CARSINOMA MAMMAE
Oleh :
Ananda Sekarni Fauzia
1102014021
Pembimbing :
RSUD CILEGON
JULI 2018
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum.
Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, dan para sahabat serta pengikutnya hingga akhir zaman. Karena atas rahmat
dan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan presentasi kasus penyakit dalam ini dengan judul
“CARSINOMA MAMMAE” sebagai salah satu persyaratan mengikuti ujian kepaniteraan klinik
di bagian Ilmu Radiologi RSUD Cilegon. Berbagai kendala yang telah dihadapi penulis hingga
referat ini selesai tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Atas bantuan yang
telah diberikan, baik moril maupun materil, maka selanjutnya penulis ingin menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus kepada seluruh pihak yang telah membantu
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker payudara merupakan kanker tersering yang dijumpai. Berdasarkan data IARC
2002, Kanker payudara menempati urutan pertama dari seluruh kanker pada perempuan
(Incidence Rate 38 per 100.000 pere mpuan). Sedangkan dari Sistem Informasi Rumah Sakit
(SIRS) di Indonesia tahun 2004 diketahui bahwa kanker payudara menempati urutan pertama
pasien rawat inap sebanyak 15,4% dan pasien rawat jalan sebanyak 15,78% (Depkes RI,
2007).
Prevalensi penderita kanker payudara berdasarkan usia, dari rentang usia pasien
kanker payudaraa 21 tahun sampai dengan di atas 50 tahun. Penderita kanker payudara
tertinggi adalah yang memiliki rentang usia 41-50 tahun, diikuti oleh rentang usia >50 tahun,
lalu usia 31-40 tahun, dan yang paling rendah adalah rentang usia 21-30 tahun. Hal ini
mengindikasikan bahwa semakin tinggi usia seseorang maka prevalensi kejadian kanker
payudara juga akan semakin meningkat. Pada pemeriksaan radiologis dalam mendiagnosis
keganasan payudara secara umum dilakukan Mammografi dan Ultra Sonography, namun
sekarang sudah mulai digunakan MRI sebagai sarana yang lebih modern dalam melakukan
diagnosis. Mammografi dilakukan sebagai alat bantu diagnostik utama, terutama pada usia di
atas 30 tahun. Walaupun mamografi sebelumnya normal, jika terdapat keluhan baru, maka
harus dimammografi ulang. Ultra Sonography sangat berguna untuk membedakan lesi solid
dan kistik setelah ditemukan kelainan pada mammografi. Pemeriksaan ini juga dapat
digunakan pada kondisi klinis tertentu, misalnya pada wanita hamil yang mengeluh ada
benjolan di payudara sedangkan hasil mammografi nya tidak jelas walaupun sudah diulang,
dan untuk panduan saat biopsi jarum atau core biopsy. Hasil pemeriksaan Ultra Sonography
maupun mammografi dapat diklasifikasikan menurut panduan The American College of
Radiology yang dikenal sebagai ACR-BIRADS. Pemeriksaan radiologis sedini mungkin
sangat diperlukan dalam menegakkan diagnosis secara lebih cepat dan akurat. Sehingga terapi
yang terbaik dapat segera dilakukan sekaligus meminimalisir resiko yang dapat dihindari.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari kelenjar payudara. Termasuk
saluran kelenjar air susu dan jaringan penunjangnya yang tumbuh infiltratif, destruktif, serta
dapat bermetastase.
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh
berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Jika benjolan
kanker tidak terkontrol, sel-sel kanker bias bermestastase pada bagian-bagian tubuh lain.
Metastase bias terjadi pada kelenjar getah bening ketiak ataupun diatas tulang belikat. Seain
itu sel-sel kanker bias bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit.
a. Gambaran umum
5
Mammae dextra dan mammae sinistra berisi glandula mammaria dan terdapat dalam fascia
superficialis dinding thorax ventral. Pada wanita dan pria memiliki sepasang mamma, namun pada
pria glandula mamma tersebut tidak berkembang dan mengalami rudimenter.
