Anda di halaman 1dari 50

Referat

CARSINOMA MAMMAE

Oleh :
Ananda Sekarni Fauzia
1102014021

Pembimbing :

dr. Kesuma Mulya, sp.Rad

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI

RSUD CILEGON

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

JULI 2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum.

Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW, dan para sahabat serta pengikutnya hingga akhir zaman. Karena atas rahmat

dan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan presentasi kasus penyakit dalam ini dengan judul

“CARSINOMA MAMMAE” sebagai salah satu persyaratan mengikuti ujian kepaniteraan klinik

di bagian Ilmu Radiologi RSUD Cilegon. Berbagai kendala yang telah dihadapi penulis hingga

referat ini selesai tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Atas bantuan yang

telah diberikan, baik moril maupun materil, maka selanjutnya penulis ingin menyampaikan

penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus kepada seluruh pihak yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan presentasi kasus ini.

Cilegon, Juli 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... 2


DAFTAR ISI................................................................................................... 3
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 5


2.1 Definisi ........................................................................................... 5
2.2 Anatomi dan Fisiologi.................................................................... 5
2.3 Etiologi (Faktor Risiko) ................................................................. 10
2.4 Diagnostik Keganasan pada Payudara ........................................... 12
2.5 Gambaran Radiologis Tumor pada Payudara ................................ 25
2.6 Staging Tumor ............................................................................... 34
2.7 Gambaran Metastasis Tumor pada Payudara ................................ 36
2.8 Tatalaksana ................................................................................... 39
2.7 Prognosis ....................................................................................... 42

BAB 3. KESIMPULAN ................................................................... ............. 43


DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

Kanker payudara merupakan kanker tersering yang dijumpai. Berdasarkan data IARC
2002, Kanker payudara menempati urutan pertama dari seluruh kanker pada perempuan
(Incidence Rate 38 per 100.000 pere mpuan). Sedangkan dari Sistem Informasi Rumah Sakit
(SIRS) di Indonesia tahun 2004 diketahui bahwa kanker payudara menempati urutan pertama
pasien rawat inap sebanyak 15,4% dan pasien rawat jalan sebanyak 15,78% (Depkes RI,
2007).
Prevalensi penderita kanker payudara berdasarkan usia, dari rentang usia pasien
kanker payudaraa 21 tahun sampai dengan di atas 50 tahun. Penderita kanker payudara
tertinggi adalah yang memiliki rentang usia 41-50 tahun, diikuti oleh rentang usia >50 tahun,
lalu usia 31-40 tahun, dan yang paling rendah adalah rentang usia 21-30 tahun. Hal ini
mengindikasikan bahwa semakin tinggi usia seseorang maka prevalensi kejadian kanker
payudara juga akan semakin meningkat. Pada pemeriksaan radiologis dalam mendiagnosis
keganasan payudara secara umum dilakukan Mammografi dan Ultra Sonography, namun
sekarang sudah mulai digunakan MRI sebagai sarana yang lebih modern dalam melakukan
diagnosis. Mammografi dilakukan sebagai alat bantu diagnostik utama, terutama pada usia di
atas 30 tahun. Walaupun mamografi sebelumnya normal, jika terdapat keluhan baru, maka
harus dimammografi ulang. Ultra Sonography sangat berguna untuk membedakan lesi solid
dan kistik setelah ditemukan kelainan pada mammografi. Pemeriksaan ini juga dapat
digunakan pada kondisi klinis tertentu, misalnya pada wanita hamil yang mengeluh ada
benjolan di payudara sedangkan hasil mammografi nya tidak jelas walaupun sudah diulang,
dan untuk panduan saat biopsi jarum atau core biopsy. Hasil pemeriksaan Ultra Sonography
maupun mammografi dapat diklasifikasikan menurut panduan The American College of
Radiology yang dikenal sebagai ACR-BIRADS. Pemeriksaan radiologis sedini mungkin
sangat diperlukan dalam menegakkan diagnosis secara lebih cepat dan akurat. Sehingga terapi
yang terbaik dapat segera dilakukan sekaligus meminimalisir resiko yang dapat dihindari.

4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari kelenjar payudara. Termasuk
saluran kelenjar air susu dan jaringan penunjangnya yang tumbuh infiltratif, destruktif, serta
dapat bermetastase.
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh
berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Jika benjolan
kanker tidak terkontrol, sel-sel kanker bias bermestastase pada bagian-bagian tubuh lain.
Metastase bias terjadi pada kelenjar getah bening ketiak ataupun diatas tulang belikat. Seain
itu sel-sel kanker bias bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit.

2.2.a. ANATOMI DAN FISIOLOGI

a. Gambaran umum

5
Mammae dextra dan mammae sinistra berisi glandula mammaria dan terdapat dalam fascia
superficialis dinding thorax ventral. Pada wanita dan pria memiliki sepasang mamma, namun pada
pria glandula mamma tersebut tidak berkembang dan mengalami rudimenter.

Mammae terletak di
bagian anterior dan termasuk
bagian dari lateral thoraks.
Kelenjar susu yang bentuknya bulat
ini terletak di fasia pektoralis.
Mammae melebar ke arah
superior dari iga dua, inferior dari
kartilago kosta enam dan medial dari
sternum serta lateral linea
midaksilanis. Pada bagian
mammae yang paling menonjol
terdapat sebuah papilla,
dikelilingi oleh daerah yang lebih gelap yang disebut areola. Terdapat Langer lines pada kompleks
nipple(papilla)-areola yang melebar ke luar secara sirkumfranse (melingkar). Langer lines ini
signifikan secara klinis kepada ahli bedah dalam menentukan area insisi pada biopsi mammae.
Pada bagian lateral atasnya jaringan kelenjar ini keluar dari lingkarannya ke arah aksila, disebut
penonjolan Spence atau ekor payudara.

Mammae berisi 15-20 lobus glandula mammaria yang tiap lobusnya terdiri dari bebrapa
lobulus. Tiap-tiap lobulus memiliki saluran kearah papilla yang disebut ductus laktiferus. Diantara
kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat
jaringan lemak yang disebut ruang retromamer. Diantara lobulus tersebut ada jaringan ikat yang
disebut ligamentum suspensorium Cooper yang berfungsi sebagai penyangga.

Struktur payudara terdiri atas:

- Parenkim epithelial

- Lemak, pembuluh darah, syaraf dan saluran getah bening

6
- Otot dan fasia

2.2.b. VASKULARISASI DAN PERSYARAFAN

1. Arteri

Payudara mendapat perdarahan dari:

a. Rami intercostales arterioles dari anteria thoracica interna, yaitu salah satu cabang dari
arteri subclavia

b. Arteri thoracica lateralis (a. mamania ekstema) dan arteri thoracoacromialis, yaitu
cabang dari arteri axillanis

c. Arteri intercostales posterior, cabang pars thoracica aortae dalam spatial intercostales I,
II. dan IV

2. Vena

Pada payudara terdapat tiga grup vena:

a. Cabang-cabang perforantes v. mammaria intema

b. Cabang-cabang v. aksilaris

c. Vena-vena kecil yang bermuara pada v. interkostalis

3. Limfe

Penyaluran limfe dan mammae sangat penting peranannya dalam metastase sel kanker.

a. Bagian terbesar disalurkan ke nodi lymphoidei axillares, terutama ke kelompok pectoral,


tetapi ada juga yang disalurkan ke kelompok apical, subskapular, lateral, dan sentral.

