................................................................................1
1.3 rumusan masalah................................................................................................2
Bab II Pembahasan
2.1 Definisi...............................................................................................................3
2.2 Anatomi Dan Fisiologi.......................................................................................3
2.3 Stadium..............................................................................................................5
2.4 Etiologi...............................................................................................................6
2.5 Manifestasi Klinis..............................................................................................6
2.6 Patofiologi..........................................................................................................7
2.7 Pemeriksaan Penunjang...................................................................................11
2.8 Komplikasi.......................................................................................................11
2.9 Penatalaksanaan...............................................................................................11
2.10 Pencegahan Kanker Payudara........................................................................12
Bab III Asuhan Keperawatan
3.1 Pengkajian........................................................................................................16
3.2 Diagnosa Keperawatan.....................................................................................22
3.3 Rencana Asuhana Keperawatan.......................................................................23
Bab IV Penutup
4.1 Kesimpulan......................................................................................................28
4.2 Saran.................................................................................................................28
Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Satu dari delapan orang wanita di Amerika Serikat mempunyai massa hidup
berisiko untuk mengalami kanker payudara. Insidennya terus meningkat sementara
mortalitasnya tetap sama. Tipe kanker payudara yang paling umum adalah
karsinoma duktal infiltrasi (75 % kasus). Tumor ini keras saat palpasi, biasanya
bermentastasis ke nodus aksilaris, dan mempunyai prognosis yang lebih buruk
ketimbang kanker payudara tipe yang lain. Karsinoma lobular infiltrasi
bertanggungjawab untuk 5-10% kasus. Tumor ini hadir dengan tumor multicenter
dan penebalan yang berbatas jelas. Nodus aksilaris yang terkena sama pada
karsinoma duktal infiltrate, tetapi tempat bermetastasisnya berbeda. Karsinoma
duktal biasanya menyebar ke tulang, paru, hepar, atau otak, sementara karsinoma
lobular bermetastasis ke permukaan meningeal atau pada tempat lain yang tidak
lazim. Ada banyak tipe kanker payudara lainnya ditunjukkan dengan berbagai
persentasi dan prognosis. Sekarang ini tidak ada obatnya untuk kanker payudara.
Tidak ada satupun penyebab yang spesifik; nampaknya serangkai genetic,
hormonal, dan peristiwa lingkungan dapat menunjang pada perkembangan kanker
ini. Jika nodus limfe tidak terkena, maka prognosisnya akan lebih baik. Kunci
untuk peningkatan penyembuhan adalah diagnosa dini sebelum metabolisme.

1.2 Tujuan Penulisan


A. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan yang tepat pada pasien
dengan kanker mamae.
B. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi konsep dari kanker mamae meliputi definisi, etiologi,
patofisiologi, pencegahan, komplikasi dan penatalaksanaan yang tepat dari
kanker mamae.
b. Mengidentifikasi asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, analisa data,
diagnosa, dan rencana asuhan keperawatan.

1
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka kelompok membuat rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Konsep Dasar Kanker Mamae
a. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari Kanker Mamae?
b. Apakah defenisi dari Kanker Mamae?
c. Apakah penyebab dan Stadium dari Kanker Mamae?
d. Apa manifestasi klinis dan pemeriksaan penunjang Kanke Mamae?
e. Bagaimana patofisiologi pada Kanker Mamae?
f. Apa saja komplikasi dari Kanker Mamae?
g. Bagaimana penatalaksanaan dari Hiper Kanker Mamae?
2. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
b. Diagnosa Keperawatan
c. Rencana Asuhan Keperawatan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang
terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di
payudara. Jika benjolan kanker tidak terkontrol, sel-sel kanker bias bermestastase
pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bias terjadi pada kelenjar getah bening
ketiak ataupun diatas tulang belikat. Seain itu sel-sel kanker bias bersarang di
tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit. (Erik T, 2005)
Ca mammae adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat adanya onkogen
yang menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada jaringan payudara
(Karsono, 2006).
 Kanker payudara adalah neoplasma ganas, suatu pertumbuhan jaringan
payudara abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya, tumbuh infiltratif
dan destruktif, serta dapat bermetastase. (Ramli, 1994)

2.2 Anatomi dan Fisiologi


a. Anatomi Mamae
Payudara normal mengandung jaringan kelenjar, duktus, jaringan otot
penyokong lemak, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe. Pada bagian
lateral ats kelenjar payudara, jaringan kelenjar ini keluar dari bulatannya kearah
aksila, disebut penonjolan Spence atau ekor payudara. Setiap payudara terdiri
atas 12-20 lobulus kelenjar yang masing-masing mempunyai saluran ke papilla
mammae, yang disebut duktus lactiferous. Diantara kelenjar susu dan fasia
pectoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan
lemak. Diantara lobules tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamnetum
cooper yang memberi rangka untuk payudara.
Perdarahan payudara terutama berasal dari cabang perforantes
anterior dan mammaria interna, torakalis lateralis yang bercabang
dari aksilaris, dan beberapa interkostalis.

