Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KEPERAWATAN KRITIS
Tentang
“Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Psien CHF”

Disusun oleh:
Ridce nursasmi
160101018

Dosen Pembimbing:
Ns.Ramaita.M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES PIALA SAKTI PARIAMAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan rahmat-Nya yang
berlimpah kepada kita semua. Dan kita panjatkan shalawat serta salam kepada Nabi besar kita
Nabi MUHAMMAD SAW, yang telah membawa kita dari kegelapan kedalam dunia yang
terang.
Alhamdulilah, berkat rahmat Allah SWT.kami telah menyusun makalah ini yang
berjudul “Asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien chf ” dengan tepat waktu. Dalam
penyusunan makalah ini, kami mengambil dari berbagai sumber situs internet yang telah
terpercaya.
Makalah ini tentunya kurang dari kata sempurna.Maka dari itu kami sebagai penulis,
meminta saran bagi pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Tidak lupa pula, kami berterima kasih kepada sumber –sumber yang terkait telah memberikan
informasi terkait dengan penyusunan makalah ini.

Pariaman, Desember 2019

Penulis

i
DAFAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................... i


Daftar Isi .......................................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan

a. Latar belakang ....................................................................................................... 1


b. Tujuan peulisan .................................................................................................... 1
c. Metode penulisan .................................................................................................. 2
Bab II Pembahasan
1. Konsep Dasar CHF ............................................................................................... 3
a. Definise .......................................................................................................... 3
b. Etiologi ........................................................................................................... 3
c. Manifestasi Klnis ........................................................................................... 4
d. Patofisiologi ................................................................................................... 5
e. Pentalasaksanaan Medis ................................................................................. 7
2. Asuhan Keperawatan Gaawat Darurat Dengan Klien CHF .................................. 7
a. Pengkajian Keperawatan ............................................................................... 7
b. Diagnosa Keperawatan .................................................................................. 8
Asuhan keperawatan darurat dengan pasien CHF
A. Pengkajian ............................................................................................................. 9
1. Identitas ........................................................................................................... 9
2. Keluhan utama ................................................................................................ 8
3. Pengkajian primer ........................................................................................... 10
4. Pengkajian sekunder ....................................................................................... 10
5. Pemeriksaan fisik ............................................................................................ 11
6. Pengkajian pola sistem .................................................................................... 13
7. Pemeriksaan penunjang .................................................................................. 14
8. Terapi medis.................................................................................................... 14
9. Analisa Data .................................................................................................... 15
10. Diagnosa keperawatan .................................................................................... 16
11. Intervensi......................................................................................................... 16

ii
Bab III Penutup
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 20
B. Saran ...................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini Congestive Heart Failure (CHF) atau yang biasa disebut gagal jantung
kongestif merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang terus meningkat insiden
dan prevalensinya. Risiko kematian akibat gagal jantung berkisar antara 5-10% pertahun
pada gagal jantung ringan yang akan meningkat menjadi 30-40% pada gagal jantung berat.
Selain itu, gagal jantung merupakan penyakit yang paling sering memerlukan perawatan
ulang di rumah sakit (readmission) meskipun pengobatan rawat jalan telah diberikan secara
optimal (R. Miftah Suryadipraja).
CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh
(Ebbersole, Hess, 1998). Risiko CHF akan meningkat pada orang lanjutusia(lansia) karena
penurunan fungsi ventrikel akibat penuaan. CHF ini dapat menjadi kronik apabila disertai
dengan penyakit-penyakit seperti: hipertensi, penyakit katub jantung, kardiomiopati, dan
lain-lain. CHF juga dapat menjadikondis akut dan berkembang secara tiba-tiba pada
miokard infark.
Dalam makalah ini membahas CHF disertai penanganan dan asuhanKeperawatan
gawat darurat klien dengan CHF.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mendapatakn pengetahuan mengenai penyakit Gagal Jantung
Kongestif yang menyerang sistem kardiovaskuler dan dapat mengetahui bahwa
bagaimana asuhan keperawatan gawat darurat pada kliendengan Gagal Jantung
Kongestif menggunakan pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan gagal jantung kongestif
b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan gagal jantung
kongestif

1
c. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gagal janutng
kongestif
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gagal jantung
kongestif
e. Mampu melaksanakan evaluasi pada klien dengan gagal jantung kongestif

C. Metode Penulisan
Metode dalam penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif yaitu metode
yang bersifat mengumpulkan data dan menarik kesimpulan dan kemudian disajikan dalam
bentuk narasi dan metode kepustakaan diantaranya studi kepustakaan yaitu mengumpulkan
buku-buku yang berhubungan dengan Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Klien Dengan
Congestive Heart Failure(CHF).

