Anda di halaman 1dari 422

1.

Bronkiolitis Akut
Keywords
• Anak, Usia 12 bulan
• Sesak Nafas sejak 2 minggu
• HR 108x/menit, RR 54x/menit, T 38.2C.
• Retraksi suprasternal (+), Wheezing (+), Ronkhi(+)
Penjelasan
• Anak usia >28 hari - 2 tahun + gejala sesak nafas → Pikirkan 2
diagnosis banding :
-Bronkiolitis akut (dengan wheezing/mengi)
-Bronkopenumonia (tanpa wheezing/mengi)
• Pada kasus anak berusia 12 bulan dan dari pemeriksaan fisik
didapatkan wheezing (+), sehingga diagnosis adalah bronkiolitis akut.
Bronkiolitis
• Etiologi : Respiratory sinctial virus
• Sering pada anak < 2 Tahun
• Terdapat gejala Asma + Pneumonia
• Gejala:
• Demam tidak terlalu tinggi
• Tetapi sesak nafas yang hebat (dijumpai nafas cepat, retraksi dada,
wheezing)
• Batuk, gelisah, tidak mau makan.
• Pemeriksaan foto: diafragma datar, gambaran hiperaerasi, dan infiltrat
perihiler dan patchy atelektasis.
Gejala Bronkiolitis mirip dengan asma, namun ada beberapa perbedaan yaitu :
2. Pemeriksaan Sputum SPS
Keywords
• Laki-laki 48 tahun
• Batuk berdahak sejak 3 minggu yang lalu
• Pilek, demam, dan berkeringat malam hari
• Pernah berobat OAT 6 bulan dan dinyatakan sembuh
• TD 120/80 mmHg, nadi 92x/menit, RR 24x/menit, suhu 37.6C.
Pembahasan: Pasien datang dengan gejala khas TB : Batuk berdahak
lebih dari 2 minggu, demam, keringat malam. Pasien juga pernah
mengkonsumsi OAT 6 bulan dan dinyatakan sembuh (susp. TB paru
relaps)
Berdasarkan algoritma diagnosis TB, untuk mendiagnosis pasien
dilakukan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan sputum SPS
TUBERKULOSIS PARU
▪ Etiologi : M. Tuberculosis
▪ Gejala Klinis :
- Batuk berdahak > 2 minggu, hemoptisis, sesak
nafas, nyeri dada.
- Demam, penurunan berat badan, penurunan
nafsu makan, berkeringat di malam hari, atau
ada gejala TB ekstra paru.
• Pemfis: suara nafas bronkhial, ronkhi basah kasar di apex, amforik.
• Pemeriksaan BTA (bakteri tahan asam atau Acid Fast Bacill (AFB)) SPS
(sewaktu-pagi-sewaktu), dengan pengecatan Ziehl Nelsen.
• Kultur: Metode Lowenstein-Jensen
• Radiologi: Foto thoraks PA, top lordotic.
Aktif : Kavitas, efusi, infiltrat.
Inaktif : Fibrosis, kalsifikasi dan schwarte
Algoritma Diagnosis TB
3. E. Efusi Pleura
Keywords
• Laki-laki 50 tahun
• Keluhan sesak napas 1 hari lalu
• Riwayat pasien mengeluh batuk berdahak sejak 2 minggu yang lalu
• PF: ketinggalan gerak, perkusi redup, menurunnya stem fremitus,
dan vesikuler menurun pada paru kanan.
• Pemeriksaan radiologi tampak opasitas menyelubungi paru dan
meniscus sign (+) pada paru kanan
Pembahasan:
• Hasil pemeriksaan fisik paru :
1. Inspeksi: Ketinggalan gerak pada paru kanan →kemungkinan masalah
pada pleura paru kanan atau atelektasis paru kanan
2. Palpasi : Stem fremitus menurun → Masalah pada pleura paru kanan
3. Perkusi : Redup → ada benda selain udara pada paru (cairan/benda
padat)
4. Auskultasi → Vesikuler menurun pada paru kanan → masalah pada
pleura paru kanan

KESIMPULAN : ada cairan/benda padat yang mengisi pleura


PEMERIKSAAN FISIK PARU
INSPEKSI PALPASI Perkusi
Simetris Stem Fremitus normal→N Sonor → Komposisi udara dan
fusiformis→Pengembangan paru jaringan paru seimbang (normal)
baik Stem Fremitus meningkat→
Masalah pada PARENKIM paru Hipersonor→ Udara terlalu banyak
Asimetris→ Ada masalah pada
pengembangan paru→ masalah Stem fremitus menurun → Redup→ Cairan/ benda padat
Masalah pada pleura mengisi paru
di pleura atau atelektasis

Auskultasi
Auskultasi
Suara Pernafasan:
Suara tambahan:
Vesikuler → N
Ronkhi → masalah Parenkim
Vesikuler menurun → masalah
Pleura Wheezing → Obstruksi saluran
nafas
Bronkial → masalah Parenkim
Efusi Pleura
• Radiologi: Meniscus sign (+) : tanda khas
efusi pleura

• DIAGNOSOS→ EFUSI PLEURA


4. d. Streptomisin
• keluhan pusing berputar
• mendapat terapi TB paru kategori 2

Pusing berputar akibat efek samping OAT


• Pasien mengkonsumsi OAT kategori 2 : 2RHZES/RHZE/5R3H3.
Streptomisin hanya diberikan pada kategori 2
• Keluhan : Pusing berputar→ Efek samping streptomisin, mengganggu
fungsi nervus VIII (pendengaran dan keseimbangan)
OBAT EFEK SAMPING
RIFAMPISIN Menurunkan efektifitas KB hormonal
Menstruasi irreguler
Urin berwarna merah
Purpura dan renjatan
Defisiensi asam folat
Strong enzyme inducer
Hepatotoksik
ISONIAZID Neuropati perifer berikan vit. B6
Anemia
PIRAZINAMID Paling hepatotoksik
Meningkatkan kadar asam urat
Nyeri sendi
ETHAMBUTOL Gangguan pengelihatan, Neuritis optik, buta warna pada anak
STREPTOMISIN Ototoksik, embriotoksik (kontraindikasi pada ibu hamil), nefrotoksik
5. A. OAT sebagai kasus baru
• Keluhan batuk selama 3 bulan ini
• Batuk disertai darah, keringat malam, penurunan berat badan 5 kg
dalam 2 bulan.
• Riwayat diterapi dengan OAT selama 20 hari.
Penjelasan

• Kasus : pasien baru mengonsumsi OAT selama 20 hari (belum sampai


1 bulan/28 hari) → Kasus baru
• Terapi dengan OAT kategori 1
Definisi Kasus Tuberkulosis
• Kasus Baru : Penderita belum pernah mendapat OAT atau pernah
mendapat OAT kurang dari satu bulan.
• Kasus Kambuh (relaps) : Pernah mendapat pengobatan TB lengkap
dan dinyatakan sembuh kemudian berobat kembali dengan hasil
pemeriksaan BTA positif.
• Kasus Setelah Putus Berobat (Default) : Telah mendapat pengobatan
minimal satu bulan namun putus obat selama dua bulan lebih
dengan BTA positif.
• Kasus Gagal (Failure) : Penderita BTA positif yang masih positif atau
kembali menjadi positif pada akhir bulan ke 5.
• Kasus Pindah : Penderita yang sedang mendapat pengobatan OAT
namun pindah ke kabupaten / kota lain.
• Kronik : Penderita dengan hasil pemeriksaan BTA positif setelah
selesai pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baik.
• Bekas TB : Tidak ada tanda TB, BTA negatif, hanya ada fibrosis pada
rontgen thoraks.
Pengobatan TB
Kategori 1 (2RHZE / 4H3R3) :
- Kasus baru BTA positif,
- BTA negatif, rontgen thoraks positif,
- TB ekstra paru,
Kategori 2 (2RHZES/ RHZE/ 5H3R3E3) :
- Pasien kambuh,
- Pasien gagal,
- Pasien dengan pengobatan setelah putus obat.
6.C.Atelektasis kanan
• Keluhan batuk dan sesak sejak 1 bulan
• Vital sign: TD 140/90 mmHg, N 100 x/m, R 28 x/m, S 36,80C
• Pemeriksaan fisik: trakea bergeser ke kanan, suara nafas kanan
menurun, perkusi redup paru kanan
• Foto thorax : konsolidasi homogen pada paru kanan disertai
penarikan trakea dan mediastinum ke kanan
• Atelektasis : Kondisi paru kolaps/tidak bisa mengembang
• Tanda khas : Trakea berdeviasi ke arah paru yang sakit
• Skenario soal :” trakea bergeser ke kanan, suara nafas kanan
menurun, perkusi redup paru kanan. Pada hasil foto toraks
didapatkan konsolidasi homogen pada paru kanan disertai penaikan
trakea dan mediastinum ke kanan

• Paru kanan sakit, trakea berdeviasi ke kanan → atelektasis


• Contoh Gambaran foto thorax
pada atelektasis
• Pada gambar terlihat opasitas
menyelubungi paru kanan (Paru
kanan sakit), dan trakea tertarik
ke arah kanan
7.B. Punksi Pleura
• Keluhan sesak nafas, batuk dan demam
• Pasien memiliki riwayat hipertensi
• Pasien merasa lebih nyaman tidur ke arah kiri
• TD 160/100mmHg, RR 28x/menit, T 37 C
• Inspeksi dada kiri tertinggal, perkusi dada kiri terdapat redup,
auskultasi suara nafas vesikuler menurun
• Pemeriksaan penunjang: perselubungan homogen pada paru kiri
dengan sudut kostofrenikus menumpul, opasitas mengikuti
perubahan posisi
• PEMBAHASAN KASUS
• Gejala khas : Sesak nafas yang dipengaruhi perubahan posisi ke satu sisi
(kiri)
• Tanda :
Pemeriksaan fisik :
• Hasil pemeriksaan fisik paru :
1. Inspeksi: Ketinggalan gerak pada paru kiri→kemungkinan masalah pada
pleura paru kiri atau atelektasis paru kiri
2. Perkusi : Redup → ada benda selain udara pada paru (cairan/benda
padat)
3. Auskultasi → Vesikuler menurun pada paru kiri → masalah pada pleura
paru kanan
EFUSI PLEURA
• Efusi pleura adalah penimbunan cairan didalam rongga pleura akibat
transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura
• Gejala: Sesak nafas, membaik dengan perubahan posisi
• Tanda dari pemeriksaan fisik:
Tanda radiologis: sudut costofrenikus
tumpul, meniscus sign/ Ellis sign.
Algoritma Diagnosis dan Tatalaksana Efusi Pleura
Kesimpulan diagram:
• Diagnosis dan tatalaksana awal efusi pleura : punksi
pleura/thoracocentesis
• Terapi sesuai etiologi
• Jika tidak membaik→ Thoracoscopy/ pemasangan WSD
• Pemeriksaan penunjang : Sudut
kostofrenikus tumpul/ meniscus sign =
Tanda khas efusi pleura
• KESIMPULAN : DIAGNOSIS EFUSI PLEURA
8. B. Asam Salisilat Topikal
• Keluhan bintil-bintil pada punggung tangan kanan
• Terasa nyeri dan gatal, membesar dan menyebar hingga jari-jari
tangan
• Pemeriksaan dermatologis : papul bentuk kubah, sewarna kulit,
dengan perabaan kasar, dan ada yang tunggal dan berkelompok
• Penjelasan:
• Pada kasus dijumpai papul bentuk kubah dengan perabaan kasar.
Papul kasar merupakan gambaran khas veruka vulgaris. Predileksi
veruka vulgaris terutama pada tangan, seperti pada kasus
• Salah satu terapi lini pertama untuk veruka vulgaris: Asam salisilat
topikal
Veruka Vulgaris
• Veruka vulgaris adalah infeksi HPV pada
epidermis dengan gambaran klinis berupa
papul, nodul berbentuk kubah sewarna
dengan kulit, permukaan kasar (Verrucous)
dan berbatas tegas, dapat tunggal maupun
berkelompok. Predileksi terutama di daerah
tangan, siku, lutut, kaki dan jari-jari
• Veruka vulgaris disebabkan oleh infeksi HPV
pada epidermis. Sub tipe HPV yang telah
diketahui menyebabkan veruka vulgaris
adalah sub tipe HPV 1, 2, 4, 7, 27, 29, 57 dan
63.
Tatalaksana
9. A. Stenosis Mitral
• Wanita 35 tahun
• Lemas seluruh tubuh sejak 7 hari ditemukan
• Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 115 x/menit, nafas 30 x/menit,
suhu afebris.
• Pemeriksaan fisik ditemukan murmur diastolik grade III/IV di apex.
Penjelasan :
• Murmur : Tanda adanya turbulensi aliran darah di jantung, akibat
kelainan katup jantung
• Kelainan katup jantung terdiri dari :
Stenosis : kegagalan katup jantung membuka
Regurgitasi/ Insufisiensi: kegagalan katup jantung menutup
Lokasi Auskultasi Katup Jantung

©Bimbel UKDI MANTAP


Katup Pada Jantung dan Lokasi Auskultasinya
Kasus : Murmur diastolik grade III/IV di apex
(lokasi auskultasi mitral) = mitral stenosis
MISA-S Mitral Stenosis Aorta Sistolik
Insufisiensi

MSAI-D Mitral Stenosis Aorta Diastolik


Insufisiensi
10. A. Furosemid
• Keluhan sesak nafas mendadak sejak 2 hari yang lalu.
• Keluhan berkurang dengan posisi duduk.
• Riwayat serangan jantung 1 tahun yang lalu dan hipertensi sejak 5
tahun yang lalu→ Riwayat penyakit kardiovaskular
• Vital sign: TD 140/90 mmHg, denyut nadi 120x/menit, frekuensi
napas 30 x/menit, saturasi oksigen 80 %
• Ronkhi basah dikedua lapang paru
• Pada pemeriksaan thorax ditemukan kesan cardiomegali dengan garis
Kerley B dan butterfly appearance.
Penjelasan
Sesak nafas berkurang dengan posisi duduk : Gejala khas edema paru
akut
• Pemeriksaan fisik : Ronkhi basah basal→edema paru akut
• Pemeriksaan penunjang : Kerley B line, butterfly appearance →
edema paru kardiogenik
• Pasien pada kasus mengalami edema paru akut, sehingga tatalaksana
yang paling tepat (berdasarkan diagram slide sebelumnya) adalah
pemberian O2 via NRM 10-15 lpm, diikuti venodilator
(Nitrogliserin/ISDN), Diuretik Furosemid, serta morfin
Edema Paru Akut
• Edema paru dapat didefinisikan secara luas sebagai akumulasi cairan yang
berlebihan di dalam sel, ruang antar sel, dan rongga alveoli pada paru
• Beberapa etiologi edema paru akut:
• Kardiogenik (Tekanan Tinggi)
• Permeabilitas Kapiler
• Obstruksi Saluran Respiratorik
• Re-ekspansi Paru
• Uremia
• Neurogenik
• Dataran Tinggi
• Inhalasi Zat Toksik
• Obat-Obatan
• Neonatal Respiratory Distress Syndrome (NRDS)
• Secara klinis dapat timbul gejala sesak napas yang membaik dengan
posisi duduk, retraksi interkostal pada saat inspirasi, dan perubahan
berat badan. Suara merintih dapat dijumpai, yang terjadi akibat usaha
untuk mencegah kolaps paru
11.D. Kardioversi
• Keluhan sesak nafas dan jantung berdebar sejak tadi malam
• Tampak sesak dan gelisah
• Auskultasi jantung S1 S2 normal, Iregular, terdapat ronkhi basah halus
1/3 lapang paru
• Gambar EKG AF

• Tatalaksana?
• Pada kasus, pasien mengalami takiaritmia tidak stabil, karena ada
tanda gagal jantung akut: sesak nafas, ronkhi basah basal), sehingga
untuk tatalaksana tidak lagi dipertimbangkan obat-obatan
• Pilihan terapi untuk pasien adalah Kardioversi tersinkronisasi
• Tipe takiaritmia yang dialami pasien adalah takiartimia dengan
kompleks QRS sempit dan tidak teratur (Atrial fibrilasi).
• Dosis kardioversi: 120-200 J bifasik atau 200 J monofasik
Takiartimia

Tidak
Stabil
Stabil

Obat-
Kardioversi
obatan
• Dikatakan tidak stabil jika ada minimal 1 dari 5 syarat berikut :
1. Penurunan kesadaran (akut)
2. Nyeri dada iskemik
3. Hipotensi
4. Gagal jantung akut
5. Tanda-tanda syok

Dosis kardioversi tersinkronisasi :


• QRS sempit teratur: 50-100 J
• QRS sempit tidak teratur: 120-200 J bifasik atau 200 J monofasik
• QRS lebar teratur: 100 J
• QRS lebar tidak teratur: DEFIBRILASI/Kardioversi tidak disinkronisasi
12. C. Betis-Wajah-Pundak
• Ditemukan memar di beberapa bagian tubuhnya dengan bentuk,
ukuran dan warna yang bervariasi.
• Pada pundak didapatkan memar berwarna ungu kebiruan
• Pada wajah didapatkan memar berwarna hijau
• Pada betis didapatkan memar berwarna kekuningan

• Bagaimana urutan kronologis memar berdasarkan waktu kejadiannya ?