3
Persarafan kulit payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis dan n.
interkostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri diurus saraf simpatik. Ada
beberapa saraf lagi yang perlu diingat sehubungan dengan penyulit paralisis dan
mati rasa pasca bedah, yakni  n. intercostalis dan n. kutaneus brakius
medialis yang mengurus sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan
atas.
Penyaliran limfe dari payudara kurang lebih 75% ke aksila, sebagian lagi
ke kelenjar parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial dan
adapula penyaliran yang ke kelenjar interpectoralis. Pada aksila terdapat rata-
rata 50 buah kelenjar getah bening yang berada disepanjang arteri dan vena
brakialis.
Jalur limfe lainnya berasal dari daerah sentral dan medial yang selain
menuju ke kelenjar sepanjang pembuluh mammaria interna, juga menuju
ke aksila kontralateral, ke m. rectus abdominis lewat ligamentum falsiparum
hepatis ke hati, pleura dan payudara kontralateral.

b. Fisiologi Mamae
Payudara merupakan kelenjar tubuloalveolar yang bercabang-cabang,
terdiri atas 15-20 lobus yang dikelilingi oleh jaringan ikat dan lemak. Tiap lobus
mempunyai duktus ekskretorius masing-masing yang akan bermuara pada puting
susu, disebut duktus laktiferus, yang dilapisi epitel kuboid selapis yang rendah,
lalu ke duktus alveolaris yang dilapisi epitel kuboid berlapis, kemudian
bermuara ke duktus laktiferus yang berakhir pada putting susu.
Ada 3 hal fisiologik yang mempengaruhi payudara, yaitu :
a)     Pertumbuhan dan involusi berhubungan dengan usia
b)     Pertumbuhan berhubungan dengan siklus haid
c)      Perubahan karena kehamilan dan laktasi.

4
2.3 Stadium
a) Stadium 1
Tumor yang berdiameter kurang 2 cm tanpa keterlibatan limfonodus
(LN) dan tanpa penyebaran jauh. Tumor terbatas pada payudara dan tidak
terfiksasi pada kulit dan otot pektoralis.
b) Stadium 2a
Tumor yang berdiameter kurang 2 cm dengan keterlibatan limfonodus
(LN) dan tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter kurang 5 cm tanpa
keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh.
c) Stadium 2b
Tumor yang berdiameter kurang 5 cm dengan keterlibatan limfonodus
(LN) dan tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter lebih 5 cm tanpa
keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh.
d) Stadium 3a
Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus
(LN) tanpa penyebaran jauh
e) Stadium 3b
Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus
(LN) dan terdapat penyebaran jauh berupa metastasis ke supraklavikula dengan
keterlibatan limfonodus (LN) supraklavikula atau metastasis ke infraklavikula
atau menginfiltrasi / menyebar ke kulit atau dinding toraks atau tumor dengan
edema pada tangan.
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan
pembengkakan bisa juga luka bernanah di payudara. Didiagnosis sebagai
Inflamatory Breast Cancer. Bisa sudah atau bisa juga belum menyebar ke
pembuluh getah bening di ketiak dan lengan atas, tapi tidak menyebar ke bagian
lain dari organ tubuh
f) Stadium 3c
Ukuran tumor bisa berapa saja dan terdapat metastasis kelenjar limfe
infraklavikularipsi lateral, atau bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis
kelenjar limfe mammaria interna dan metastase kelenjar limfe aksilar, atau
metastasis kelenjar limfe supra klavikularipsi lateral.

5
g) Stadium 4
Tumor yang mengalami metastasis jauh, yaitu : tulang, paru-paru, liver
atautulangrusuk.

2.4 Etiologi
Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa
faktor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara,
yaitu :
a. Tinggi melebihi 170 cm
b. Masa reproduksi yang relatif panjang
c. Faktor Genetik
d. Ca Payudara yang terdahulu
e. Keluarga
Diperkirakan 5 % semua kanker adalah predisposisi keturunan ini, dikuatkan
bila 3 anggota keluarga terkena carsinoma mammae.
f. Kelainan payudara ( benigna )
Kelainan fibrokistik ( benigna ) terutama pada periode fertil, telah ditunjukkan
bahwa wanita yang menderita / pernah menderita yang porliferatif sedikit
meningkat.
g. Makanan, berat badan dan faktor resiko lain
h. Faktor endokrin dan reproduksi
Graviditas matur kurang dari 20 tahun dan graviditas lebih dari 30 tahun,
Menarche kurang dari 12 tahun
i. Obat anti konseptiva oral
Penggunaan pil anti konsepsi jangka panjang lebih dari 12 tahun mempunyai
resiko lebih besar untuk terkena kanker.