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Konsep Dasar Keperawatan CHF


A. Definisi
Gagal jantung Kongsetif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa
darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen
dan nutrient dikarenakan adanya kelainan fungsi jantung yang berakibat jantung gagal
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau
kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri
(Smeltzer & Bare, 2001).
Congestive heart failure (CHF) adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda dan
gejala), ditandai oleh sesak nafas dan fatik ( saat istirahat atau aktivitas) yang
disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. (Marulam,2014)
CHF adalah suatu keadaan dimana jantung sebagai pompa tidak mampu
memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme tubuh, gagalnya aktivitas jantung
terhadap pemenuhan kebutuhan tubuh, fungsi pompa jantung secara keseluruhan tidak
berjalan normal. CHF merupakan kondisi yang sangat berbahaya, meski demikian
bukan berarti jantung tidak bisa bekerja sama sekali, hanya saja jantung tidak berdetak
sebagaimana mestinya. (Susanto,2010).

B. Etiologi
1. Kelainan otot jantung Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot
jantung, disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari
penyebab kelainan fungsi otot jantung mencakup ateroslerosis koroner, hipertensi
arterial dan penyakit degeneratif atau inflamasi
2. Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya
aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan
asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului
terjadinya gagal jantung. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif

3
berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi yang secara langsung merusak
serabut jantung menyebabkan kontraktilitas menurun.
3. Hipertensi Sistemik atau pulmunal (peningkatan after load) meningkatkan beban
kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.
4. Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif, berhubungan dengan gagal
jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan
kontraktilitas menurun.
5. Penyakit jantung lain, terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya,
yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat
mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katub semiluner),
ketidakmampuan jantung untuk mengisidarah (tamponade, pericardium, perikarditif
konstriktif atau stenosisAV), peningkatan mendadak after load
6. Faktor sistemik Terdapat sejumlah besar factor yang berperan dalam perkembangan
dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (missal :demam,
tirotoksikosis). Hipoksia dan anemi juga dapat menurunkan suplai oksigen ke
jantung. Asidosis respiratorik atau metabolic dan abnormalita elektronik dapat
menurunkan kontraktilitas jantung.Grade gagal jantung menurut New York Heart
Association, terbagidalam 4 kelainan fungsional :
I. Timbul sesak pada aktifitas fisik berat.
II. Timbul sesak pada aktifitas fisik sedang
III. Timbul sesak pada aktifitas fisik ringan
IV. Timbul sesak pada aktifitas fisik sangat ringan / istirahat

C. Manifestasi klinis
a. Gagal jantung kiri :
1) Letargi dan diaforesis
2) Dispnea/orthopnea
3) Palpitasi (berdebar-debar)
4) Pernapasan cheyne stokes
5) Batuk (hemaptoe)
6) Ronkhi basah bagian basal paru

4
7) Terdengar BJ3 dan BJ4/irama gallop
8) Oliguria dan anuria
9) Pulsus altenarus
b. Gagal jantung kanan
1) Edema tungkai /kulit
2) Central Vena Pressure (CVP) meningkat
3) Pulsasi vena jugularis
4) Bendungan vena jugularis/JVP meningkat
5) Distensi abdomen, mual, dan tidak nafsu makan
6) Asites
7) Berat badan meningkat
8) Hepatomegali (lunak dan nyeri tekan)
9) Splenomegali
10) Insomnia

D. Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit Jantung yang normal dapat berespon terhadap
peningkatan kebutuhan metabolisme dengan menggunakan mekanisme kompensasi
yang bervariasi untuk mempertahankan kardiak output, yaitu meliputi :
a. Respon system saraf simpatis terhadap barroreseptor atau kemoreseptor
b. Pengencangan dan pelebaran otot jantung untuk menyesuaikan terhadap
peningkatan volume
c. Vaskontriksi arterirenal dan aktivasi system rennin angiotensin
d. Respon terhadap serum sodium dan regulasi ADH dan reabsorbsi terhadap cairan.
Kegagalan mekanisme kompensasi dapat dipercepat oleh adanya volumedarah
sirkulasi yang dipompakan untuk melawan peningkatan resistensivaskuler oleh
pengencangan jantung. Kecepatan jantung memperpendek waktu pengisian
ventrikel dari arteri coronaria. Menurunnya COP dan menyebabkan oksigenasi
yang tidak adekuat ke miokardium. Peningkatan dinding akibat dilatasi
menyebabkan peningkatan tuntutan oksigen dan pembesaran jantung (hipertrophi)

5
terutama pada jantung iskemik atau kerusakan yang menyebabkan kegagalan
mekanisme pemompaan.

Pathway

6
E. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Non Farmakologis
a) Istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung
b) Oksigenasi
c) Dukungan diit : pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol atau
menghilangkan oedema.
2. Terapi Farmakologis :
a) Glikosida jantung
b) Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat
frekuensi jantung. Efek yang dihasillkan adalah peningkatan curah jantung,
penurunan tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diurisi dan
mengurangi oedema.
3. Terapi diuretic, diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal.
Penggunaan harus hati-hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia.
4. Terapi vasodilator, obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadasi
tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki
pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan
pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan.

2. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Klien Dengan CHF


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian Primer
a. Airway: Batuk dengan atau tanpa sputum, penggunaan bantuan otot pernafasan,
oksigen.
b. Breathing : Dispnea saat aktifitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal
c. Circulation: Riwayat HT IM akut, GJK sebelumnya, penyakit katub jantung,
anemia, syok dll. Tekanan darah, nadi, frekuensi jantung, irama jantung, nadi apical,
bunyi jantung S3, gallop, nadi perifer berkurang, perubahan dalam denyutan nadi
juguralis, warna kulit, kebiruan punggung, kuku pucatatau sianosis, hepar ada
pembesaran, bunyi nafas krakles atau ronchi, oedema

7
Pengkajian Sekunder
a. Aktifitas/istirahat
Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan aktifitas, gelisah, dispnea saat istirahat atau
aktifitas, perubahan status mental, tanda vital berubah saat beraktifitas.
b. Integritas ego
Ansietas, stress, marah, takut dan mudah tersinggung
c. Eliminasi
Gejala penurunan berkemih, urin berwarna pekat, berkemih padamalam hari, diare /
konstipasi
d. Makanana/cairan
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, penambahan BB signifikan. Pembengkakan
ekstremitas bawah, diit tinggi garam penggunaan diuretic distensi abdomen, oedema
umum, dll
e. Hygiene
Keletihan selama aktifitas perawatan diri, penampilan kurang.
f. Neurosensori
Kelemahan, pusing, lethargi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung.
g. Nyeri/kenyamanan
Nyeri dada akut- kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot, gelisah.
h. Interaksi social
Penurunan aktifitas yang biasa dilakukan

2. Diagnosa Keperawatan
1. Ganguan pertukaran gas berhubungan dengan Perubahan membran alveolar kapiler
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan Gangguan mekanisme regulasi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen

8
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN CHF

A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan hari sabtu tanggal 30 Desember 2015 jam 09.00 diruang ICU Rumah
Sakit Umum Daerah Batang secara autoanamnesa.
1. Identitas
1. Identitas klien
Nama : Tn. E
Umur : 46 Thn
Jenis kelamin : Laki- Laki
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Indonesia
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Bangun Sari Timur 1/ 5 Batang
No. RM : 19790
Tgl masuk RS : 22 Desember 2015 Jam : 21.00 WIB
Tgl masuk ICU : 29 Desember 2015 Jam : 16.00 WIB
Dx Medis : CHF, SNH
2. Identitas penanggungjawab
Nama : Ny. D
Umur : 47 Thn
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Bangun Sari Timur 1/ 5 Batang
Hubungan dg pasien : Istri

2. Keluhan Utama
Pasien megatakan sesak nafas dan bengkak pada kedua kaki
Penurunan Kesadaran, tingkat kesadaran Apatis, GCS: E=4 M=5 V= 3