• Pundak didapatkan memar berwarna ungu kebiruan : 0-2 hari lalu
• Pada wajah didapatkan memar berwarna hijau : 5-7 hari lalu
• Pada betis didapatkan memar berwarna kekuningan : 7-10 hari lalu

Kronologis : betis-wajah-pundak
Luka Memar (Contussio)
• Perdarahan pada kapiler bawah kulit, warna awalnya merah kebiruan (0-2 hari),
kemudian dapat berubah menjadi coklat (2-4 hari), hijau ((5-7 hari) kuning(7-10
hari), dan kembali normal dalam 15-20 hari.

Haemosiderin(iron Haematoidin
(iron-free
Bilirubin Normal
pigment), dark brown
color
pigment), Yellow color color skin
green color
2-4 days 5-7 days 7-10 days 15-20 days
13. B. Urin lengkap

• Perempuan usia 35 tahun keluhan nyeri pada perut tengah bagian


bawah→ Suprapubik
• Nyeri bertambah berat saat BAK
• Memiliki riwayat sering menahan BAK.
• Pemeriksaan fisik vital sign TD 120/80mmhg, nadi 80x/menit, RR
20x/menit Dan suhu 38.8, ditemukan nyeri tekan suprapubis (+)
• Diagnosis sementara: ISK (cystitis)
Apakah Pemeriksaan penunjang selanjutnya yang paling tepat?
• Diagnosis ISK ditegakkan dengan adanya gejala klinis ISK dan bukti
bakteriuria
• Pemeriksaan urin lengkap dapat mendeteksi adanya peningkatan
leukosit di urin dan nitrit, sebagai bukti adanya bakteriuria
• Gold standar : Kultur urin
14. B. DM tipe 2
• Pasien laki-laki, usia 46 tahun
• Keluhan sering kencing di malam hari, berat badan turun, mudah
lapar dan haus→ Gejala klasik DM
• GDP 110 mg/dl. Pemeriksaan diulang dan didapatkan hasil yang
sama.
• Kemudian dilakukan pemeriksaan tes toleransi glukosa oral dan
didapatkan hasil TTGO 210 mg/dl
• Diagnosa?
PEMBAHASAN
Pasien memiliki faktor risiko DM (usia >45 tahun) dan gejala khas DM
(Poliuria, polidipsia, polifagia)
Pemeriksaan TTGO didapatkan >200mg/dl mengarahkan pada kondisi
DM tipe 2
Diabetes Melitus
• Manifestasi Klinis untuk Diabetes melitus adalah Keluhan Klasik DM
(3P): poliuria, polidipsia, polifagia dan keluhan tidak khas DM: lemah,
kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria, pruritus
vulvae pada wanita
• Faktor risiko DM tipe 2 yaitu usia >45 tahun, Berat badan> 110% BBI
atau IMT > 23, Hipertensi, Riwayat DM dalam garis keturunan,
Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat, atau BBL >
4000gram, Riwayat DM gestasional, Riwayat TGT atau GDPT,
Penderita jantung koroner, TB, hipertiroidisme, kolesterol HDL
<35mg/ dl atau trigliserida > 250 mg/dl
Prediabetes
Jika hasil pemeriksaan tidak masuk kriteria DM namun memenuhi
sebagai berikut dimasukkan dalam kondisi prediabetes:
• Gula Darah Puasa Terganggu (GDPT) : GDP 100-125mg/ dl dan
TTGO< 140 mg/dl
• Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) : TTGO 140-199 mg/dl, dan GDP
<100 mg/dl
• HbA1C antara 5.7% sampai 6.4%
15. C. 3 tab 4 FDC + inj. Streptomycin 750 mg (59
hari) + 3 tab 4 FDC (28 hari)
• Pasien laki-laki usia 58 tahun
• Keluhan batuk berdahak produktif selama 2 minggu→ Batuk kronik,
khas TB
• Pada saat anamnesis pasien memiliki riwayat tuberkulosis, 2 tahun
yang lalu sudah menjalani terapi 6 Bulan dan dinyatakan sembuh.
(Keyword TB Relaps = Pernah diterapi hingga sembuh)
• BB saat ini 40 kg,TB 155. Pemeriksaan lab BTA +/+/-

Diagnosis : TB Relaps
• Terapi yg tepat adalah?
Penjelasan :
Pasien dididagnosis TB relaps (pernah sembuh total dari TB dan kembali
lagi dengan BTA +) → OAT Kategori 2
TUBERKULOSIS PARU
▪ Etiologi : M. Tuberculosis
▪ Gejala Klinis :
- Batuk berdahak > 2 minggu, hemoptisis, sesak
nafas, nyeri dada.
- Demam, penurunan berat badan, penurunan
nafsu makan, berkeringat di malam hari, atau
ada gejala TB ekstra paru.
• Pemfis: suara nafas bronkhial, ronkhi basah kasar di apex, amforik.
• Pemeriksaan BTA (bakteri tahan asam atau Acid Fast Bacill (AFB)) SPS
(sewaktu-pagi-sewaktu), dengan pengecatan Ziehl Nelsen.
• Kultur: Metode Lowenstein-Jensen
• Radiologi: Foto thoraks PA, top lordotic.
Aktif : Kavitas, efusi, infiltrat.
Inaktif : Fibrosis, kalsifikasi dan schwarte
Algoritma Diagnosis TB
Definisi Kasus Tuberkulosis
• Kasus Baru : Penderita belum pernah mendapat OAT atau pernah
mendapat OAT kurang dari satu bulan.
• Kasus Kambuh (relaps) : Pernah mendapat pengobatan TB lengkap
dan dinyatakan sembuh kemudian berobat kembali dengan hasil
pemeriksaan BTA positif.
• Kasus Setelah Putus Berobat (Default) : Telah mendapat pengobatan
minimal satu bulan namun putus obat selama dua bulan lebih
dengan BTA positif.
• Kasus Gagal (Failure) : Penderita BTA positif yang masih positif atau
kembali menjadi positif pada akhir bulan ke 5.
• Kasus Pindah : Penderita yang sedang mendapat pengobatan OAT
namun pindah ke kabupaten / kota lain.
• Kronik : Penderita dengan hasil pemeriksaan BTA positif setelah
selesai pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baik.
• Bekas TB : Tidak ada tanda TB, BTA negatif, hanya ada fibrosis pada
rontgen thoraks.
Pengobatan TB
Kategori 1 (2RHZE / 4H3R3) :
- Kasus baru BTA positif,
- BTA negatif, rontgen thoraks positif,
- TB ekstra paru,
Kategori 2 (2RHZES/ RHZE/ 5H3R3E3) :
- Pasien kambuh,
- Pasien gagal,
- Pasien dengan pengobatan setelah putus obat.
16. E. Lanzoprazole 1x30 mg, klaritromisin
2x500mg, amoksilin 2x1000mg
• Wanita 24 tahun
• Keluhan nyeri perut dan nyeri ulu hati hilang timbul sejak 3 minggu
yang lalu, namun memberat 4 hari terakhir.
• Keluhan kadang disertai mual muntah. Nyeri perut dirasakan
memberat sesaat setelah makan.
• nyeri tekan epigastrium(+). Pemeriksaan cairan lambung ditemukan
kuman H. Pylori.
DIAGNOSIS : Ulkus Peptikum ec H. Pylori
• Terapi yang tepat?
• Pembahasan:
• Pasien mengeluhkan nyeri ulu hati yang diperparah dengan makan→
Ulkus gaster
• Pada pemeriksaan dijumpai H.pylori→ Ulkus gaster akibat H. pylori
• Terapi : Eradikasi
ULKUS PEPTIKUM
• Ulkus peptikum adalah keadaan terputusnya kontinuitas mukosa,
yang meluas di bawah epitel atau kerusakan pada jaringan mukosa,
submukosa hingga lapirsa muskularis dengan garis tengah lebih atau
sama dengan 5 mm dari suatu daerah saluran cerna atas yang
langsung berhubungan dengan asam lambung/pepsin.
• Penyebab utama : infeksi Helicobacter pylori dan penggunaan NSAID.
• Manifestasi klinis bisa berupa Ulkus gaster (diperparah dengan
makanan) atau Ulkus Duodenal (mereda dengan makanan)
Pada ulkus peptikum akibat infeksi H. Pylori, dilakukan eradikasi.
Pilihan terapi eradikasi H. pylori :
1. Triple terapi: claritromisin 500mg 2x1 + amoxicillin 1g 2x1+ PPI 10-
14 hari
2. Quadruple terapi: Metronidazole+tetracycline+bismut+PPI (Jika
alergi atau resiten terhadap claritromisin/amoxicillin)
17.E. Moluskum kontangiosum
• Laki-laki 26 tahun
• Bintil-bintil padat pada kemaluannya
• Keluhan ini sudah pernah dirasakan pasien 10 tahun yang lalu namun
sudah sembuh ketika diobati dengan imodiaqum 5%.
• Muncul lagi dalam 5 bulan terakhir.
• Pasien merupakan seorang supir dan sering ke luar kota→ IMS?

• Diagnosis yang mungkin pada pasien adalah


• MOLUSKUM KONTAGIOSUM
Merupakan IMS yang dapat terjadi
pada laki-laki & perempuan dengan
manifestasi klinis berupa papul
multipel, diskret, berumbilikasi di
daerah genitalia atau generalisata

• Penyebab : HHV 8
18.C. Ulkus Mole

• Seorang laki-laki, 28 tahun, mengeluhkan keluar cairan bening dari


kemaluaunya.
• Pasien mengaku sering berhubungan seksual selain dengan
istrinya→ IMS
• Pada pemeriksaan ditemukan beberapa luka, dasar kotor, gambaran
school of fish.
• Diagnosa pasien ini adalah adalah?
PenjelasanIMS dengan manifestasi klinis duh tubuh : Uretritis
Gonorrhea, uretritis non gonorrhea
• IMS dengan manifestasi klinis ulkus/luka kemaluan : Sifilis (Ulkus
durum), Ulkus mole
• IMS dengan manifestasi ruam: kondiloma akuminata (papul
verukous), moluskum kontagiosum (papul bentuk kubah), HSV 2
(vesikel, nyeri), dsb
19. C. HIV stadium 3
• Seorang perempuan berusia 40 tahun
• keluhan nafsu makan menurun sejak 2 minggu yang lalu.
• Pasien juga mengeluh sariawan sejak 1 bulan yang lalu, penurunan
berat badan
• Pemeriksaan fisik: tampak massa berwarna putih pada lidah yang
berdarah saat diangkat→ Candidiasis oral
• Pasien pernah menjalani VCT dan hasilnya positif→ Pasien HIV

• Diagnosa yang tepat adalah…. (stadium klinis HIV)


Pembahasan:

Kandidiasis oral muncul pada penderita HIV pada stadium 3


STADIUM KLINIS HIV
20.B. Rotavirus
• Bayi 11 bulan datang dengan keluhan diare sejak 2 hari lalu→ Diare
akut, <14 hari
• Bab 3-6kali/hari, cair, tidak ada darah maupun lendir
• Ibu pasien menyangkal anaknya muntah, hari ini pasien malas
minum, minum hanya sedikit→ Tanda dehidrasi
• Dari pemfis, didapatkan pasien lemah, suhu 38C, mata cekung,
mukosa kering→ Tanda dehidrasi

Diagnosis : Diare akut dengan dehidrasi berat


• Penyebab diare ini tersering adalah?
PEMBAHASAN: Pada kasus, anak mengalami diare akut dengan dehidrasi berat,
karena terdapat lebih dari atau sama dengan 2 tanda dehidrasi berat
A. Amoeba→ feses disertai lendir, nyeri perut
B. Rotavirus→ penyebab tersering diare dengan dehidrasi berat pada
anak <2tahun
C. Vibrio cholera→ feses seperti air cucian beras, menyerang usia
>2tahun
D. Shigella→ diare berlendir hingga berdarah (disentri)
E. Giardiasis→ feses berlemak
21. Gold standar yang sudah ada
• hasil penelitian uji diagnostic alat pemeriksaan baru pada kanker
endometrial
• Huruf Z?
Skema Uji DIAGNOSTIK “Healthy Sample”

Negative Positive
SCREENING TEST

Confirm Dx
Confirm Dx

Not sick Sick, Sick, Not Sick


TRUE FALSE TRUE FALSE
NEGATIVE NEGATIVE POSITIVE POSITIVE
AKURASI
1. VALIDITAS
Sensitivitas
Spesifisitas Persentase
(%)
Nilai Prediktif
Likelihood Ratio

2. RELIABILITAS
• Sensitivitas
Kemampuan tes untuk menunjukkan secara benar TP

orang-orang yang benar-benar sakit TP + FN

• Spesifisitas
Kemampuan tes menunjukkan TN
secara benar orang-orang yang TN + FP
benar-benar tidak sakit
STANDAR BAKU

S DISEASE NO DISEASE JUMLAH


K POSITIVE TRUE FALSE
R POSITIVE POSITIVE TP + FP
I (TP) (FP)
N
I NEGATIVE FALSE TRUE
NEGATIVE NEGATIVE
N FN + TN
(FN) (TN)
G

TOTAL
TP + FN FP + TN N
NILAI PREDIKTIF
• PV positif:
Proporsi orang yang benar-benar sakit setelah mendapatkan hasil tes
positif

TP
=
TP + FP
PV Negatif
• Proporsi orang yang benar-benar tidak sakit setelah mendapatkan hasil
tes negatif

TN
=
TN + FN
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai prediktif

• Sensitivitas dan spesifisitas


• Prevalensi penyakit yang asimtomatis

➔ semakin tinggi prevalensi penyakit, nilai prediktif positif akan


semakin tinggi
• Y → alat uji diagnostic baru
• Z → gold standar yang sudah ada sebagai pembanding
22. TRIANGULASI SUMBER
• peneliti ingin meneliti perilaku makan anak balita di kota Yogyakarta
• Peneliti tersebut melakukan wawancara mendalam pada ibu-ibu yang
memiliki anak balita dan mewakili seluruh karakteristik ibu pada populasi
yang diteliti.
• Setelah melakukan wawancara mendalam dan menyusun transkrip hasil
wawancara,
• peneliti tersebut mengkonfirmasi isi transkrip tersebut kepada informan.
• Selain melakukan wawancara kepada ibu, peneliti juga melakukan
observasi terhadap perilaku anak balita dari ibu-ibu tersebut
• Tindakan peneliti tsb?
Triangulasi
• pendekatan multimetode yang dilakukan peneliti pada saat
mengumpulkan dan menganalisis data

• Ada 4 jenis →
23. CROSS SECTIONAL
• peneliti ingin meneliti hubungan antara kebiasaan meminum kopi
dengan kejadian diabetes mellitus
• Pemilihan subyek oleh peneliti dilakukan secara random dari
populasi yang ada.
• Subyek penelitian yang terpilih lalu diperiksa apakah menderita
diabetes atau tidak dan ditanyakan apakah peminum kopi atau
bukan

• Desain penelitian ?
Cross sectional
• Suatu rancangan penelitian yang mengkaji dinamika korelasi/asosiasi
antara variabel independen dengan variabel dependen pada saat
yang bersamaan (point time approach).
• Pengamatan sesaat atau periode tertentu pada kelompok sampel
• Dapat merupakan studi pendahuluan
• Studi peralihan antara deskritif dengan analitik
Keuntungan

• Relatif cepat dan murah untuk memperoleh gambaran atau indikasi


masalah kesmas
• Dapat memprakirakan adanya hubungan causal
• Menyusun hipotesis untuk studi lebih lanjut
• Dapat digunakan untuk menyusun perencanaan yankes yang dibutuhkan
masyarakat
Kerugian

• Tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan-perubahan yang


terjadi dengan berjalannya waktu
• Informasi yg diperoleh tdk mendalam
• Sering terjadi laporan yg kurang atau berlebihan
• Variabel yang dikumpulkan terlalu banyak
24. DISPROPORTIONATED STRATIFIED SAMPLING
• peneliti ingin meneliti pola belajar siswa di sekolah menengah umum
X
• Diketahui bahwa di sekolah tersebut terdapat 500 orang siswa, 300
orang berjenis kelamin laki-laki dan 200 orang berjenis kelamin
perempuan
• Peneliti membutuhkan sebanyak 100 orang sampel penelitian
• Dari jumlah tersebut peneliti memutuskan mengambil 50 orang
sampel berjenis kelamin laki-laki dan 50 orang sampel berjenis
kelamin wanita
• Metode pengambilan sampel?
DESAIN SAMPLING
A. Probability Sampling
 Simple random sampling
 Systematic sampling
 Stratified random sampling
 Cluster sampling
 Area Sampling
 Double sampling
B. Non Probability Sampling
 Convenience sampling
 Purposive Sampling
 Judgment sampling
 Quota sampling
 Snowball sampling
PS: Simple Random Sampling
 Seluruh elemen dalam populasi diperhitungkan dan tiap elemen mempunyai
kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai objek

 Kelebihan: kemampuan generalisasi hasil penenmuan tinggi


 Kelemahan: Tidak seefisien stratified sampling

 Setiap unsur populasi harus mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih
menjadi sampel. Prosedurnya :

 Susun “sampling frame”


 Tetapkan jumlah sampel yang akan diambil
 Tentukan alat pemilihan sampel
 Pilih sampel sampai dengan jumlah terpenuhi
PS: Systematic Sampling

• Setiap elemen ke n dari populasi dipilih, mulai dari anggota tertentu


dalam kerangka populasi

• Kelebihan: Mudah dilakukan bila kerangka populasinya tersedia


• Kelemahan: Dimungkinkan terjadinya bias sistematik
PS: Stratified Random Sampling
 Populasi dibagi ke dalam kelompok tertentu kemudian subyek
diambil:
 dalam proporsi jumlah yang sebenarnya dan perbandingannya (proporsionate)
 berdasarkan criteria selain jumlah populasi sebenarnya (disproporsionate)
 Kelebihan: Paling efisien di antara semua desain probabilitas semua
kelompok terwakili jumlahnya
 Kelemahan:
 Stratified harus memiliki arti tertentu
 lebih memakan waktu dibandingkan dengan simple random sampling
 kerangka populasi untuk tiap kelompok/strata diperlukan.
Dari setiap stratum yang dibentuk, dipilih sampel secara acak.
Prosedurnya :
1. Siapkan “sampling frame”
2. Bagi sampling frame tersebut berdasarkan strata yang dikehendaki
3. Tentukan jumlah sampel dalam setiap stratum
4. Pilih sampel dari setiap stratum secara acak.
PS: Cluster Sampling
 Teknik ini biasa juga diterjemahkan dengan cara pengambilan sampel
berdasarkan gugus.