2.5 Manifestasi Klinis


a) Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara
b) Payudara tidak simetris / mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai
timbul pembengkakan

6
c) Ada perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar puting susu,
mengkerut seperti kulit jeruk purut dan adanya ulkus pada payudara
d) Ada perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan , panas
e) Ada cairan yang keluar dari puting susu
f) Ada perubahan pada puting susu : gatal, ada rasa seperti terbakar, erosi dan
terjadi retraksi
g) Ada rasa sakit
h) Penyebaran ke tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan kadar kalsium darah
meningkat
i) Ada pembengkakan didaerah lengan
j) Adanya rasa nyeri atau sakit pada payudara.
k) Semakin lama benjolan yang tumbuh semakin besar.
l) Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun sudah
diobati, serta puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik ke dalam.
m)  Kulit payudara menjadi berkerut seperti kulit jeruk (Peau d' Orange).
n) Benjolan menyerupai bunga kobis dan mudah berdarah.
o) Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh lain

2.6 Patofisiologi
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang
disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi:
a) Fase Inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang
memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini
disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan
kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. tetapi tidak semua sel
memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. kelainan genetik
dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih
rentan terhadap suatu karsinogen. bahkan gangguan fisik menahunpun bisa
membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.

7
b) Fase Promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan
berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan
terpengaruh oleh promosi. karena itu diperlukan beberapa faktor untuk
terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).
Kanker  mammae merupakan penyebab utama kematian pada wanita
karena kanker (Maternity Nursing, 1997). Penyebab pasti belum diketahui,
namun ada beberapa teori yang menjelaskan bagaimana terjadinya keganasan
pada mammae, yaitu:
a. Mekanisme hormonal, dimana perubahan keseimbangan hormone estrogen
dan progesterone yang dihasilkan oleh ovarium mempengaruhi factor
pertumbuhan sel mammae (Smeltzer & Bare, 2002).
Dimana salah satu fungsi estrogen adalah merangasang pertumbuhan sel
mammae .Suatu penelitian menyatakan bahwa wanita yang diangkat
ovariumnya pada usia muda lebih jarang ditemukan menderita karcinoma
mammae, tetapi hal itu tidak membuktikan bahwa hormone estrogenlah
yang, menyebabkan kanker  mammae pada manusia. Namun menarche dini
dan menopause lambat ternyata disertai peninmgkatan resiko Kanker 
mammae dan resiko kanker  mammae lebih tinggi pada wanita yang
melahirkan anak pertama pada usia lebih dari 30 tahun.
b. Virus,  Invasi virus yang diduga ada pada air susu ibu menyebabkan adanya
massa abnormal pada sel yang sedang mengalami proliferasi.
c. Genetik
d.  Defisiensi imun
Defisiensi imun terutama limfosit T  menyebabkan penurunan
produksi interferon yang berfungsi untuk menghambat terjadinya
proliferasi sel dan jaringan kanker dan meningkatkan aktivitas antitumor.
Gangguan proliferasi tersebut akan menyebabkan timbulnya sel kanker
pada jaringa epithelial dan paling sering pada system duktal. Mula-mula
terjadi hyperplasia sel dengan perkembangan sel atipikal. Sel ini akan
berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker butuh
waktu 7 tahun untuk dapat tumbuh dari sebuah sel tunggal menjadi massa

8
yang cukup besar untuk bias diraba. Invasi sel kanker yang mengenai
jaringan yang peka terhadap sensasi nyeri akan menimbulkan rasa nyeri,
seperti periosteum dan pelksus saraf. Benjolan yang tumbuh dapat pecah
dan terjadi ulserasi pada kanker lanjut.
Pertumbuhan sel terjadi irregular dan bisa menyebar melalui
saluran limfe dan melalui aliran darah. Dari saluran limfe akan sampai di 
kelenjer limfe menyebabkan terjadinya pembesaran kelenjer limfe
regional. Disamping itu juga bisa menyebabkan edema limfatik dan kulit
bercawak (peau d’ orange).  Penyebaran yang terjadi secara hematogen
akan menyebabkan timbulnya metastasis pada jaringan  paru, pleura, otak
tulang (terutama tulang tengkorak, vertebredan panggul)
Pada tahap terminal lanjut penderita umumnya menderita
kehilangan progersif lemak tubuh dan badannya menjadi kurus disertai
kelemahan yang sangat, anoreksia dan anemia. Simdrom yang
melemahkan ini dinyatakan sebagai kakeksi kanker.

9
WOC

10
2.7
Pemeriksaan Penunjang

11
a)  Pemeriksaan payudara sendiri
b) Pemeriksaan payudara secara klinis
c) Pemeriksaan manografi
d) Biopsi aspirasi
e) True cut
f) Biopsi terbuka
g)  USG Payudara, pemeriksaan darah lengkap, X-ray dada, therapy medis,
pembedahan, terapi radiasi dan kemoterapi.