Mammae terletak di
bagian anterior dan termasuk
bagian dari lateral thoraks.
Kelenjar susu yang bentuknya bulat
ini terletak di fasia pektoralis.
Mammae melebar ke arah
superior dari iga dua, inferior dari
kartilago kosta enam dan medial dari
sternum serta lateral linea
midaksilanis. Pada bagian
mammae yang paling menonjol
terdapat sebuah papilla,
dikelilingi oleh daerah yang lebih gelap yang disebut areola. Terdapat Langer lines pada kompleks
nipple(papilla)-areola yang melebar ke luar secara sirkumfranse (melingkar). Langer lines ini
signifikan secara klinis kepada ahli bedah dalam menentukan area insisi pada biopsi mammae.
Pada bagian lateral atasnya jaringan kelenjar ini keluar dari lingkarannya ke arah aksila, disebut
penonjolan Spence atau ekor payudara.
Mammae berisi 15-20 lobus glandula mammaria yang tiap lobusnya terdiri dari bebrapa
lobulus. Tiap-tiap lobulus memiliki saluran kearah papilla yang disebut ductus laktiferus. Diantara
kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat
jaringan lemak yang disebut ruang retromamer. Diantara lobulus tersebut ada jaringan ikat yang
disebut ligamentum suspensorium Cooper yang berfungsi sebagai penyangga.
- Parenkim epithelial
6
- Otot dan fasia
1. Arteri
a. Rami intercostales arterioles dari anteria thoracica interna, yaitu salah satu cabang dari
arteri subclavia
b. Arteri thoracica lateralis (a. mamania ekstema) dan arteri thoracoacromialis, yaitu
cabang dari arteri axillanis
c. Arteri intercostales posterior, cabang pars thoracica aortae dalam spatial intercostales I,
II. dan IV
2. Vena
b. Cabang-cabang v. aksilaris
3. Limfe
Penyaluran limfe dan mammae sangat penting peranannya dalam metastase sel kanker.
7
1. Kelenjar getah bening mammaria eksterna, terletak dibawah tepi lateral m.
pectorals mayor, sepanjang tepi medial aksila.
3. Keleniar getah bening sentral (Central node), terletak dalam jaringan lemak di
pusat ketiak. Kelenjar getah bening ini relatif mudah diraba dan merupakan
kelenjar getah bening yang terbesar dan terbanyak.
8
6. Kelenjar getah bening subklavikula, mulai dari medial percabangan v. aksilanis
— v. thorako-akromialis sampai dimana v. aksilanis menghilang dibawah
tendon m. subklavius. Kelenjar ini merupakan kelenjar axial yang tertinggi dan
termedial letaknya. Semua getah bening yang berasal dan kelenjar-kelenjar
getah bening aksila masuk ke dalam kelenjar ini.
c. Persyarafan
Persarafan kulit mammae diurus oleh cabang pleksus servikalis dan nervus
interkostalis. Jaringan kelenjar mammae sendiri dipersarafi oleh saraf simpatik.
Ada beberapa saraf lagi yang perlu diingat sehubung dengan penyulit paralisis
dan mati rasa pasca bedah, yakni nervus interkostobrakialis, nervus kutaneus brakialis
medialis yang mengurus sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan atas. Pada
diseksi aksila, saraf ini sukar disingkirkan sehingga sering terjadi mati rasa pada daerah
tersebut. 4 syaraf nervus pektoralis yang menginervasi muskulus pektoralis mayor dan
minor, nervus torakodorsalis yang menginervasi muskulus latissimus dorsi, dan nervus
torakalis longus yang menginervasi muskulus serratus anterior sedapat mungkin
dipertahankan pada mastektomi dengan diseksi aksila.