 Dalam sampel gugus, setiap gugus boleh mengandung unsur yang


karakteristiknya berbeda-beda atau heterogen.

 Kelebihan: Dalam cluster geografis , biaya pengumpulan datanya rendah

 Kelemahan: Paling kurang dapat diandalkan & kurang efisien diantara


desain probabilitas lainnya karena sub-sub dari kelompok lebih cenderung
homogen daripada heterogen.
Prosedur cluster sampling:

• Susun sampling frame berdasarkan gugus


• Tentukan berapa gugus yang akan diambil sebagai sampel
• Pilih gugus sebagai sampel dengan cara acak
• Teliti setiap sampel yang ada dalam gugus sampel
PS: Area Sampling
• Cluster sampling dalam suatu daerah/lokasi tertentu

• Kelebihan: Biayanya efektif, berguna untuk keputusan yang


berhubungan dengan lokasi tertentu

• Kelemahan: Memakan waktu untuk mengumpulkan data dari suatu


lokasi.
PS: Double Sampling
• Sampel atau sub sampel yang sama diteliti dua kali

• Kelebihan: Menawarkan infomasi yang lebih rinci dalam topik


penelitian

• Kelemahan: Original bias individu mungkin tidak senang merespon


untuk kedua kali
NPS: Convenience Sampling
 Anggota populasi yang paling mudah ditemui dipilih sebagai subyek

 Kelebihan: Cepat, mudah, tidak mahal

 Kelemahan: Tidak dapat digeneralisasikan sama sekali

 Disebut juga: accidental sampling – tidak disengaja – atau juga captive sample
(man-on-the-street)

 Jenis sampel ini sangat baik jika dimanfaatkan untuk penelitian penjajagan, yang
kemudian diikuti oleh penelitian lanjutan yang sampelnya diambil secara acak
(random).
NPS: Purposive Sampling
• sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu
Judgement Sampling:
1. Subyek dipilih berdasarkan keahlian dalam bidang diteliti
2. Kelebihan: Kadang merupakan satu-satunya cara untuk menyelidiki
3. Kelemahan: Kemampuan generalisasinya dipertanyakan, tidak dapat
digeneralisasikan ke seluruh popolasi
 NPS: Purposive Sampling
Quota sampling
1. Subyek dipilih yang paling mudah ditemui dari kelompok yang
ditargetkan berdasar jumlah kuota yangtelah ditentukan
sebelumnya
2. Kelebihan: Sangat berguna bila partisipasi kelompok minoritas
diperlukan dalam suatu penelitian
3. Kelemahan: Tidak dapat digeneralisasikan dengan mudah
NPS: Snowball Sampling
• Memilih unit yang karakteristiknya jarang, unit selanjutnya ditunjukkan
responden sebelumnya

• Hanya untuk penerapan yang sangat khusus

• Kelemahan: Keterwakilan dari karakteristik yang jarang tidak terlihat dalam


pemilihan sampel

• Metode ini biasa digunakan untuk meneliti kelompok eksklusif (tertutup)


misalnya: gay, lesbian, pecandu narkotik, dll.
25. PROGNOSIS
• Sebuah penelitian, meneliti pasien Ca Nasopharynx yang mendapat
terapi radiasi di rumah sakit Dr. Sarjito.
• Jika penelitian tersebut bertujuan mengetahui berapa kelangsungan
hidup seorang penderita setelah mendapat terapi radiasi

• Jenis penelitian klinis?


26. SNOWBALL SAMPLING
• peneliti ingin melakukan penelitian tentang pengaruh pola asuh
terhadap kesalahan orientasi seksual pada kaum lesbian, gay,
biseksual dan transgender (LGBT) di Yogyakarta
• Metode sampling?
DESAIN SAMPLING
A. Probability Sampling
 Simple random sampling
 Systematic sampling
 Stratified random sampling
 Cluster sampling
 Area Sampling
 Double sampling
B. Non Probability Sampling
 Convenience sampling
 Purposive Sampling
 Judgment sampling
 Quota sampling
 Snowball sampling
PS: Simple Random Sampling
 Seluruh elemen dalam populasi diperhitungkan dan tiap elemen mempunyai
kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai objek

 Kelebihan: kemampuan generalisasi hasil penenmuan tinggi


 Kelemahan: Tidak seefisien stratified sampling

 Setiap unsur populasi harus mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih
menjadi sampel. Prosedurnya :

 Susun “sampling frame”


 Tetapkan jumlah sampel yang akan diambil
 Tentukan alat pemilihan sampel
 Pilih sampel sampai dengan jumlah terpenuhi
PS: Systematic Sampling

• Setiap elemen ke n dari populasi dipilih, mulai dari anggota tertentu


dalam kerangka populasi

• Kelebihan: Mudah dilakukan bila kerangka populasinya tersedia


• Kelemahan: Dimungkinkan terjadinya bias sistematik
PS: Stratified Random Sampling
 Populasi dibagi ke dalam kelompok tertentu kemudian subyek
diambil:
 dalam proporsi jumlah yang sebenarnya dan perbandingannya (proporsionate)
 berdasarkan criteria selain jumlah populasi sebenarnya (disproporsionate)
 Kelebihan: Paling efisien di antara semua desain probabilitas semua
kelompok terwakili jumlahnya
 Kelemahan:
 Stratified harus memiliki arti tertentu
 lebih memakan waktu dibandingkan dengan simple random sampling
 kerangka populasi untuk tiap kelompok/strata diperlukan.
Dari setiap stratum yang dibentuk, dipilih sampel secara acak.
Prosedurnya :
1. Siapkan “sampling frame”
2. Bagi sampling frame tersebut berdasarkan strata yang dikehendaki
3. Tentukan jumlah sampel dalam setiap stratum
4. Pilih sampel dari setiap stratum secara acak.
PS: Cluster Sampling
 Teknik ini biasa juga diterjemahkan dengan cara pengambilan sampel
berdasarkan gugus.

 Dalam sampel gugus, setiap gugus boleh mengandung unsur yang


karakteristiknya berbeda-beda atau heterogen.

 Kelebihan: Dalam cluster geografis , biaya pengumpulan datanya rendah

 Kelemahan: Paling kurang dapat diandalkan & kurang efisien diantara


desain probabilitas lainnya karena sub-sub dari kelompok lebih cenderung
homogen daripada heterogen.
Prosedur cluster sampling:

• Susun sampling frame berdasarkan gugus


• Tentukan berapa gugus yang akan diambil sebagai sampel
• Pilih gugus sebagai sampel dengan cara acak
• Teliti setiap sampel yang ada dalam gugus sampel
PS: Area Sampling
• Cluster sampling dalam suatu daerah/lokasi tertentu

• Kelebihan: Biayanya efektif, berguna untuk keputusan yang


berhubungan dengan lokasi tertentu

• Kelemahan: Memakan waktu untuk mengumpulkan data dari suatu


lokasi.
PS: Double Sampling
• Sampel atau sub sampel yang sama diteliti dua kali

• Kelebihan: Menawarkan infomasi yang lebih rinci dalam topik


penelitian

• Kelemahan: Original bias individu mungkin tidak senang merespon


untuk kedua kali
NPS: Convenience Sampling
 Anggota populasi yang paling mudah ditemui dipilih sebagai subyek

 Kelebihan: Cepat, mudah, tidak mahal

 Kelemahan: Tidak dapat digeneralisasikan sama sekali

 Disebut juga: accidental sampling – tidak disengaja – atau juga captive sample
(man-on-the-street)

 Jenis sampel ini sangat baik jika dimanfaatkan untuk penelitian penjajagan, yang
kemudian diikuti oleh penelitian lanjutan yang sampelnya diambil secara acak
(random).
NPS: Purposive Sampling
• sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu
Judgement Sampling:
1. Subyek dipilih berdasarkan keahlian dalam bidang diteliti
2. Kelebihan: Kadang merupakan satu-satunya cara untuk menyelidiki
3. Kelemahan: Kemampuan generalisasinya dipertanyakan, tidak dapat
digeneralisasikan ke seluruh popolasi
 NPS: Purposive Sampling
Quota sampling
1. Subyek dipilih yang paling mudah ditemui dari kelompok yang
ditargetkan berdasar jumlah kuota yangtelah ditentukan
sebelumnya
2. Kelebihan: Sangat berguna bila partisipasi kelompok minoritas
diperlukan dalam suatu penelitian
3. Kelemahan: Tidak dapat digeneralisasikan dengan mudah
NPS: Snowball Sampling
• Memilih unit yang karakteristiknya jarang, unit selanjutnya ditunjukkan
responden sebelumnya

• Hanya untuk penerapan yang sangat khusus

• Kelemahan: Keterwakilan dari karakteristik yang jarang tidak terlihat dalam


pemilihan sampel

• Metode ini biasa digunakan untuk meneliti kelompok eksklusif (tertutup)


misalnya: gay, lesbian, pecandu narkotik, dll.
27. TIKUS YANG DIGUNAKAN SEBELUM
PERLAKUKAN ADALAH TIKUS YANG SEHAT
• peneliti ingin melakukan penelitian eksperimental mengenai
hubungan antara pemberian ekstrak herbal secara topikal terhadap
penyembuhan luka pada tikus

• Kriteria inklusi?
Populasi
• Seluruh subjek/objek penelitian dengan karakteristik tertentu
• Seluruh karakteristik/sifat
• sekelompok orang, kejadian, atau benda, yang dijadikan obyek
penelitian
Sampel
• Bagian dari populasi yang akan diteliti
• Sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki populasi
• Jenis
• Kriteria Inklusi (yang harus ada)
• Kriteria Eksklusi (yang ditolak)
Syarat Sampel yang Baik
• Mewakili sebanyak mungkin karakteristik populasi →valid
• Sampel valid ditentukan oleh dua pertimbangan.
1. Akurasi atau ketepatan → tingkat ketidakadaan “bias” (kekeliruan) dalam
sample → makin sedikit tingkat kekeliruan yang ada dalam sampel, makin
akurat sampel tersebut.
2. Presisi Estimasi →mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita
dengan karakteristik populasi.
Kriteria Inklusi
• Kriteria dimana subjek penelitian mewakili sampel penelitian yang
memenuhi syarat sbg sampel
• Perlu pertimbangan ilmiah
Kriteria Eksklusi
• Kriteria dimana subjek penelitian tdk dpt mewakili sampel karena
tidak memenuhi syarat sbg sampel penelitian
• Penyebab :
• Hambatan etis
• Menolak sbg responden
• Dlm keadaan yg tidak memungkinkan sbg sampel
• Jawaban lain → bukan sampel dan kriteria inklusi yang baik
28. REGRESI LOGISTIK
• penelitian cross sectinal yang meneliti faktor risiko bayi berat badan
lahir rendah di suatu rumah sakit
• didapatkan 3 faktor risiko penyebab tersering yaitu asupan nutrisi,
pengetahuan, dan anemia pada ibu
• Dalam penelitian ini ditentukan penyebab yang paling berpengaruh.
• Berat badan bayi lahir berskala nominal dikotomi

• Analisis statistic yang paling tepat?


ANALISIS REGRESI
• Melihat ‘pengaruh’ variable bebas/independet variabel/ thd variable
terikat/dependent variabel.
• Berdasarkan jumlah variabel bebas :
➢Ada 1 vaiabel bebas - regresi sederhana
➢Ada > 1 variabel bebas - regresi berganda
• Berdasar sifat hubungan kedua variabel :
➢Bersifat linier - regresi linier
➢Bersifat non-linier - regresi non linier
• Berdasar skala pengukuran variabel bebas dan terikat :
➢Var. terikat senmua var. bebas interval/rasio - regresi standar
➢Var. terikat dan sebagian var. bebas interval tapi ada sebagian var. bebas
nomilal/ordinal - regresi dummy
➢Var. terikat berskala nominal/ordinal - regresi logistik/ordinal
29. NARRATIVE STUDY
• peneliti menuliskan perjalanan hidup seorang tokoh besar di bidang
kedokteran.
• Ia melakukan obeservasi, melakukan wawancara mendalam kepada
tokoh tersebut beserta orang-orang disekitarnya

• Desain penelitian?
Strategi Penelitian Kualitatif
• Strategi penelitian berkaitan dengan paradigma atau perspektif yang dipilih peneliti.
• Beberapa strategi penelitian kualitatif:
1. Studi kasus (bukan pilihan metodologis) : Studi kasus digunakan untuk melihat sebuah proses atau
sejumlah kasus, bukan pada kasus individual.
2. Etnografi: merupakan teks-teks yang merepresentasikan pengalaman hidup, otoritas etnografis, isu-
isu etis untuk meneliti the other→ merupakan proses pengumpulan data empiris yang tidak
terstruktur, sejumlah kecil kasus, pelaporan dan teknis analisis interpretatif dengan merangkum
berbagai deskripsi fenomena.→ menggunakan teknik observasi partisipan (participant observation)
3. Fenomenologi, Etnometodologi dan Interpretif→ penafisran “realitas” yang dibentuk oleh praktik-
praktik interpretif: mengkaji bagaimana manusia membangun dan memberi makna atas tiap-tiap
tindakan mereka dalam situasi sosial konkret.
Lanjutan…
4. Grounded Theory: metodologi yang digunakan untuk mengembangkan
teori yang berbasis pada data yang dihimpun dan dianalisis secara
sistematis.
5. Metode biografis: menyajikan laporan dan dokumen tentang riwayat hidup
seseorang→ berkaitan dengan proses dokumentasi sejarah masa lalu dan
masa depan seseorang.
6. Metode historis (termasuk juga life history; oral history): fenomena sosial
seharusnya dikaji dalam konteks historisnya→ menggunakan dokumen-
dokumen sejarah, catatan-catatan tertulis dari masa lalu (termasuk diary),
surat-surat, koran, data hasil sensus, dokumen-dokumen kebudayaan
populer, dll.
Lanjutan…
7. Penelitian terapan & penelitian tindakan (penelitian partisipatoris)→
umummya menggunakan paradigma kritis: penelitian dilakukan dengan
tujuan untuk transformasi dalam kerangka menuju kehidupan masyarakat
yang lebih humanis, holistik, dan relevan dengan upaya penciptaan
kesadaran manusia atas ketidakadilan yang dialaminya → manusia sebagai
makhluk yang sama-sama “mencipta” realitasnya melalui proses partisipasi,
pengalaman, dan tindakan.
❑ Tiga macam jenis penelitian tindakan: (1) penelitian kooperatif (co-operative inquiry);
(2) penelitian tidakan partisipatoris (PAR: Participatory Action Research); (3) Penelitian
tindakan (action inquiry).
8. Metode klinis: lebih menekankan diagnosis dan perawatan klinis→
melakukan interpretasi yang berbasis pada pengalaman selama praktik
klinis→ melihat partisipasi bersama antara praktisi klinis dengan pasien,
menetapkan realitas-realitas tentang perawatan medis.
Strategi Penelitian Kualitatif lainnya:
• Field study/field research (riset atau studi lapangan)
• Penelitian naturalistik (naturalistic study)
• Penelitian ekologi deskriptif (ecological study descriptive)
• Penelitian deskriptif (descriptive study)
• Kajian interaksionis simbolik (symbolic interactionist study)
• Penelitian naratif (narrative research)
• Historiografi (historiography)
• Kritik sastra (literary criticism)
30. KREDIBILITAS
• peneliti ingin meneliti perilaku makan anak balita di kota Yogyakarta
• Peneliti tersebut melakukan wawancara mendalam pada ibu-ibu yang
memiliki anak balita dan mewakili seluruh karakteristik ibu pada
populasi yang diteliti.
• Setelah melakukan wawancara mendalam dan menyusun transkrip
hasil wawancara, peneliti tersebut mengkonfirmasi isi transkrip
tersebut kepada informan. → triangulasi sumber
• Tindakan tersebut merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan trustworthiness penelitian
• Elemen trustworthiness yang berupaya untuk ditingkatkan?
Pengujian Validitas dan Relibilitas Penelitian Kualitatif
Aspek Metode Kualitatif Metode Kualitatif
Kredibilitas (credibility)
Nilai kebenaran Validitas Internal