2.8 Komplikasi
a) metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe dan pembuluh darahkapiler
( penyebaran limfogen dan hematogen0, penyebarab hematogen dan limfogen
dapat mengenai hati, paru, tulang, sum-sum tulang, otak, syaraf.
b) gangguan neuro varkuler
c) Faktor patologi
d) Fibrosis payudara
e) Kematian

2.9 Penatalaksanaan
1. Pembedahan
a) Mastectomy radikal yang dimodifikasi
Pengangkatan payudara sepanjang nodu limfe axila sampai otot pectoralis
mayor. Lapisan otot pectoralis mayor tidak diangkat namun otot pectoralis
minor bisa jadi diangkat atau tidak diangkat.
b) Mastectomy total
Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan lapisan otot
pectoralis mayor diangkat. Nodus axila tidak disayat dan lapisan otot
dinding dada tidak diangkat.

c) Lumpectomy/tumor

12
Pengangkatan tumor dimana lapisan mayor dri payudara tidak turut
diangkat. Exsisi dilakukan dengan sedikitnya 3 cm jaringan payudara
normal yang berada di sekitar tumor tersebut.
d) Wide excision/mastektomy parsial.
Exisisi tumor dengan 12 tepi dari jaringan payudara normal.
e) Ouadranectomy
Pengangkatan dan payudara dengan kulit yang ada dan lapisan otot
pectoralis mayor.
2. Radiotherapy
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang
pula merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping: kerusakan kulit di
sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis,
radang tenggorokan.
3. Chemotherapy
Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam aliran
darah. Efek samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan
membuat, mudah terserang penyakit.
4. Manipulasi hormonal
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang sudah
bermetastase. Dapat juga dengan dilakukan bilateral oophorectomy. Dapat juga
digabung dengan therapi endokrin lainnya

2.10 Pencegahan Kanker Payudara


Pencegahan kanker payudara adalah pencegahan yang bertujuan
menurunkan insidens kanker payudara dan secara tidak langsung akan menurun
angka kematian akibat kanker payudara.
a. Pencegahan Primodial
Pencegahan primodial yaitu upaya pencegahan yang ditujukan
kepada orang sehat yang memiliki faktor resiko. Upaya yang dimaksudkan
dengan menciptakan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan kanker
payudara tidak mendapat dukungan dasar dari kebiasaan, gaya hidup dan

13
faktor resiko lainnya. Pencegahan primodial dilakukan melalui promosi
kesehatan yang ditunjukan pada orang sehat melalui upaya pola hidup sehat.
b. Pencegahan Primer
Pencegahan primer pada kanker payudara dilakukan pada orang
sehat yang sudah memiliki faktor resiko untuk terkena kanker payudara.
Pencegahan primer dilakukan melalui upaya menghindari diri dari
keterpaparan berbagai faktor resiko dan melaksanakan pola hidup sehat.
Konsep dasar dari pencegahan primer adalah menurunkan insiden kanker
payudara yang dapat dilakukan dengan:
1. Mengurangi makanan yang mengandung lemak tinggi.
2. Memperbanyak aktivitas fisik dengan berolahraga
3. Menghindari terlalu banyak terkena sinar X atau jenis radiasi lainnya.
4. Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak serat.Serat akan
menyerap zat-zat yang bersifat karsinigen dan lemak, yang kemudian
membawanya keluar melalui feces.
5. Mengkonsumsi produk kedelai serta produk olahan seperti tahu atau
tempe. Kedelai mengandung flonoid yang berguna untuk mencegah
kanker dan genestein yang berfungsi sebagai ektrogen nabati
(fitoestrogen). Ektrogen nabati ini akan menempel pada reseptor
estrogen sel-sel epitel saluran kelenjer susu, sehingga akan menghalangi
estrogen asli untuk menempel pada saluran susu yang akan merangsang
tumbuhnya sel kanker
6. Memperbanyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran, terutama
yang mengandung vitamin C, zat antioksidan dan fitokimia, seperti
jeruk, wortel, tomat, labu, pepaya, mangga, brokoli, lobak, kangkung,
kacang-kacangan dan biji-bijian.
Hampir setiap kanker payudara ditemukan pertama kali oleh
penderita sendiri dari pada oleh dokter. Karena itu, wankita hares
mewaspadai setiap [perubahan yang terjadi pada payudara. Untuk
mengetahui perubahan-perubahantersebut dilakukan pemeriksaan sederhana
yang disebut pemeriksaan payudar sendiri (SADARI).