2.2.c. FISIOLOGI
Perkembangan dan fungsi payudara dimulai oleh berbagai hormon. Estrogen diketahui
merangsang perkembangan duktus mamilaris. Progesterone memulai perkembangan lobules-
lobulus payudara juga deferensiasi sel epitel. Prolaktin merangsang laktogenesis.
2. Siklus menstruasi pada fase premestruasi akan terjadi pembesaran vascular dan pembesaran
kelenjar, kemudian akan terjadi regresi kelenjar pada fase pasca menstruasi.
9
3. Kehamilan dan laktasi : pada kehamilan tua dan setelah melahirkan, payudara kolostrum
sampai sekitar 3-4 han postpartum, kemudian sekresi susu dimulai sebagai respon terhadap
rangsang penghisapan dan bayi (sucking refleks).
Riwayat Keluarga :
Risiko untuk menjadi kanker lebih tinggi pada wanita yang ibunya atau saudara perempuan
kandungnya memiliki kanker payudara. Risiko lebih tinggi jika anggota keluarganya menderita
kanker payudara sebelum usia 40 tahun. Risiko juga meningkat bila terdapat kerabat/saudara
(baik dari keluarga ayah atau ibu) yang menderita kanker payudara.
Perubahan Genetik :
10
Beberapa perubahan gen-gen tertentu akan meningkatkan risiko terjadinya kanker
payudara, antara lain BRCA1, BRCA2, dan beberapa gen lainnya. BRCA1 and BRCA2
termasuk tumor supresor gen. Secara umum, gen BRCA-1 beruhubungan dengan invasive
ductal carcinoma, poorly differentiated, dan tidak mempunyai reseptor hormon. Sedangkan
BRCA-2 berhubungan dengan invasive ductal carcinoma yang lebih well differentiated dan
mengekspresikan reseptor hormon. Wanita yang memiliki gen BRCA1 dan BRCA2 akan
mempunyai risiko kanker payudara 40-85%. Wanita dengan gen BRCA1 yang abnormal
cenderung untuk berkembang menjadi kanker payudara pada usia yang lebih dini.
Ras :
Kanker payudara lebih sering terdiagnosis pada wanita kulit putih, dibandingkan wanita
Latin Amerika, Asia, or Afrika. Insidensi lebih tinggi pada wanita yang tinggal di daerah
industrialisasi.
Diet :
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita yang sering minum alkohol mempunyai
risiko kanker payudara yang lebih besar. Karena alkohol akan meningkatkan kadar estriol
serum. Sering mengkonsumsi banyak makan berlemak dalam jangka panjang akan
meningkatkan kadar estrogen serum, sehingga akan meningkatkan risiko kanker.
1. Klinis
Dalam melakukan diagnosis secara klinis, secara umum 2 hal yang harus dilakukan ialah
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Dalam anamnesis, yang harus ditanyakan kepada pasien adalah
letak benjolan, onset, dan kecepatan tumbuhnya. Selain itu, perlu juga ditanya berbagai gejala
penyerta, seperti ada tidaknya nyeri, jenis dan jumlah cairan yang keluar dari puting, perubahan
12
bentuk dan besar payudara, hubungannya dengan haid, perubahan pada kulit, dan retraksi puting
susu. Selain itu, perlu ditanyakan beberapa Faktor risiko antara lain :
- riwayat keluarga yang terkena kanker payudara dan atau kanker ovarium
- riwayat obstetri dan ginekologi
- terapi hormonal (termasuk kontrasepsi hormonal)
- riwayat operasi/aspirasi benjolan di payudara sebelumnya
Pemeriksaan fisik payudara paling baik dilakukan 1 minggu setelah haid. Massa harus bisa
teraba secara 3 dimensi, batasnya jelas, konsistensinya berbeda dengan sekitar, dan tidak
dipengaruhi oleh siklus haid. Pemeriksaan boleh diulang sebelum dan 1 minggu setelah haid.