Transferability/ keteralihan
Penerapan Validitas ekternal (generalisasi)

Konsistensi Relabilitas Auditability, dependaility


Confirmability (dapat dikonfirnasi)
Natralitas Obyektivitas

Uji Kredibilitas

Uji transferability
Uji Keabsahan data
Uji dependability

Uji confirmability
1. Uji Kredibilitas
Uji Kedibilitas data

Perpanjang pengamatan

Peningkatan ketekunan

Trianggulasi

Diskusi dengan teman

Analisis Kasus negatif

Member Check
2. Pengujian Transferbility

Nilai transfer ini


berkenaan dengan
transferability ini laporannya harus
pertanyaan, hingga
merupakan validitas memberikan uraian yang
mana hasil penelitian
eksternal dalam rinci, jelas, sistematis,
dapat diterapkan atau
penelitian kualitatif. dan dapat dipercaya
digunakan dalam situasi
lain
3. Pengujian Dependability
pengujian
dependability
dilakukan dengan
cara melakukan
dependability
audit terhadap
disebut reliabilitas
keseluruhan
aktivitas peneliti
dalam melakukan
penelitian
4. Pengujian Konfirmability
• Pengujian konfirmability dalam penelitian kuantitatif disebut dengan
uji obyektivitas penelitian
31. 70/81
• sebuah uji diagnostik alat pemeriksaan baru pada Infeksi Saluran
Kemih
• Nilai sensitivitas?
Skema Uji DIAGNOSTIK

“Healthy Sample”

Negative Positive
SCREENING TEST

Confirm Dx
Confirm Dx

Not sick Sick, Sick, Not Sick


TRUE FALSE TRUE FALSE
NEGATIVE NEGATIVE POSITIVE POSITIVE
AKURASI
1. VALIDITAS
Sensitivitas
Spesifisitas Persentase
(%)
Nilai Prediktif
Likelihood Ratio

2. RELIABILITAS
• Sensitivitas
Kemampuan tes untuk menunjukkan secara benar TP

orang-orang yang benar-benar sakit TP + FN

• Spesifisitas
Kemampuan tes menunjukkan TN
secara benar orang-orang yang TN + FP
benar-benar tidak sakit
STANDAR BAKU
S DISEASE NO DISEASE JUMLAH
K POSITIVE TRUE FALSE
R POSITIVE POSITIVE TP + FP
I (TP) (FP)
N
I NEGATIVE FALSE TRUE
NEGATIVE NEGATIVE
N FN + TN
(FN) (TN)
G

TOTAL
TP + FN FP + TN N
NILAI PREDIKTIF
• PV positif:
Proporsi orang yang benar-benar sakit setelah mendapatkan hasil tes
positif

TP
=
TP + FP
PV Negatif
• Proporsi orang yang benar-benar tidak sakit setelah mendapatkan hasil
tes negatif

TN
=
TN + FN
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai prediktif

• Sensitivitas dan spesifisitas


• Prevalensi penyakit yang asimtomatis

➔ semakin tinggi prevalensi penyakit, nilai prediktif positif akan


semakin tinggi
• Rumus sensivititas → TP

TP + FN

• 70/81
32. Cohort
• peneliti mengikuti selama 3 tahun 1200 penderita HIV positif di klinik
rawat jalan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kejadian
toksoplasmosis serebral

• Desain penelitian?
Cohort
►Desain studi observasional yg mempelajari hubungan antara paparan
dan penyakit, pada beberapa kelompok yang diikuti sepanjang
periode untuk melihat kejadian penyakit yang timbul.

►Memilih Kelompok2 Penelitian berdasarkan status paparan

►Awal penelitian harus dipastikan setiap subyek bebas dari penyakit


yang diteliti
Schema Studi Kohor:

Penyakit Positip
Kel
Terpapar
Penyakit Negatif

Penyakit Positip
Kel.
Tdk Terpapar
Penyakit Negatif
Berdasarkan Timing Kronologisnya :
• Studi Kohor Prospektif (Studi Kohor “concurrent”)

• Studi Kohor Historis (Studi Kohor Retrospektif, Studi Prospektif


“Non Concurrent “)
Keuntungan
1. Sesuai dengan logika studi Eksperimental dalam membuat inferensi
kausal
2. Dapat menghitung Insidensi Kumulatif (CI), Laju Insidensi (ID)
3. Cocok untuk meneliti paparan langka
4. Dapat mempelajari sejumlah akibat dari sebuah paparan
5. Bila Prospektif, kemungkinan Bias Seleksi (subyek dan status
paparan) kecil
6. Tidak ada faktor yang dirugikan
Kerugian
1. Bila Prospektif, sangat mahal dan memakan banyak waktu
2. Tidak Efisien dan tidak praktis untuk penyakit yang Langka
3. Hilangnya subyek selama penelitian (migrasi, dropout, meninggal)
menyebabkan ”loss to follow up bias”‘
4. Tidak cocok untuk menguji Hipotesis faktor-faktor Etiologi baru
33. TRUE EKSPERIMENTAL
• peneliti ingin melakukan penelitian eksperimental mengenai
hubungan antara pemberian ekstrak herbal secara topikal terhadap
penyembuhan luka pada tikus

• Desain penelitian?
DESAIN EKSPERIMENTAL
• Desain Praeksperimental
• Desain True Experimental (Eksperimental Murni)
• Desain Quasi Experimental (Eksperimental Semu)
Desain Praeksperimen
• Belum disebut sebagai desain eksperimen karena adanya banyak
hambatan untuk memperoleh hasil yang memadai
• Desain praeksperimen ini tidak dianjurkan untuk dilakukan dalam
penelitian
• Desain yang dilakukan dengan jalan memberikan perlakuan kepada
subjek tanpa adanya kelompok kontrol atau jika ada kelompok kontrol
tidak dilakukan penendalian terhadap variabel ekstra yang secara
signifikan berpengaruh
Bentuk Desain Praeksperimen
• Desain Perlakuan Tunggal
• One Shot Case Study
• Sekelompok subjek diberi perlakuan kemudian dilakukan pengamatan
• Non R X O
• Peneliti tidak menerima informasi mengenai akibat perlakuan
• Tidak dapat mengontrol validitas internal
• Desain Perlakuan Ulang
• One Group Pre and Posttest Design
• Menggunakan satu kelompok subjek serta melakukan pengukuran sebelum
dan sesudah perlakuan
• Non R O1 X O2
• Validitas Internal masih terancam karena adanya variabel ekstraneous yang
belum dikendalikan
• Desain Perlakuan Statis
• Static Group Comparation
• Menggunakan 2 kelompok subjek yaitu kelompok ekperimen dan kelompok
kontrol
• Pembagian kelompok tidak dilakukan dengan random
• Efek perlakuan diukur dengan adanya perbedaan hasil antar dua kelompok
• Non R X O
Non R O
• Kelemahan utama: kesetaraan (homogenitas) antara 2 Kelompok tidak
diketahui sehingga perubahan yang terjadi pada eksperimen tidak dapat
dnilai sebagai akibat perlakuan
Kelemahan Desain Praeksperimen
• Tidak ada kelompok kontrol
• Tidak melakukan pengendalian terhadap ekstraneous variable
• Validitas penelitian tidak terpenuhi
DESAIN EKSPERIMEN QUASI
• Eksperimen yang dilakukan tanpa randomisasi, tetapi menggunakan
kelompok kontrol
• Macam Desain Eksperimen Quasi:
• Desain eksperimen ulang non random
• Desain eksperimen Seri
• Desain eksperimen Seri ganda
• Desain eksperimen Bergilir
• Desain Ekperimen Sampel Seri
Desain Eksperimen Ulang Non Random

• Non Randomized Pretest-Posttest Control Group Design


• Desain ekperimen yang dilakukan dengan pretes dan post test, dan mempunyai
kelompok kontrol dan eksperimen yang ditentukan dengan cara non random
• Non R O1 X O2
Non R O3 O4
Desain Eksperimen Seri

• Equivalent Time Sample Design


• Desain eksperimen yang dilakukan berdasarkan satu (beberapa) seri pengukuran
variabel tergantung terhadap suatu kelompok subjek
• Non R O1 O2 O3 X O4 O5 O6
• Subjek kelompok eksperimen juga sebagai kelompok kontrol
Desain Eksperimen Seri Ganda

• Control Group Time Series experimental


• Pengembangan dari desain eksperimen seri dengan memberikan kelompok
kontrol
• Non R O1 O2 O3 X O4 O5 O6
Non R O7 O8 O9 X O10 O11 O12
• Desain ini cukup adekuat untuk mengendalikan validitas internal kecuali interaksi
uji awal dengan perlakuan dan interaksi seleksi dengan perlakuan
Desain Eksperimental Bergilir

• Counterbalance Design
• Subjek diuji coba pada semua perlakuan, tetapi dalam rangkaian yang berbeda
dan hanya melakukan Post test
• Tiga Klasifikasi : Kelompok, Waktu dan Perlakuan
• Non R X1O X2O X3O X4O
Non R X2O X4O X1O X3O
Non R X3O X1O X4O X2O
Non R X4O X3O X2O X1O
• Kelemahan: pencemaran dari perlakuan yang lain
• Analisa Statistik: Membandingkan skor perlakuan pertama dengan skor perlakuan
kedua, ketiga dan keempat pada semua kelompok
Desain Eksperimen Sampel Seri

• Desain dengan memberikan perlakuan pada subjek secara tidak terus menerus
• Non R X1 O1 X0 O2 X1 O3 X0 O4
• Desain ini berusaha menghilangkan pengaruh luar selama seri pengukuran
dengan cara melakukan pengukuran dalam waktu yang berurutan setelah
perlakuan diberikan
• Analisa Statistik: Uji perbedaan Mean O1 dan O3 dengan Mean O2 dan O4
DESAIN EKSPERIMEN MURNI
• Desain yang paling ideal untuk mempelajari hubungan kausalitas
• Sumber invaliditas dapat dikontrol
• Ciri Khas: pengelompokan subjek dengan cara random
• Tiga macam desain eksperimen murni:
• Desain Eksperimen Sederhana
• Desain Eksperimen Ulang
• Desain Eksperimen Solomon
34. CASE CONTROL
• Dokter internship di sebuah puskesmas menghadapi kasus diare yang
meningkat dalam enam bulan terakhir.
• Dokter tersebut mendapatkan informasi bahwa sebagian besar
masyarakat memiliki kebiasaan BABS (Buang Air Besar Sembarangan).
• Dokter ingin mengetahui seberapa besar risiko hubungan perilaku
BABS dengan kejadian diare

• Desain penelitian?
Case control
Rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan antara
paparan (faktor penelitian) dan penyakit (oucome) dengan cara
membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan
status paparannya

Studi observasional yg menilai hub paparan-penyakit dg cara


menentukan sekelompok orang yg berpenyakit (disebut kasus ) dan
sekelompok orang tidak berpenyakit (disebut kontrol), lalu
membandingkan frekuensi paparan (kuantitatif, level paparan) pd
kedua kelompok
Desain studi kasus kontrol
1. Memilih Kasus (outcome) dan Kontrol (non outcome)
2. Mengukur paparan yg dialami pd waktu yg lalu melalui:
- Wawancara
- Catatan Medik
- Memeriksa hasil-hasil Laboratorium
Contoh :
Smoker

Diabetes
Mellitus (+)
Non Smoker

Smoker

Diabetes
Non Smoker Mellitus(-)
Kekuatan
1. Relatif murah dan mudah dibandingkan penelitian analitik lainnya
2. Sesuai untuk penelitian yang mempunyai periode latent yang
panjang
3. Sesuai utk meneliti penyakit yg langka ( angka kejadiannya kecil)
4. Dapat meneliti sejumlah paparan terhadap suatu penyakit
5. Sesuai untuk menguji hipotesis hubungan paparan dan ”penyakit”
6. Tepat untuk mengeksplorasi kemungkinan sejumlah paparan dan
”penyakit” yang belum jelas hubungannya
Kelemahan
1. Alur metodologi inferensi kausal yg bertentangan dg logika eksperimen klasik
2. Rawan terhadap berbagai bias ( bias seleksi dan bias informasi)
Bias seleksi → tjd saat pemilihan subyek kasus
Bias informasi → tjd akibat ketidakakuratan & ketidaklengkapan data ttg
paparan.
3. Tidak effisien untuk mengevaluasi paparan yang jarang / langka
4. Tidak dapat untuk menghitung Laju Insidens (Insidens rate) penyakit secara
langsung pada kelompok terpapar dan tidak terpapar.
5. Kadang-kadang sulit memastikan hubungan temporal antara paparan dan
”penyakit”
6. Per definisi hanya meneliti sebuah “penyakit”
7. Kesulitan memilih kontrol yang tepat (jika diambil pada 2 populasi yg terpisah)
35. EKSPERIMENTAL MURNI, POST-TEST ONLY
GROUP DESIGN
• peneliti sedang melakukan penelitian tentang khasiat suatu obat
herbal A terhadap perbaikan morfologi sel spermatozoa dan diameter
tubulus tikus model diabetes mellitus.
• semua tikus penelitian dalam kelompok control maupuyn kelompok
penelitian diambil secara ra dom, sedangkan data penelitian
didapatkan setelah tikus penelitian dimatikan dan organ testis
dibuat preparat histologis
• Desain penelitian?
DESAIN EKSPERIMENTAL
• Desain Praeksperimental
• Desain True Experimental (Eksperimental Murni)
• Desain Quasi Experimental (Eksperimental Semu)
Desain Praeksperimen
• Belum disebut sebagai desain eksperimen karena adanya banyak
hambatan untuk memperoleh hasil yang memadai
• Desain praeksperimen ini tidak dianjurkan untuk dilakukan dalam
penelitian
• Desain yang dilakukan dengan jalan memberikan perlakuan kepada
subjek tanpa adanya kelompok kontrol atau jika ada kelompok kontrol
tidak dilakukan penendalian terhadap variabel ekstra yang secara
signifikan berpengaruh
Bentuk Desain Praeksperimen
• Desain Perlakuan Tunggal
• One Shot Case Study
• Sekelompok subjek diberi perlakuan kemudian dilakukan pengamatan
• Non R X O
• Peneliti tidak menerima informasi mengenai akibat perlakuan
• Tidak dapat mengontrol validitas internal
• Desain Perlakuan Ulang
• One Group Pre and Posttest Design
• Menggunakan satu kelompok subjek serta melakukan pengukuran sebelum
dan sesudah perlakuan
• Non R O1 X O2
• Validitas Internal masih terancam karena adanya variabel ekstraneous yang
belum dikendalikan
• Desain Perlakuan Statis
• Static Group Comparation
• Menggunakan 2 kelompok subjek yaitu kelompok ekperimen dan kelompok
kontrol
• Pembagian kelompok tidak dilakukan dengan random
• Efek perlakuan diukur dengan adanya perbedaan hasil antar dua kelompok
• Non R X O
Non R O
• Kelemahan utama: kesetaraan (homogenitas) antara 2 Kelompok tidak
diketahui sehingga perubahan yang terjadi pada eksperimen tidak dapat
dnilai sebagai akibat perlakuan
Kelemahan Desain Praeksperimen
• Tidak ada kelompok kontrol
• Tidak melakukan pengendalian terhadap ekstraneous variable
• Validitas penelitian tidak terpenuhi
DESAIN EKSPERIMEN QUASI
• Eksperimen yang dilakukan tanpa randomisasi, tetapi menggunakan
kelompok kontrol
• Macam Desain Eksperimen Quasi:
• Desain eksperimen ulang non random
• Desain eksperimen Seri
• Desain eksperimen Seri ganda
• Desain eksperimen Bergilir
• Desain Ekperimen Sampel Seri
Desain Eksperimen Ulang Non Random

• Non Randomized Pretest-Posttest Control Group Design


• Desain ekperimen yang dilakukan dengan pretes dan post test, dan mempunyai
kelompok kontrol dan eksperimen yang ditentukan dengan cara non random
• Non R O1 X O2
Non R O3 O4
Desain Eksperimen Seri

• Equivalent Time Sample Design


• Desain eksperimen yang dilakukan berdasarkan satu (beberapa) seri pengukuran
variabel tergantung terhadap suatu kelompok subjek
• Non R O1 O2 O3 X O4 O5 O6
• Subjek kelompok eksperimen juga sebagai kelompok kontrol
Desain Eksperimen Seri Ganda

• Control Group Time Series experimental


• Pengembangan dari desain eksperimen seri dengan memberikan kelompok
kontrol
• Non R O1 O2 O3 X O4 O5 O6
Non R O7 O8 O9 X O10 O11 O12
• Desain ini cukup adekuat untuk mengendalikan validitas internal kecuali interaksi
uji awal dengan perlakuan dan interaksi seleksi dengan perlakuan
Desain Eksperimental Bergilir

• Counterbalance Design
• Subjek diuji coba pada semua perlakuan, tetapi dalam rangkaian yang berbeda
dan hanya melakukan Post test
• Tiga Klasifikasi : Kelompok, Waktu dan Perlakuan
• Non R X1O X2O X3O X4O
Non R X2O X4O X1O X3O
Non R X3O X1O X4O X2O
Non R X4O X3O X2O X1O
• Kelemahan: pencemaran dari perlakuan yang lain
• Analisa Statistik: Membandingkan skor perlakuan pertama dengan skor perlakuan
kedua, ketiga dan keempat pada semua kelompok
Desain Eksperimen Sampel Seri

• Desain dengan memberikan perlakuan pada subjek secara tidak terus menerus
• Non R X1 O1 X0 O2 X1 O3 X0 O4
• Desain ini berusaha menghilangkan pengaruh luar selama seri pengukuran
dengan cara melakukan pengukuran dalam waktu yang berurutan setelah
perlakuan diberikan
• Analisa Statistik: Uji perbedaan Mean O1 dan O3 dengan Mean O2 dan O4
DESAIN EKSPERIMEN MURNI
• Desain yang paling ideal untuk mempelajari hubungan kausalitas
• Sumber invaliditas dapat dikontrol
• Ciri Khas: pengelompokan subjek dengan cara random
• Tiga macam desain eksperimen murni:
• Desain Eksperimen Sederhana
• Desain Eksperimen Ulang
• Desain Eksperimen Solomon
• Data diambil post eksperimen → post test only group design
36. COHORT STUDY
• peneliti bermaksud melakukan penelitian untuk mengetahui apakah
kanker paru-paru yang banyak terjadi di daerah A, disebabkan adanya
paparan asbes dari pabrik yang ada di daerah tersebut.
• Jika peneliti membandingkan antara individu yang terpajan dan
tidak terpajan
• Desain penelitian?
Cohort
►Desain studi observasional yg mempelajari hubungan antara paparan
dan penyakit, pada beberapa kelompok yang diikuti sepanjang
periode untuk melihat kejadian penyakit yang timbul.