9
3. Pengkajian Primer
1. Airway
Tidak ada sumbatan jalan nafas berupa cairan, sputum atau benda asing.
2. Breathing
Respiratory rate : 28 x/mnt
SPO2 : 99%
Suara nafas : vesikuler
Irama nafas regular, tidak terdapat batuk, tidak ada retraksi dinding dada, tidak
menggunakan pernafasan cuping hidung.
3. Circulation
Suhu : 36,5 °C
TD : 160/100 mmHg
MAP : 120 mmHg
HR : 102 x/menit
Turgor kulit : Baik
Mata : Tidak cekung, konjungtiva pucat
Capilary refill :< 2 detik
Tidak sianosis, akral hangat, tidak ada muntah
4. Disability
Tingkat kesadaran : Apatis
GCS : E=4 M=5 V=3
Pupil : Isokor
5. Exposure
Akral hangat, tidak ada jejas/ luka, tidak ada tanda – tanda shok suhu 36,5 °C

4. Pengkajian Sekunder
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien rujukan dari dr.F Sp.PD tanggal 22 Desember 2015 jam 21.00 dengan
HT emergency dan SNH, tadi sore ± pukul 18.00 pasien tiba – tiba pusing terus
menerus, tangan dan kaki lemah, gemetaran, tidak dapat digerakkan, kedua kaki
pasien bengkak, dan sesak nafas pasien. TD 160/100 mmHg, HR 102x/menit, SpO2

10
99%, RR 28x/mnt, suhu 360C. Di UGD diberikan terapi infus RL 12 tetes/menit,
injeksi furosemid 10mg, Pantoprazole 1gr, Neuciti 250mg, Neurocetam 3gr,
Ceftriazone 1gr. Setelah itu pasien pindah di ruang Bougenvile. Pada tanggal 29
Desember 2015 masuk di ruang ICU.
2. Riwayat Kesehatan dahulu
Pasien sebelumnya belum pernah dirawat di RSUD Batang dan belum pernah sakit
seperti ini sebelumnya.pasien memiliki riwayat hipertensi ± 3 tahun.
3. Riwayat Kesehatan keluarga
Ayah dan ibu pasien mempunyai riwayat hipertensi seperti pasien.

5. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Pasien tampak lemah
Tingkat Kesadaran : Apatis
Skala Koma Glasgow : Verbal: 4 Psikomotor : 5 Mata : 3
TB / BB : 165 cm/80 kg

1. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bulat, tidak ada lesi dikepala, rambur berwarna hitam,
lurus, distribusi merata.
Palpasi : Tidak terdapat oedema
2. Mata
Inspeksi : Kedua mata klien simetris, konjungtiva tidak pucat, pupil isokor,
diameter kanan kiri 2mm/2mm, reaksi cahaya +/+.
3. Telinga
Inspeksi : Kedua telinga simetris lengkap dan terdapat kedua lubang telinga, tidak
ada lesi, terdapat serumen, tidak terdapat pengeluaran darah atau cairan.
4. Hidung
Inspeksi : Posisi septum nasal simetris, tidak terdapat pernafasan cuping hidung,
tidak terdapat pengeluaran lendir atau darah, terpasang oksigen 3 liter per menit
dengan nasal kanul.

11
5. Mulut dan tenggorokan
Inspeksi : Mukosa bibir lembab, gigi klien tidak lengkap, mulut kotor.
6. Leher
Inspeks : Leher Simetris, tidak terdapat jejas di leher, tidak ada distensi vena
jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Palpasi : Tidak terdapat pembengkakan, tidak terdapat pembesaran kelenjaran
limfe, dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
7. Thorak
Inspeksi : Thoraks simetris, klien menggunakan otot bantu nafas dan terdapat
retraksi dinding dada, Respiratory Rate 28x/menit,klien tampak gelisah,
Palpasi : Gerakan paru saat inspirasi dan ekapirasi sama, tidak terdapat massa,
tidak terdapat fraktur pada daerah thorak, terpasang elektroda
Perkus : Perkusi paru resonan
Auskultasi : Tidak terdapat suara tambahan, bunyi nafas vesikuler
8. Jantung
Inspeksi : Tidak terdapat palpitasi, ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : Heart Rate 102 x/menit, capillary refill selama 2 detik
Perkusi : Perkusi jantung terdengar pekak.
Auskultasi : Tekanan darah 160/100 mmHg, bunyi jantung S1 dan S2 dengan
irama reguler, tidak terdapat bunyi jantung tambahan murmur, gallop.
9. Punggung
Inspeksi : tidak ada luka dekubitus
Palpasi : Tidak terdapat benjolan di sekitar punggung.
10. Abdomen
Inspeksi : Perut nampak besar ( banyak penumpukan lemak), kulit elastis, tidak
terdapat lesi atau massa warna kulit pucat
Auskultasi : Bising usus 8x/menit
Palpasi : Tidak terdapat Asites
Perkusi : Timpani
11. Ekstermitas
Inspeksi :Pada ekstermitas atas kanan : Terpasang infus RL 12 tetes permenit