Dicurigai ganas apabila: konsistensi kenyal-keras, batas tidak tegas, terfiksasi ke jaringan
sekitarnya, terdapat retraksi kulit dan atau putih susu, ditemukan luka, atau cairan sero-sanguinus
dari puting susu. Perlu juga untuk dibandingkan dengan payudara sisi lainnya.
2. Radiologis
Pada pemeriksaan radiologis dalam mendiagnosis keganasan payudara secara umum
dilakukan Mammografi dan Ultra Sonography, namun sekarang sudah mulai digunakan MRI
sebagai sarana yang lebih modern dalam melakukan diagnosis. Pemeriksaan Mammografi
dilakukan apabila terdapat satu atau lebih keadaan berikut, benjolan pada payudara, rasa tidak
nyaman pada payudara terus menerus, pengeluaran cairan abnormal dari putting, kelainan kulit
payudara, perbesaran kelenjar axilla, dan penderita dengan “cancer phobia”. Mammografi
sebaiknya dilakukan sebagai alat bantu diagnostik utama, terutama pada usia di atas 30 tahun.
Walaupun mamografi sebelumnya normal, jika terdapat keluhan baru, maka harus dimamografi
ulang. Pada mamografi, lesi yang mencurigakan ganas menunjukkan salah satu atau beberapa
gambaran sebagai berikut: lesi asimetris, kalsifikasi pleomorfik, tepi ireguler atau ber-spikula,
terdapat peningkatan densitas dibandingkan sekitarnya, Pencitrakan mammografi dapat dilakukan
dari berbagai sudut. Pencitraan medio-lateral-oblique (MLO) adalah pencitraan yang paling
penting dan paling umum diambil dan juga pencitraan cranio-Caudal (CC).
13
Gambar 2.1 Metode pengambilan gambar pada Mammografi
Gambar diatas menunjukkan 2 cara pengambilan gambar Mammografi yang umum dilakukan,
yakni pengambilan MLO dan pengambilan CC dari masing-masing payudara.
14
dan payudara terangkat sejalan pergerakkan perangkat kompresi. D: posisi akhir menunjukkan
seluruh payudara dan ketiak bawah terletak di lapang pandang.
Memposisikan pasien untuk tampilan CC. (A) Radiografermenggunakan kedua tangan
untuk menarik payudara ke kearah ujung film,dan film dinaikkan ke posisi lipatan dibawah
payudara. (B) Pada posisi akhir, payudara ditarik lurus ke depan, dan bagian medial payudara
sebelahnya menutupi sebagian film. Hasil gambaran mammografi payudara tergantung pada
jumlah jaringan lemak dan kelenjar yang terdapat pada payudara. Payudara wanita muda
mengandung lebih banyak jaringan kelenjar sehingga lebih terlihat densitas jaringan lunak. Pada
wanita yang lebih tua, telah terjadi involusi dari kelenjar jaringan, sebagian besar jaringan
payudara akan terlihat 12 seperti densitas lemak. Selama involusi, ada campuran antara densitas
jaringan lunak dan densitas jaringan lemak. Struktur yang terlihat pada mammogram termasuk
puting dan kulit, pembuluh darah, duktus, ligamen suspensorium dan kelenjar limfatik.
Dalam pemeriksaan mammografi, 3 hal utama yang harus dilaporkan adalah
A. Densitas Payudara
15
ACR-BIRADS 2 : Scattered fibroglandular density (25% - 50% glandular)
Mammografi ACR-BIRADS 2
Mammografi ACR-BIRADS 3
16
BI-RADS 4 : Extremely dense ( > 75% dense)
Mammografi ACR-BIRADS 4
Lokasi tumor merupakan salah satu hal yang penting pada pemeriksaan
tumor payudara. Karena, kanker payudara biasanya tumbuh pada zona perifer dari
parenkim payudara. Jadi jika lokasi massa berada didalam dan lebih ke tepi maka
keganasan.