Terdapat enam grup kelenjar getah bening axilla:

7
1. Kelenjar getah bening mammaria eksterna, terletak dibawah tepi lateral m.
pectorals mayor, sepanjang tepi medial aksila.

2. Kelenjar getah bening scapula, terletak sepanjang vasa subskapularis dan


thorakodorsalis, mulai dari percabangan v. aksilaris menjadi v. subskapularis
sampai ke tempat masuknya v. thorako-dorsalis ke dalani m. latissimus dorsi.

3. Keleniar getah bening sentral (Central node), terletak dalam jaringan lemak di
pusat ketiak. Kelenjar getah bening ini relatif mudah diraba dan merupakan
kelenjar getah bening yang terbesar dan terbanyak.

4. Kelenlar getah bening interpectoral (Rotter’s node), terletak diantara m.


pektoralis mayor dan minor, sepanjang rami pektoralis v. thorakoakromialis.

5. Kelenjar getah bening v. aksilaris, terletak sepanjang v. aksilaris bagian lateral,


mulai dari white tendon m. lattisimus dorsi sampai ke medial dan percabangan
v. aksilanis — v. thorako-akromalis.

8
6. Kelenjar getah bening subklavikula, mulai dari medial percabangan v. aksilanis
— v. thorako-akromialis sampai dimana v. aksilanis menghilang dibawah
tendon m. subklavius. Kelenjar ini merupakan kelenjar axial yang tertinggi dan
termedial letaknya. Semua getah bening yang berasal dan kelenjar-kelenjar
getah bening aksila masuk ke dalam kelenjar ini.

b. Sisanya disalurkan ke nodi limphoidei infraclaviculares, supraclaviculares, dan


parasternales.

c. Persyarafan

Persarafan kulit mammae diurus oleh cabang pleksus servikalis dan nervus
interkostalis. Jaringan kelenjar mammae sendiri dipersarafi oleh saraf simpatik.

Ada beberapa saraf lagi yang perlu diingat sehubung dengan penyulit paralisis
dan mati rasa pasca bedah, yakni nervus interkostobrakialis, nervus kutaneus brakialis
medialis yang mengurus sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan atas. Pada
diseksi aksila, saraf ini sukar disingkirkan sehingga sering terjadi mati rasa pada daerah
tersebut. 4 syaraf nervus pektoralis yang menginervasi muskulus pektoralis mayor dan
minor, nervus torakodorsalis yang menginervasi muskulus latissimus dorsi, dan nervus
torakalis longus yang menginervasi muskulus serratus anterior sedapat mungkin
dipertahankan pada mastektomi dengan diseksi aksila.

2.2.c. FISIOLOGI

Perkembangan dan fungsi payudara dimulai oleh berbagai hormon. Estrogen diketahui
merangsang perkembangan duktus mamilaris. Progesterone memulai perkembangan lobules-
lobulus payudara juga deferensiasi sel epitel. Prolaktin merangsang laktogenesis.

1. Pubertas terjadi pembesaran payudara yang diakibatkan karena bertambahnya jaringan


kelenjar dan deposit jaringan lemak.

2. Siklus menstruasi pada fase premestruasi akan terjadi pembesaran vascular dan pembesaran
kelenjar, kemudian akan terjadi regresi kelenjar pada fase pasca menstruasi.

9
3. Kehamilan dan laktasi : pada kehamilan tua dan setelah melahirkan, payudara kolostrum
sampai sekitar 3-4 han postpartum, kemudian sekresi susu dimulai sebagai respon terhadap
rangsang penghisapan dan bayi (sucking refleks).

4. Monopouse : Lobulus beinvolusi. Lemak menggantikan

2.3 Etiologi (Faktor risiko)


Etiologi pasti dari kanker payudara masih belum jelas. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa wanita dengan faktor risiko tertentu lebih sering untuk berkembang menjadi kanker
payudara dibandingkan yang tidak memiliki beberapa faktor risiko tersebut. Beberapa faktor risiko
tersebut :
 Umur :
Kemungkinan untuk menjadi kanker payudara semakin meningkat seiring bertambahnya
umur seorang wanita. Angka kejadian kanker payudara rata-rata pada wanita usia 45 tahun ke
atas. Kanker jarang timbul sebelum menopause. Kanker dapat didiagnosis pada wanita
premenopause atau sebelum usia 35 tahun, tetapi kankernya cenderung lebih agresif, derajat
tumor yang lebih tinggi, dan stadiumnya lebih lanjut, sehingga survival rates-nya lebih rendah.

 Riwayat kanker payudara :


Wanita dengan riwayat pernah mempunyai kanker pada satu payudara mempunyai risiko
untuk berkembang menjadi kanker pada payudara yang lainnya.

 Riwayat Keluarga :
Risiko untuk menjadi kanker lebih tinggi pada wanita yang ibunya atau saudara perempuan
kandungnya memiliki kanker payudara. Risiko lebih tinggi jika anggota keluarganya menderita
kanker payudara sebelum usia 40 tahun. Risiko juga meningkat bila terdapat kerabat/saudara
(baik dari keluarga ayah atau ibu) yang menderita kanker payudara.

 Perubahan payudara tertentu :


Beberapa wanita mempunyai sel-sel dari jaringan payudaranya yang terlihat abnormal pada
pemeriksaan mikroskopik. Risiko kanker akan meningkat bila memiliki tipe-tipe sel abnormal
tertentu, seperti atypical hyperplasia dan lobular carcinoma in situ [LCIS].

 Perubahan Genetik :
10
Beberapa perubahan gen-gen tertentu akan meningkatkan risiko terjadinya kanker
payudara, antara lain BRCA1, BRCA2, dan beberapa gen lainnya. BRCA1 and BRCA2
termasuk tumor supresor gen. Secara umum, gen BRCA-1 beruhubungan dengan invasive
ductal carcinoma, poorly differentiated, dan tidak mempunyai reseptor hormon. Sedangkan
BRCA-2 berhubungan dengan invasive ductal carcinoma yang lebih well differentiated dan
mengekspresikan reseptor hormon. Wanita yang memiliki gen BRCA1 dan BRCA2 akan
mempunyai risiko kanker payudara 40-85%. Wanita dengan gen BRCA1 yang abnormal
cenderung untuk berkembang menjadi kanker payudara pada usia yang lebih dini.