►Memilih Kelompok2 Penelitian berdasarkan status paparan

►Awal penelitian harus dipastikan setiap subyek bebas dari penyakit


yang diteliti
Schema Studi Kohor:

Penyakit Positip
Kel
Terpapar
Penyakit Negatif

Penyakit Positip
Kel.
Tdk Terpapar
Penyakit Negatif
Berdasarkan Timing Kronologisnya :
• Studi Kohor Prospektif (Studi Kohor “concurrent”)

• Studi Kohor Historis (Studi Kohor Retrospektif, Studi Prospektif


“Non Concurrent “)
Keuntungan
1. Sesuai dengan logika studi Eksperimental dalam membuat inferensi
kausal
2. Dapat menghitung Insidensi Kumulatif (CI), Laju Insidensi (ID)
3. Cocok untuk meneliti paparan langka
4. Dapat mempelajari sejumlah akibat dari sebuah paparan
5. Bila Prospektif, kemungkinan Bias Seleksi (subyek dan status
paparan) kecil
6. Tidak ada faktor yang dirugikan
Kerugian
1. Bila Prospektif, sangat mahal dan memakan banyak waktu
2. Tidak Efisien dan tidak praktis untuk penyakit yang Langka
3. Hilangnya subyek selama penelitian (migrasi, dropout, meninggal)
menyebabkan ”loss to follow up bias”‘
4. Tidak cocok untuk menguji Hipotesis faktor-faktor Etiologi baru
37. KOHORT PROSPEKTIF
• peneliti ingin meneliti hubungan antara kebiasaan meminum kopi
dengan kejadian diabetes mellitus (DM).
• pemilihan subyek dimulai dari faktor resiko meminum kopi, sehingga
kelompok penelitian dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu kelompok
peminum kopi dan kelompok bukan peminum kopi.
• selama kurun waktu 10 tahun dilakukan pengamatan apakah terjadi
keadaan DM atau tidak pada kedua kelompok tersebut → maju
• Desain penelitian?
Cohort
►Desain studi observasional yg mempelajari hubungan antara paparan
dan penyakit, pada beberapa kelompok yang diikuti sepanjang
periode untuk melihat kejadian penyakit yang timbul.

►Memilih Kelompok2 Penelitian berdasarkan status paparan

►Awal penelitian harus dipastikan setiap subyek bebas dari penyakit


yang diteliti
Schema Studi Kohor:

Penyakit Positip
Kel
Terpapar
Penyakit Negatif

Penyakit Positip
Kel.
Tdk Terpapar
Penyakit Negatif
Berdasarkan Timing Kronologisnya :
• Studi Kohor Prospektif (Studi Kohor “concurrent”)

• Studi Kohor Historis (Studi Kohor Retrospektif, Studi Prospektif


“Non Concurrent “)
Keuntungan
1. Sesuai dengan logika studi Eksperimental dalam membuat inferensi
kausal
2. Dapat menghitung Insidensi Kumulatif (CI), Laju Insidensi (ID)
3. Cocok untuk meneliti paparan langka
4. Dapat mempelajari sejumlah akibat dari sebuah paparan
5. Bila Prospektif, kemungkinan Bias Seleksi (subyek dan status
paparan) kecil
6. Tidak ada faktor yang dirugikan
Kerugian
1. Bila Prospektif, sangat mahal dan memakan banyak waktu
2. Tidak Efisien dan tidak praktis untuk penyakit yang Langka
3. Hilangnya subyek selama penelitian (migrasi, dropout, meninggal)
menyebabkan ”loss to follow up bias”‘
4. Tidak cocok untuk menguji Hipotesis faktor-faktor Etiologi baru
38. CASE CONTROL
• peneliti ingin mengetahui hubungan antara kejadian kanker paru
dengan kebiasaan merokok.
• Pengambilan subyek penelitian dimulai dari identifikasi kelompok
dengan kanker paru dan kelompok tanpa kanker paru.
• Peneliti kemudian mengidentifikasi apakah dalam 10 tahun terakhir
kedua kelompok tersebut memiliki kebiasaan merokok atau tidak
• Desain penelitian?
Case control
Rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan antara
paparan (faktor penelitian) dan penyakit (oucome) dengan cara
membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan
status paparannya

Studi observasional yg menilai hub paparan-penyakit dg cara


menentukan sekelompok orang yg berpenyakit (disebut kasus ) dan
sekelompok orang tidak berpenyakit (disebut kontrol), lalu
membandingkan frekuensi paparan (kuantitatif, level paparan) pd
kedua kelompok
Desain studi kasus kontrol
1. Memilih Kasus (outcome) dan Kontrol (non outcome)
2. Mengukur paparan yg dialami pd waktu yg lalu melalui:
- Wawancara
- Catatan Medik
- Memeriksa hasil-hasil Laboratorium
Contoh :
Smoker

Diabetes
Mellitus (+)
Non Smoker

Smoker

Diabetes
Non Smoker Mellitus(-)
Kekuatan
1. Relatif murah dan mudah dibandingkan penelitian analitik lainnya
2. Sesuai untuk penelitian yang mempunyai periode latent yang
panjang
3. Sesuai utk meneliti penyakit yg langka ( angka kejadiannya kecil)
4. Dapat meneliti sejumlah paparan terhadap suatu penyakit
5. Sesuai untuk menguji hipotesis hubungan paparan dan ”penyakit”
6. Tepat untuk mengeksplorasi kemungkinan sejumlah paparan dan
”penyakit” yang belum jelas hubungannya
Kelemahan
1. Alur metodologi inferensi kausal yg bertentangan dg logika eksperimen klasik
2. Rawan terhadap berbagai bias ( bias seleksi dan bias informasi)
Bias seleksi → tjd saat pemilihan subyek kasus
Bias informasi → tjd akibat ketidakakuratan & ketidaklengkapan data ttg
paparan.
3. Tidak effisien untuk mengevaluasi paparan yang jarang / langka
4. Tidak dapat untuk menghitung Laju Insidens (Insidens rate) penyakit secara
langsung pada kelompok terpapar dan tidak terpapar.
5. Kadang-kadang sulit memastikan hubungan temporal antara paparan dan
”penyakit”
6. Per definisi hanya meneliti sebuah “penyakit”
7. Kesulitan memilih kontrol yang tepat (jika diambil pada 2 populasi yg terpisah)
39. CROSS SECTIONAL
• dokter di sebuah puskesmas menemukan diare disentriform di
daerahnya.
• Dokter ingin meneliti lebih lanjut dengan tujuan untuk menganalisis
hubungan antara ketersediaan air bersih dengan kejadian diare.
• Penelitian ingin dilakukan dengan waktu yang singkat dengan biaya
yang efisien
• Desain penelitian?
Cross sectional
• Suatu rancangan penelitian yang mengkaji dinamika korelasi/asosiasi
antara variabel independen dengan variabel dependen pada saat
yang bersamaan (point time approach).
• Pengamatan sesaat atau periode tertentu pada kelompok sampel
• Dapat merupakan studi pendahuluan
• Studi peralihan antara deskritif dengan analitik
Keuntungan

• Relatif cepat dan murah untuk memperoleh gambaran atau indikasi


masalah kesmas
• Dapat memprakirakan adanya hubungan causal
• Menyusun hipotesis untuk studi lebih lanjut
• Dapat digunakan untuk menyusun perencanaan yankes yang dibutuhkan
masyarakat
Kerugian

• Tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan-perubahan yang


terjadi dengan berjalannya waktu
• Informasi yg diperoleh tdk mendalam
• Sering terjadi laporan yg kurang atau berlebihan
• Variabel yang dikumpulkan terlalu banyak
40. EKSTRAK DAUN KELOR
• sebuah penelitian berjudul efek ekstrak daun kelor terhadap ukuran
tumor payudara pada wanita usia subur di RS Bandung
• Variabel predictor ?
DEFINISI
Variabel Penelitian adalah setiap hal dalam suatu penelitian yang
datanya ingin diperoleh. Dinamakan variabel karena nilai dari data
tersebut beragam.

Motivasi : Jenis kelamin :


Tinggi Laki-laki Penghasilan :
Menengah Perempuan 500 ribu
Rendah 300 ribu
Produktivitas: 100 ribu
Usia : Dlsb.
Tinggi
12 tahun, 15 tahun,
Cukup
20 tahun, 60 tahun,
Rendah
Dlsb.
Jenis-jenis variabel
- Variabel tergantung (dependent variable)
- Variabel bebas (independent variable)
- Variabel penengah (moderating variable)
- Variabel sela/antara (intervening variable)
Variabel Tergantung

Variabel yang dalam penelitian tersebut


nilainya tergantung pada variabel lainnya.
Pendidikan

Prestasi Kerja Jumlah Gaji


Variabel tergantung

Dll.
Variabel Bebas
Variabel yang dalam penelitian tersebut
nilainya tidak tergantung pada
nilai variabel lain
Volume
Penjualan
Besarnya
Variabel bebas keuntungan

Harga
barang
Variabel penengah

Variabel yang di samping variabel bebas (dalam


penelitian tersebut) yang nilainya berpengaruh
pula secara signifikan terhadap nilai variabel tergantung
Keinginan
Kualitas mempelajari
Pelatihan sesuatu
Variabel bebas yang baru
Variabel tergantung
Kebutuhan
Dengan syarat ada :
untuk berkembang
Variabel penengah
Variabel sela / antara
Variabel yang terletak di antara variabel bebas
dan tergantung, yang secara konseptual
digunakan sebagai penjelas terjadinya hubungan
di antara variabel bebas dan tergantung

Keragaman Efektivitas
Sinergi
tenaga kerja Mengapa?
Kreativitas
Organisasi
Variabel bebas Variabel tergantung

Variabel sela/antara
• efek ekstrak daun kelor terhadap ukuran tumor payudara pada
wanita usia subur di RS Bandung

• Variabel predictor/bebas/independent → ekstrak daun kelor


• Variabel terikat/dependen → ukuran tumor payudara
41. TRIKOTILOMANIA
• Laki-laki 23 tahun
• Diantar ibunya
• Sering mencabuti bulu alisnya hingga botak sejak 1 bulan yang lalu
• Sering muncul jika pasien sedang stress atau banyak pikiran
• Tidak terdapat keluhan lainnya
• Kelainan?
Trikotilomania
• Pedoman diagnosis:
• Berulang kali kesulitan menahan diri terhadap impuls untuk mencabut
rambut → kerontokan rambut tampak jelas
• Pencabutan rambut biasanya didahului oleh ketegangan yang meningkat dan
setelahnya diikuti dengan rasa lega atau puas
• Tata laksana:
• Psikoterapi
• Farmakoterapi (tergantung gejala yang menonjol)
• Jika ada gejala ansietas → anti-ansietas (CBZ)
• Jika ada gejala depresi → anti-depresi (SSRI)
Jawaban lainnya
• A. kleptomania → mendapat kenikmatan dari mencuri, biasanya
bukan karena alasan finansial
• B. gangguan konversi → ada stress psikis dan muncul gejala
neurologis yang tidak dapat dijelaskan
• D. somatisasi → banyak keluhan tidak spesifik (nyeri dan gejala
gastrointestinal dominan), namun hasil pemeriksaan normal
• E. hipokondriasis → yakin memiliki penyakit dengan diagnosis
tertentu, hasil pemeriksaan normal
42. OKLUSI ARTERI RETINA SENTRAL
• perempuan 67 tahun
• mendadak kehilangan penglihatan pada mata
kanan.
• ketika bangun tidur.
• Tidak ada keluhan apa-apa sebelumnya, nyeri mata
disangkal.
• pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam
batas normal.
• pemeriksaan visus mata kanan 1/300 dan mata
kiri normal.
• Pemeriksaan segmen anterior dalam batas normal
• Funduskopi →
• Kemungkinan diagnosis?
Oklusi arteri retina

Central retinal artery occlusion (CRAO)


- Gejala : unilateral, tidak nyeri, penurunan visus mendadak (conting-
finger-LP). Riw amaurosis fugax
- Tanda : opasitas superfisial pada polus porterior retina, cherry-red
sopt di sentral macula, cattle-trucking, ground-glass retina
- Etiologi : atherosclerotic-related thrombus (75% kasus), emboli
(20% kasus), angiospasme, peningkatan TIO

Branch retinal artery occlusion (BRAO)


- Gejala : unilateral, tidak nyeri, penurunan sebagian lapang pandang,
riw amairosis fugax
- Tanda : opasitas superfisial pada distribusi cabang arteri yang defek,
edema local
- Etiologi : atherosclerotic-related thrombus (75% kasus), emboli
(20% kasus), angiospasme, peningkatan TIO
Oklusi vena retina
Central retinal vein occlusion (CVRO)
- Gejala : unilateral, tidak nyeri, penurunan visus mendadak
- Tanda : perdarahan retina difus di seluruh kuadran (splashed-tomato appearance, blood
and thunder appearance), vena dilatasi dan tortuous, cotton wool, edema diskus dan macula,
neovaskularisasi
- Etiologi : tekanan pada vena ok arteri retina yang sclerosis, hiperviskositas darah,
periflebitis, peningkatan TIO

Branch retinal vein acclusion (BRVO)


- Gejala : unilateral, tidak nyeri, penurunan visus atau sebagian lapang pandang dengan blind
spot
- Tanda : perdarahan superfisial pada distribusi cabang vena yang defek (flame hemorrhage),
tidak melintas midline, cotton wool, edema vena dilatasi dan tortuous
- Etiologi : tekanan pada vena ok arteri retina yang sclerosis, hiperviskositas darah,
periflebitis, peningkatan TIO
43. PENURUNAN LAPANG PANDANG
• perempuan 38 tahun
• berjalan sering menyenggol benda sekitarnya
• sering merasa terkejut ketika sedang mengendarai motor tiba-tiba ada
kendaraan lain yang mendahuluinya
• penglihatannya masih cukup jelas
• tajam penglihatan mata kanan dan kiri 6/12, tidak terlihat hiperemis pada
konjungtiva, reflex pupil +/+, COA nampak dalam dan jernih, terlihat
bayangan iris pada lensa, dan pada pemeriksaan menggunakan keratoskop
placido nampak garis-garis melingkar yang kontinu
• Penyebab keluhan utama?
Lapang pandang
• Perluasan perifer dunia visual sebagai proyeksi ruang pada area
penglihatan retina

