Bronkiolitis Akut
Keywords
• Anak, Usia 12 bulan
• Sesak Nafas sejak 2 minggu
• HR 108x/menit, RR 54x/menit, T 38.2C.
• Retraksi suprasternal (+), Wheezing (+), Ronkhi(+)
Penjelasan
• Anak usia >28 hari - 2 tahun + gejala sesak nafas → Pikirkan 2
diagnosis banding :
-Bronkiolitis akut (dengan wheezing/mengi)
-Bronkopenumonia (tanpa wheezing/mengi)
• Pada kasus anak berusia 12 bulan dan dari pemeriksaan fisik
didapatkan wheezing (+), sehingga diagnosis adalah bronkiolitis akut.
Bronkiolitis
• Etiologi : Respiratory sinctial virus
• Sering pada anak < 2 Tahun
• Terdapat gejala Asma + Pneumonia
• Gejala:
• Demam tidak terlalu tinggi
• Tetapi sesak nafas yang hebat (dijumpai nafas cepat, retraksi dada,
wheezing)
• Batuk, gelisah, tidak mau makan.
• Pemeriksaan foto: diafragma datar, gambaran hiperaerasi, dan infiltrat
perihiler dan patchy atelektasis.
Gejala Bronkiolitis mirip dengan asma, namun ada beberapa perbedaan yaitu :
2. Pemeriksaan Sputum SPS
Keywords
• Laki-laki 48 tahun
• Batuk berdahak sejak 3 minggu yang lalu
• Pilek, demam, dan berkeringat malam hari
• Pernah berobat OAT 6 bulan dan dinyatakan sembuh
• TD 120/80 mmHg, nadi 92x/menit, RR 24x/menit, suhu 37.6C.
Pembahasan: Pasien datang dengan gejala khas TB : Batuk berdahak
lebih dari 2 minggu, demam, keringat malam. Pasien juga pernah
mengkonsumsi OAT 6 bulan dan dinyatakan sembuh (susp. TB paru
relaps)
Berdasarkan algoritma diagnosis TB, untuk mendiagnosis pasien
dilakukan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan sputum SPS
TUBERKULOSIS PARU
▪ Etiologi : M. Tuberculosis
▪ Gejala Klinis :
- Batuk berdahak > 2 minggu, hemoptisis, sesak
nafas, nyeri dada.
- Demam, penurunan berat badan, penurunan
nafsu makan, berkeringat di malam hari, atau
ada gejala TB ekstra paru.
• Pemfis: suara nafas bronkhial, ronkhi basah kasar di apex, amforik.
• Pemeriksaan BTA (bakteri tahan asam atau Acid Fast Bacill (AFB)) SPS
(sewaktu-pagi-sewaktu), dengan pengecatan Ziehl Nelsen.
• Kultur: Metode Lowenstein-Jensen
• Radiologi: Foto thoraks PA, top lordotic.
Aktif : Kavitas, efusi, infiltrat.
Inaktif : Fibrosis, kalsifikasi dan schwarte
Algoritma Diagnosis TB
3. E. Efusi Pleura
Keywords
• Laki-laki 50 tahun
• Keluhan sesak napas 1 hari lalu
• Riwayat pasien mengeluh batuk berdahak sejak 2 minggu yang lalu
• PF: ketinggalan gerak, perkusi redup, menurunnya stem fremitus,
dan vesikuler menurun pada paru kanan.
• Pemeriksaan radiologi tampak opasitas menyelubungi paru dan
meniscus sign (+) pada paru kanan
Pembahasan:
• Hasil pemeriksaan fisik paru :
1. Inspeksi: Ketinggalan gerak pada paru kanan →kemungkinan masalah
pada pleura paru kanan atau atelektasis paru kanan
2. Palpasi : Stem fremitus menurun → Masalah pada pleura paru kanan
3. Perkusi : Redup → ada benda selain udara pada paru (cairan/benda
padat)
4. Auskultasi → Vesikuler menurun pada paru kanan → masalah pada
pleura paru kanan
Auskultasi
Auskultasi
Suara Pernafasan:
Suara tambahan:
Vesikuler → N
Ronkhi → masalah Parenkim
Vesikuler menurun → masalah
Pleura Wheezing → Obstruksi saluran
nafas
Bronkial → masalah Parenkim
Efusi Pleura
• Radiologi: Meniscus sign (+) : tanda khas
efusi pleura
• Tatalaksana?
• Pada kasus, pasien mengalami takiaritmia tidak stabil, karena ada
tanda gagal jantung akut: sesak nafas, ronkhi basah basal), sehingga
untuk tatalaksana tidak lagi dipertimbangkan obat-obatan
• Pilihan terapi untuk pasien adalah Kardioversi tersinkronisasi
• Tipe takiaritmia yang dialami pasien adalah takiartimia dengan
kompleks QRS sempit dan tidak teratur (Atrial fibrilasi).
• Dosis kardioversi: 120-200 J bifasik atau 200 J monofasik
Takiartimia
Tidak
Stabil
Stabil
Obat-
Kardioversi
obatan
• Dikatakan tidak stabil jika ada minimal 1 dari 5 syarat berikut :
1. Penurunan kesadaran (akut)
2. Nyeri dada iskemik
3. Hipotensi
4. Gagal jantung akut
5. Tanda-tanda syok
Kronologis : betis-wajah-pundak
Luka Memar (Contussio)
• Perdarahan pada kapiler bawah kulit, warna awalnya merah kebiruan (0-2 hari),
kemudian dapat berubah menjadi coklat (2-4 hari), hijau ((5-7 hari) kuning(7-10
hari), dan kembali normal dalam 15-20 hari.
Haemosiderin(iron Haematoidin
(iron-free
Bilirubin Normal
pigment), dark brown
color
pigment), Yellow color color skin
green color
2-4 days 5-7 days 7-10 days 15-20 days
13. B. Urin lengkap
Diagnosis : TB Relaps
• Terapi yg tepat adalah?
Penjelasan :
Pasien dididagnosis TB relaps (pernah sembuh total dari TB dan kembali
lagi dengan BTA +) → OAT Kategori 2
TUBERKULOSIS PARU
▪ Etiologi : M. Tuberculosis
▪ Gejala Klinis :
- Batuk berdahak > 2 minggu, hemoptisis, sesak
nafas, nyeri dada.
- Demam, penurunan berat badan, penurunan
nafsu makan, berkeringat di malam hari, atau
ada gejala TB ekstra paru.
• Pemfis: suara nafas bronkhial, ronkhi basah kasar di apex, amforik.
• Pemeriksaan BTA (bakteri tahan asam atau Acid Fast Bacill (AFB)) SPS
(sewaktu-pagi-sewaktu), dengan pengecatan Ziehl Nelsen.
• Kultur: Metode Lowenstein-Jensen
• Radiologi: Foto thoraks PA, top lordotic.
Aktif : Kavitas, efusi, infiltrat.
Inaktif : Fibrosis, kalsifikasi dan schwarte
Algoritma Diagnosis TB
Definisi Kasus Tuberkulosis
• Kasus Baru : Penderita belum pernah mendapat OAT atau pernah
mendapat OAT kurang dari satu bulan.
• Kasus Kambuh (relaps) : Pernah mendapat pengobatan TB lengkap
dan dinyatakan sembuh kemudian berobat kembali dengan hasil
pemeriksaan BTA positif.