14
SADARI sebaiknya dilakukan setiap bulan secara teratur. Cara ini
sangat efektif di Indonesia karena tidak semua rumah sakit menyediakan
fasilitas pemeriksaan memadai. Kebiasaan ini memudahkan kita untuk
menemukan perubahan pada payudara dan bulan ke bulan. Pemeriksaan
optimum dilakukan pada sekitar 7-14 hari setelah awal siklus menstruasi
karena pada masa itu retensi cairan minimal dan payudara dalam keadaan
lembut dan tidak membengkak sehingga jika ada pembengkakan akan lebih
mudah ditemukan. Jikan suadah menopause maka pilihlah satu hari tertentu,
misalnya hari pertama untuk mengingatkan melakukan SADARI setiap
bulan. 17,23 SADARI dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut
Langkah 1 :       Berdiri didepan cermin, pandanglah kedua payudara.
Letakkan kedua tangan dipinggang dan dorong siku ke depan agar otot-otot
dada menegang. Perhatikan kemungkinan adanya perubahan yang tidak
biasa seperti cairan dari puting, pengerutan, penarikan atau pengelupasan
kulit
Langkah   2   :   Lebih diarahkan perhatian kecermin, tangkaplah kedua
tangan di belakang kepal dan tekan ke depan
Langkah 3 :       Angkat lengan kanan. Pergunakan 3-4 jari tangan kiri untuk
memeriksa payudara kanan secara lembut, hati-hati dan secara menyeluruh.
Dimulai dari bagian tepi sisi luar, tekankan ujung jari tangan membentuk
lingkaran itu secara lambat seputar payudara. Secara bertahap lakukan
kearah puting. Pastikan mencakup seluruh payudara. Berikan perhatian
khusus di daerah antara payudara dengan ketiak, termasuk bagian ketiak
kiri. akan untuk setiap ganjalan yang tidak biasa atau di bawah kulit
Langkah 4 :       Dengan lembut, pijit puting susu dan lihat jika ada cairan
yang keluar. Tidak normal apabila keluar darah atau adanya cairan yang
spontan
Langkah 5 :       Ulangi langkah (3) dan (4) dengan posisi berbaring.
Berbaringlah di tempat dengan permukaan rata. Berbaringlah dengan lengan
kanan dibelakang kepala dan bantal kecil atau lipatan handuk diletakan di
bawah pundak. Posisi menyebabkan payudara menjadi rata dan membuat

15
pemeriksaan lebih mudah. Lakukan gerakan melingkar yang sama seperti
pada tahap (3) dan (4). Lakukan pula untuk payudara kiri
c. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk mengobati para penderita dan
mengurangi akibat-akibat yang lebih serius dari penyakit kanker payudara
melalui diagnosa dan deteksi dini dan pemberian pengobatan.

16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan
yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras,
bengkak dan nyeri.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat ca mammae sebelumnya atau ada kelainan pada
mammae, kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada bagian
dada sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada bagian dada, ataupun
mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh pada
kemungkinan klien mengalami ca mammae atau pun keluarga klien pernah
mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks.

4. Primary Survey
 Airway : Jalan napas bebas tidak ada sumbatan
 Breathing : Spontan, tampak sesak, terpasang kanul oksigen RR :
28x/menit
 Circulation : Sadar, tidak sianosis, tekanan darah 120/80 mmHg , nadi
108x/menit
 Disability : GCS E4 V5 M6, pupil isokor, refleks cahaya langsung
dan tidak langsung +/+
 Exposure : memberi selimut, suhu pasien 36,2oC

5. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala       : normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat
dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian posterior.

17
b. Rambut     : biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak terlalu
berminyak.
c. Mata          : biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Mata
anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.
d. Telinga      : normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda-tanda
infeksi dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran.
e. Hidung      : bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan.
f. Mulut        : mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.
g. Leher         : biasanya terjadi pembesaran KGB.
h. Dada atau Thorak
1. Inspeksi
Pada stadium 1
 biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan kanan yang
disebabkan oleh pembengkakan pada payudara,dengan ukuran 1-2
cm.
Pada stadium
 biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan kanan yang juga
disebabkan payudara dengan ukuran dengan tumor 2,5-5 cm.
Pada stadium 3A
 biasanya dada klien juga tidak simetris kiri dan kanan yang
disebabkan oleh pembengkakan tumor yang sudah meluas dalam
payudara besar tumor 5-10 cm.
Pada stadium 3B
 bentuk dada juga tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan
oleh pembengkakan dan kanker sudah melebar ke seluruh bagian
payudara,bahkan mencapai kulit, dinding dada,tulang rusuk,dan
otot dada.
Pada stadium 4
 Bentuk dada tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh
pembengkakan dan mestastase jauh keorgan lain seperti paru-paru.

18
2. Palpasi
Pada stadium 1
 biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena
kanker belum bermetastase keorgan lain
Pada stadium  2
 biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena
kanker belum bermetastase keorgan lain
Pada stadium 3A
 biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena
kanker belum bermetastase keorgan lain
Pada stadium 3B
 biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena
kanker belum bermetastase keorgan lain seperti tulang rusuk,
dinding dada dan otot dada .
Pada stadium 4
 biasanya tidak fremitus kiri dan kanan yang juga disebabkan oleh
karena kanker sudah metastase ke organ yang lebih jauh seperti
paru-paru sehingga mengakibatkan paru –paru mengalami
kerusakan dan tidak mampu melakukan fungsinya.
3. Perkusi
Pada stadium 1
 biasanya akan terdengar sonor pada lapangan paru-paru klien.
Pada stadium  2
 biasanya akan terdengar sonor pada lapangan paru-paru klien
karena kanker belum mengalami metastase.
Pada stadium 3A
 Masih akan terdengar sonor pada lapangan paru karena kanker
belum metastase.
Pada stadium 3B
 biasanya terdengar bunyi redup yang dapat di temukan pada
infiltrate paru dimana parenkim paru lebih padat / mengadung
sedikit udara dan bunyi pekak pada paru-paru paien yang