17
Gambaran Bentuk Gambaran Pada Mammografi
18
Macam Macam Jenis Tepi Khas Massa pada Payudara
Secara umum, kanker payudara biasanya tampak lebih dense (putih) dibandingkan
Pengaruh terhadap jaringan sekitar yang biasanya terjadi adalah duktus yang
melebar, perubahan kulit, penebalan kulit, abnormalitas putting atau areola, dan lain
lain.
C. Kalsifikasi
19
DIFFUSE REGIONAL
CLUSTERED
SEGMENTAL
LINEAR
BENIGN
SKIN DEPOSITS PUNCTATE
20
POPCORN LIKE LARGE DYSTROPHIC
INTERMEDIATE
AMORPHOUS COARSE HETEROGENEOUS
MALIGNANCY
FINE PLEOMORPHIC FINE LINIER BRANCHING
Kedua Tabel diatas dapat digunaakan sebagai salah satu petunjuk dalam
ataupun ganas .
21
Dalam menegakkan diagnosis terhadap tumor pada payudara, dokter harus
Ultra Sonography sangat berguna untuk membedakan lesi solid dan kistik
22
juga dapat digunakan pada kondisi klinis tertentu, misalnya pada wanita hamil yang
mengeluh ada benjolan di payudara sedangkan hasil mamografi nya tidak jelas
walaupun sudah diulang, dan untuk panduan saat biopsi jarum atau core biopsy.
Apabila terdapat sebuah massa dari pemeriksaan Ultra Sonography, maka perlu
dibedakan jenis massa tersebut merupakan massa ganas atau jinak. Berikut tabel yang dapat
20
Differences Benign Malignant
Oval/ellipsoid Variable
Shape
Alignment
Margins
Variable to intense
Echotexture Low-level Marked hypoechogenicity
hyperechogenicity
Uniform Non-uniform
Homogeneity of
internal echoes
Lateral
Present Absent
shadowing
21
Attenuation with obscured posterior
margin
Minimum attenuation/posterior
enhancement
Posterior effect
Calcification
Microlobulation
Intraductal extension
Tabel Pembanding Tumor Ganas dan Jinak Payudara dengan Ultra Sonography
menentukan secara pasti diagnosis tumor pada payudara. Pemeriksaan yang biasa dilakukan
yakni adalah FNAB maupun Biopsi. Berikut adalah salah satu hasil pemeriksaan hapusan
22
(Histology New York University, 2004)
Tidak memiliki anak atau hami pertama di usia tua (>35 tahun)
Alkoholik
Obesitas
Kurangnya aktifitas/olahraga
3.2.2. Tanda-tanda
Kulit iritasi
23
Kulit pada payudara atau puting susu berwarna kemerahan,
keluhan apapun:
SARARI
24
menopouse pilih hari yang mudah diingat.
- Massa payudara
1. Ukuran
2. Lokasi
3. Konsistensi
- Perubahan Kulit
1. Erythema
2. Edema
3. Lekukan
1. Ductal Carcinoma
insitu (DCIS) sel epitel duktus yang terbatas di dalam membran basalis. Ductal
25
sering multifokal dan bilateral pada 15-20% kasus. Insiden Ductal Carcinoma
Mammografi penderita DCIS (fig.A) (fig.B) ; Ultra Sonography penderita DCIS (fig.C)
26
1.2 Ductal Carcinoma Invasif
Merupakan jenis yang paling sering ditemukan dan mencapai 80% dari
kanker payudara. Kebanyakan tumor berkembang dari sel-sel epitel yang terdapat
yang teraba keras seperti batu dan berpasir. Gurat kapur putih kekuningan
merupakan ciri khas karsinoma ini dan dapat terjadi akibat deposit jaringan elastik
Secara umum sangat mirip dengan jenis Ductal Carcinoma Invasif, namun
memiliki jumlah nodul atau tumor yang lebih dari satu. Namun gambaran bentuk
dan tepi benjolan ini dari sisi radiologis sama dengan Ductal Carcinoma Invasif.