• Kasus Setelah Putus Berobat (Default) : Telah mendapat pengobatan
minimal satu bulan namun putus obat selama dua bulan lebih
dengan BTA positif.
• Kasus Gagal (Failure) : Penderita BTA positif yang masih positif atau
kembali menjadi positif pada akhir bulan ke 5.
• Kasus Pindah : Penderita yang sedang mendapat pengobatan OAT
namun pindah ke kabupaten / kota lain.
• Kronik : Penderita dengan hasil pemeriksaan BTA positif setelah
selesai pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baik.
• Bekas TB : Tidak ada tanda TB, BTA negatif, hanya ada fibrosis pada
rontgen thoraks.
Pengobatan TB
Kategori 1 (2RHZE / 4H3R3) :
- Kasus baru BTA positif,
- BTA negatif, rontgen thoraks positif,
- TB ekstra paru,
Kategori 2 (2RHZES/ RHZE/ 5H3R3E3) :
- Pasien kambuh,
- Pasien gagal,
- Pasien dengan pengobatan setelah putus obat.
16. E. Lanzoprazole 1x30 mg, klaritromisin
2x500mg, amoksilin 2x1000mg
• Wanita 24 tahun
• Keluhan nyeri perut dan nyeri ulu hati hilang timbul sejak 3 minggu
yang lalu, namun memberat 4 hari terakhir.
• Keluhan kadang disertai mual muntah. Nyeri perut dirasakan
memberat sesaat setelah makan.
• nyeri tekan epigastrium(+). Pemeriksaan cairan lambung ditemukan
kuman H. Pylori.
DIAGNOSIS : Ulkus Peptikum ec H. Pylori
• Terapi yang tepat?
• Pembahasan:
• Pasien mengeluhkan nyeri ulu hati yang diperparah dengan makan→
Ulkus gaster
• Pada pemeriksaan dijumpai H.pylori→ Ulkus gaster akibat H. pylori
• Terapi : Eradikasi
ULKUS PEPTIKUM
• Ulkus peptikum adalah keadaan terputusnya kontinuitas mukosa,
yang meluas di bawah epitel atau kerusakan pada jaringan mukosa,
submukosa hingga lapirsa muskularis dengan garis tengah lebih atau
sama dengan 5 mm dari suatu daerah saluran cerna atas yang
langsung berhubungan dengan asam lambung/pepsin.
• Penyebab utama : infeksi Helicobacter pylori dan penggunaan NSAID.
• Manifestasi klinis bisa berupa Ulkus gaster (diperparah dengan
makanan) atau Ulkus Duodenal (mereda dengan makanan)
Pada ulkus peptikum akibat infeksi H. Pylori, dilakukan eradikasi.
Pilihan terapi eradikasi H. pylori :
1. Triple terapi: claritromisin 500mg 2x1 + amoxicillin 1g 2x1+ PPI 10-
14 hari
2. Quadruple terapi: Metronidazole+tetracycline+bismut+PPI (Jika
alergi atau resiten terhadap claritromisin/amoxicillin)
17.E. Moluskum kontangiosum
• Laki-laki 26 tahun
• Bintil-bintil padat pada kemaluannya
• Keluhan ini sudah pernah dirasakan pasien 10 tahun yang lalu namun
sudah sembuh ketika diobati dengan imodiaqum 5%.
• Muncul lagi dalam 5 bulan terakhir.
• Pasien merupakan seorang supir dan sering ke luar kota→ IMS?
• Penyebab : HHV 8
18.C. Ulkus Mole
Negative Positive
SCREENING TEST
Confirm Dx
Confirm Dx
2. RELIABILITAS
• Sensitivitas
Kemampuan tes untuk menunjukkan secara benar TP
• Spesifisitas
Kemampuan tes menunjukkan TN
secara benar orang-orang yang TN + FP
benar-benar tidak sakit
STANDAR BAKU
TOTAL
TP + FN FP + TN N
NILAI PREDIKTIF
• PV positif:
Proporsi orang yang benar-benar sakit setelah mendapatkan hasil tes
positif
TP
=
TP + FP
PV Negatif
• Proporsi orang yang benar-benar tidak sakit setelah mendapatkan hasil
tes negatif
TN
=
TN + FN
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai prediktif
• Ada 4 jenis →
23. CROSS SECTIONAL
• peneliti ingin meneliti hubungan antara kebiasaan meminum kopi
dengan kejadian diabetes mellitus
• Pemilihan subyek oleh peneliti dilakukan secara random dari
populasi yang ada.
• Subyek penelitian yang terpilih lalu diperiksa apakah menderita
diabetes atau tidak dan ditanyakan apakah peminum kopi atau
bukan
• Desain penelitian ?
Cross sectional
• Suatu rancangan penelitian yang mengkaji dinamika korelasi/asosiasi
antara variabel independen dengan variabel dependen pada saat
yang bersamaan (point time approach).
• Pengamatan sesaat atau periode tertentu pada kelompok sampel
• Dapat merupakan studi pendahuluan
• Studi peralihan antara deskritif dengan analitik
Keuntungan
Setiap unsur populasi harus mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih
menjadi sampel. Prosedurnya :
Disebut juga: accidental sampling – tidak disengaja – atau juga captive sample
(man-on-the-street)
Jenis sampel ini sangat baik jika dimanfaatkan untuk penelitian penjajagan, yang
kemudian diikuti oleh penelitian lanjutan yang sampelnya diambil secara acak
(random).
NPS: Purposive Sampling
• sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu
Judgement Sampling:
1. Subyek dipilih berdasarkan keahlian dalam bidang diteliti
2. Kelebihan: Kadang merupakan satu-satunya cara untuk menyelidiki
3. Kelemahan: Kemampuan generalisasinya dipertanyakan, tidak dapat
digeneralisasikan ke seluruh popolasi
NPS: Purposive Sampling
Quota sampling
1. Subyek dipilih yang paling mudah ditemui dari kelompok yang
ditargetkan berdasar jumlah kuota yangtelah ditentukan
sebelumnya
2. Kelebihan: Sangat berguna bila partisipasi kelompok minoritas
diperlukan dalam suatu penelitian
3. Kelemahan: Tidak dapat digeneralisasikan dengan mudah
NPS: Snowball Sampling
• Memilih unit yang karakteristiknya jarang, unit selanjutnya ditunjukkan
responden sebelumnya
Setiap unsur populasi harus mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih
menjadi sampel. Prosedurnya :
Disebut juga: accidental sampling – tidak disengaja – atau juga captive sample
(man-on-the-street)
Jenis sampel ini sangat baik jika dimanfaatkan untuk penelitian penjajagan, yang
kemudian diikuti oleh penelitian lanjutan yang sampelnya diambil secara acak
(random).
NPS: Purposive Sampling
• sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu
Judgement Sampling:
1. Subyek dipilih berdasarkan keahlian dalam bidang diteliti
2. Kelebihan: Kadang merupakan satu-satunya cara untuk menyelidiki
3. Kelemahan: Kemampuan generalisasinya dipertanyakan, tidak dapat
digeneralisasikan ke seluruh popolasi
NPS: Purposive Sampling
Quota sampling
1. Subyek dipilih yang paling mudah ditemui dari kelompok yang
ditargetkan berdasar jumlah kuota yangtelah ditentukan
sebelumnya
2. Kelebihan: Sangat berguna bila partisipasi kelompok minoritas
diperlukan dalam suatu penelitian
3. Kelemahan: Tidak dapat digeneralisasikan dengan mudah
NPS: Snowball Sampling
• Memilih unit yang karakteristiknya jarang, unit selanjutnya ditunjukkan
responden sebelumnya
• Kriteria inklusi?