19
disebabkan pada paru-paru pasien didapatkan berisi cairan disebut
dengan efusi pleura jika kanker telah bermetastase pada organ
paru.
Pada stadium 4
 biasanya akan terdengar pekak pada paru-paru pasien yang
disebabkan pada paru-paru pasien didapatkanberisi cairan yang
disebut dengan efusi pleura akibat metastase dari kanker mammae
yang berlanjut,dan nafas akan terasa sesak.
4. Auskultasi
Pada stadium 1
 biasanya akan terdengar vesikuler (bunyi hampir  terdengar
seluruh lapangan pare dan inspirasi lebih panjang, lebih keras,
nadanya lebih tinggi dari ekspirasi. suara nafas tambahan tidak
ada, seprti ronchi (-) dan wheezing (-)
Pada stadium 2
 biasanya bunyi nafas terdengar vesikuler (bunyi hampir seluruh
lapangan paru clan inspirasi lebih panjang lebih keras, nadanya
lebih tinggi dari ekspirasi. Biasanya buni nafas klien juga dapat
terdengar bronkovesikuler dengan bronchial. Suara nafas
tambahan tidak ada, seperti ronchi (-) dan wheezing (-)
Pada stadium 3 A
 Biasanya bunyi nafas berbunyi vesikuler (bunyi hampir seluruh
lapangan paru dan inspirasi yang lebih panjang, lebih keras,
nadanya lebih tinggi dari ekspirasi, dan bronkovesikuler yaitu
pada daerah suprasternal, interscapula: campuran antara element
vaskuler dengan bronchial. Suara nafas tambahan tidak ada,
seperti : Ronchi (+) dan wheezing (-)
Pada stadium 3 B
 biasanya nafas klien bisa terdengar bronchial yaitu ekspirasi lebih
panjang, lebih keras nadanya lebih tinggi dari pada inspirasi dan
terdengar dan terdapat suara nafas tambahan seperti: Ronchi dan
Wheezing ini disebabkan oleh kanker sudah menyebar ke seluruh

20
bagian payudara, dan mencapai ke dinding dada, tulang rusuk,
dan otot dada sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan
ekspansi paru dan compressive atelektasis.
Pada stadium 4
 biasanya bunyi nafas pasien bisa terdengar bronchial yaitu
ekspirasi lebih panjang, lebih keras, nadanya lebih tinggi, dari
pada inspirasi dan terdengar. Dan terdapat suara tambahan
seperti : Ronchi dan wheezing. Ini disebabkan oleh kanker
metastase ke bagian tubuh lainnya seperti parupare sehingga
mengakibatkan terj adnnya penurunan ekspansi paru dan
compressive atelektasis sehingga terjadi penumpukan secret pada
daerah lobus paru.
i. Jantung (Kardiovaskuler)
1. Inspeksi
Biasanya iktus tidak terlihat
2. Palpasi
Biasanya iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC VPerkusi
Batas jantung normal, (batas jantung kanan RIC II, linea staralis
dektra, batas jantung kiri RIC V,1 jari media linea clavukularis sinistra
3.  Auskultasi
Biasanya irma jantung murni,murmur (-)
j. Mammae (payudara)
1. Inspeksi
 Biasanya ada benjolan yang menekan payudara.adanya ulkus dan
berwarna merah dan payudara mengerut seperti kulit jeruk
2. Palpasi
 Teraba benjolan payudara yang mengeras dan teraba
pembengkakan dan teraba pembesaran kelenjar getah bening
 diketiak atau timbul benjolan kecil di bawah ketiak.
k. Abdomen
1. Inspeksi
Biasanya tidak ada pembesaran

21
2. Palpasi
Biasanya bising usus (-)
3. Perkusi
Biasanya lien dan hepar tidak teraba
4. Auskultasi
Tympani
l. Hepar        : biasanya tidak ada pembesaran hepar.
m. Ekstremitas: biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas.

6. Pengkajian Pola Fungsional Gordon


a. Persepsi dan Manajemen
Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa pada
payudaranya kerumah sakit karena menganggap itu hanya benjolan biasa.
b. Nutrisi – Metabolik
Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia, muntah dan
terjadi penurunan berat badan, klien juga ada riwayat mengkonsumsi
makanan mengandung MSG.
c. Eliminasi
Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami melena,
nyeri saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi.
d. Aktivitas dan Latihan
Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan lathan klien
terganggu karena terjadi kelemahan dan nyeri.
e. Kognitif dan Persepsi
Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga kemungkinan
ada komplikasi pada kognitif, sensorik maupun motorik.
f. Istirahat dan Tidur
Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.
g. Persepsi dan Konsep Diri
Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau kehilangan akibat
operasi akan membuat klien tidak percaya diri, malu, dan kehilangan haknya
sebagai wanita normal.