• Gangguan lapang pandang


• Monucular
• Binocular
• Junctional
• Gangguan lapang pandang
• Dapat menunjukkan letak lesi pada jaras visual
• Membantu menegakkan diagnosis dari gangguan penglihatan
• Pemeriksaan lapang pandang
• Uji konfrontasi
• Kampimeter
• Perimeter
• Kisi kisi amsler
Jawaban lainnya
• A. Kelainan refraksi → hasil pemeriksaan visus dibawah normal, atau
astigmatisma
• B. Defek pada kornea → pemeriksaan plasido menunjukkan kelainan
• C. Gangguan pada iris → pemeriksaan iris terlihat ada gangguan
• D. Penurunan tajam penglihatan → penurunan visus
44. DEMENSIA
• laki-laki 70 tahun
• sering pergi keluar rumah dan sering tidak ingat jalan pulang
• mengaku tidak pernah diberi makan selama seharian oleh anaknya,
padahal menurut anaknya selalu diberikan makan
• Riwayat penyakit sebelumnya tidak ada
• hasil pemeriksaan fisik tidak didapatkan kelainan apapun
• Kemungkinan diagnosis?
Demensia
• Suatu sindrom akibat penyakit/gangguan otak yang biasanya bersifat
kronik-progresif, dimana terdapat gangguan fungsi luhur kortikal
multiple
• Termasuk → daya ingat, daya piker, orientasi, daya tangkap
(comprehension), berhitung, kemampuan belajar, berbahasa, dan
daya nilai (jugdement)
• Umumnya disertai dan ada kalanya diawali dengan penurunan
(deterioration) dalam pengendalian emosi, perilaku social, atau
motivasi hidup.
Klasifikasi demensia

1. Berdasarkan umur : senilis, presenilis


2. Berdasarkan gejala klinis : global, afasik, visuo perseptif
3. Berdasarkan anatomi ; kortikal, subkortikal
4. Berdasarkan perjalanan penyakit :
demensia “reversibel” + 10-12% disebabkan alkohol, obat-obat,
kelainan psikiatri, penyakit meningitis, trauma kepala, hidrosefalus
komunikan
demensia “non reversibel”: proses degeneratif
tergolong kedalamnya demensia yang paling banyak ditemui :
demensia alzheimer dan vaskuler
Demensia Alzheimer

• Biasanya ada faktor resiko : riwayat keluarga,


alzheimer umur > 50 thn, penyakit down`s syndrome
,parkinson
• Progresif, sangat chronis
Diagn. pasti dengan otopsi otak
Jadi diagn cukup dengan diagnosis ”probable”
Kriteria diagnosa “probable Alzheimer”:
1. Ditemukan demensia secara klinis (test mini mental)
2. Defisit 2 atau lebih bidang kognitif (memori, bahasa, atensi, orientasi,
fungsi eksekutif, visuospatial)
3. Perburukan memori/kognitif progresif
4. Tak ada gangguan kesadaran
5. Tak ada penyakit otak dan gangguan sistemik
(khas: perburukan intelektual dan tingkah laku, mengganggu pekerjaannya
dan lingkungan)
Gejala klinis dibagi 3 stadium:

1 Std Amnesia : yang menonjol : amnesia diskalkulia, spontanitas ,


gangguan memori jangka pendek, pertanyaan berulang-ulang
tak mampu hafal no telpon, bingung terhadap masalah,
(memori jangka panjang : baik) std ini berlangsung 2-4 tahun
2 Std Bingung, kognisi  progresif, afasia, agnosia, apraksia,
disorientasi waktu dan tempat, mengem- bara, salah mengenal
anak, suami, isteri, kadang- kadang bicara porno, std ini
berlangsung 2-10tahun
3 Std Akhir (setelah 6-12 tahun sakit) akinetik, membisu hampir
vegetatif, inkontinesia, lemah, langkahnya kecil-kecil, mudah
terinfeksi (saluran kemih, nafas).
Tujuan pengobatan
• Mempertahankan kualitas hidup
• Memperlambat progresivitas
• Mengobati penyakit penyerta
• Membantu keluarga, memberi informasi cara-cara
penanganan yang manfaat
Terapi farmakologi

• Golongan acetylcholin estrase inhibitor :


• Donepizil hcl 1x5-10mg
• Rivastigmin 1x1,5-6mg
• Golongan esterogen me aktivitas cholonergik
• Antioksidan
• Nootropik agent
• Golongan NSAID
Terapi non farmakologik bertujuan
• Menentukan program aktivitas harian
• Modifikasi perilaku
• Informasi pelatihan kepada keluarga
Demensia Vaskuler
• Disebabkan penyakit pembuluh darah serebral (ump :
stroke)
• Ditemukan infark multipel di otak
• 15-25% dari semua demensia
• onset pada usia yang lebih muda dan lebih mendadak
dibanding Alzheimer
Gejala klinis

 Biasanya menyusul penyakit stroke, muncul demensia, perjalanan


penyakit bisa mendatar atau membaik, kemudian memburuk lagi dst
… berfluktuasi → “step wise”
 Konfusi mengembara
 Kepribadian masih terpelihara sampai std lanjut
 Terdapat gejala lesi di otak: hemisparese gangguan esktrapiramidal,
disathria, dll
 Defisit memori kurang menonjol tapi kognisi lamban
 Disfungsi visuospasial
Diagnosis

1. Tentukan dulu apa ada demensia


2. Tentukan gangguan fungsi kognitif, memori, emosional
3. Perjalanan penyakit “gradual” atau “stepwise”
4. Periksa gejala stroke : kelainan neurogi fokal
5. Cari faktor risiko stroke, hipertensi, DM, cholesterol , merokok, dll
Pengobatan

• Demensia vaskuler adalah akibat stroke sehingga penting di pikirkan


pencegahan : “secondary stroke attack”.
• Obat-obat
• Galatamin 2 x 4 mg → 2 x 8 mg
• Rivastigmin 2 x 3 mg → 2 x 6 mg
• Donepezil 1 x 5 mg → 1 x 10 mg
• Pentoxifilin 3 x 400 mg
• Piracetam 3 x 800 mg – 1200 mg
• Ginkogiloba 2 x 40 mg – 60 mg
• Vit V 2 x 100 unit
Pencegahan

Sesuai dengan pencegahan serangan stroke ulang


• Obati hipertensi, DM
• Kendalikan hiperlipidemia
• Hentikan rokok, alkohol
• Diet yang sesuai
• Gaya hidup sehat dengan olah raga, rendah garam, kurangi stress
• Penderita dengan resiko tinggi, berikan obat anti agregasi trombosit.
Jawaban lainnya
• A. depresi pada lansia → gejala depresi (+), anhedonia, anergia, afek,
datar, terjadi pada usia lansia
• B. delirium senilis → kesadaran berkabut, disorientasi waktu (+),
terjadi pada usia lansia
• D. skizofrenia onset lambat → gejala psikotik (+), terjadi dengan onset
yang terlambat dibandingkan skizofrenia biasa (>40 tahun)
• E. gangguan waham terinduksi → ada waham (+), tanpa gejala
halusinasi, terinduksi dari orang disekitarnya yang menjadi tokoh
sentral
45. MENINGITIS
• laki-laki 18 tahun
• mendadak pingsan
• Tiga hari sebelumnya pasien mengeluhkan demam tinggi, menggigil,
sakit kepala, mual, muntah
• saat pingsan pasien juga mengalami kejang
• riwayat penyakit radang paru yang lama
• juga mendapatkan terapi untuk radang parunya namun tak kunjung
sembuh
• Kemungkinan diagnosis?
Infeksi sistem saraf pusat

Meningitis Encephalitis

•Demam •Demam
•Nyeri kepala •Penurunan
•Kaku kuduk kesadaran
•Kejang
Meningitis
• Peradangan pada meninges
• Fungsi neuro intak → tidak ada deficit neuro fokal
• Letargi

Encephalitis
• Peradangan pada parenkim otak
• Seringkali dengan peradangan meninges (meningoencephalitis)
dan medulla spinalis (encephalomyelitis)
• Berefek pada fungsi otak → perubahan status mental, deficit
sensori/motoric, perubahan kepribadian, gangguan bicara/gerak
Pemeriksaan
• Meningeal sign
→ meningitis (+)
• Lumbal pungsi →
menentukan
penyebab
Tata laksana
meningitis
Tata laksana encephalitis
• Asiklovir → tata laksana empiric karena tingginya insidensi
encephalitis herpes simpleks
• Setelah penyebab diketahui, sesuai dg pathogen penyebab
• A. subarachnoid hemorrhagia → pecahnya pembuluh darah di ruang
subarachnoid, gejala : nyeri kepala hebat dan mendadak, hilang kesadaran,
fotofobia, meningismus, mual dan muntah
• B. tumor fossa posterior → tumor di fossa posterior, gejala : peningkatan
tekanan intracranial karena hidrocepalus akibat penekanan ventrikel IV
(nyeri kepala, mual, muntah, ataksia)
• C. sindroma maligna neuroleptic → sindrom yang terjadi akibat komplikasi
serius dari penggunaan obat anti psikotik, gejala: hipertermi, rigiditas,
disregulasi otonom dan perubahan kesadaran
• E. epilepsy → gangguan sistem saraf pusat akibat pola aktivitas listrik otak
yang tidak normal. Hal itu menimbulkan keluhan kejang, sensasi dan
perilaku yang tidak biasa, hingga hilang kesadaran
46. Amitriptyline
• perempuan 30 tahun
• nyeri kepala selama 17 hari per bulannya selama 4 bulan
• Nyeri kepala terjadi kurang dari 30 menit, bilateral, menekan,
mengikat namun tidak berdenyut
• pemeriksaan ditemukan adanya nyeri tekan disekitar miofacial dan
perikranial
• Dokter memutuskan untuk memberikan obat analgetik dan
antidepresan karena pasien mengeluhkan adanya sulit tidur
• Obat antidepresan yang tepat untuk kasus?
Tension Headache / TTH
• Nyeri kepala tipe tegang
• Bentuk sakit kepala yang paling sering dijumpai dan sering
dihubungkan dengan jangka waktu dan peningkatan stress
• Lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki =
3:1
• Dapat mengenai semua usia, sebagian besar adalah dewasa muda
(20-40 tahun)
Keluhan
• Nyeri yang tersebar secara difus
• Sifat nyerinya mulai dari ringan hingga sedang
• Berlangsung selama 30 menit hingga satu minggu penuh
• Nyeri bisa dirasakan kadang-kadang atau terus menerus
• Nyeri pada awalnya dirasakan pada leher bagian belakang kemudian
menjalar ke kepala bagian belakang selanjutnya ke kepala bagian
depan
• Selain itu, nyeri juga dapat menjalar ke bahu
• Nyeri kepala dirasakan seperti kepala berat, pegal, rasa kencang pada
daerah bitemporal dan bioksipital, atau seperti diikat di sekeliling
kepala
• Nyeri kepala tipe ini tidak berdenyut
• Tidak disertai dengan mual ataupun muntah
• Mungkin disertai anoreksia
• Gejala lain : insomnia, nafas pendek, konstipasi, berat badan
menurun, palpitasi, dan gangguan haid
• Pada kasus kronis biasanya merupakan manifestasi konflik psikologis
yang mendasarinya seperti kecemasan atau depresi
340
341
Klasifikasi
• Episodik : berlangsung <15 hari dengan serangan yang terjadi <1 hari
perbulan (12 hari dalam setahun)
• Kronis : berlangsung >15 hari selama 6 bulan terakhir
Kriteria diagnosis
• Sakit kepala tipe tension episodik.
• Setidaknua terdapat 10 episode sakit kepala sebelumnya yang memenuhi kriteria B-D di
bawah ini. Jumlah hari terjadinya sakit kepala < 180/ tahun.
• Sakit kepala terjadi antara 30 menit sampai 7 hari.
• Setidaknya terdapat 2 dari hal-hal di bawah ini:
• Rasa seperti ditekan atau diikat. Tidak terasa berdenyut.
• Intensitasnya ringan-sedang.
• Lokasinya bilateral.
• tidak memberat dengan naik tangga atau aktivitas fisik rutin.
• Dua dari hal-hal di bawah ini.
• Tidak ada mual atau muntah, namun dapat terjadi anoreksia.
• Fonofobia dan fotofobia mungkin tidak ada, ada terdapat salah satunya saja .
• Frekuensi sakit kepala rata-rata  15 hari/ bulan. (180 hari/tahun) for  6 bulan dan
memenuhi kriteria B-D yang terdapat di bawah ini.
• Setidaknya terdapat 2 dari hal-hal di bawah ini:
• Rasa seperti ditekan atau diikat.
• Tingkat keparahannya sedang-berat.
• Lokasinya bilateral.
• Tidak memberat dengan naik tangga atau aktivias fisik rutin.
• Dua hal di bawah ini:
• Tidak ada muntah.
• Tidak lebih dari dua hal berikut ini: mual, fotofobia, atau fonofobia.
Tata laksana
• Terapi abortif
• Simpel analgesic  NSAID (ibuprofen 400 mg, naproxen 220 mg atau 550 mg,
aspirin 650-1000 mg), paracetamol 1000 mg
• Kombinasi  (pct 250 mg, aspirin 250 mg, ibuprofen) dengan kafein 65 mg
• Muscle relaxant
• Terapi preventif
• Antidepresan trisiklik  amitriptilin Amitriptilin 10-50 mg Sebelum tidur

Doxepin 10-75 mg Sebelum tidur

Nortriptilin 25-75 mg Sebelum tidur


Pencegahan

• Hindari faktor pencetus (inti)


• Hindari : kafein, nikotin, situasi yang membuat stres, kecemasan,
kelelahan, lapar, marah, posisi tubuh yang tidak baik
• Perubahan gaya hidup (untuk TTH kronis) : istirahat, olahraga,
rekreasi, merubah situasi kerja
47. Memperlebar pembuluh vena dan arteri
perifer
• laki-laki 43 tahun
• nyeri dada saat bekerja dirasakan sejak 5-10 menit yang lalu
• bekerja sebagai buruh bangunan, perokok aktif
• pemeriksaan fisik didapatkan tekana darah 140/80 mmHg, denyut
nadi 94 x/menit, frekuensi napas 20 x/menit dan suhu badan 37 oC
• Dokter IGD segera memberikan oksigen dan nitrogliserin.
• mekanisme kerja dari nitrogliserin tersebut?
ACS (acute coronary syndrome)
KLASIFIKASI GEJALA EKG ENZIM JANTUNG

STABLE ANGINA Nyeri dada muncul saat ST depresi, T inversi, EKG Normal
beraktivitas dan membaik tidak spesifik
saat istirahat

UNSTABLE ANGINA Nyeri dada muncul saat ST depresi, T inversi, EKG Normak
aktifitas maupun istirahat tidak spesifik
dan tidak membaik dengan
beristirahat
NSTEMI Nyeri dada substernal ST depresi, T inversi, EKG Meningkat
menjalar, keringat dingin, tidak spesifik
muntah

STEMI Gejala sama dengan STEMI ST elevasi, LBBB new onset Meningkat
• Pada angina stabil biasanya pada saat dilakukan pemeriksaan EKG
tidak menunjukkan kelainan bermakna → perlu dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut → treadmill test
BIOMARKER
Lokasi
TATALAKSANA AKUT KORONARI SYNDROME
• TATALAKSANA DEFINITIF untuk onset < 3jam adalah Terapi
Revaskularisasi
• Terapi Revaskularisasi :
• PCI (Percutaneous Coronary Intervention)
• Trombolitik : Streptokinase
• CABG (by-pass)
Hordeolum
• perempuan 30 tahun
• benjolan pada kelopak mata
• awalnya kecil kemudian membesar dalam beberapa min gg
• benjolan terasa nyeri tapi ringan u
• Empat hari sebelumnya pernah kedokter dan diedukasi untuk kompres
hangat tanpa diberi obat apapun, namun belum membaik
• Diagnosis?
Parameter Hordeolum Eksterna Hordeolum Interna Calazion

Definisi Peradangan supuratif Peradangan supuratif akut Peradangan granulomatosa kronik


akut pada kelenjar Zeis atau pada kelenjar Meibom non-infektif pada kelenjar Meibom
Moll

Etiologi Sebagian besar oleh infeksi Infeksi stafilokokal (primer) atau Proliferasi dan reaksi granulomatosa
Staphylococcus Aureus kalazion yang terinfeksi dari dinding kelenjar
(sekunder)

Manifestasi Benjolan merah, hangat, edema dan nyeri Benjolan lunak hingga
Klinis (lebih nyeri pada hordeolum internum) pada keras, tidak nyeri
tepi palpebra

Terapi • Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit • Konservatif


• Jaga kebersihan kelopak mata • Injeksi intralesi
• Antibiotik topical (salep oxytetrasiklin 3x1; Steroid (triamsinolon 40 mg/ml
salep kloramfenikol 3x1; tetes mata kloramfenikol 12x1) sebanyak 0,10-0,20 ml)
• Antibiotik oral (eritromisin 2x500mg atau dikloksasilin 4x1 • Ekokleasi kalazion
selama 3 hari)
• Insisi dan drainase abses
Hordeolum Eksterna Hordeolum Interna