Populasi
• Seluruh subjek/objek penelitian dengan karakteristik tertentu
• Seluruh karakteristik/sifat
• sekelompok orang, kejadian, atau benda, yang dijadikan obyek
penelitian
Sampel
• Bagian dari populasi yang akan diteliti
• Sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki populasi
• Jenis
• Kriteria Inklusi (yang harus ada)
• Kriteria Eksklusi (yang ditolak)
Syarat Sampel yang Baik
• Mewakili sebanyak mungkin karakteristik populasi →valid
• Sampel valid ditentukan oleh dua pertimbangan.
1. Akurasi atau ketepatan → tingkat ketidakadaan “bias” (kekeliruan) dalam
sample → makin sedikit tingkat kekeliruan yang ada dalam sampel, makin
akurat sampel tersebut.
2. Presisi Estimasi →mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita
dengan karakteristik populasi.
Kriteria Inklusi
• Kriteria dimana subjek penelitian mewakili sampel penelitian yang
memenuhi syarat sbg sampel
• Perlu pertimbangan ilmiah
Kriteria Eksklusi
• Kriteria dimana subjek penelitian tdk dpt mewakili sampel karena
tidak memenuhi syarat sbg sampel penelitian
• Penyebab :
• Hambatan etis
• Menolak sbg responden
• Dlm keadaan yg tidak memungkinkan sbg sampel
• Jawaban lain → bukan sampel dan kriteria inklusi yang baik
28. REGRESI LOGISTIK
• penelitian cross sectinal yang meneliti faktor risiko bayi berat badan
lahir rendah di suatu rumah sakit
• didapatkan 3 faktor risiko penyebab tersering yaitu asupan nutrisi,
pengetahuan, dan anemia pada ibu
• Dalam penelitian ini ditentukan penyebab yang paling berpengaruh.
• Berat badan bayi lahir berskala nominal dikotomi
• Desain penelitian?
Strategi Penelitian Kualitatif
• Strategi penelitian berkaitan dengan paradigma atau perspektif yang dipilih peneliti.
• Beberapa strategi penelitian kualitatif:
1. Studi kasus (bukan pilihan metodologis) : Studi kasus digunakan untuk melihat sebuah proses atau
sejumlah kasus, bukan pada kasus individual.
2. Etnografi: merupakan teks-teks yang merepresentasikan pengalaman hidup, otoritas etnografis, isu-
isu etis untuk meneliti the other→ merupakan proses pengumpulan data empiris yang tidak
terstruktur, sejumlah kecil kasus, pelaporan dan teknis analisis interpretatif dengan merangkum
berbagai deskripsi fenomena.→ menggunakan teknik observasi partisipan (participant observation)
3. Fenomenologi, Etnometodologi dan Interpretif→ penafisran “realitas” yang dibentuk oleh praktik-
praktik interpretif: mengkaji bagaimana manusia membangun dan memberi makna atas tiap-tiap
tindakan mereka dalam situasi sosial konkret.
Lanjutan…
4. Grounded Theory: metodologi yang digunakan untuk mengembangkan
teori yang berbasis pada data yang dihimpun dan dianalisis secara
sistematis.
5. Metode biografis: menyajikan laporan dan dokumen tentang riwayat hidup
seseorang→ berkaitan dengan proses dokumentasi sejarah masa lalu dan
masa depan seseorang.
6. Metode historis (termasuk juga life history; oral history): fenomena sosial
seharusnya dikaji dalam konteks historisnya→ menggunakan dokumen-
dokumen sejarah, catatan-catatan tertulis dari masa lalu (termasuk diary),
surat-surat, koran, data hasil sensus, dokumen-dokumen kebudayaan
populer, dll.
Lanjutan…
7. Penelitian terapan & penelitian tindakan (penelitian partisipatoris)→
umummya menggunakan paradigma kritis: penelitian dilakukan dengan
tujuan untuk transformasi dalam kerangka menuju kehidupan masyarakat
yang lebih humanis, holistik, dan relevan dengan upaya penciptaan
kesadaran manusia atas ketidakadilan yang dialaminya → manusia sebagai
makhluk yang sama-sama “mencipta” realitasnya melalui proses partisipasi,
pengalaman, dan tindakan.
❑ Tiga macam jenis penelitian tindakan: (1) penelitian kooperatif (co-operative inquiry);
(2) penelitian tidakan partisipatoris (PAR: Participatory Action Research); (3) Penelitian
tindakan (action inquiry).
8. Metode klinis: lebih menekankan diagnosis dan perawatan klinis→
melakukan interpretasi yang berbasis pada pengalaman selama praktik
klinis→ melihat partisipasi bersama antara praktisi klinis dengan pasien,
menetapkan realitas-realitas tentang perawatan medis.
Strategi Penelitian Kualitatif lainnya:
• Field study/field research (riset atau studi lapangan)
• Penelitian naturalistik (naturalistic study)
• Penelitian ekologi deskriptif (ecological study descriptive)
• Penelitian deskriptif (descriptive study)
• Kajian interaksionis simbolik (symbolic interactionist study)
• Penelitian naratif (narrative research)
• Historiografi (historiography)
• Kritik sastra (literary criticism)
30. KREDIBILITAS
• peneliti ingin meneliti perilaku makan anak balita di kota Yogyakarta
• Peneliti tersebut melakukan wawancara mendalam pada ibu-ibu yang
memiliki anak balita dan mewakili seluruh karakteristik ibu pada
populasi yang diteliti.
• Setelah melakukan wawancara mendalam dan menyusun transkrip
hasil wawancara, peneliti tersebut mengkonfirmasi isi transkrip
tersebut kepada informan. → triangulasi sumber
• Tindakan tersebut merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan trustworthiness penelitian
• Elemen trustworthiness yang berupaya untuk ditingkatkan?
Pengujian Validitas dan Relibilitas Penelitian Kualitatif
Aspek Metode Kualitatif Metode Kualitatif
Kredibilitas (credibility)
Nilai kebenaran Validitas Internal
Transferability/ keteralihan
Penerapan Validitas ekternal (generalisasi)
Uji Kredibilitas
Uji transferability
Uji Keabsahan data
Uji dependability
Uji confirmability
1. Uji Kredibilitas
Uji Kedibilitas data
Perpanjang pengamatan
Peningkatan ketekunan
Trianggulasi
Member Check
2. Pengujian Transferbility
“Healthy Sample”
Negative Positive
SCREENING TEST
Confirm Dx
Confirm Dx
2. RELIABILITAS
• Sensitivitas
Kemampuan tes untuk menunjukkan secara benar TP
• Spesifisitas
Kemampuan tes menunjukkan TN
secara benar orang-orang yang TN + FP
benar-benar tidak sakit
STANDAR BAKU
S DISEASE NO DISEASE JUMLAH
K POSITIVE TRUE FALSE
R POSITIVE POSITIVE TP + FP
I (TP) (FP)
N
I NEGATIVE FALSE TRUE
NEGATIVE NEGATIVE
N FN + TN
(FN) (TN)
G
TOTAL
TP + FN FP + TN N
NILAI PREDIKTIF
• PV positif:
Proporsi orang yang benar-benar sakit setelah mendapatkan hasil tes
positif
TP
=
TP + FP
PV Negatif
• Proporsi orang yang benar-benar tidak sakit setelah mendapatkan hasil
tes negatif
TN
=
TN + FN
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai prediktif
TP + FN
• 70/81
32. Cohort
• peneliti mengikuti selama 3 tahun 1200 penderita HIV positif di klinik
rawat jalan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kejadian
toksoplasmosis serebral
• Desain penelitian?