 Riwayat reproduksi dan menstruasi :


Meningkatnya paparan estrogen berhubungan dengan peningkatan risiko untuk
berkembangnya kanker payudara, sedangkan berkurangnya paparan justru memberikan efek
protektif. Beberapa faktor yang meningkatkan jumlah siklus menstruasi seperti menarche dini
(sebelum usia 12 tahun), nuliparitas, dan menopause yang terlambat (di atas 55 tahun)
berhubungan juga dengan peningkatan risiko kanker. Diferensiasi akhir dari epitel payudara
yang terjadi pada akhir kehamilan akan memberi efek protektif, sehingga semakin tua umur
seorang wanita melahirkan anak pertamanya, risiko kanker meningkat. Wanita yang
mendapatkan menopausal hormone therapy memakai estrogen, atau mengkonsumsi estrogen
ditambah progestin setelah menopause juga meningkatkan risiko kanker.

 Ras :
Kanker payudara lebih sering terdiagnosis pada wanita kulit putih, dibandingkan wanita
Latin Amerika, Asia, or Afrika. Insidensi lebih tinggi pada wanita yang tinggal di daerah
industrialisasi.

 Wanita yang mendapat terapi radiasi pada daerah dada :


Wanita yang mendapat terapi radiasi di daerah dada (termasuk payudara) sebelum usia 30
tahun, risiko untuk berkembangnya kanker payudara akan meningkat di kemudian hari.

 Kepadatan jaringan payudara :


Jaringan payudara dapat padat ataupun berlemak. Wanita yang pemeriksaan
mammogramnya menunjukkan jaringan payudara yang lebih padat, risiko untuk menjadi
kanker payudaranya meningkat.
11
 Riwayat pemakaian kontrasepsi
Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara, yang tergantung pada
usia, lamanya pemakaian dan faktor lainnya. Belum diketahui berapa lama efek pil akan tetap ada
setelah pemakaian pil dihentikan. Terapi sulih estrogen yang dijalani selama lebih dari 5 tahun
tampaknya juga sedikit meningkatkan resiko kanker payudara dan resikonya meningkat jika
pemakaiannya lebih lama.
 Overweight atau Obese setelah menopause:
Kemungkinan untuk mendapatkan kanker payudara setelah menopause meningkat pada
wanita yang overweight atau obese, karena sumber estrogen utama pada wanita postmenopause
berasal dari konversi androstenedione menjadi estrone yang berasal dari jaringan lemak,
dengan kata lain obesitas berhubungan dengan peningkatan paparan estrogen jangka panjang.

 Kurangnya aktivitas fisik :


Wanita yang aktivitas fisik sepanjang hidupnya kurang, risiko untuk menjadi kanker
payudara meningkat. Dengan aktivitas fisik akan membantu mengurangi peningkatan berat
badan dan obesitas.

 Diet :
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita yang sering minum alkohol mempunyai
risiko kanker payudara yang lebih besar. Karena alkohol akan meningkatkan kadar estriol
serum. Sering mengkonsumsi banyak makan berlemak dalam jangka panjang akan
meningkatkan kadar estrogen serum, sehingga akan meningkatkan risiko kanker.

2.4 Diagnostik Keganasan pada Payudara

1. Klinis
Dalam melakukan diagnosis secara klinis, secara umum 2 hal yang harus dilakukan ialah
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Dalam anamnesis, yang harus ditanyakan kepada pasien adalah
letak benjolan, onset, dan kecepatan tumbuhnya. Selain itu, perlu juga ditanya berbagai gejala
penyerta, seperti ada tidaknya nyeri, jenis dan jumlah cairan yang keluar dari puting, perubahan

12
bentuk dan besar payudara, hubungannya dengan haid, perubahan pada kulit, dan retraksi puting
susu. Selain itu, perlu ditanyakan beberapa Faktor risiko antara lain :
- riwayat keluarga yang terkena kanker payudara dan atau kanker ovarium
- riwayat obstetri dan ginekologi
- terapi hormonal (termasuk kontrasepsi hormonal)
- riwayat operasi/aspirasi benjolan di payudara sebelumnya
Pemeriksaan fisik payudara paling baik dilakukan 1 minggu setelah haid. Massa harus bisa
teraba secara 3 dimensi, batasnya jelas, konsistensinya berbeda dengan sekitar, dan tidak
dipengaruhi oleh siklus haid. Pemeriksaan boleh diulang sebelum dan 1 minggu setelah haid.
Dicurigai ganas apabila: konsistensi kenyal-keras, batas tidak tegas, terfiksasi ke jaringan
sekitarnya, terdapat retraksi kulit dan atau putih susu, ditemukan luka, atau cairan sero-sanguinus
dari puting susu. Perlu juga untuk dibandingkan dengan payudara sisi lainnya.

2. Radiologis
Pada pemeriksaan radiologis dalam mendiagnosis keganasan payudara secara umum
dilakukan Mammografi dan Ultra Sonography, namun sekarang sudah mulai digunakan MRI
sebagai sarana yang lebih modern dalam melakukan diagnosis. Pemeriksaan Mammografi
dilakukan apabila terdapat satu atau lebih keadaan berikut, benjolan pada payudara, rasa tidak
nyaman pada payudara terus menerus, pengeluaran cairan abnormal dari putting, kelainan kulit
payudara, perbesaran kelenjar axilla, dan penderita dengan “cancer phobia”. Mammografi
sebaiknya dilakukan sebagai alat bantu diagnostik utama, terutama pada usia di atas 30 tahun.
Walaupun mamografi sebelumnya normal, jika terdapat keluhan baru, maka harus dimamografi
ulang. Pada mamografi, lesi yang mencurigakan ganas menunjukkan salah satu atau beberapa
gambaran sebagai berikut: lesi asimetris, kalsifikasi pleomorfik, tepi ireguler atau ber-spikula,
terdapat peningkatan densitas dibandingkan sekitarnya, Pencitrakan mammografi dapat dilakukan
dari berbagai sudut. Pencitraan medio-lateral-oblique (MLO) adalah pencitraan yang paling
penting dan paling umum diambil dan juga pencitraan cranio-Caudal (CC).

13
Gambar 2.1 Metode pengambilan gambar pada Mammografi

Gambar diatas menunjukkan 2 cara pengambilan gambar Mammografi yang umum dilakukan,
yakni pengambilan MLO dan pengambilan CC dari masing-masing payudara.