22
h. Peran dan Hubungan
Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan dalam
melakukan perannya dalam berinteraksi social.
i. Reproduksi dan Seksual
Biasanya aka nada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada tingkat
kepuasan.
j. Koping dan Toleransi Stress
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, denial dan keputus
asaan.
k. Nilai dan Keyakinan
Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya dengan
lapang dada.
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Scan (mis, MRI, CT, gallium) dan ultrasound. Dilakukan untuk diagnostik,
identifikasi metastatik dan evaluasi.
b. biopsi : untuk mendiagnosis adanya BRCA1 dan BRCA2
c. Penanda tumor
d. Mammografi
e. sinar X dada

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembedahan, mis;
anoreksia
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses pembedahan
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bedahpengangkatanjaringan
4. Ansietas  berhubungan dengan  diagnosa, pengobatan, dan prognosanya
5. Kurang pengetahuan tentang Kanker  mammae berhubungan dengan kurang
pemajanan informasi
6. Gangguan body image berhubungan dengan kehilangan bagian dan fungsi tubuh

23
3.3 Rencana Asuhan Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN/ KH INTERVENSI

1. Nutrisi kurang Setelah dilakukan - Kaji adanya alergi makanan


dari kebutuhan tindakan keperawatan - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
tubuh selama 3x24 jam nutrisi menentukan jumlah kalori dan nutrisi
berhubungan kembali normal. yang dibutuhkan pasien.
dengan KH : - Anjurkan pasien untuk meningkatkan
pembedahan, mis; intake Fe
- BB meningkat sesuai
anoreksia - Anjurkan pasien untuk meningkatkan
tujuan
protein dan vitamin C
- Tidak ada tanda
- Berikan substansi gula
malnutrisi
- Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
- Berikan makanan yang terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
- Ajarkan pasien bagaimana membuat
catatan makanan harian.
- Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
kalori
- Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
- Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
2. Gangguan rasa Setelah dilakukan - Kaji nyeri secara komprehensif termasuk
nyaman nyeri tindakan keperawatan lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
berhubungan selama 3x24 jam nyeri kualitas dan faktor presipitasi
dengan proses hilang atau berkurang. - Observasi reaksi nonverbal dari
pembedahan Kriteria Hasil : ketidaknyamanan
- Gunakan teknik komunikasi terapeutik
- Melaporkan bahwa
untuk mengetahui pengalaman nyeri
nyeri hilang atau

24
berkurang pasien
- Wajah rileks - Kaji kultur yang mempengaruhi respon
nyeri
- Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
- Evaluasi bersama pasien dan tim
kesehatan lain tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa lampau
- Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
dan menemukan dukungan
- Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
- Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)
- Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
- Ajarkan tentang teknik non farmakologi
- Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
- Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
- Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
- Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
- Monitor status nutrisi pasien
- Memandikan pasien dengan air hangat
3 Kerusakan Setelah dilakukan - Anjurkan pasien untuk menggunakan
integritas kulit tindakan keperawatan pakaian yang longgar
berhubungan selama 2x24 jam - Hindari kerutan pada tempat tidur

25
dengan integritas kulit dapat - Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
bedahpengangkat menunjukkan perbaikan. dan kering
anjaringan Kriteria Hasil: - Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
setiap dua jam sekali
- Integritas kulit yang
- Monitor kulit akan adanya kemerahan
baik bisa
- Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada
dipertahankan
daerah yang tertekan
(sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi,
pigmentasi)
- Tidak ada luka/lesi
pada kulit
- Perfusi jaringan baik
4. Ansietas  Setelah dilakukan - Gunakan pendekatan yang menenangkan
berhubungan tindakan keperawatan - Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
dengan  diagnosa, selama 1x24 jam ansietas pelaku pasien
pengobatan, dan berkurang dan koping - Jelaskan semua prosedur dan apa yang
prognosanya klien baik dirasakan selama prosedur
Kriteria Hasil : - Temani pasien untuk memberikan
- Klien mampu keamanan dan mengurangi takut
mengidentifikasi dan - Berikan informasi faktual mengenai
mengungkapkan diagnosis, tindakan prognosis
gejala cemas - Dorong keluarga untuk menemani anak
- Mengidentifikasi, - Lakukan back / neck rub
mengungkapkan dan - Dengarkan dengan penuh perhatian
menunjukkan tehnik - Identifikasi tingkat kecemasan
untuk mengontol - Bantu pasien mengenal situasi yang
cemas menimbulkan kecemasan
- Vital sign dalam batas - Dorong pasien untuk mengungkapkan
normal perasaan, ketakutan, persepsi
- Postur tubuh, ekspresi - Instruksikan pasien menggunakan teknik
wajah, bahasa tubuh relaksasi
dan tingkat aktivitas - kolaborasi dalam memberikan obat untuk