27
Right Craniocaudal mammogram (A) ; Ultra Sonography of the right breast (B)
2. Tubular Carcinoma
baik, merupakan subtipe dari varian Invasif Ductal Carcinoma dan menyumbang 1-
10% dari semua kanker payudara. Kanker ini memiliki prognosis yang baik dan
kecil atau tubulus oval duktal epitel yang menyusup stroma dalam pola yang tidak
menunjukkan angulasi. tubulus dilapisi oleh selapis sel epitel ganas yang dapat
Sebagian besar karsinoma telah terdeteksi sebagai massa yang kecil tak beraturan
dengan kepadatan sentral dan berbatas bertanduk pada skrining mamografi. Batas
yang berbentuk tanduk tersebut lebih panjang dari diameter lesi sentral, sebuah
tanda yang mungkin bisa diperhatikan adalah Radial Scar yang terlihat pada 53%
dari Tubular Carcinoma. Mikrokalsifikasi merupakan tanda yang jarang dari Tubular
28
(Muttarak, 2002)
Gambar 4.4
Mammografi Left CC (A) dan MLO (B) pada Penderita Tubular Carcinoma
hypoechoic dengan batas yang tidak jelas dan tampak posterior Acoustic Shadow.
Carcinoma Invasif, Radial Scar dan sclerosing adenosis, sehingga perlu dilakukan
biopsy.
29
3. Invasif Lobular Carcinoma
sangat halus dan sering tidak tampak massnya fokal maupun mikrokalsifikasi
berkerombol, khususnya pada parenkim padat. 16% dari Invasif Lobular Carcinoma
lain, seperti Ultra Sonography dan MRI diperlukan dalam mengevaluasi temuan
klinis mencurigakan.
Mammografi posisi CC (A) dan MLO (B) pada Penderita Lobular Carcinoma
4. Medulary Carcinoma
tetapi telah dilaporkan memiliki prognosis yang baik. Tumor ini menyumbang 5-7%
30
sering pada wanita berusia akhir 40-an dan awal 50-an. Hal ini juga lebih sering
mungkin terlewatkan saat melakukan pencitraan karena sangat mirip dengan lesi
31
Pada Gambar diatas, Ultra Sonography pemeriksaan payudara kanan
(Rashid, 2009).
Perubahan yang terjadi pada produksi mucus dan gambaran sel yang sulit ditentukan.
Secara makroskopik konsistensi tumor sangat lunak seperti gelatin dan berwarna
pucat biru keabuan. Sel tumor tampak berkelompok dan memiliki pulau-pulau sel
yang kecil dalam sel musin yang besar yan mendorong ke stroma terdekat.
Gambar 4.9
6. Phyllodes Tumor
Tumor Phyllodes merupakan tipe tumor payudara yang sangat jarang terjadi. Tumor
ini dapat bersifat jinak (harmless), namun juga bisa ganas (cancerous). Tipe tumor ini
disebut “sarcoma” karena lebih sering muncul pada jaringan konektif (stroma)
32
dibandingkan jaringan epilithial (saluran dan kantong susu) payudara. Tumor phyllodes akan
dirasakan sebagai satu benjolan yang kenyal, dengan sisi permukaan halus di dalam jaringan
payudara. Kulit payudara di atas tumor tersebut dapat berwarna kemerahandan hangat saat
disentuh .
Pada hasil mammogram, tumor phylodes akan terlihat batas-batasnya dengan jelas.
citra yang sangat jelas batas-batas tumornya. Pada hasil pemeriksaan mammografi akan
payudara.