Cohort
►Desain studi observasional yg mempelajari hubungan antara paparan
dan penyakit, pada beberapa kelompok yang diikuti sepanjang
periode untuk melihat kejadian penyakit yang timbul.
Penyakit Positip
Kel
Terpapar
Penyakit Negatif
Penyakit Positip
Kel.
Tdk Terpapar
Penyakit Negatif
Berdasarkan Timing Kronologisnya :
• Studi Kohor Prospektif (Studi Kohor “concurrent”)
• Desain penelitian?
DESAIN EKSPERIMENTAL
• Desain Praeksperimental
• Desain True Experimental (Eksperimental Murni)
• Desain Quasi Experimental (Eksperimental Semu)
Desain Praeksperimen
• Belum disebut sebagai desain eksperimen karena adanya banyak
hambatan untuk memperoleh hasil yang memadai
• Desain praeksperimen ini tidak dianjurkan untuk dilakukan dalam
penelitian
• Desain yang dilakukan dengan jalan memberikan perlakuan kepada
subjek tanpa adanya kelompok kontrol atau jika ada kelompok kontrol
tidak dilakukan penendalian terhadap variabel ekstra yang secara
signifikan berpengaruh
Bentuk Desain Praeksperimen
• Desain Perlakuan Tunggal
• One Shot Case Study
• Sekelompok subjek diberi perlakuan kemudian dilakukan pengamatan
• Non R X O
• Peneliti tidak menerima informasi mengenai akibat perlakuan
• Tidak dapat mengontrol validitas internal
• Desain Perlakuan Ulang
• One Group Pre and Posttest Design
• Menggunakan satu kelompok subjek serta melakukan pengukuran sebelum
dan sesudah perlakuan
• Non R O1 X O2
• Validitas Internal masih terancam karena adanya variabel ekstraneous yang
belum dikendalikan
• Desain Perlakuan Statis
• Static Group Comparation
• Menggunakan 2 kelompok subjek yaitu kelompok ekperimen dan kelompok
kontrol
• Pembagian kelompok tidak dilakukan dengan random
• Efek perlakuan diukur dengan adanya perbedaan hasil antar dua kelompok
• Non R X O
Non R O
• Kelemahan utama: kesetaraan (homogenitas) antara 2 Kelompok tidak
diketahui sehingga perubahan yang terjadi pada eksperimen tidak dapat
dnilai sebagai akibat perlakuan
Kelemahan Desain Praeksperimen
• Tidak ada kelompok kontrol
• Tidak melakukan pengendalian terhadap ekstraneous variable
• Validitas penelitian tidak terpenuhi
DESAIN EKSPERIMEN QUASI
• Eksperimen yang dilakukan tanpa randomisasi, tetapi menggunakan
kelompok kontrol
• Macam Desain Eksperimen Quasi:
• Desain eksperimen ulang non random
• Desain eksperimen Seri
• Desain eksperimen Seri ganda
• Desain eksperimen Bergilir
• Desain Ekperimen Sampel Seri
Desain Eksperimen Ulang Non Random
• Counterbalance Design
• Subjek diuji coba pada semua perlakuan, tetapi dalam rangkaian yang berbeda
dan hanya melakukan Post test
• Tiga Klasifikasi : Kelompok, Waktu dan Perlakuan
• Non R X1O X2O X3O X4O
Non R X2O X4O X1O X3O
Non R X3O X1O X4O X2O
Non R X4O X3O X2O X1O
• Kelemahan: pencemaran dari perlakuan yang lain
• Analisa Statistik: Membandingkan skor perlakuan pertama dengan skor perlakuan
kedua, ketiga dan keempat pada semua kelompok
Desain Eksperimen Sampel Seri
• Desain dengan memberikan perlakuan pada subjek secara tidak terus menerus
• Non R X1 O1 X0 O2 X1 O3 X0 O4
• Desain ini berusaha menghilangkan pengaruh luar selama seri pengukuran
dengan cara melakukan pengukuran dalam waktu yang berurutan setelah
perlakuan diberikan
• Analisa Statistik: Uji perbedaan Mean O1 dan O3 dengan Mean O2 dan O4
DESAIN EKSPERIMEN MURNI
• Desain yang paling ideal untuk mempelajari hubungan kausalitas
• Sumber invaliditas dapat dikontrol
• Ciri Khas: pengelompokan subjek dengan cara random
• Tiga macam desain eksperimen murni:
• Desain Eksperimen Sederhana
• Desain Eksperimen Ulang
• Desain Eksperimen Solomon
34. CASE CONTROL
• Dokter internship di sebuah puskesmas menghadapi kasus diare yang
meningkat dalam enam bulan terakhir.
• Dokter tersebut mendapatkan informasi bahwa sebagian besar
masyarakat memiliki kebiasaan BABS (Buang Air Besar Sembarangan).
• Dokter ingin mengetahui seberapa besar risiko hubungan perilaku
BABS dengan kejadian diare
• Desain penelitian?
Case control
Rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan antara
paparan (faktor penelitian) dan penyakit (oucome) dengan cara
membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan
status paparannya
Diabetes
Mellitus (+)
Non Smoker
Smoker
Diabetes
Non Smoker Mellitus(-)
Kekuatan
1. Relatif murah dan mudah dibandingkan penelitian analitik lainnya
2. Sesuai untuk penelitian yang mempunyai periode latent yang
panjang
3. Sesuai utk meneliti penyakit yg langka ( angka kejadiannya kecil)
4. Dapat meneliti sejumlah paparan terhadap suatu penyakit
5. Sesuai untuk menguji hipotesis hubungan paparan dan ”penyakit”
6. Tepat untuk mengeksplorasi kemungkinan sejumlah paparan dan
”penyakit” yang belum jelas hubungannya
Kelemahan
1. Alur metodologi inferensi kausal yg bertentangan dg logika eksperimen klasik
2. Rawan terhadap berbagai bias ( bias seleksi dan bias informasi)
Bias seleksi → tjd saat pemilihan subyek kasus
Bias informasi → tjd akibat ketidakakuratan & ketidaklengkapan data ttg
paparan.
3. Tidak effisien untuk mengevaluasi paparan yang jarang / langka
4. Tidak dapat untuk menghitung Laju Insidens (Insidens rate) penyakit secara
langsung pada kelompok terpapar dan tidak terpapar.
5. Kadang-kadang sulit memastikan hubungan temporal antara paparan dan
”penyakit”
6. Per definisi hanya meneliti sebuah “penyakit”
7. Kesulitan memilih kontrol yang tepat (jika diambil pada 2 populasi yg terpisah)
35. EKSPERIMENTAL MURNI, POST-TEST ONLY
GROUP DESIGN
• peneliti sedang melakukan penelitian tentang khasiat suatu obat
herbal A terhadap perbaikan morfologi sel spermatozoa dan diameter
tubulus tikus model diabetes mellitus.