Gambar 2.2 Langkah memposisikan pasien dalam Mammografi MLO

Gambar diatas menunjukkan Langkah-langkah dalammemposisikan pasien untuk tampilan


Mammografi MLO. Gambar A menjelaskan Radiografer menentukan sudut kemiringan dari otot
pectoralis major dengan mengangkat payudara medial dan memutar film sesuai sudut yang
diinginkan. Gambar B menjelaskan radiografer memutar “Bucky” ke sudut 35o-60o dari otot
pectoralis major. Payudara 11 ditempatkan di atas “Bucky” dengan lengan tersampir di belakang
film. Radiografer mempertahankan payudara dalam posisinya sambil menggerakkan perangkat
kompresi untuk menekan payudara. Gambar C menunjukkan Lipatan dibawah payudara terbuka,

14
dan payudara terangkat sejalan pergerakkan perangkat kompresi. D: posisi akhir menunjukkan
seluruh payudara dan ketiak bawah terletak di lapang pandang.
Memposisikan pasien untuk tampilan CC. (A) Radiografermenggunakan kedua tangan
untuk menarik payudara ke kearah ujung film,dan film dinaikkan ke posisi lipatan dibawah
payudara. (B) Pada posisi akhir, payudara ditarik lurus ke depan, dan bagian medial payudara
sebelahnya menutupi sebagian film. Hasil gambaran mammografi payudara tergantung pada
jumlah jaringan lemak dan kelenjar yang terdapat pada payudara. Payudara wanita muda
mengandung lebih banyak jaringan kelenjar sehingga lebih terlihat densitas jaringan lunak. Pada
wanita yang lebih tua, telah terjadi involusi dari kelenjar jaringan, sebagian besar jaringan
payudara akan terlihat 12 seperti densitas lemak. Selama involusi, ada campuran antara densitas
jaringan lunak dan densitas jaringan lemak. Struktur yang terlihat pada mammogram termasuk
puting dan kulit, pembuluh darah, duktus, ligamen suspensorium dan kelenjar limfatik.
Dalam pemeriksaan mammografi, 3 hal utama yang harus dilaporkan adalah

Densitas Payudara berdasarkan ACR-BIRADS, Lesi ataupun Massa yang

ditemukan, serta Kalsifikasi.

A. Densitas Payudara

Untuk pelaporan densitas payudara didasarkan pada system ACR- BIRADS

 ACR-BIRADS 1 : Almost entirely fat (< 25% glandular)

15
 ACR-BIRADS 2 : Scattered fibroglandular density (25% - 50% glandular)

Mammografi ACR-BIRADS 2

 ACR-BIRADS 3 : Heterogeneously dense ( 50% – 75% glandular)

Mammografi ACR-BIRADS 3

16
 BI-RADS 4 : Extremely dense ( > 75% dense)

Mammografi ACR-BIRADS 4

B. Lesi atau Massa

Terdapat 6 indikator penting diperhatikan setiap ditemukannya Massa pada

pemeriksaan Mammografi. Yaitu, Lokasi, Ukuran. Bentuk, Tepi, Densitas, dan

Pengaruh terhadap jaringan sekitar.

Lokasi tumor merupakan salah satu hal yang penting pada pemeriksaan

tumor payudara. Karena, kanker payudara biasanya tumbuh pada zona perifer dari

parenkim payudara. Jadi jika lokasi massa berada didalam dan lebih ke tepi maka

perlu dicurigai bahwa ada kemungkinan keganasan,

Ukuran tumor dapat digunakan sebagai acuan progresifitas pertumbuhan

tumor, apabila pertumbuhannya berlangsung cepat maka perlu dicurigai adanya

keganasan.

Bentukan tumor juga diperlukan dalam menegakkan diagnosis.

Berikut tabel yang mengklasifikasikan bentuk tumor.

17
Gambaran Bentuk Gambaran Pada Mammografi

Macam Macam Jenis Bentuk Khas Massa pada Payudara

Sedangkan berikut ini adalah Tabel yang digunakan untuk

membedakan bentuk tepi massa pada payudara

Gambaran Tepi Gambaran Pada Mammografi

18
Macam Macam Jenis Tepi Khas Massa pada Payudara

Densitas tumor juga diperlukan dalam mendiagnosis tumor payudara.

Secara umum, kanker payudara biasanya tampak lebih dense (putih) dibandingkan

parenkim payudara sekitarnya yang normal .

Pengaruh terhadap jaringan sekitar yang biasanya terjadi adalah duktus yang

melebar, perubahan kulit, penebalan kulit, abnormalitas putting atau areola, dan lain

lain.

C. Kalsifikasi

Gambaran Kalsifikasi pada Mammae dibagi menjadi 2 jenis, yakni

berdasarkan distribusinya dan berdasarkan bentukannya. Berikut adalah tabel

pembagian kalsifikasi pada mammae berdasarkan distribusi terjadinya

19
DIFFUSE REGIONAL

CLUSTERED

SEGMENTAL
LINEAR

Tabel Kalsifikasi berdasarkan Distribusi pada Tumor Payudara

Pembagian Kalsifikasi berdasarkan bentukannya dapat dilihat table dibawah ini.

BENIGN
SKIN DEPOSITS PUNCTATE

VASCULAR CALCIFICATION LUCENT CENTERED

20
POPCORN LIKE LARGE DYSTROPHIC

LARGE ROD LIKE


KNOT AND CURVELINER

INTERMEDIATE
AMORPHOUS COARSE HETEROGENEOUS

MALIGNANCY
FINE PLEOMORPHIC FINE LINIER BRANCHING

Tabel Kalsifikasi Berdasarkan Bentuk pada Tumor Payudara

Kedua Tabel diatas dapat digunaakan sebagai salah satu petunjuk dalam

menentukan kategori tumor pada payudara termasuk kategori jinak, mencurigakan,

ataupun ganas .

21
Dalam menegakkan diagnosis terhadap tumor pada payudara, dokter harus

melakukan pendekatan diagnosis dengan menggunakan alur pemeriksaan yang

terstruktur yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Alur Pendekatan Diagnosis Benjolan Payudara Berdasarkan Usia

Ultra Sonography sangat berguna untuk membedakan lesi solid dan kistik

setelah ditemukan kelainan pada mamografi. Pemeriksaan ini

22
juga dapat digunakan pada kondisi klinis tertentu, misalnya pada wanita hamil yang

mengeluh ada benjolan di payudara sedangkan hasil mamografi nya tidak jelas

walaupun sudah diulang, dan untuk panduan saat biopsi jarum atau core biopsy.

Berikut adalah contoh gambaran Ultra Sonography payudara yang normal.

Gambaran Normal Ultra Sonography Payudara : 1 = Kulit; 2 = Lemak Subkutan; 3 = Jaringan


Kelenjar; 4 = Lemak Retromammaria; 5 = Otot Pectoralis; 6 = Tulang Rusuk

Apabila terdapat sebuah massa dari pemeriksaan Ultra Sonography, maka perlu

dibedakan jenis massa tersebut merupakan massa ganas atau jinak. Berikut tabel yang dapat

digunakan untuk membedakan kategori massa yang terdapat di Payudara dengan

menggunakan Ultra Sonography.

20
Differences Benign Malignant

Oval/ellipsoid Variable

Shape

Wider than deep; aligned Deeper than wide


parallel to tissue planes

Alignment

Smooth/thin echogenic Irregular or spiculated; echogenic 'halo'


pseudocapsule with 2-3 gentle
lobulations

Margins

Variable to intense
Echotexture Low-level Marked hypoechogenicity
hyperechogenicity
Uniform Non-uniform

Homogeneity of
internal echoes

Lateral
Present Absent
shadowing

21
Attenuation with obscured posterior
margin
Minimum attenuation/posterior
enhancement

Posterior effect

Calcification

Other signs No Other Signs

Microlobulation

Intraductal extension

Infiltration across tissue planes and


increased echogenicity of surrounding
fat

Tabel Pembanding Tumor Ganas dan Jinak Payudara dengan Ultra Sonography

3.1.2. Patologi Anatomi

Pemeriksaan Patologi Anatomi merupakan pemeriksaan yang digunakan untuk

menentukan secara pasti diagnosis tumor pada payudara. Pemeriksaan yang biasa dilakukan

yakni adalah FNAB maupun Biopsi. Berikut adalah salah satu hasil pemeriksaan hapusan

patologi anatomi yang normal.