Calazion
• B. kalazion → Peradangan granulomatosa kronik non-infektif pada kelenjar
Meibom, gejala : benjolan lunak hingga keras, tidak nyeri
• C. blefaritis → peradangan pada kelopak mata, yang menyebabkan bagian
tersebut jadi terlihat bengkak dan merah, gejala : kelopak mata bengkak, merah,
terasa mengganjal
• D. blefarofimosis suatu penyakit yang mengenai kedua mata dan diturunkan
secara autosomal dominan dengan kumpulan tanda klinis berupa blefarofimosis,
ptosis berat, epikantus inversus, dan telekantus
• E. trikiasis kondisi di mana bulu mata tumbuh ke arah yang salah yaitu menujuke
bola mata
49. Gangguan cemas menyeluruh
• perempuan 35 tahun
• setiap hari merasa gelisah, sulit berkonsentrasi dan otot-otot terasa
pegal
• rasa khawatir terhadap sesuatu yang kurang jelas, jantung
berdebar-debar, sesak nafas, dan sering berkeringat terutama di
telapak tangan
• selama 3 minggu
• pasien sering tidak mengerjakan tugasnya sebagai ibu rumah tangga
• Diagnosis?
Gangguan Cemas Menyeluruh
• Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung
hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak
terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi tertentu saja (sifatnya
“free floating” atau mengambang)
• Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut
• Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa di ujung tanduk, sulit konsentrasi, dsb.)
• Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai),dan
• Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak
napas, serta keluhan somatic berulang yangmenonjol)
• Pada anak-anak sering terlihat kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan
(reassurance) serta keluhan somatik berulang yang menonjol
• Adanya gejala lain yang sifatnya sementara, khususnya depresi, tidak
membatalkan diagnosis utama gangguan cemas menyeluruh, selama hal
tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresi, anxietas fobik,
gangguan panic, atau OCD.
Tata laksana
• Benzodiazepin
• Non-benzodiazepine → sulpride, buspirone, hydroxizyne
Jawaban lainnya
• A. gangguan panik  serangan kecemasan berat, gejala : rasa tercekik
seperti akan mati, sesak napas, dll, tidak dalam kondisi yang berbahaya
sebetulnya
• B. gangguam fobia  dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas
(dari luar infividu itu sendiri), yang sebenarnya tidak membahayakan
• C. gangguan stress pasca t r a u m a  timbul dalam kurun waktu 6 bulan
setelah kejadian traumatic berat, adanya flashback kejadian
• D. gangguan histeris dan konversi  kondisi kejiwaan di mana seseorang
merasakan gejala fisik berupa kehilangan kendali terhadap fungsi sistem
saraf dan gejala tersebut tidak terkait dengan penyakit lainnya. Kondisi ini
disebut juga dengan gangguan neurologis fungsional, yang mengacu pada
fungsi sistem saraf pusat yang tidak normal
50. Pengecatan Tzanck didapatkan
multinucleated giant cell
• bayi perempuan 6 bulan
• plenting-plenting di seluruh badan
• Awalnya lima hari yang lalu badannya agak demam dan lemas
• Kemudian muncul plenting-plenting pada tubuhnya yang semakin hari
semakin banyak
• pemeriksaan fisik punggung, dada, belakang leher tampak adanya
papul eritem, vesikel dengan dasar eritem bentuk seperti air mata
(tear drop), polimorfi, multipel tersebar
• Hasil pemeriksaan lab yang sesuai?
VZV – Varicella (Chicken Pox)
Etiologi : VZV

Faktor Risiko :
1. Anak-anak
2. Riwayat kontak dengan pederita varisela
3. Immunodefisiensi

Lesi polimorfik (makula, papula,vesikel, krusta)

Manifestasi : Demam → papul, vesikel, tear drops, eritematosa


Penyebaran : Badan → Wajah → ekstremitas (sentrifugal)
TZANCK TEST
TERAPI

Terapi:

Topikal → Vesikel : bedak, mentol,lotio calamin


Vesikel sudah pecah : Kompress antiseptik (PK 1:
10.000)

Sistemik

Antivirus (Bermanfaat diberikan dalam 24 jam setelah muncul erupsi


kulit)
- Asiklovir 5x800 (5-7 hari)
- Valasiklovir 3x1000
Simptomatik : Antipiretik (Jangan Aspirin)
Antipruritus
51. EPILEPSITIPETONIK-KLONIK
• Wanita24tahun
– Kejang1jamlalu
• Durasikejang3menit
• Bersifatritmik,badankaku,lidahtergigit,dancelanapasienbasah
akibatBAK
– Mengalamihalyangsamasudah2xdalamsetahun
– Setelahkejang,pasienmerasasangatkelelahan.

• Diagnosis?
Epilepsi
• Epilepsi=kelainanpadaotakyang menyebabkan
kecenderunganuntuk terjadibangkitankejang.
• Pemeriksaanpenunjang=EEG
Jenis-jenisKejang
• Kejangfokal/parsial
– Sederhana:kesadaran tidakterganggu,
– Kompleks kesadaran terganggu,pasien tidak ingat saat kejang
– Umum-sekunder:awalnyakejangfokalkompleks,lalumenjadikejangumum
tonik-klonik
• Kejangumum/generalized
– Absans/petit mal:pasienmenjadibengong,dapatdisertaiautomatisme
– Mioklonik:gerakanmotoriksingkat,jerking,<1detik
– Klonik:pergerakanmotorik-ritmik
– Tonik:tonusototmeningkat,tubuhjadikaku
– Tonik-klonik:campurantonikdanklonik
– Atonik:tonusotothilang,tiba-tibajatuh
STATUSEPILEPTIKUS
• Definisi
– Kejangyangberlangsunglebihdari30menitATAU
– >2kejangberturut-turuttanpapulihnyakesadarandiantarakejangyang
berlangsunglebihdari30menit.
• Umumnyaberupakejangtonik-klonik
• Perludidapatkanriwayatepilepsidanpengobatan.
– Padapasienstatustanpariwayatepilepsi,terdapatbeberapakondisi
pemicu,misalnyacederakepala,infeksi, neoplasma,danbeberapa
penyakitsaraflainnyayangdapatmencetuskankejang.
Untukneonatus,lini
pertamaadalah
fenobarbital
Tatalaksana kejang pada
dewasa
• KejangbersifatRITMIKdanbadanKAKU
• Ritmik klonik
• Ka ku tonik

Sehingga padakasusini,jeniskejangnyaadalah
tonik-klonik
52.C. HINDARI FLEKSILUMBOSAKRAL
Pria usia 41 tahun datang dengan keluhan nyeri di punggung
kanan bawah yang menjalar hingga ke tungkai. Pasienmerasa
lebih nyeri jika membungkuk. Didapatkan refleks fisiologis
menurun, rangsang raba menurun, dan penyempitan diskus
intervertebralis L5-S1. Edukasi apa yang tepat diberikan
kepada pasien ini?
A. Hindari rotasi thorako-lumbal
B. Hindari rotasi lumbo-sakral
C. Hindari ekstensi lumbo-sakral
D. Hindari fleksi lumbo-sakral
E. Hindari fleksi thorako-lumbal
53. C. HINDARI FLEKSILUMBOSAKRAL
• Laki-laki 41 th
• Nyeri di punggung kanan bawah
• Menjalar hingga ke tungkai
• Lebih nyeri jika membungkuk
• Refleks fisiologis menurun
• Rangsang raba menurun
• Penyempitan diskus intervertebralis L5-S1

Edukasi apa yang diberikan kepada pasien ini?


Sesuai dengan lokasi terjadinya nyeri punggung bawah, edukasi yang tepat
adalah mengurangi kejadian fleksi lumbosakral.
53 C. CARPAL TUNNELSYNDROME
• Laki-laki, 32 th
• nyeri pada tangan
• terasa kesemutan dan menggangu
• pekerjaan gojek
• kesemutan pada telapak tangan kanan jari 1 dan 2
• Hasil tes Phalen (+)

Diagnosis pasien ini adalah...


Manifestasi Klinis Carpal tunnelsyndrome
• Kumpulan tanda dan gejala akibat penekanannervus
medianus dalam terowongan karpal (carpal tunnel)
• Gejala umum: kesemutan, kebas, nyeri pada lokasi yang
dipersarafi nervus medianus (terutama pada malam hari)

• Gejala lain: kadang pasien


menjatuhkan barang yang
digenggam tanpa terasa, gejala
intermiten.
• Gejala malam hari biasanya cukup
spesifik untuk CTS terutama bila
gejala berkurang jika menggerak-
gerakkan tangan.
• Pemeriksaan dapat dengan EMG
Tarsal Tunnel Syndrome & Lesi NervusPerifer

• Tarsal tunnel syndrome


• Akibat kompresi nervus tibialis
• Nyeri yang menjalar dari
pergelangan kaki medial ke arah
distal
• Klinis:
• Tata laksana: injeksi steroid, bedah
kalau tidak berespons
• Lesi nervus…
• …radialis: wrist drop
• …medianus: tidak bisa oposisi,
MCP I-II tidak bisa fleksi, PIPdan
DIP I-II tidak bisa ekstensi
• ..ulnaris: MCP IV-V tidak bisa fleksi,
PIP dan DIP IV-V tidak bisaekstensi
• Terapi:
– Penggunaan splint pada malam hari (3minggu)
– Medikamentosa: NSAID, injeksi steroid
– Terapi lainnya: Yoga

Sumber: emedicine carpal tunnel syndrome


Pilihan Jawaban Lain
• A. Drop hand
• B. Pronator Teres Syndrom penekanan saraf medianus sebelum
mencapai carpal tunnel oleh otot pronator. Nyerimenetap ketika
tangan melakukan pronasi.
• D. Kista Ganglion terdapat benjolan
• E. Cervical Radiculopati nyeri berkaitan dengan gerakan leher
54.B.10(SEPULUH)
• Wanita 64tahun
– Tidaksadarkandiri
• PemeriksaanGCS
– Saat dipanggilpasienberbicarakata -
kata yang tidakberaturan
– Saat diberi rangsang nyeri pasien
dapat melokalisasidanmembuka
mata
• TotalGCSpasien?
GC S
MATA(E) NGOMONG(V) GERAK(M)

4 Buka 5 Normal 6 Patuhperintah

3 Suara 4 Bingung 5 Tahulokasinyeri

2 Nyeri 3 Kacau 4Menjauhdari nyeri

1 (x) 2 Mengerang 3 Fleksi(dekortikasi)

1 (x) 2 Ekstensi
(deserebrasi)

1 (x)
A. 8

B. 10

C. 12

D. 13

E. 14
55. A. ANTIBIOTIK + ANTIINFLAMASI
– Penurunan nafsu makan
– Suhu 38,6oC
– Tonsil T3/T3 hiperemis, detritus (+) memenuhi kripta sehingga menyerupai
aliran sungai

• Diagnosa : Tonsilitis lakunaris


• Apa terapinya?
Tonsilitis Akut Tonsilitis Kronik

Etiologi EBV atau streptococcus β hemolitikus Streptococcus β hemolitikus, dengan risk


factor: perokok berat, higien mulut,
makanan tertentu, pengaruh cuaca,
kelelahan fisik, pengoabtan tonsilitis akut
yang inadekuat

Gejala nyeri tenggorokan, odinofagia, demam, Mengganjal ditenggorokan, rasa kering,


lesu, nyeri sendi, otalgia napas berbau
PF Tonsil bengkak, hiperemis, detritus Tonsil membesar, permukaan tidak rata,
(leukosit PMN): folikel/lakuna, membran kriptus melebar, kripti yang terisi detritus
semu, KGB Submandibula teraba, nyeri
tekan (+)
Terapi Viral: istirahat, minum cukup, analgetik Menjaga higien mulut, tonsilektomi jika:
or antivirus jika berat. infeksi berulang, gejala sumbatan, curiga
Bakteri: penisilin, eritromisin, antipiretik, neoplasma
antiinflamasi, dan obat kumur.
Tonsilitis lakunaris
• Gejala dan tanda klinis:
• Sering disebabkan bakteri
• Demam
• Disfagia
• Tonsil hiperemis
• Terdapat detritus yang mem-
bentuk alur-alur
American Academy of Otolaryngology, Head and Neck Surgery
Guidelines 2011
Pilihan lainnya
• Operasi + antibiotik indikasi operasi (-), kondisi akut tidak
dianjurkan operasi
• Operasi + antipiretik Pasien tidak febris, belum tepat diberikan
antipiretik
• Antiviral + antipiretik tidak perlu antiviral
• Antiviral + antiinflamasi
56. C. ILEUSOBSTRUKTIF
• Nyeri perut sejak 6 jam
• Mual, muntah, kembung
• N 120, RR 28, S 36,8
• Abdomen distensi, bising usus meningkat, metallic
sound (+)
• Gambaran tulang ikan, air fluid level(+)

• Diagnosis Anda
OBSTRUKSI PARALITIK
PERBEDAAN DASAR GAMBARAN
ILEUS OBSTRUKSI • ILEUS PARALITIK
• UMUMNYA, distribusi • UMUMNYA, distribusi
gas tidak merata (hanya gas merata (proksimal –
• di proksimal sumbatan). • distal).
Dilatasi usus tidak Dilatasi usus
proporsional, melainkan proporsional. JADI, kolon
BERTINGKAT à tumpang berdilatasi tetapi tetap
• Gambaran air fluid level • lebih besar daripada
sangat banyak, dilatasi usus halus.
bertingkat menyerupai Gambaran air fluid level
stepladder. sedikit, tersebar tidak
57. A. PARASETAMOL
• usia 29 tahun hamil G2P1A0
• Demam terutama sore hari selama 7 hari.
• Pemeriksaan TD 120/80mmHg, nadi 84x/menit, RR
18x/menit, suhu 37.9C. Lidah kotor & tremor. Tubex
test (+) à tifoid pada kehamilan

• Obat penurun panas yang tepat pada pasien ini?


Antipiretik/analgetik pada kehamilan
• Aman untuk kehamilan: asetaminofen
• Ibuprofen & naproxen
• Dapat menurunkan cairan amnion pada trimesterketiga,
dan mengakibatkan penutupan prematur pembuluh
darah tertentu serta ganggguan perkembangan pada
janin.
58.D.AUTISME
• Anak7tahun
– Tidak mau mengatakan keinginannya
– Hanyamenarikibunyaketempatyangdinginkan
– Tidakmaumenatapmataoranglain
– Tidakmaubermainjikadiberimainan
• Diagnosis?
Bedakan AutismedanRetardasiMental
• Autism kehilangan
bersosialisasi
– Tidakmenatapmataoranglain
– Tidakmaubermain
• Retardasi mental IQrendah
Diskusi
• Pada kasusini,pasien tidak mampu bersosialisasi
yangditunjukkandengan
– Tidakmaumengatakankeinginannya
– Tidakmaumenatapmataoranglain
– Tidakmaubermain
59. D. STENOSIS MITRAL
• laki-laki berusia 15 tahun
• sesak napas saat beraktivitas
• auskultasi jantung ditemukan bunyi
jantung 1 mengeras dan terdapat
opening snap
• diastolic dengan nada rendah di apeks.
Kelainan jantung yang dialami oleh
pasien adalah…
PSL : Parasternal
Line MCL :
Midclavicular Line
Pendekatan diagnosis kelainan katup
1. Lihat lokasinya
2. Tentukan katup apa yang bermasalah
3. Tentukan apa fase murmurnya?
(sistolik/diastolik/continuous)
4. Ingat :
• Pada sistolik → aorta dan pulmonal membuka, mitraldan trikuspid menutup
• Diastolik → aorta dan pulmonal menutup, mitraldan trikuspid membuka
5. Ingat:
• Gangguan saat katup harusnya membuka → stenosis
• Gangguan saat katup harusnya menutup → regurgitasi
• The hallmarks of asthma are:
increased airway responsiveness
to a variety of stimuli, resulting in
episodic bronchoconstriction;
inflammation of the bronchial
walls; and increased mucus
secretion.
• The other characteristic histologic findings of
asthma, collectively called “airway remodeling”
include:
– Overall thickening of airway wall
– Sub-basement membrane fibrosis
– Increased vascularity
– An increase in size of the submucosal glands and
mucous metaplasia of airway epithelial cells
– Hypertrophy and/or hyperplasia of the bronchial
wall muscle
60. E. USG transvaginal
• 28 tahun hamil 38 minggu
• Perdarahan berwarna merah segar dari
kemaluannya
• DJJ normal, TFU seusia kehamilan, OUE tertutup.