• semua tikus penelitian dalam kelompok control maupuyn kelompok
penelitian diambil secara ra dom, sedangkan data penelitian
didapatkan setelah tikus penelitian dimatikan dan organ testis
dibuat preparat histologis
• Desain penelitian?
DESAIN EKSPERIMENTAL
• Desain Praeksperimental
• Desain True Experimental (Eksperimental Murni)
• Desain Quasi Experimental (Eksperimental Semu)
Desain Praeksperimen
• Belum disebut sebagai desain eksperimen karena adanya banyak
hambatan untuk memperoleh hasil yang memadai
• Desain praeksperimen ini tidak dianjurkan untuk dilakukan dalam
penelitian
• Desain yang dilakukan dengan jalan memberikan perlakuan kepada
subjek tanpa adanya kelompok kontrol atau jika ada kelompok kontrol
tidak dilakukan penendalian terhadap variabel ekstra yang secara
signifikan berpengaruh
Bentuk Desain Praeksperimen
• Desain Perlakuan Tunggal
• One Shot Case Study
• Sekelompok subjek diberi perlakuan kemudian dilakukan pengamatan
• Non R X O
• Peneliti tidak menerima informasi mengenai akibat perlakuan
• Tidak dapat mengontrol validitas internal
• Desain Perlakuan Ulang
• One Group Pre and Posttest Design
• Menggunakan satu kelompok subjek serta melakukan pengukuran sebelum
dan sesudah perlakuan
• Non R O1 X O2
• Validitas Internal masih terancam karena adanya variabel ekstraneous yang
belum dikendalikan
• Desain Perlakuan Statis
• Static Group Comparation
• Menggunakan 2 kelompok subjek yaitu kelompok ekperimen dan kelompok
kontrol
• Pembagian kelompok tidak dilakukan dengan random
• Efek perlakuan diukur dengan adanya perbedaan hasil antar dua kelompok
• Non R X O
Non R O
• Kelemahan utama: kesetaraan (homogenitas) antara 2 Kelompok tidak
diketahui sehingga perubahan yang terjadi pada eksperimen tidak dapat
dnilai sebagai akibat perlakuan
Kelemahan Desain Praeksperimen
• Tidak ada kelompok kontrol
• Tidak melakukan pengendalian terhadap ekstraneous variable
• Validitas penelitian tidak terpenuhi
DESAIN EKSPERIMEN QUASI
• Eksperimen yang dilakukan tanpa randomisasi, tetapi menggunakan
kelompok kontrol
• Macam Desain Eksperimen Quasi:
• Desain eksperimen ulang non random
• Desain eksperimen Seri
• Desain eksperimen Seri ganda
• Desain eksperimen Bergilir
• Desain Ekperimen Sampel Seri
Desain Eksperimen Ulang Non Random
• Counterbalance Design
• Subjek diuji coba pada semua perlakuan, tetapi dalam rangkaian yang berbeda
dan hanya melakukan Post test
• Tiga Klasifikasi : Kelompok, Waktu dan Perlakuan
• Non R X1O X2O X3O X4O
Non R X2O X4O X1O X3O
Non R X3O X1O X4O X2O
Non R X4O X3O X2O X1O
• Kelemahan: pencemaran dari perlakuan yang lain
• Analisa Statistik: Membandingkan skor perlakuan pertama dengan skor perlakuan
kedua, ketiga dan keempat pada semua kelompok
Desain Eksperimen Sampel Seri
• Desain dengan memberikan perlakuan pada subjek secara tidak terus menerus
• Non R X1 O1 X0 O2 X1 O3 X0 O4
• Desain ini berusaha menghilangkan pengaruh luar selama seri pengukuran
dengan cara melakukan pengukuran dalam waktu yang berurutan setelah
perlakuan diberikan
• Analisa Statistik: Uji perbedaan Mean O1 dan O3 dengan Mean O2 dan O4
DESAIN EKSPERIMEN MURNI
• Desain yang paling ideal untuk mempelajari hubungan kausalitas
• Sumber invaliditas dapat dikontrol
• Ciri Khas: pengelompokan subjek dengan cara random
• Tiga macam desain eksperimen murni:
• Desain Eksperimen Sederhana
• Desain Eksperimen Ulang
• Desain Eksperimen Solomon
• Data diambil post eksperimen → post test only group design
36. COHORT STUDY
• peneliti bermaksud melakukan penelitian untuk mengetahui apakah
kanker paru-paru yang banyak terjadi di daerah A, disebabkan adanya
paparan asbes dari pabrik yang ada di daerah tersebut.
• Jika peneliti membandingkan antara individu yang terpajan dan
tidak terpajan
• Desain penelitian?
Cohort
►Desain studi observasional yg mempelajari hubungan antara paparan
dan penyakit, pada beberapa kelompok yang diikuti sepanjang
periode untuk melihat kejadian penyakit yang timbul.
Penyakit Positip
Kel
Terpapar
Penyakit Negatif
Penyakit Positip
Kel.
Tdk Terpapar
Penyakit Negatif
Berdasarkan Timing Kronologisnya :
• Studi Kohor Prospektif (Studi Kohor “concurrent”)
Penyakit Positip
Kel
Terpapar
Penyakit Negatif
Penyakit Positip
Kel.
Tdk Terpapar
Penyakit Negatif
Berdasarkan Timing Kronologisnya :
• Studi Kohor Prospektif (Studi Kohor “concurrent”)
Diabetes
Mellitus (+)
Non Smoker
Smoker
Diabetes
Non Smoker Mellitus(-)
Kekuatan
1. Relatif murah dan mudah dibandingkan penelitian analitik lainnya
2. Sesuai untuk penelitian yang mempunyai periode latent yang
panjang
3. Sesuai utk meneliti penyakit yg langka ( angka kejadiannya kecil)
4. Dapat meneliti sejumlah paparan terhadap suatu penyakit
5. Sesuai untuk menguji hipotesis hubungan paparan dan ”penyakit”
6. Tepat untuk mengeksplorasi kemungkinan sejumlah paparan dan
”penyakit” yang belum jelas hubungannya
Kelemahan
1. Alur metodologi inferensi kausal yg bertentangan dg logika eksperimen klasik
2. Rawan terhadap berbagai bias ( bias seleksi dan bias informasi)
Bias seleksi → tjd saat pemilihan subyek kasus
Bias informasi → tjd akibat ketidakakuratan & ketidaklengkapan data ttg
paparan.
3. Tidak effisien untuk mengevaluasi paparan yang jarang / langka
4. Tidak dapat untuk menghitung Laju Insidens (Insidens rate) penyakit secara
langsung pada kelompok terpapar dan tidak terpapar.
5. Kadang-kadang sulit memastikan hubungan temporal antara paparan dan
”penyakit”
6. Per definisi hanya meneliti sebuah “penyakit”
7. Kesulitan memilih kontrol yang tepat (jika diambil pada 2 populasi yg terpisah)
39. CROSS SECTIONAL
• dokter di sebuah puskesmas menemukan diare disentriform di
daerahnya.
• Dokter ingin meneliti lebih lanjut dengan tujuan untuk menganalisis
hubungan antara ketersediaan air bersih dengan kejadian diare.
• Penelitian ingin dilakukan dengan waktu yang singkat dengan biaya
yang efisien
• Desain penelitian?
Cross sectional
• Suatu rancangan penelitian yang mengkaji dinamika korelasi/asosiasi
antara variabel independen dengan variabel dependen pada saat
yang bersamaan (point time approach).