22
(Histology New York University, 2004)

Penampang Normal Hapusan Histologis Payudara Wanita belum pernah hamil

Dapat diperhatikan pada gambar bahwa semua jaringan dan

sel payudara masih dalam ukuran yang normal

3.2. Screening Keganasan Payudara

3.2.1. Faktor resiko

 Tidak memiliki anak atau hami pertama di usia tua (>35 tahun)

 Menggunakan terapi hormon setelah menopouse

 Tidak menyusui anak

 Alkoholik

 Obesitas

 Kurangnya aktifitas/olahraga

3.2.2. Tanda-tanda

 Bengkak pada seluruh atau sebagian payudara

 Kulit iritasi

 Payudara terasa nyeri

 Puting susu nyeri atau puting melesak ke dalam

23
 Kulit pada payudara atau puting susu berwarna kemerahan,

kulit bersisik, atau menebal (seperti kulit jeruk)

 Keluarnya cairan/darah dari puting (selain ASI)

3.2.3. Pemeriksaan Dini

a. SADARI (Periksa Payudara Sendiri)

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), dianggap sebagai cara

termudah, termurah, aman, dan sederhana dalam deteksi dini kanker

payudara (De Jong, 2005). SARARI sangat penting dianjurkan kepada

masyarakat karena hampir 86% benjolan di payudara ditemukan oleh

penderita sendiri. American cancer Society dalam proyek skrining kanker

payudara menganjurkan hal berikut pada wanita walaupun tidak dijumpai

keluhan apapun:

- Wanita >20 tahun melakukan SARARI tiap tiga bulan

- Wanita >35 tahun – 40 tahun melakukan mammografi + SARARI

- Wanita >40 tahun melakukan check up pada dokter ahli + SARARI

- Wanita >50 tahun check up rutin/mammografi setiap tahun +

SARARI

- Wanita yang mempunyai faktor resiko tinggi (misalnya

keluarga ada yang menderita kanker) pemeriksaan ke dokter

lebih rutin dan lebih sering.

SARARI dilakukan pada 3 hari setelah menstruasi atau 7-10

hari dari menstruasi, ketika payudara kemungkinan besar sudah

tidak terasa membesar dan sakit. Untuk wanita yang sudah

24
menopouse pilih hari yang mudah diingat.

b. Pemeriksaan klinis payudara

- Pemeriksaan Penyinaran : Ultra Sonography

- Pemeriksaan Konfirmasi : Sitologi (FNA atau aspirasi) dan patologi

(Biopsi atau specimen operasi).

Komponen evaluasi klinik dari kanker payudara pada pemeriksaan

fisik antara lain:

- Massa payudara

1. Ukuran

2. Lokasi

3. Konsistensi

4. Fiksasi terhadap kulit, otot pektoralis, dinding dada

- Perubahan Kulit

1. Erythema

2. Edema

3. Lekukan

2.5 GAMBARAN RADIOLOGI TUMOR GANAS PADA PAYUDARA

1. Ductal Carcinoma

1.1 Ductal Carcinoma Insitu (DCIS)

Karsinoma intraductal adalah proliferasi neoplastiken Ductal Carcinoma

insitu (DCIS) sel epitel duktus yang terbatas di dalam membran basalis. Ductal

Carcinoma Insitu (DCIS) murni tidak bermetastasis, namun umumnya

berhubungan dengan karsinoma duktus infiltrat. Ductal Carcinoma Insitu (DCIS)

25
sering multifokal dan bilateral pada 15-20% kasus. Insiden Ductal Carcinoma

Insitu (DCIS) ditemukan pada dekade kedua, 5% ditemukan sebelum dilakukan

mammografi dan 15-30% kasus dapat dilakukan setelah skrining mammografi

dengan gambaran kalsifikasi.

Mammografi penderita DCIS (fig.A) (fig.B) ; Ultra Sonography penderita DCIS (fig.C)

26
1.2 Ductal Carcinoma Invasif

Merupakan jenis yang paling sering ditemukan dan mencapai 80% dari

kanker payudara. Kebanyakan tumor berkembang dari sel-sel epitel yang terdapat

pada permukaan ductus.

Secara makroskopik tumor berupa massa infiltratif berwarna putih keabuan

yang teraba keras seperti batu dan berpasir. Gurat kapur putih kekuningan

merupakan ciri khas karsinoma ini dan dapat terjadi akibat deposit jaringan elastik

(elastosis) di sekitar duktus di daerah yang terkena. Fibrosis dapat luas

(desmoplasis) dan menghasilkan suatu karsinoma tipe keras (scirrhous).

Ultra Sonography penderita Ca Duktal Invasif (fig.A); Bilateral craniocaudal mammografi


(fig.B)

1.3 Ductal Carcinoma Multifokal Invasif

Secara umum sangat mirip dengan jenis Ductal Carcinoma Invasif, namun

memiliki jumlah nodul atau tumor yang lebih dari satu. Namun gambaran bentuk

dan tepi benjolan ini dari sisi radiologis sama dengan Ductal Carcinoma Invasif.

27
Right Craniocaudal mammogram (A) ; Ultra Sonography of the right breast (B)

2. Tubular Carcinoma

Tubular Carcinoma adalah keganasan yang secara histologis berdiferensiasi

baik, merupakan subtipe dari varian Invasif Ductal Carcinoma dan menyumbang 1-

10% dari semua kanker payudara. Kanker ini memiliki prognosis yang baik dan

jarang bermetastasis. Secara histologis, Tubular Carcinoma terdiri dari bulatan

kecil atau tubulus oval duktal epitel yang menyusup stroma dalam pola yang tidak

beraturan. lumen tubulus memiliki karakteristik yang terbuka dan sering

menunjukkan angulasi. tubulus dilapisi oleh selapis sel epitel ganas yang dapat

langsung masuk ke stroma terdekat tanpa terlindungi sel mioepitel.

Sebagian besar karsinoma telah terdeteksi sebagai massa yang kecil tak beraturan

dengan kepadatan sentral dan berbatas bertanduk pada skrining mamografi. Batas

yang berbentuk tanduk tersebut lebih panjang dari diameter lesi sentral, sebuah

tanda yang mungkin bisa diperhatikan adalah Radial Scar yang terlihat pada 53%

dari Tubular Carcinoma. Mikrokalsifikasi merupakan tanda yang jarang dari Tubular

Carcinoma pada mammogram.

28
(Muttarak, 2002)

Gambar 4.4

Mammografi Left CC (A) dan MLO (B) pada Penderita Tubular Carcinoma

Pada Ultra Sonography, Tubular Carcinoma tampak sebagai massa

hypoechoic dengan batas yang tidak jelas dan tampak posterior Acoustic Shadow.