12
Pada ekstermitas atas Kiri : Terpasang manset tensi, tangan mengalami
kelemahan
Pada ekstermitas bawah kanan : Nampak kaki kanan bengkak
Pada ekstermitas bawah kiri : Nampak kaki kiri bengkak

6. Pengkajian Pola system


1. Pola persepsi dan Managemen Terhadap Kesehatan
Klien saat ini di rawat di ruang ICU, klien mengalami penurunan kesadaran dan
tampak lemah. Keluarga berharap klien cepat sembuh dan bisa kembali kerumah.
2. Pola Nutrisi dan metabolic (Diit Dan Pemasukan Makanan)
Ketika dirumah pasien makan 3x sehari, dengan menu nasi dan lauk pauk. Keluarga
pasien mengatakan ketika dirumah tidak mempunyai diit terhadap makanan apapun.
Setelah masuk rumah sakit pasien makan dengan diit yang sudah ditentukan oleh ahli
gizi. Pasien setiap makan tidak habis.
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit, keluarga klien mengatakan bahwa klien biasa BAB 1 kali sehari atau
2 hari sekali dengan kosistensi lembek warna kuning bau khas feses, BAK 3x sehari
dengan konsistensi warna jernih bau khas urine. Keluarga pasien mengatakan BAB
1x sehari tidak masalah dengan konsistensi warna kuning, lembek bau khas feses dan
BAK ±262 ml/7jam, dengan warna urine kuning jernih, dan bau khas urine.
4. Pola Aktivitas
Keluarga klien mengatakan, sebelum masuk rumah sakit klien beraktivitas mandiri.
Selama dirawat di rumah sakit untuk memenuhi activity daily living dibantu oleh
perawat dan keluarga. Aktivitas terganggu, lemah, saat aktivitas sesak nafas.
5. Pola Istirahat : Tidur
Keluarga Pasien mengatakan sebelum sakit pasien tidur malam cukup yaitu sekitar 6-
7 jam, dan siang sekitar 1-2 jam, Saat di RS Keluarga Pasien mengatakan pola tidur
pasien sangat terganggu.
6. Pola Peran Hubungan
Keluarga klien mengatakan, klien mempunyai hubungan yang baik dengan
keluargayang lain

13
7. Pola seksual dan reproduksi
Istri klien mengatakan klien tidak memiliki keluhan di organ reproduksinya.
Klien sudah memiliki istri dan 3 anak.
8. Pola koping dan toleransi terhadap stress
Keluarga klien mengatakan klien dapat menerima keadaannya yang sekarang, dan
dapat mengontrol emosinya.
9. Pola nilai kepercayaan
Keluarga klien mengatakan agama yang dianut keluarga dan klien adalah islam.
Sewaktu masih sehat pasien rajin melaksanakan ibadah di masjid.

7. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
KIMIA KLINIK
Glukosa Sewaktu 86 mg/dl 70 – 140
ELEKTROLIT
Calcium Serum H 10.7 mg/dl 8.80 – 10.20
Natrium 153. 0 mmol/l 135.0 – 155.0
Kalium 4.3 mmol/l 3.6 – 5.5
Chlorida H 109.0 mmol/l 95.0 – 108.0
SERO IMUNOLOGI
Anti TB Negatif Negatif
Anti HBs Negatif
HBs Ag Negatif Negatif

8. Terapi Medis
Infus RL 20 Tetes/menit
Furosemid 10 mg/ 8 jam
Pantoprazole 1gr / 24 jam
Neuciti 3x 250 mg
Neurotam 2x 3gram
14
Ceftri 1gr / 12 jam
Cerrevit 1/ 24 jam
Oral :
Condesartan 1x 16mg
Amiodipin 1x 10mg
Bisopolol 1x 2,5mg
Flunarizine 2x ½ mg
Enistindropi 3x 1 ½ ml