26
menunjukkan mengurangi kecemasan
berkurangnya
kecemasan
5 Kurang Setelah dilakukan - Kaji  tingkat pengetahuan klien dan
pengetahuan tindakan keperawatan keluarga tentang proses penyakit
tentang Kanker  selama 1x24 jam klien - jelaskan tentang patofisiologi penyakit,
mammae dan keluarga paham tanda dan gejala serta penyebabnya
berhubungan tentang penyakitnya, - Sediakan informasi tentang kondisi klien
dengan kurang dengan kriteria hasil : - Berikan informasi tentang perkembangan
pemajanan klien
- Pasien dan keluarga
informasi - Diskusikan perubahan gaya hidup yang
menyatakan
mungkin diperlukan untuk mencegah
pemahaman tentang
komplikasi di masa yang akan datang
penyakit, kondisi,
dan atau kontrol proses penyakit
prognosis dan
- jelaskan alasan dilaksanakannya tindakan
program pengobatan
atau terapi
- Pasien dan keluarga
- Gambarkan komplikasi yang mungkin
mampu melaksanakan
terjadi
prosedur yang
- Anjurkan klien untuk mencegah efek
dijelaskan secara
samping dari penyakit
benar
- Gali sumber-sumber atau dukungan yang
- Pasien dan keluarga
ada
mampu menjelaskan
- Anjurkan klien untuk melaporkan tanda
kembali apa yang
dan gejala yang muncul pada petugas
dijelaskan
kesehatan
perawat/tim kesehatan
lainnya
6 Gangguan body Setelah dilakukan - Diskusikan dengan klien atau orang
image tindakan keperawatan terdekat respon klien terhadap
berhubungan selama 1x24 jam klien penyakitnya.
dengan dapat menerima kondisi - Tinjau ulang efek pembedahan
kehilangan bagian dirinya akibat penyakit, - Berikan dukungan emosi klien
dan fungsi tubuh dengan criteria hasil: - Anjurkan keluarga klien untuk selalu

27
- Klien tidak malu mendampingi klien
dengan keadaan
dirinya.
- Klien dapat menerima
efek pembedahan.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang
terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di

28
payudara. Jika benjolan kanker tidak terkontrol, sel-sel kanker bias bermestastase
pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bias terjadi pada kelenjar getah bening
ketiak ataupun diatas tulang belikat. Seain itu sel-sel kanker bias bersarang di
tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit.
Gejala kanker payudara antara lain : teraba adanya massa atau benjolan
pada payudara, payudara tidak simetris / mengalami perubahan bentuk dan ukuran
karena mulai timbul pembengkakan, ada perubahan kulit : penebalan, cekungan,
kulit pucat disekitar puting susu, mengkerut seperti kulit jeruk purut dan adanya
ulkus pada payudara, ada perubahan suhu pada kulit, ada cairan yang keluar dari
puting susu, da perubahan pada puting susu (gatal, ada rasa seperti terbakar, erosi
dan terjadi retraksi), ada rasa sakit, penyebaran ke tulang sehingga tulang menjadi
rapuh dan kadar kalsium darah meningkat, ada pembengkakan didaerah lengan,
adanya rasa nyeri atau sakit pada payudara, semakin lama benjolan yang tumbuh
semakin besar, mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun
sudah diobati, kulit payudara menjadi berkerut seperti kulit jeruk, benjolan
menyerupai bunga kobis dan mudah berdarah dan metastase (menyebar) ke kelenjar
getah bening sekitar dan alat tubuh lain.
Asuhan Keperawatan yang digunakan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh, gangguan rasa nyaman nyeri, kerusakan integritas kulit, Ansietas, kurang
pengetahuan dan gangguan body image.

4.2 Saran
Sebagai seorang perawat, kita sebaiknya tahu banyak tentang penyakit
kanker payudara serta memahami konsep dan asuhan keperawatannya yang pada
klien dengan kanker payudara (ca.mamae) sehingga dapat menjadi acuan dan
bekal   dalam   persiapan   praktik  di   rumah   sakit

DAFTAR PUSTAKA

Erick, T. 2005. Kanker, Antioksidan dan terapi komplementer. Jakarta : Gramedia


Karsono, B. 2006. Teknik-Teknik Biologi Molekular Dan Selular Pada Kanker. Dalam
Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, L, Simadibrata, M.K., & Setiati, S. 2006.

29
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. edisi 3. Jakarta: Pusat Penerbit Departemen
Penyakit Dalam FKUI
Ramli, M., et ak. 1994. Ilmu Bedah. Jakarta: Bagian BedahStaf Pengajar Fakultas
Kedokteran Indonesia
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 2. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius
Marilyan, Doenges E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman untuk
perencanaan dan  pendokumentasian perawatyan px) Jakarta : EGC
Juall,Lynda,Carpenito Moyet. (2003).Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi
10.Jakarta:EGC

30

Anda mungkin juga menyukai