Left mediolateral oblique mammogram (A) ; Ultra Sonography of the mass (B) ; malignant
phylloides tumor left mediolateral oblique mammogram (C)
33
2.6 STAGING TUMOR
1. Staging TNM
kanker sangat penting karena hal ini dapat membantu tim medis untuk
klinik yang paling banyak digunakan untuk kanker payudara adalah sistem
imaging 1 : Negative
2 : Typically benign
Komplikasi utama dari kanker payudara adalah metastase jaringan sekitarnya dan
juga melalui saluran limfe dan pembuluh darah ke organ-organ lain. Tempat yang sering
untuk metastase jauh adalah paru-paru, pleura, tulang dan hati. Metastase ke tulang
ke paru-paru akan mengalami gangguan ventilasi pada paru-paru dan metastase ke otak
36
(Afifi, 2014)
Gambar 6.1
37
GAMBARAN METASTASIS KANKER PAYUDARA
BONE (58%) LUNG AND PLEURA (26%)
LIVER (RARE)
PANCREAS (RARE)
jaringan konektif (stroma) dibandingkan jaringan epilithial (saluran dan kantong susu) payudara.
Tumor phyllodes akan dirasakan sebagai satu benjolan yang kenyal, dengan sisi permukaan halus di
dalam jaringan payudara. Kulit payudara di atas tumor tersebut dapat berwarna kemerahandan hangat
saat disentuh.
Pada hasil mammogram, tumor phylodes akan terlihat batas-batasnya dengan jelas. Baik
dengan mammogram maupun Ultra Sonography payudara, keduanya menghasilkan citra yang sangat
jelas batas-batas tumornya. Pada hasil pemeriksaan mammografi akan tampak gambaran sebuah
38
bentukan massa dengan macro kalsifikasi di tengah-tengah payudara (Muttarak, 2002).
Left mediolateral oblique mammogram (A) ; Ultra Sonography of the mass (B) ; malignant
phylloides tumor left mediolateral oblique mammogram (C)
2.8 Penatalaksanaan
Terapi dapat bersifat kuratif atau paliatif. Terapi kuratif dianjurkan untuk stadium I, II,
dan III. Pasien dengan tumor lokal lanjut (T3,T4) dan bahkan inflammatory carcinoma
mungkin dapat disembuhkan dengan terapi multimodalitas, tetapi kebanyakan hanya bersifat
paliatif. Terapi paliatif diberikan pada pasien dengan stadium IV dan untuk pasien dengan
metastasis jauh atau untuk karsinoma lokal yang tidak dapat direseksi.
39
diangkat dengan diliputi oleh jaringan mammae normal yang adekuat sejauh 2 mm dari tepi
yang bebas dari jaringan tumor.Dilakukan juga permintaan atas status reseptor hormonal
dan ekspresi HER-2/neu kepada patologis.
Setelah penutupan luka payudara, dilakukan diseksi KGB aksilla ipsilateral untuk
penentuan stadium dan mengetahui penyebaran regional.Saat ini, sentinel node biopsy
merupakan prosedur staging yang dipilih pada aksilla yang tidak ditemukan adanya
pembesaran KGB. Ketika sentinel node biopsy menunjukkan hasil negatif, diseksi KGB
akilla tidak dilakukan.
2. Kemoterapi
a. Kemoterapi adjuvan
Kemoterapi adjuvan memberikan hasil yang minimal pada karsinoma mammae tanpa
pembesaran KGB dengan tumor berukuran kurang dari 0,5 cm dan tidak dianjurkan. Jika
ukuran tumor 0,6 sampai 1 cm tanpa pembesaran KGB dan dengan resiko rekurensi tinggi
maka kemoterapi dapat diberikan. Faktor prognostik yang tidak menguntungkan termasuk
invasi pembuluh darah atau limfe, tingkat kelainan histologis yang tinggi, overekspresi
HER-2/neu dan status reseptor hormonal yang negatif sehingga direkomendasikan untuk
diberikan kemoterapi adjuvan.
Contoh regimen kemoterapi yang digunakan antara lain siklofosfamid, doxorubisin, 5-
fluorourasil dan methotrexate.