• Pengamatan sesaat atau periode tertentu pada kelompok sampel
• Dapat merupakan studi pendahuluan
• Studi peralihan antara deskritif dengan analitik
Keuntungan
Dll.
Variabel Bebas
Variabel yang dalam penelitian tersebut
nilainya tidak tergantung pada
nilai variabel lain
Volume
Penjualan
Besarnya
Variabel bebas keuntungan
Harga
barang
Variabel penengah
Keragaman Efektivitas
Sinergi
tenaga kerja Mengapa?
Kreativitas
Organisasi
Variabel bebas Variabel tergantung
Variabel sela/antara
• efek ekstrak daun kelor terhadap ukuran tumor payudara pada
wanita usia subur di RS Bandung
Meningitis Encephalitis
•Demam •Demam
•Nyeri kepala •Penurunan
•Kaku kuduk kesadaran
•Kejang
Meningitis
• Peradangan pada meninges
• Fungsi neuro intak → tidak ada deficit neuro fokal
• Letargi
Encephalitis
• Peradangan pada parenkim otak
• Seringkali dengan peradangan meninges (meningoencephalitis)
dan medulla spinalis (encephalomyelitis)
• Berefek pada fungsi otak → perubahan status mental, deficit
sensori/motoric, perubahan kepribadian, gangguan bicara/gerak
Pemeriksaan
• Meningeal sign
→ meningitis (+)
• Lumbal pungsi →
menentukan
penyebab
Tata laksana
meningitis
Tata laksana encephalitis
• Asiklovir → tata laksana empiric karena tingginya insidensi
encephalitis herpes simpleks
• Setelah penyebab diketahui, sesuai dg pathogen penyebab
• A. subarachnoid hemorrhagia → pecahnya pembuluh darah di ruang
subarachnoid, gejala : nyeri kepala hebat dan mendadak, hilang kesadaran,
fotofobia, meningismus, mual dan muntah
• B. tumor fossa posterior → tumor di fossa posterior, gejala : peningkatan
tekanan intracranial karena hidrocepalus akibat penekanan ventrikel IV
(nyeri kepala, mual, muntah, ataksia)
• C. sindroma maligna neuroleptic → sindrom yang terjadi akibat komplikasi
serius dari penggunaan obat anti psikotik, gejala: hipertermi, rigiditas,
disregulasi otonom dan perubahan kesadaran
• E. epilepsy → gangguan sistem saraf pusat akibat pola aktivitas listrik otak
yang tidak normal. Hal itu menimbulkan keluhan kejang, sensasi dan
perilaku yang tidak biasa, hingga hilang kesadaran
46. Amitriptyline
• perempuan 30 tahun
• nyeri kepala selama 17 hari per bulannya selama 4 bulan
• Nyeri kepala terjadi kurang dari 30 menit, bilateral, menekan,
mengikat namun tidak berdenyut
• pemeriksaan ditemukan adanya nyeri tekan disekitar miofacial dan
perikranial
• Dokter memutuskan untuk memberikan obat analgetik dan
antidepresan karena pasien mengeluhkan adanya sulit tidur
• Obat antidepresan yang tepat untuk kasus?
Tension Headache / TTH
• Nyeri kepala tipe tegang
• Bentuk sakit kepala yang paling sering dijumpai dan sering
dihubungkan dengan jangka waktu dan peningkatan stress
• Lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki =
3:1
• Dapat mengenai semua usia, sebagian besar adalah dewasa muda
(20-40 tahun)
Keluhan
• Nyeri yang tersebar secara difus
• Sifat nyerinya mulai dari ringan hingga sedang
• Berlangsung selama 30 menit hingga satu minggu penuh
• Nyeri bisa dirasakan kadang-kadang atau terus menerus
• Nyeri pada awalnya dirasakan pada leher bagian belakang kemudian
menjalar ke kepala bagian belakang selanjutnya ke kepala bagian
depan
• Selain itu, nyeri juga dapat menjalar ke bahu
• Nyeri kepala dirasakan seperti kepala berat, pegal, rasa kencang pada
daerah bitemporal dan bioksipital, atau seperti diikat di sekeliling
kepala
• Nyeri kepala tipe ini tidak berdenyut
• Tidak disertai dengan mual ataupun muntah
• Mungkin disertai anoreksia
• Gejala lain : insomnia, nafas pendek, konstipasi, berat badan
menurun, palpitasi, dan gangguan haid
• Pada kasus kronis biasanya merupakan manifestasi konflik psikologis
yang mendasarinya seperti kecemasan atau depresi
340
341
Klasifikasi
• Episodik : berlangsung <15 hari dengan serangan yang terjadi <1 hari
perbulan (12 hari dalam setahun)
• Kronis : berlangsung >15 hari selama 6 bulan terakhir
Kriteria diagnosis
• Sakit kepala tipe tension episodik.
• Setidaknua terdapat 10 episode sakit kepala sebelumnya yang memenuhi kriteria B-D di
bawah ini. Jumlah hari terjadinya sakit kepala < 180/ tahun.
• Sakit kepala terjadi antara 30 menit sampai 7 hari.
• Setidaknya terdapat 2 dari hal-hal di bawah ini:
• Rasa seperti ditekan atau diikat. Tidak terasa berdenyut.
• Intensitasnya ringan-sedang.
• Lokasinya bilateral.
• tidak memberat dengan naik tangga atau aktivitas fisik rutin.
• Dua dari hal-hal di bawah ini.
• Tidak ada mual atau muntah, namun dapat terjadi anoreksia.
• Fonofobia dan fotofobia mungkin tidak ada, ada terdapat salah satunya saja .
• Frekuensi sakit kepala rata-rata 15 hari/ bulan. (180 hari/tahun) for 6 bulan dan
memenuhi kriteria B-D yang terdapat di bawah ini.
• Setidaknya terdapat 2 dari hal-hal di bawah ini:
• Rasa seperti ditekan atau diikat.
• Tingkat keparahannya sedang-berat.
• Lokasinya bilateral.
• Tidak memberat dengan naik tangga atau aktivias fisik rutin.
• Dua hal di bawah ini:
• Tidak ada muntah.
• Tidak lebih dari dua hal berikut ini: mual, fotofobia, atau fonofobia.
Tata laksana
• Terapi abortif
• Simpel analgesic NSAID (ibuprofen 400 mg, naproxen 220 mg atau 550 mg,
aspirin 650-1000 mg), paracetamol 1000 mg
• Kombinasi (pct 250 mg, aspirin 250 mg, ibuprofen) dengan kafein 65 mg
• Muscle relaxant
• Terapi preventif
• Antidepresan trisiklik amitriptilin Amitriptilin 10-50 mg Sebelum tidur
STABLE ANGINA Nyeri dada muncul saat ST depresi, T inversi, EKG Normal
beraktivitas dan membaik tidak spesifik
saat istirahat
UNSTABLE ANGINA Nyeri dada muncul saat ST depresi, T inversi, EKG Normak
aktifitas maupun istirahat tidak spesifik
dan tidak membaik dengan
beristirahat
NSTEMI Nyeri dada substernal ST depresi, T inversi, EKG Meningkat
menjalar, keringat dingin, tidak spesifik
muntah
STEMI Gejala sama dengan STEMI ST elevasi, LBBB new onset Meningkat
• Pada angina stabil biasanya pada saat dilakukan pemeriksaan EKG
tidak menunjukkan kelainan bermakna → perlu dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut → treadmill test
BIOMARKER
Lokasi
TATALAKSANA AKUT KORONARI SYNDROME
• TATALAKSANA DEFINITIF untuk onset < 3jam adalah Terapi
Revaskularisasi
• Terapi Revaskularisasi :
• PCI (Percutaneous Coronary Intervention)
• Trombolitik : Streptokinase
• CABG (by-pass)
Hordeolum
• perempuan 30 tahun
• benjolan pada kelopak mata
• awalnya kecil kemudian membesar dalam beberapa min gg
• benjolan terasa nyeri tapi ringan u
• Empat hari sebelumnya pernah kedokter dan diedukasi untuk kompres
hangat tanpa diberi obat apapun, namun belum membaik
• Diagnosis?