• Diagnosis : Plasenta Previa


• Apa pemeriksaan lanjutan yang terbaik ?
Plasenta Previa
• Plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada
segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi
sebagian atau seluruh ostium uteri internum (OUI) .
• Manifestasi klinis
• Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri daribiasanya
berulang darah biasanya berwarna merahsegar.
• Bagian terdepan janin tinggi (floating), seringdijumpai
kelainan letak janin.
• Janin biasanya masih baik.
• Tatalaksana
• Suportif & terminasikehamilan
DIAGNOSIS :
1. USG
a. Transvaginal à pilihan terbaik
b. Transabdominal
c. Transperineal
2. Jangan melakukan pemeriksaan servix (VaginalTouche)

TATALAKSANA:
1. Stabilisasi hemodinamik
2. Pematangan paru pada bayi prematur
3. Operasi SC
Transvaginal sonography was compared with transabdominal sonography in 35
women with suspected placenta previa. The transvaginal sonographic technique
did not result in vaginal bleeding in any of the patients. The internal os and its
relationship to the location of the placenta were visualized by transvaginal
sonography in all patients, but only in 24 patients (69%) by transabdominal
sonography. Transvaginal sonography ruled out placenta previa in 13 cases thought to
be placenta previa by abdominal sonography. The transvaginal diagnosis in these 13
patients was confirmed at delivery. Thirty-four of the 35 women have been
delivered. The diagnosis at delivery confirmed the transvaginal sonographic
diagnosis in 29/34 cases and the transabdominal diagnosis in 16/34. Transvaginal
sonography did not predict the delivery diagnosis in five patients who were
erroneously believed to have placenta previa by both sonographic techniques.
Pilihan Lain
A. USG transabdominal sensitivitas 96-98%
C. USG transperineal PPV 90%, NPV 100%
D. USG Doppler u/ solusio plasenta
E. MRI solusio plasenta
61. D.HORMONTIROID
• Pasien perempuan usia muda,
berdebar2, cemas
• TD tinggi, EKG : atrial fibrilasi
• Mengarah ke hipertiroid (Thyroid
heart disease)

• Pada pasien dengan hipertiroid,


seringkali didapatkan AF,terutama
dalam keadaan thyroid storm
Jawaban lain
• Fungsi ginjal, glukosa, serologi,
dan darah rutin tidak berkaitan
dengan terjadinya AF pada
wanita muda.
62. A. RUPTUR MENGENAI SFINGTER ANI INTERNA
• 36 thn, P3A0 baru sajamelahirkan
• Pemeriksaan ruptur perineum gradeIIIC

• Makna hal ini?


Robekan Perineum
63. B. CARDIOMEGALI, DECOMPENSATIOCORDIS FC
NYHA III, REGURGITASI MITRALDANAORTA

Sesak memberat, kaki bengkak


− tidak dapat berjalan > 100 meter karenasesak
− riwayat DM dan hipertensi sejak 10 tahun yang lalu,tidak
terkontrol
− batas jantung kiri 2 cm lateralmidclaviculasinistra
− murmur diastolik di ICS II linea parasternalis dextradan
murmur holosistolik di apeks
− Diagnosis: gagal jantung, NYHA class III + MR & AR
Gagal Jantung / Heart Failure
• Gejala gagal jantung kongestif:
– Gagal jantung kanan : Edemaperifer,
RUQ discomfort, bloating, satiety
– Gagal jantung kiri : dispneu, ortopneu,
PND
• Tanda gagal jantung kongestif:
– Distensi vena leher
– Pulsasi di leher dan mata
– Rales, wheezing
– Gallop S3
– Hepatojugular reflux
– Asites, hepatomegali
Framingham Criteria for Diagnosis of HF (2
major or 1 major 2 minor)
Major
• PND • Nocturnal cough
Minor • Weight loss in 5 days in
• Dyspnea on ordinary
response to
treatment exertion
• Neck vein distension • Decrease in vital
• Rales capacity by one third
• Acute pulmonary edema the maximal value
• Hepatojugular reflux recorded
• S3 gallop • Pleural effusion
• CVP >16 cmH2O • Tachycardia
• Circulation time of 25 s
• Bilateral ankle edema
• Radiographic
cardiomegaly
• Pulmonary edema,
visceral congestion,
cardiomegaly at autopsy
NYHA Class Functional
• NYHA I : without limitation of physical
activity
• NYHA II : slight limitation of physical activity,
comfortable at rest
• NYHA III : marked limitation of physical
activity (walking short distance 20-100 m),
comfortable at rest
• NYHA IV : severe limitation, discomfort even
at rest
Cardiomegaly
•Batas Jantung
Normal:
– Batas jantung
kanan :
ICS 4, sternalis dx
– Batas jantung
kiri : ICS 5,
midclavicula
sin
– Batas jantung
atas : ICS 2 sin
64. B. HIV STADIUM4

• Keywords:
• Diare dan demam hilang timbul 3 bulan
• Penurunan BB > 10 kg dalam 6 bulan
• PSK sejak 6 tahun
• Oral thrush, pembesaran KGB leher

• Diagnosis pasien adalah


65.B. DISSOMNIA
• Laki-laki 21 tahun
– Sulit tidur dan cemas
– 2minggu lalu pindahkeJakartakarenaurusanpekerjaan
– Saatini,bebanpekerjaannyabertambah
• Diagnosis?
Disomnia
• Insomnia
– Gangguankualitastidur,sehinggamenggangguaktivitassehari-hari
• Hipersomnia
– Rasakantukteru-menerus,meskisudahtidurcukup(min7 jam/hari)dan
terdapatgangguandalamberaktivitas
• Narkolepsi
– Pasientiba-tibatidur,tidakbisadicegah,dantidakdidahuluirasakantuk
• ObstructiveSleepApnea(OSA)
– Termasukdisomniakarenamemperburukkualitastidur
Parasomnia

• Nightmare/mimpiburuk:tiba-tibabangundari
tidur,masih mengingatisimimpinya

• Nightterror/sleepterror:tiba-tibabangundari
tidursambilmenjerit,tapitidak ingatmimpinya

• Sleepwalking/somnabulisme:berjalan
danmelakukankegiatanlainsambiltidur
66. C.ATENOLOL

– Berdebar-debar sejak 2 bulan yang lalu. Disertai


benjolan pada leher dan penurunan BB sejak 3
bulan yang lalu.
– TD 110/70 mmHg, nadi 115 x/menit. Pemeriksaan
lab: TSHs < 0,0005 U/L, T4 6,3 mU/L.
•Obat apa yang tepat untuk menurunkan rasa
berdebar-debar pada pasien? Atenolol
• Suspek Graves disease. Klinis : Berat badan ↓,
nafsu makan ↑, berdebar-debar, tremor, cemas,
diare, berkeringat, iritabel. Pada graves terdapat
exophtalmus.
• Lab : TSH ↓ , FT4 ↑, FT3 ↑
• Tatalaksana : PTU, Methimazole. Pada ibuhamil
trimester I harus dengan PTU. Selain itu juga
diberikan b-bloker (atenolol/propranolol).
67. B. DUNPHYSIGN

• Nyeri perut kanan bawah


• Mual, muntah, demam
• Dokter meminta pasien batuk dan menilai
timbulnya nyeri akibat batuk

• Pemeriksaan ini disebut


Tanda apendisitis akut
ROVSINGSIGN PALPASI LLQ à NYERI TIMBUL DI RLQ

NYERI RLQ TIMBUL SAAT:


OBTURATORSIGN INTERNAL/EXTERNAL ROTATIONPADA
PANGGUL POSISI FLEXI

NYERI RLQ TIMBUL SAAT:


PSOASSIGN EKSTENSI PANGGUL KANAN

DUNPHYSIGN NYERI RLQ TAJAM SAAT BATUK


Tanda Apendisitis akut
• Blumberg Sign
• Nyeri yg muncul setelah penekanan pd abdomen dilepaskan secara
tiba-tiba (nyeri lepas). Indikasiperitonitis(lokal)
• Rovsing Sign
• Palpasi pada LLQ à nyeri pada RLQ (McBurney)
• Obturator Sign
• Nyeri RLQ saat internal/eksternal rotasi sendi panggul padaposisi
fleksi
• Psoas Sign
• Nyeri RLQ saat ekstensi panggulkanan
• Dunphy Sign
• Nyeri RLQ (sensasi tajam) saatbatuk
• Ten Horn Sign
• Nyeri RLQ saat traksi lembut pada spermaticcordkanan
Nyeri alih dari
periumbilikal keperut
kananbawah
= Ligathsign.
68.METRONIDAZOLE +TETANUS
TOXOID+ANTI TETANUSSERUM
• Pria43tahun
– Luka pada kaki sejak 3 jam yang lalu,tertusuk paku saat berjalan ditanah
tanpaalaskaki
• P F →tekanandarah130/80 mmHg,nadi84kali/menit,
suhu37,3oC
• Statuslokalis→ vulnus punctumpadaplantarpedis,disertai
tanahdidalamluka
• Riwayatimunisasitetanus7tahunlalu
• Tatalaksana terkait tetanus?
Tetanus

• Clostridium tetanimasukmelaluiluka
• Clostridium tetani mengeluarkan
tetanospasmin,yaituneurotoksin yang
menyebabkanspasme otot terus-
menerus
• Clostridium tetaniadalahbakteri
grampositif,anaerob obligat,
berbentukrod ataustik drum,
berkembangbiakdenganspora
GejaladanTanda
Keluhan pasien berdasarkan jenist etanus:
• Tetanus lokal
– Spasme hanya padadaerah luka
• Tetanus sefalik
– Spasmepada wajah diikutidengantrimus,disfagia, risus
sardonicus(wajahsepertiketawa),disfungsinervuskranialis
• Tetanusumum/generalisata
– Spasme umum diseluruh tubuh,epistotonus(perutdandadakaku),
Kejang umum denganrangsangan yang ringan(suara,cahaya,sentuhan)
• Tetanusneonatorum→ Padaneonatus,gejala khasnyaadalah
mulutmencucu(sepertiikan)
Trismus mulut dak bisa
menutup

Risussardonicus
wajahsepertitertawa

Mulutmencucu sepertiikan
pada tetanusneonatorum
TatalaksanaTetanus
• Manajemenluka
• Oksigenasi
• Ruangrawatisolasi
• Tetanusimmunoglobulin 3000-6000 unit
• Jika kejangdiazepam0,5mg/kgBB/kali (dosisoptimum10
mg/kali,dosis
Maksimal 480mg/hari)
• Antibiotik selama 10 hari
PilihanAntibiotik
• Prokainpenisilin 4x1,2jutaunit (IM)
• Tetrasiklin 4x500mg (POatauIV)
• Eritromisin50mg/kgBB/haridalam 4 dosis
• Metronidazoleloading dose 15
mg/kgBB/jam, selanjutnya7,5mg/kgBB
setiap6jam
Lukayangberisikoterkenatetanus
Postexposure prophylaxis
• Tetanusimunoglobulin(TIg)500IUdisuntikanIMpada:
– Lukakotor+riwayatvaksintetanus<3dosis
• Tetanustoxoid(TT)disuntikan iMpada:
– Riwayatvaksintetanus<3dosis
– Riwayatvaksintetanus>3dosis+boosterterakhir
>10tahun+lukabersih
– Riwayatvaksintetanus>3dosis+boosterterakhir
>5tahun+lukakotor
69. B. RHEUMATOIDARTHRITIS

• Pasien nyeri di jari-jari tangan,


sering kaku
• Terutama di pagi hari

• Mengarah kerheumatoid
arthritis
Rheumatoid arthritis
•Rheumatoid arthritis (RA) is a chronic systemic inflammatory
disease of unknown cause

• An external trigger to genetically susceptible individuals


(eg, cigarette smoking,infection,
or trauma) that triggers an autoimmune
Reaction Synovial and chronic
with the potential for extra-articular manifestations
Diagnosis of RA
Management RA
70. E. KURANG ASUPANGIZI

• Peminum alkohol selama 1 tahun, lalu berhenti à


kurang diagnostik untuk alkoholisme kronis

• Nyeri ulu hati, rutin minum antasida


• Menghindari daging, ikan, jeroan
• Hb 9, asam folat normal, apus darah tepi anemia
makrositik

• Keluhan lemas pada pasien kemungkinan disebabkan


oleh
Fisiologi Penyerapan B12
Patogenesis
Terlalu banyak
konsumsi alkohol
merusak dinding
lambung gastritis
atrofi àfaktor intrinsik
tidak disekresikan
gangguan penyerapan
B12 defisiensi B12 à
anemia megaloblastik
Anemia Megaloblastic Nutrisional
• Kekurangan vitamin B12 (cobalamin) dan folat (B9)
• Defisiensi disebabkan oleh gangguan absorbsi dan
kurang asupan
• Vitamin B12 terikat protein + asam dan pepsin à
vitamin bebas + IF (faktor intrinsic) à absorbsi
• Usia tua menyebabkan atrofi sel mukosa,
mengurangi sekresi IF à mengurangi absorbsi à
anemia pernisiosa (anemia megaloblastic padausia
tua)
71.E. GLAUKOMA AKUT
• Perempuanusia30tahun
– Keluhanmatakirimerah,nyeri,dansepertimelihat
pelangi sejak 2 jam lalu.
– Mualdanmuntah.
• Edemakornea,injeksisilier,pupilmidriasis,COAdangkal.

• Diagnosis?
JenisGlaukoma

Dibedakan
berdasarkan:
• Open/closedangle,
dan
• Primer/sekunder:
– Primer tanpaada
Penyebablain
– sekunderdisebabkan
trauma,katarak,dsb

90 persenan adalah
primary open angle
glaucoma(POAG)
Iniyangharusadadiglaukoma!
GlaukomaTERTUTUP
GlaukomaSudutTertutup
PrimerAkut
Minimal2darigejala:
• Nyerimata
• Mual/muntah
• Riwayatpenglihatankaburintermitendenganhalo
Dansetidaknya3 daritanda:
• IOP>21mmHg
• Injeksikonjungtiva
• Edemakornea
• Pupilmid-dilatasinonreaktifdanbilikmatadepandangkal
72. B. SERANGAN PANIKDENGANAGORAFOBIA
• Wanita 25 tahun
• merasa tercekik dan pingsan
• seperti akan meninggal
• ketika berada di keramaian saat keluar rumah
• tidak ada yang menolong
• Pasien tidak mau keluar rumah

Kemungkinan diagnosis pada pasien ini adalah...


73. B. SFINGTER YANGLEMAH

– Dada terasa terbakar setelah makan.


– PF: nyeri tekan epigastrium.
– Hasil endoskopi: sfingter esofagus hiperemis, ditemukanseperti
epitel
kolumnar dan permukaan beludru.
•Mekanisme penyakit yang paling mungkin?
Sfingter yang lemah
GERD
• Refluks asam lambung karena sfingter esofagus bawah tidak menutup
secara adekuat
• Gejala : rasa terbakar di dada, hipersalivasi , mulut terasa asam , nyeri
dada dekat episgastrium
• Pemeriksaan dengan endoskopi
• Pengobatan dengan PPI atau antagonis reseptor H2 7-14 hari (jika
dengan PPI membaik maka teruskan hingga 4 minggu)
• The LES ( lower oesophageal sphincter ) is an
anatomically complex zone located at the
gastro-oesophageal junction
• Both the LES and the diaphragm contribute to
gastro-oesophageal sphincter
competence.
• Physiologically, relaxations of the LES, prior
to contractions of the oesophagus, allows
food to pass through into the stomach.

Sumber: Giorgi FD, Palmiero M, Esposito I, et al. Pathophysiology of


gastro-oesophageal reflux disease
Acta Otorhinolaryngol Ital. Oct 2006; 26(5): 241–246.
74. B. GANGGUANPENYESUAIAN
• Wanita usia 40 tahun
• Susah tidur sejak 2 mgg yang lalu
• Mengeluh penurunan nafsu makan
• Jantung berdebar debar
• sering marah
• Anak pasien sudah menikah semua, tinggal bersama suaminya
• Suaminya 3 minggu ini ditugaskan ke luar kota

Diagnosis pasien ini adalah...


Gangguan Penyesuaian
• Keadaan sementara yang ditandai dengan munculnya gejala dan
terganggunya fungsi seseorang akibattekanan pada emosi dan psikis,
yang muncul sebagai bagian adaptasi terhadap perubahan hidup yang
signifikan, kejadian hidup yang penuh tekanan, penyakit fisik yang
serius, ataukemungkinan adanya penyakit yang serius
75. D. HALOPERIDOL
• Laki-laki 25 th
• Tidak tidur 2 minggu
• Sering mengamuk
• bertingkah seperti anak kecil
• Mendengar bisikan membunuh ayahnya
• Sejak 3 bulan yg lalu, memberat 3 minggu terakhir ini

Obat apakah yang sebaiknya diberikan pada pasien?


Skizofrenia
Diagnosis
• Minimal 2 dari gejala : waham, halusinasi, bicara tidak teratur,
perilaku tidak teratur atau katatonik, gejala negatif (afek datar,
kehilangan gairah)
• Atau satu gejala ini: waham bizarre, halusinasi auditorikdimana
suara mengkomentari perilaku pasien terus, atau halusinasi
auditorik dimana dua atau lebih suara berbicara satu samalain
• Gejala lebih dari satubulan
• Fungsi sosial atau pekerjaan terganggu
Tatalaksana
• Antipsikotik gen. 1: chlorpromazine, haloperidol
• Antipsikotik gen. 2: aripiprazole, clozapine, olanzapine,
risperidone
Klasifikasi Skizofrenia
• Paranoid: waham dan halusinasi
• Hebefrenik: perilaku dan bicara tidak teratur
• Katatonik: mengambil posisi tubuh yang aneh, reaksi
terhadap lingkungan berkurang (stupor), mutisme, menolak
untuk bergerak (negativisme)
• Tak terinci: tidak memenuhi paranoid, hebefrenik,ataupun
katatonik
• Residual: ada riwayat diagnosis skizofrenia di masa lalu, tapi
sekarang hanya tinggal gejala negatifnya saja.
• Simpleks: hanya berupa gejala negatif (penarikan diri dari
lingkungan), tidak ada riwayat skizofrenia di masa lalu

Anda mungkin juga menyukai