Untuk wanita dengan karsinoma mammae yang reseptor hormonalnya negatif dan lebih
besar dari 1 cm, kemoterapi adjuvan cocok untuk diberikan. Rekomendasi pengobatan saat
ini, berdasarkan NSABP B-15, untuk stadium IIIa yang operabel adalah modified radical
mastectomy diikuti kemoterapi adjuvan dengan doxorubisin diikuti terapi radiasi.
b. Neoadjuvant chemotherapy
Kemoterapi neoadjuvan merupakan kemoterapi inisial yang diberikan sebelum dilakukan
tindakan pembedahan, dimana dilakukan apabila tumor terlalu besar untuk dilakukan
lumpectomy.
Rekomendasi saat ini untuk karsinoma mammae stadium lanjut adalah kemoterapi
neoadjuvan dengan regimen adriamycin diikuti mastektomi atau lumpectomy dengan diseksi
KGB aksilla bila diperlukan, diikuti kemoterapi adjuvan, dilanjutkan dengan terapi radiasi.
Untuk Stadium IIIa inoperabel dan IIIb, kemoterapi neoadjuvan digunakan untuk
menurunkan beban atau ukuran tumor tersebut, sehingga memungkinkan untuk dilanjutkan
modified radical mastectomy, diikuti dengan kemoterapi dan radioterapi.
3. Terapi anti-estrogen
Dalam sitosol sel-sel karsinoma mammae terdapat protein spesifik berupa reseptor
41
hormonal yaitu reseptor estrogen dan progesteron. Reseptor hormon ini ditemukan pada
lebih dari 90% karsinoma duktal dan lobular invasif yang masih berdiferensiasi baik.
Setelah berikatan dengan reseptor estrogen dalam sitosol, tamoxifen menghambat
pengambilan estrogen pada jaringan payudara. Respon klinis terhadap anti-estrogen sekitar
60% pada wanita dengan karsinoma mammae dengan reseptor hormon yang positif, tetapi
lebih rendah yaitu sekitar 10% pada reseptor hormonal yang negatif. Kelebihan tamoxifen
dari kemoterapi adalah tidak adanya toksisitas yang berat. Nyeri tulang, hot flushes, mual,
muntah dan retensi cairan dapat terjadi pada pengunaan tamoxifen. Resiko jangka panjang
pengunaan tamoxifen adalah karsinoma endometrium. Terapi dengan tamoxifen dihentikan
setelah 5 tahun. Beberapa ahli onkologi merekomendasikan tamoxifen untuk ditambahkan
pada terapi neoadjuvan pada karsinoma mammae stadium lanjut terutama pada reseptor
hormonal yang positif. Untuk semua wanita dengan karsinoma mammae stadium IV, anti-
estrogen (tamoxifen), dipilih sebagai terapi awal.
2.9 Prognosis
Survival rates untuk wanita yang didiagnosis karsinoma mammae antara tahun 1983-
1987 telah dikalkulasi berdasarkan pengamatan, epidemiologi dan hasil akhir program data,
didapatkan bahwa angka 5-year survival untuk stadium I adalah 94%, stadium IIa 85%, IIb
70%, dimana pada stadium IIIa sekitar 52%, IIIb 48% dan untuk stasium IV adalah 18%.
42
BAB III
KESIMPULAN
pada wanita. Secara klinis kanker payudara dapat dideteksi secara dini melalui
tanda dan gejala yang timbul. Dalam melakukan diagnosis secara klinis, secara
umum 2 hal yang harus dilakukan ialah Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik.
digunakan MRI sebagai sarana yang lebih modern dalam melakukan diagnosis,
anatomi.
43
DAFTAR PUSTAKA
Meisner ALW, Fekrazad MH, Royce ME. Breast disease: benign and malignant.
Med Clin N Am. 2008; 92:1115-41
44
45
46
47