Gambaran Ultra Sonography Tubular Carcinoma sulit dibedakan dari Ductal

Carcinoma Invasif, Radial Scar dan sclerosing adenosis, sehingga perlu dilakukan

biopsy.

Gambaran Histopatologis menujukkan Kelenjar yang Besarnya Bervariasi yang Memasuki


Stroma Secara Tidak Beraturan

29
3. Invasif Lobular Carcinoma

Hasil penampakan Invasif Lobular Carcinoma pada mamografi biasanya

sangat halus dan sering tidak tampak massnya fokal maupun mikrokalsifikasi

berkerombol, khususnya pada parenkim padat. 16% dari Invasif Lobular Carcinoma

munjukkan penampakan mammografi yang tersembunyi (Muttarak, 2002).

Invasif Lobular Carcinoma lebih sering terlihat pada posisi craniocaudal

(CC), dibandingkan dengan Medio-Lateral-Oblique (MLO). Sensitivitas

mamografi untuk mendeteksi Invasif Lobular Carcinoma dilaporkan berkisar

antara 57 -. 81%. Karena keterbatasan mamografi dalam mendeteksi ILC, modalitas

lain, seperti Ultra Sonography dan MRI diperlukan dalam mengevaluasi temuan

klinis mencurigakan.

Mammografi posisi CC (A) dan MLO (B) pada Penderita Lobular Carcinoma

4. Medulary Carcinoma

Medulary Carcinoma adalah subtipe langka tumor ganas payudara invasif

tetapi telah dilaporkan memiliki prognosis yang baik. Tumor ini menyumbang 5-7%

dari semua kanker payudara, Tumor ini terjadi paling

30
sering pada wanita berusia akhir 40-an dan awal 50-an. Hal ini juga lebih sering

terjadi pada wanita yang memiliki mutasi BRCA1.

Mammografi Penderita Medulary Carcinoma

Secara radiologi, sulit untuk mendiagnosa Medulary Carcinoma dan

mungkin terlewatkan saat melakukan pencitraan karena sangat mirip dengan lesi

jinak misalnya fibroadenoma pada mammografi konvensional dan ultrasonografi.

Ultra Sonography Penderita Medulary Carcinoma

31
Pada Gambar diatas, Ultra Sonography pemeriksaan payudara kanan

menunjukkan massa hypoechoic dengan batas halus sesuai. Pencitraan Doppler

Berwarna menunjukkan adanya beberapa vaskularisasi internal. Atas dasar ciri-ciri

morfologi, lesi dikategorikan sebagai temuan yang mencurigakan BI-RADS 4

(Rashid, 2009).

5. Mucinus Carcinoma (Colloid Carcinoma)

Merupakan jenis kanker payudara dengan angka kesembuhan paling tinggi.

Perubahan yang terjadi pada produksi mucus dan gambaran sel yang sulit ditentukan.

Secara makroskopik konsistensi tumor sangat lunak seperti gelatin dan berwarna

pucat biru keabuan. Sel tumor tampak berkelompok dan memiliki pulau-pulau sel

yang kecil dalam sel musin yang besar yan mendorong ke stroma terdekat.

Gambar 4.9

Right craniocaudal mammogram (A) ; Ultra Sonography of the mass (B)

6. Phyllodes Tumor

Tumor Phyllodes merupakan tipe tumor payudara yang sangat jarang terjadi. Tumor

ini dapat bersifat jinak (harmless), namun juga bisa ganas (cancerous). Tipe tumor ini

disebut “sarcoma” karena lebih sering muncul pada jaringan konektif (stroma)

32
dibandingkan jaringan epilithial (saluran dan kantong susu) payudara. Tumor phyllodes akan

dirasakan sebagai satu benjolan yang kenyal, dengan sisi permukaan halus di dalam jaringan

payudara. Kulit payudara di atas tumor tersebut dapat berwarna kemerahandan hangat saat

disentuh .

Pada hasil mammogram, tumor phylodes akan terlihat batas-batasnya dengan jelas.

Baik dengan mammogram maupun Ultra Sonography payudara, keduanya menghasilkan

citra yang sangat jelas batas-batas tumornya. Pada hasil pemeriksaan mammografi akan

tampak gambaran sebuah bentukan massa dengan macro kalsifikasi di tengah-tengah

payudara.

Left mediolateral oblique mammogram (A) ; Ultra Sonography of the mass (B) ; malignant
phylloides tumor left mediolateral oblique mammogram (C)

33
2.6 STAGING TUMOR

1. Staging TNM

Pentahapan Ca Mammae mencakup mengklasifikasikan kanker

payudara berdasarkan pada keluasan penyakit. Pentahapan segala bentuk

kanker sangat penting karena hal ini dapat membantu tim medis untuk

merekomendasikan pengobatan terbaik yang dapat dilakukan, memberikan

prognosis, dan beberapa pemeriksaan darah dan prosedur diagnostik

dilakukan dalam pentahapan penyakit. Pemeriksaan dan prosedur ini

mencakup foto thorax, pemindaian tulang, dan fungsi hepar. Pentahapan

klinik yang paling banyak digunakan untuk kanker payudara adalah sistem

klasifikasi TNM yang mengevaluasi ukuran tumor, jumlah nodus limfe

yang terkena, dan bukti adanya metastasis yang jauh.

Tumor Primer (T):


2.6.a Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan
2.6.b T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer
2.6.c Tis : Kanker in situ, paget dis pada papilla tanpa teraba tumor
2.6.d T1 : Tumor < >
2.6.d.1 T1a : Tumor < >
2.6.d.2 T1b : Tumor 0,5 – 1 cm
2.6.d.3 T1c : Tumor 1 – 2 cm
2.6.e T2 : Tumor 2 – 5 cm
2.6.f T3 : Tumor > 5 cm
2.6.g T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding
thorax atau kulit.
2.6.g.1 T4a : Melekat pada dinding dada
2.6.g.2 T4b : Edema kulit, ulkus, peau d’orange
2.6.g.3 T4c : T4a dan T4b
2.6.g.4 T4d : Mastitis karsinomatosis

Nodus Limfe Regional (N):


1. Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan
2. N0 : Tidak teraba kelenjar axilla
34
3. N1 : Teraba pembesaran kelenjar axilla homolateral yang tidak melekat
4. N2 : Teraba pembesaran kelenjar axilla homolateral yang melekat sat
ssama lain atau melekat pada jaringan sekitarnya
5. N3 : Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral

Metastase Jauh (M):


1. Mx : Metastase jauh tidak dapat ditentukan
2. M0 : Tidak ada metastase jauh
3. M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula (Setiono,
2014).