9. Analisa Data
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
( Sign/ Symtom) ( Problem )

1 DS : Ganguan Perubahan membran


pasien mengatakan sesak pertukaran gas alveolar kapiler
DO :
Tekanan darah 160/100 mmHg, nadi
102x/menit, RR 28x/menit, suhu
36,50C. dispnea, warna kulit pucat,
gelisah

2 DS: Kelebihan Gangguan mekanisme


Pasien mengatakan bengkak pada volume cairan regulasi
kedua kaki
DO:
Edema kedua kaki, dipsnea, gelisah

15
3 DS : Intoleransi ketidakseimbangan antara
Keluarga mengatakan aktivitas pasien aktivitas suplai dan kebutuhan
terganggu karena sesak nafas oksigen
DO :
semua aktivitas pasien dibantu
keluarga dan perawat

10. Diagnosa Keperawatan


1. Ganguan pertukaran gas berhubungan dengan Perubahan membran alveolar kapiler
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan Gangguan mekanisme regulasi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen

11. Intervensi
No. Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan NOC NIC
1 Ganguan  Setelah dilakukan  Airway management
pertukaran gas tindakan keperawatan 1. Buka jalan, gunakan teknik
berhubungan selama 3 x 24 jam chin lift atau jaw thurst bila
dengan Perubahan diharapkan Gangguan perlu
membran alveolar pertukaran gas terpenuhi 2. Posisikan pasien untuk
kapiler memaksimalkan ventilasi
Kriteria Hasil : 3. Identifikasi pasien perlunya
1. Mendemonstrasikan pemasangan alat jalan nafas
peningkatan ventilasi dan 4. Pasang mayo bila perlu
oksigenasi yang adekuat 5. Lakukan fisioterapi dada
2. Memelihara kebersihan bila perlu
paru dan bebas dari tanda 6. Keluarkan secret dengan

16
distress pernapasan batuk atau suction
3. Mendemonstrasikan batuk 7. Auskultasi suara nafas catat
efektif dan suara nafas adanya suara tambahan
yang bersih, tidak ada 8. Atur intake untuk cairan
sianosis dan dyspneu mengoptimalkan
4. Tanda – tanda vital dalam keseimbangan
rentang normal 9. Monitor respirasi dan status
O2
 Respiratory monitoring
1. Monitor rata – rata
kedalaman, irama dan usaha
respirasi
2. Catat pergerakan dada, amati
kesimetrisan, penggunaan
otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan
intercostal
3. Monitor suara nafas seperti
dengkur
4. Monitor pola nafas :
bradipena, takipena,
kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
2 Kelebihan volume  Setelah dilakukan tindakan  Fluid management
cairan keperawatan selama 3x 24 1. Timbang popok/pembalut
berhubungan jam diharapkan Kelebihan jika diperlukan
dengan Gangguan volume cairan teratasi 2. Pertahankan intake dan
mekanisme output yang akurat
regulasi Kriteria Hasil : 3. Pasang urine kateter jika
1. Terbebas dari edema, diperlukan
efusi, anasarka 4. Monitor hasil Hb yang sesuai

17
2. Bunyi nafas bersih, tidak dengan retensi cairan (BUN,
ada dyspneu/ortopneu Hmt, osmolitas, urin)
3. Terbebas dari distensi 5. Monitor vital sign
vena jugularis, reflex 6. Kaji lokasi dan luas edema
hepatojugular (+) 7. Monitor masukan
4. Memelihara tekanan vena makanan/cairan dan hitung
sentral, tekanan kapiler intake kalori
paru, output jantung dan 8. Monitor status nutrisi
vital sign dalam batas 9. Kolaborasi pemberian
normal diuretik sesuai interuksi
5. Terbebas dari kelelahan 10. Batasi masukan cairan pada
kecemasan atau keadaan hiponatermi dilusi
kebingungan dengan serum Na < 130
6. Menjelaskan indikator mEq/l
kelebihan cairan 11. Kolaborasi dokter jika tanda
cairan berlebih muncul
memburuk
 Fluid monitoring
1. Tentukan riwayat jumlah dan
tipe intake cairan dan
eliminasi
2. Tentukan kemungkinan
faktor resiko dari ketidak
seimbangan cairan
(hipertermia, terapi diuretic,
kelainan renal, gagal jantung,
diaphoresis, disfungsi hati,
dll).
3. Monitor berat badan
4. Monitor serum dan elektrolit
urin