Parameter Hordeolum Eksterna Hordeolum Interna Calazion
Etiologi Sebagian besar oleh infeksi Infeksi stafilokokal (primer) atau Proliferasi dan reaksi granulomatosa
Staphylococcus Aureus kalazion yang terinfeksi dari dinding kelenjar
(sekunder)
Manifestasi Benjolan merah, hangat, edema dan nyeri Benjolan lunak hingga
Klinis (lebih nyeri pada hordeolum internum) pada keras, tidak nyeri
tepi palpebra
Calazion
• B. kalazion → Peradangan granulomatosa kronik non-infektif pada kelenjar
Meibom, gejala : benjolan lunak hingga keras, tidak nyeri
• C. blefaritis → peradangan pada kelopak mata, yang menyebabkan bagian
tersebut jadi terlihat bengkak dan merah, gejala : kelopak mata bengkak, merah,
terasa mengganjal
• D. blefarofimosis suatu penyakit yang mengenai kedua mata dan diturunkan
secara autosomal dominan dengan kumpulan tanda klinis berupa blefarofimosis,
ptosis berat, epikantus inversus, dan telekantus
• E. trikiasis kondisi di mana bulu mata tumbuh ke arah yang salah yaitu menujuke
bola mata
49. Gangguan cemas menyeluruh
• perempuan 35 tahun
• setiap hari merasa gelisah, sulit berkonsentrasi dan otot-otot terasa
pegal
• rasa khawatir terhadap sesuatu yang kurang jelas, jantung
berdebar-debar, sesak nafas, dan sering berkeringat terutama di
telapak tangan
• selama 3 minggu
• pasien sering tidak mengerjakan tugasnya sebagai ibu rumah tangga
• Diagnosis?
Gangguan Cemas Menyeluruh
• Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung
hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak
terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi tertentu saja (sifatnya
“free floating” atau mengambang)
• Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut
• Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa di ujung tanduk, sulit konsentrasi, dsb.)
• Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai),dan
• Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak
napas, serta keluhan somatic berulang yangmenonjol)
• Pada anak-anak sering terlihat kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan
(reassurance) serta keluhan somatik berulang yang menonjol
• Adanya gejala lain yang sifatnya sementara, khususnya depresi, tidak
membatalkan diagnosis utama gangguan cemas menyeluruh, selama hal
tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresi, anxietas fobik,
gangguan panic, atau OCD.
Tata laksana
• Benzodiazepin
• Non-benzodiazepine → sulpride, buspirone, hydroxizyne
Jawaban lainnya
• A. gangguan panik serangan kecemasan berat, gejala : rasa tercekik
seperti akan mati, sesak napas, dll, tidak dalam kondisi yang berbahaya
sebetulnya
• B. gangguam fobia dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas
(dari luar infividu itu sendiri), yang sebenarnya tidak membahayakan
• C. gangguan stress pasca t r a u m a timbul dalam kurun waktu 6 bulan
setelah kejadian traumatic berat, adanya flashback kejadian
• D. gangguan histeris dan konversi kondisi kejiwaan di mana seseorang
merasakan gejala fisik berupa kehilangan kendali terhadap fungsi sistem
saraf dan gejala tersebut tidak terkait dengan penyakit lainnya. Kondisi ini
disebut juga dengan gangguan neurologis fungsional, yang mengacu pada
fungsi sistem saraf pusat yang tidak normal
50. Pengecatan Tzanck didapatkan
multinucleated giant cell
• bayi perempuan 6 bulan
• plenting-plenting di seluruh badan
• Awalnya lima hari yang lalu badannya agak demam dan lemas
• Kemudian muncul plenting-plenting pada tubuhnya yang semakin hari
semakin banyak
• pemeriksaan fisik punggung, dada, belakang leher tampak adanya
papul eritem, vesikel dengan dasar eritem bentuk seperti air mata
(tear drop), polimorfi, multipel tersebar
• Hasil pemeriksaan lab yang sesuai?
VZV – Varicella (Chicken Pox)
Etiologi : VZV
Faktor Risiko :
1. Anak-anak
2. Riwayat kontak dengan pederita varisela
3. Immunodefisiensi
Terapi:
Sistemik
• Diagnosis?
Epilepsi
• Epilepsi=kelainanpadaotakyang menyebabkan
kecenderunganuntuk terjadibangkitankejang.
• Pemeriksaanpenunjang=EEG
Jenis-jenisKejang
• Kejangfokal/parsial
– Sederhana:kesadaran tidakterganggu,
– Kompleks kesadaran terganggu,pasien tidak ingat saat kejang
– Umum-sekunder:awalnyakejangfokalkompleks,lalumenjadikejangumum
tonik-klonik
• Kejangumum/generalized
– Absans/petit mal:pasienmenjadibengong,dapatdisertaiautomatisme
– Mioklonik:gerakanmotoriksingkat,jerking,<1detik
– Klonik:pergerakanmotorik-ritmik
– Tonik:tonusototmeningkat,tubuhjadikaku
– Tonik-klonik:campurantonikdanklonik
– Atonik:tonusotothilang,tiba-tibajatuh
STATUSEPILEPTIKUS
• Definisi
– Kejangyangberlangsunglebihdari30menitATAU
– >2kejangberturut-turuttanpapulihnyakesadarandiantarakejangyang
berlangsunglebihdari30menit.
• Umumnyaberupakejangtonik-klonik
• Perludidapatkanriwayatepilepsidanpengobatan.
– Padapasienstatustanpariwayatepilepsi,terdapatbeberapakondisi
pemicu,misalnyacederakepala,infeksi, neoplasma,danbeberapa
penyakitsaraflainnyayangdapatmencetuskankejang.
Untukneonatus,lini
pertamaadalah
fenobarbital
Tatalaksana kejang pada
dewasa
• KejangbersifatRITMIKdanbadanKAKU
• Ritmik klonik
• Ka ku tonik
Sehingga padakasusini,jeniskejangnyaadalah
tonik-klonik
52.C. HINDARI FLEKSILUMBOSAKRAL
Pria usia 41 tahun datang dengan keluhan nyeri di punggung
kanan bawah yang menjalar hingga ke tungkai. Pasienmerasa
lebih nyeri jika membungkuk. Didapatkan refleks fisiologis
menurun, rangsang raba menurun, dan penyempitan diskus
intervertebralis L5-S1. Edukasi apa yang tepat diberikan
kepada pasien ini?