STADIUM KLINIS KANKER PAYUDARA


STADIUM T N M
0 Tis N0 M0
I T1 N0 M0
T0 N1 M0
IIA T1 N1 M0
T2 N0 M0
T2 N1 M0
IIB
T3 N2 M0
T0 N2 M0
T1 N2 M0
IIIA
T2 N2 M0
T3 N1, N2 M0
T4 Semua N M0
IIIB
Semua T N3 M0
IV Semua T Semua N M1

2.7 Staging BIRADS

BI-RADS (Final Assessment Categories)

0 : Incomplete  need for additional

imaging 1 : Negative

2 : Typically benign

3 : Probably benign  short interval follow up

4 : Suspicious abnormality  biopsy should be considered


4a : low probability
4b : intermediate
probability 4c : moderate
probability
35
5 : Highly suggestive of malignancy

6 : Histologically proven malignancy (Afifi, 2014)

Kategori Diagnosis Jumlah Kriteria


0 Tidak lengkap Mammogram Anda atau USG tidak
memberikan informasi radiologi cukup untuk
membuat diagnosis yang jelas; tindak lanjut
pencitraan diperlukan
1 Negatif Tidak ada yang mengomentari; skrining rutin
Direkomendasikan
2 Jinak Temuan jinak yang pasti; skrining rutin
Direkomendasikan
3 Mungkin jinak Temuan yang memiliki probabilitas tinggi
jinak (>98%); enam bulan interval pendek
tindak lanjut
4 Abnormalitas Tidak karakteristik kanker payudara,
mencurigakan tetapikemungkinan wajar menjadi ganas (3
sampai 94%); biopsi harus dipertimbangkan
5 Sangat mencurigakan Lesi yang memiliki probabilitas tinggi ganas
dari keganasan (> = 95%); mengambil tindakan yang tepat
6 Biopsi dikenal Lesi dikenal ganas yang sedang dicitrakan
keganasan terbukti sebelum pengobatan definitif; meyakinkan
bahwa pengobatan selesai

2.7 Gambaran Metastastasis Tumor Ganas pada Payudara

Komplikasi utama dari kanker payudara adalah metastase jaringan sekitarnya dan

juga melalui saluran limfe dan pembuluh darah ke organ-organ lain. Tempat yang sering

untuk metastase jauh adalah paru-paru, pleura, tulang dan hati. Metastase ke tulang

kemungkinan mengakibatkan fraktur patologis, nyeri kronik dan hipercalsemia. Metastase

ke paru-paru akan mengalami gangguan ventilasi pada paru-paru dan metastase ke otak

mengalami gangguan persepsi sensori.

36
(Afifi, 2014)

Gambar 6.1

Lokasi Tersering Metastasis Kanker Payudara

37
GAMBARAN METASTASIS KANKER PAYUDARA
BONE (58%) LUNG AND PLEURA (26%)

LYMPHONODES (16%) BRAIN (RARE)

LIVER (RARE)
PANCREAS (RARE)

Gambaran Metastasis Kanker Payudara

jaringan konektif (stroma) dibandingkan jaringan epilithial (saluran dan kantong susu) payudara.

Tumor phyllodes akan dirasakan sebagai satu benjolan yang kenyal, dengan sisi permukaan halus di

dalam jaringan payudara. Kulit payudara di atas tumor tersebut dapat berwarna kemerahandan hangat

saat disentuh.

Pada hasil mammogram, tumor phylodes akan terlihat batas-batasnya dengan jelas. Baik

dengan mammogram maupun Ultra Sonography payudara, keduanya menghasilkan citra yang sangat

jelas batas-batas tumornya. Pada hasil pemeriksaan mammografi akan tampak gambaran sebuah
38
bentukan massa dengan macro kalsifikasi di tengah-tengah payudara (Muttarak, 2002).
Left mediolateral oblique mammogram (A) ; Ultra Sonography of the mass (B) ; malignant
phylloides tumor left mediolateral oblique mammogram (C)

2.8 Penatalaksanaan
Terapi dapat bersifat kuratif atau paliatif. Terapi kuratif dianjurkan untuk stadium I, II,
dan III. Pasien dengan tumor lokal lanjut (T3,T4) dan bahkan inflammatory carcinoma
mungkin dapat disembuhkan dengan terapi multimodalitas, tetapi kebanyakan hanya bersifat
paliatif. Terapi paliatif diberikan pada pasien dengan stadium IV dan untuk pasien dengan
metastasis jauh atau untuk karsinoma lokal yang tidak dapat direseksi.

A. Terapi secara pembedahan

1. Mastektomi partial (breast conservation)


Tindakan konservatif terhadap jaringan payudara terdiri dari reseksi tumor primer
hingga batas jaringan payudara normal, radioterapi dan pemeriksaan status KGB (kelenjar
getah bening) aksilla.Reseksi tumor payudara primer disebut juga sebagai reseksi segmental,
lumpectomy, mastektomi partial dan tylectomy.Tindakan konservatif, saat ini merupakan
terapi standar untuk wanita dengan karsinoma mammae invasif stadium I atau II.Wanita
dengan DCIS hanya memerlukan reseksi tumor primer dan radioterapi adjuvan.Ketika
lumpectomy dilakukan, insisi dengan garis lengkung konsentrik pada nipple-areola complex
dibuat pada kulit diatas karsinoma mammae.Jaringan karsinoma

39
diangkat dengan diliputi oleh jaringan mammae normal yang adekuat sejauh 2 mm dari tepi
yang bebas dari jaringan tumor.Dilakukan juga permintaan atas status reseptor hormonal
dan ekspresi HER-2/neu kepada patologis.
Setelah penutupan luka payudara, dilakukan diseksi KGB aksilla ipsilateral untuk
penentuan stadium dan mengetahui penyebaran regional.Saat ini, sentinel node biopsy
merupakan prosedur staging yang dipilih pada aksilla yang tidak ditemukan adanya
pembesaran KGB. Ketika sentinel node biopsy menunjukkan hasil negatif, diseksi KGB
akilla tidak dilakukan.

2. Modified Radical Mastectomy


Modified radical mastectomy mempertahankan baik M. pectoralis mayor and M.
pectoralis minor, dengan pengangkatan KGB aksilla level I dan II tetapi tidak level III.
Modifikasi Patey mengangkat M. pectoralis minor dan diseksi KGB axilla level III. Batasan
anatomis pada Modified radical mastectomy adalah batas anterior M. latissimus dorsi pada
bagian lateral, garis tengah sternum pada bagian medial, bagian inferiornya 2-3 cm dari
lipatan infra-mammae dan bagian superiornya m. subcalvia.
Seroma dibawah kulit dan di aksilla merupakan komplikasi tersering dari mastektomi
dan diseksi KGB aksilla, sekitar 30% dari semua kasus. Pemasangan closed-system suction
drainage mengurangi insidensi dari komplikasi ini. Kateter dipertahankan hingga cairan
drainage kurang dari 30 ml/hari. Infeksi luka jarang terjadi setelah mastektomi dan
kebanyakan terjadi sekunder terhadap nekrosis skin-flap. Pendarahan sedang dan hebat
jarang terjadi setelah mastektomi dan sebaiknya dilakukan eksplorasi dini luka untuk
mengontrol pendarahan dan memasang ulang closed-system suction drainage. Insidensi
lymphedema fungsional setelah modified radical mastectomy sekitar 10%. Diseksi KGB
aksilla ekstensif, terapi radiasi, adanya KGB patologis dan obesitas merupakan faktor- faktor
predisposisi.