18
5. Monitor serum dan osmolitas
urine
6. Catat secara akurat intake
dan output
7. Monitor adanya distensi
leher, rinchi, oedema perifer
dan penambahan BB
8. Monitor tanda dan gejala dari
oedema.
3 Intoleransi  Setelah dilakukan tindakan  Activity therapy
aktivitas keperawatan selama 3x 24 1. Kolaborasikan dengan tenaga
berhubungan jam diharapkan Intoleransi rehabilitasi medik dalam
dengan aktivitas teratasi merencanakan program terapi
ketidakseimbangan Kriteria Hasil : yang tepat
antara suplai dan 1. Berpartisipasi dalam 2. Bantu klien untuk
kebutuhan oksigen aktivitas fisik tanpa disertai mengidentifikasikan aktivitas
peningkatan tekanan darah yang mampu dilakukan
nadi dan RR 3. Bantu klien untuk memilih
2. Mampu melakukan aktivitas konsisten yang
aktivitas sehari – hari sesuai dengan kemampuan
3. Tanda – tanda vital normal fisik, psikologi dan sosial
4. Mampu berpindah dengan 4. Bantu untuk mendapatkan
atau tanpa bantuan alat alat bantuan aktivitas seperti
5. Status respirasi : pertukaran kursi roda, krek
gas dan ventilasi adekuat. 5. Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
6. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
7. Monitor respon fisik, emosi,
sosial dan spiritual.

19
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Gagal jantung Kongsetif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah
dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan
nutrient dikarenakan adanya kelainan fungsi jantung yang berakibat jantung gagal
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau
kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri
B. SARAN
Diharapkan mahasiswa hendaknya benar – benar memahami konsep dasar Asuhan
Keperawatan Klien Dengan Kegawatdaruratan Sistem Kardiovaskuler, sehingga dapat
menerapkan asuhan keperawatan yang komprehensif pada klien.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, S. D. (2014). Asuhan Keperawatan pada Pasien Efusi pleura dengan Pemberian terapi
Oksigen di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Hidayat, A. A. A. (2012). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Potter, A & Perry, A. G (2007). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan
Pratik, edisi 4, volume 2. Jakarta : EGC Ardiansyah. (2012). Medikal Bedah. Jogjakarta :
DIVA press.
Arini, (2015). Studi Penggunaan Obat Pada Pasien Gagal Jantung yang Rawat Inap di RSUD.
DR. Soetomo. Surabaya.http://repository.wima.ac.id Diakses 14 Oktober 2015 jam 14:00
wita.
Austaryani, N. P. (2012). Asuhan Keperawatan pada Pasien Congestive Heart Failure (CHF) di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Baradero, M. et al (2008). Seri Asuhan Keperawatan klien Gangguan Kardiovaskular. Jakarta :
EGC.
Brunner & Suddarth, (2005). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Carpenito, L.J (2007). Buku Saku Diagnose Keperawatan. Jakarta : EGC Corwin, E. J. (2009).
Buku Saku Patofisiologi. Alih Bahasa Nike Budhi Subekti, Edisi Revisi 3. Jakarta : EGC.
Dewi, I. N. (2012). Asuhan Keperawatan pada Pasien Congestive Heart Faiure (CHF) Di RSUD
dr. Prijonegoro Sragen.
Doenges, E. M. (2010). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC. Notoatmodjo, S. (2011).
Metodologi Penelitian Kesehatan : 202. Yogyakarta : Med Action.
Nursalam (2011). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik Edisi 1. Jakarta :
Salemba Medika. Muttaqin, A. & Sari, K. (2012). Asuhan Keperawatan Gangguan
Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika.
Pranoto, A. F. (2015). Asuhan Keperawatan pada Pasien Congestive Heart Failure (CHF) di
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
Banyumas. Prijo, S. (2010). Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran. Jakarta : Perpustakaan
DEPKES Riset Kesehatan Dasar, (2013), dalam online http://www.litbang.depkes.go.id
diakses tanggal 16 2015.

Anda mungkin juga menyukai