A. Hindari rotasi thorako-lumbal
B. Hindari rotasi lumbo-sakral
C. Hindari ekstensi lumbo-sakral
D. Hindari fleksi lumbo-sakral
E. Hindari fleksi thorako-lumbal
53. C. HINDARI FLEKSILUMBOSAKRAL
• Laki-laki 41 th
• Nyeri di punggung kanan bawah
• Menjalar hingga ke tungkai
• Lebih nyeri jika membungkuk
• Refleks fisiologis menurun
• Rangsang raba menurun
• Penyempitan diskus intervertebralis L5-S1
1 (x) 2 Ekstensi
(deserebrasi)
1 (x)
A. 8
B. 10
C. 12
D. 13
E. 14
55. A. ANTIBIOTIK + ANTIINFLAMASI
– Penurunan nafsu makan
– Suhu 38,6oC
– Tonsil T3/T3 hiperemis, detritus (+) memenuhi kripta sehingga menyerupai
aliran sungai
• Diagnosis Anda
OBSTRUKSI PARALITIK
PERBEDAAN DASAR GAMBARAN
ILEUS OBSTRUKSI • ILEUS PARALITIK
• UMUMNYA, distribusi • UMUMNYA, distribusi
gas tidak merata (hanya gas merata (proksimal –
• di proksimal sumbatan). • distal).
Dilatasi usus tidak Dilatasi usus
proporsional, melainkan proporsional. JADI, kolon
BERTINGKAT à tumpang berdilatasi tetapi tetap
• Gambaran air fluid level • lebih besar daripada
sangat banyak, dilatasi usus halus.
bertingkat menyerupai Gambaran air fluid level
stepladder. sedikit, tersebar tidak
57. A. PARASETAMOL
• usia 29 tahun hamil G2P1A0
• Demam terutama sore hari selama 7 hari.
• Pemeriksaan TD 120/80mmHg, nadi 84x/menit, RR
18x/menit, suhu 37.9C. Lidah kotor & tremor. Tubex
test (+) à tifoid pada kehamilan
TATALAKSANA:
1. Stabilisasi hemodinamik
2. Pematangan paru pada bayi prematur
3. Operasi SC
Transvaginal sonography was compared with transabdominal sonography in 35
women with suspected placenta previa. The transvaginal sonographic technique
did not result in vaginal bleeding in any of the patients. The internal os and its
relationship to the location of the placenta were visualized by transvaginal
sonography in all patients, but only in 24 patients (69%) by transabdominal
sonography. Transvaginal sonography ruled out placenta previa in 13 cases thought to
be placenta previa by abdominal sonography. The transvaginal diagnosis in these 13
patients was confirmed at delivery. Thirty-four of the 35 women have been
delivered. The diagnosis at delivery confirmed the transvaginal sonographic
diagnosis in 29/34 cases and the transabdominal diagnosis in 16/34. Transvaginal
sonography did not predict the delivery diagnosis in five patients who were
erroneously believed to have placenta previa by both sonographic techniques.
Pilihan Lain
A. USG transabdominal sensitivitas 96-98%
C. USG transperineal PPV 90%, NPV 100%
D. USG Doppler u/ solusio plasenta
E. MRI solusio plasenta
61. D.HORMONTIROID
• Pasien perempuan usia muda,
berdebar2, cemas
• TD tinggi, EKG : atrial fibrilasi
• Mengarah ke hipertiroid (Thyroid
heart disease)
• Keywords:
• Diare dan demam hilang timbul 3 bulan
• Penurunan BB > 10 kg dalam 6 bulan
• PSK sejak 6 tahun
• Oral thrush, pembesaran KGB leher
• Nightmare/mimpiburuk:tiba-tibabangundari
tidur,masih mengingatisimimpinya
• Nightterror/sleepterror:tiba-tibabangundari
tidursambilmenjerit,tapitidak ingatmimpinya
• Sleepwalking/somnabulisme:berjalan
danmelakukankegiatanlainsambiltidur
66. C.ATENOLOL
• Clostridium tetanimasukmelaluiluka
• Clostridium tetani mengeluarkan
tetanospasmin,yaituneurotoksin yang
menyebabkanspasme otot terus-
menerus
• Clostridium tetaniadalahbakteri
grampositif,anaerob obligat,
berbentukrod ataustik drum,
berkembangbiakdenganspora
GejaladanTanda
Keluhan pasien berdasarkan jenist etanus:
• Tetanus lokal
– Spasme hanya padadaerah luka
• Tetanus sefalik
– Spasmepada wajah diikutidengantrimus,disfagia, risus
sardonicus(wajahsepertiketawa),disfungsinervuskranialis
• Tetanusumum/generalisata
– Spasme umum diseluruh tubuh,epistotonus(perutdandadakaku),
Kejang umum denganrangsangan yang ringan(suara,cahaya,sentuhan)
• Tetanusneonatorum→ Padaneonatus,gejala khasnyaadalah
mulutmencucu(sepertiikan)
Trismus mulut dak bisa
menutup
Risussardonicus
wajahsepertitertawa
Mulutmencucu sepertiikan
pada tetanusneonatorum
TatalaksanaTetanus
• Manajemenluka
• Oksigenasi
• Ruangrawatisolasi
• Tetanusimmunoglobulin 3000-6000 unit
• Jika kejangdiazepam0,5mg/kgBB/kali (dosisoptimum10
mg/kali,dosis
Maksimal 480mg/hari)
• Antibiotik selama 10 hari
PilihanAntibiotik
• Prokainpenisilin 4x1,2jutaunit (IM)
• Tetrasiklin 4x500mg (POatauIV)
• Eritromisin50mg/kgBB/haridalam 4 dosis
• Metronidazoleloading dose 15
mg/kgBB/jam, selanjutnya7,5mg/kgBB
setiap6jam
Lukayangberisikoterkenatetanus
Postexposure prophylaxis
• Tetanusimunoglobulin(TIg)500IUdisuntikanIMpada:
– Lukakotor+riwayatvaksintetanus<3dosis
• Tetanustoxoid(TT)disuntikan iMpada:
– Riwayatvaksintetanus<3dosis
– Riwayatvaksintetanus>3dosis+boosterterakhir
>10tahun+lukabersih
– Riwayatvaksintetanus>3dosis+boosterterakhir
>5tahun+lukakotor
69. B. RHEUMATOIDARTHRITIS
• Mengarah kerheumatoid
arthritis
Rheumatoid arthritis
•Rheumatoid arthritis (RA) is a chronic systemic inflammatory
disease of unknown cause
• Diagnosis?
JenisGlaukoma
Dibedakan
berdasarkan:
• Open/closedangle,
dan
• Primer/sekunder:
– Primer tanpaada
Penyebablain
– sekunderdisebabkan
trauma,katarak,dsb
90 persenan adalah
primary open angle
glaucoma(POAG)
Iniyangharusadadiglaukoma!
GlaukomaTERTUTUP
GlaukomaSudutTertutup
PrimerAkut
Minimal2darigejala:
• Nyerimata
• Mual/muntah
• Riwayatpenglihatankaburintermitendenganhalo
Dansetidaknya3 daritanda:
• IOP>21mmHg
• Injeksikonjungtiva
• Edemakornea
• Pupilmid-dilatasinonreaktifdanbilikmatadepandangkal
72. B. SERANGAN PANIKDENGANAGORAFOBIA
• Wanita 25 tahun
• merasa tercekik dan pingsan
• seperti akan meninggal
• ketika berada di keramaian saat keluar rumah
• tidak ada yang menolong
• Pasien tidak mau keluar rumah