B. Terapi secara medikalis (non-pembedahan)


1. Radioterapi
Terapi radiasi dapat digunakan untuk semua stadium karsinoma mammae. Untuk wanita
dengan DCIS, setelah dilakukan lumpectomy, radiasi adjuvan diberikan untuk mengurangi
resiko rekurensi lokal, juga dilakukan untuk stadium I, IIa, atau IIb setelah lumpectomy.
Radiasi juga diberikan pada kasus resiko/kecurigaan metastasis yang tinggi.
40
Pada karsinoma mammae lanjut (Stadium IIIa atau IIIb), dimana resiko rekurensi dan
metastasis yang tinggi maka setelah tindakan pembedahan dilanjutkan dengan terapi radiasi
adjuvan.

2. Kemoterapi
a. Kemoterapi adjuvan
Kemoterapi adjuvan memberikan hasil yang minimal pada karsinoma mammae tanpa
pembesaran KGB dengan tumor berukuran kurang dari 0,5 cm dan tidak dianjurkan. Jika
ukuran tumor 0,6 sampai 1 cm tanpa pembesaran KGB dan dengan resiko rekurensi tinggi
maka kemoterapi dapat diberikan. Faktor prognostik yang tidak menguntungkan termasuk
invasi pembuluh darah atau limfe, tingkat kelainan histologis yang tinggi, overekspresi
HER-2/neu dan status reseptor hormonal yang negatif sehingga direkomendasikan untuk
diberikan kemoterapi adjuvan.
Contoh regimen kemoterapi yang digunakan antara lain siklofosfamid, doxorubisin, 5-
fluorourasil dan methotrexate.
Untuk wanita dengan karsinoma mammae yang reseptor hormonalnya negatif dan lebih
besar dari 1 cm, kemoterapi adjuvan cocok untuk diberikan. Rekomendasi pengobatan saat
ini, berdasarkan NSABP B-15, untuk stadium IIIa yang operabel adalah modified radical
mastectomy diikuti kemoterapi adjuvan dengan doxorubisin diikuti terapi radiasi.

b. Neoadjuvant chemotherapy
Kemoterapi neoadjuvan merupakan kemoterapi inisial yang diberikan sebelum dilakukan
tindakan pembedahan, dimana dilakukan apabila tumor terlalu besar untuk dilakukan
lumpectomy.
Rekomendasi saat ini untuk karsinoma mammae stadium lanjut adalah kemoterapi
neoadjuvan dengan regimen adriamycin diikuti mastektomi atau lumpectomy dengan diseksi
KGB aksilla bila diperlukan, diikuti kemoterapi adjuvan, dilanjutkan dengan terapi radiasi.
Untuk Stadium IIIa inoperabel dan IIIb, kemoterapi neoadjuvan digunakan untuk
menurunkan beban atau ukuran tumor tersebut, sehingga memungkinkan untuk dilanjutkan
modified radical mastectomy, diikuti dengan kemoterapi dan radioterapi.

3. Terapi anti-estrogen
Dalam sitosol sel-sel karsinoma mammae terdapat protein spesifik berupa reseptor
41
hormonal yaitu reseptor estrogen dan progesteron. Reseptor hormon ini ditemukan pada
lebih dari 90% karsinoma duktal dan lobular invasif yang masih berdiferensiasi baik.
Setelah berikatan dengan reseptor estrogen dalam sitosol, tamoxifen menghambat
pengambilan estrogen pada jaringan payudara. Respon klinis terhadap anti-estrogen sekitar
60% pada wanita dengan karsinoma mammae dengan reseptor hormon yang positif, tetapi
lebih rendah yaitu sekitar 10% pada reseptor hormonal yang negatif. Kelebihan tamoxifen
dari kemoterapi adalah tidak adanya toksisitas yang berat. Nyeri tulang, hot flushes, mual,
muntah dan retensi cairan dapat terjadi pada pengunaan tamoxifen. Resiko jangka panjang
pengunaan tamoxifen adalah karsinoma endometrium. Terapi dengan tamoxifen dihentikan
setelah 5 tahun. Beberapa ahli onkologi merekomendasikan tamoxifen untuk ditambahkan
pada terapi neoadjuvan pada karsinoma mammae stadium lanjut terutama pada reseptor
hormonal yang positif. Untuk semua wanita dengan karsinoma mammae stadium IV, anti-
estrogen (tamoxifen), dipilih sebagai terapi awal.

4. Terapi antibodi anti-HER2/neu


Penentuan ekspresi HER-2/neu pada semua karsinoma mammae yang baru didiagnosis,
saat ini direkomendasi. Hal ini digunakan untuk tujuan prognostik pada pasien tanpa
pembesaran KGB, untuk membantu pemilihan kemoterapi adjuvan karena dengan regimen
adriamycin menberikan respon yang lebih baik pada karsinoma mammae dengan
overekspresi HER-2/neu. Pasien dengan overekspresi Her-2/neu mungkin dapat diobati
dengan trastuzumab yang ditambahkan pada kemoterapi adjuvan.

2.9 Prognosis
Survival rates untuk wanita yang didiagnosis karsinoma mammae antara tahun 1983-
1987 telah dikalkulasi berdasarkan pengamatan, epidemiologi dan hasil akhir program data,
didapatkan bahwa angka 5-year survival untuk stadium I adalah 94%, stadium IIa 85%, IIb
70%, dimana pada stadium IIIa sekitar 52%, IIIb 48% dan untuk stasium IV adalah 18%.

42
BAB III

KESIMPULAN

Kanker payudara merupakan kanker tersering yang dijumpai, khususnya

pada wanita. Secara klinis kanker payudara dapat dideteksi secara dini melalui

tanda dan gejala yang timbul. Dalam melakukan diagnosis secara klinis, secara

umum 2 hal yang harus dilakukan ialah Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik.

Pemeriksaan radiologis, dalam hal ini Mammografi dan Ultra Sonography,

berperan dalam mendiagnosis keganasan payudara, namun sekarang sudah mulai

digunakan MRI sebagai sarana yang lebih modern dalam melakukan diagnosis,

sedangkan diagnosis pasti kanker payudara ialah dengan pemeriksaan patologi-

anatomi.

43
DAFTAR PUSTAKA

Meisner ALW, Fekrazad MH, Royce ME. Breast disease: benign and malignant.
Med Clin N Am. 2008; 92:1115-41

Muttarak, Malai. Breast Imaging: A comprehensive Atlas. Thailand, Booknet


Company, 2002; 1-250.

Ramadhania, DA. 2017. Pemeriksaan radiologi untuk Deteksi Kanker Payudara.


CDK-250/ vol. 44 no.3.

Rasad, Sjahriar. 2005. Radiologi Diagnostik. Badan Penerbit FKUI: Jakarta.


Sjamsuhidajat, R, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3. EGC: 2010.

Jones, Jeremy. Breast Cancer Metastases. Diakses dari


http://radiopaedia.org/articles/breast-cancer-metastases (5 Juni 2018).

44
45
46
47

Anda mungkin juga menyukai