Anda di halaman 1dari 124

KEGAWAT DARUATAN DIBIDANG

THT
BAG. IP THT-KL FK UKI

No

PENYAKIT/KASUS KEGAWAT DARURATAN BAG THT

KOMPETENSI

Abses Peritonsil

3A

Angina Ludovici

Vertigo

4A

Menears Desease

4A

Komplikasi Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)

Epistaksis

Hematoma Septum

Epiglotitis

Benda Asing di Laring

10

Benda Asing di trakea

11

Benda Asing di Bronchus

12

Benda Asing di Esofagus

13

Benda Asing di Sinus Piriformis

14

Benda Asing di dasar lidah

15

Benda Asing Faring dan tonsil

16

Benda Asing di Hidung

4A

17

Benda Asing Telinga

3A

18

Sudden Difness

19

Trauma Laring

20

Obstruksi Laring

4A
3A

ABSES PERITONSIL
(QUINSY)

Batas anatomi:
Medial : kapsul
tonsil
Lateral : m.
Konstriktor
faring
Anterior : pilar
anterior
(m.palatoglossus)
Posterior : pilar
posterior
(m. palatofaring)

Penjalaran tonsilitis akut yang telah

pecah kapsulnya
Kombinasi kuman Aerob dan Anaerob
Terbanyak :
Aerob :
Strept. Hemolitikus Group A
Stafilokokus Aureus
Anaerob : Fusobakterium
Peptostreptokokus
Predotella Bakteoides

Gejala Umum
Odinofagi (sakit telan),
Disfagi (sulit telan) & Otalgia
(nyeri telinga)
Disartri, Hipersalivasi &
Saliva meller
Trismus (Iritasi M.
Pterygoideus Internus)
Palatum Molle Oedema &
Hiperemi, Daerah peritonsil
fluktuasi, Uvula terdorong ke
sisi yang sehat (biasanya
unilateral) Arkus Faring
asimetris, sisi yg sakit lebih
rendah, Tonsil sisi yg sakit
terdorong ke Medial bawah,
edema & Hiperemi

DIAGNOSIS : Klinis dan Aspirasi Jarum


DIAGNOSIS BANDING :

Selulitis Peritonsil, Abses Tonsil


Mononukleosis, Neoplasma
Adenitis Servikal, Infeksi gigi molar
Infeksi kel. Saliva, Infeksi Mastoid
Aneurisma A. Carotis Interna

ASPIRASI ABSES

ASPIRASI ABSES
1. Pada tempat yang paling bengkak & lunak
2. Pada pertengahan garis horizontal yang

menghubungkan pertengahan basis uvula


& M3 Atas

TERAPI
Insisi
Antibiotika & Simptomatis
4-6 minggu stlh sembuh : tonsilektomi
KOMPLIKASI
Sepsis
Endokarditis
Nefritis
Abses Otak, Meningitis, Trombosis Sinus
Cavernosus, Para Faringeal Abses
Edema Subglotik, Aspirasi

Insisi Abses Peritonsil

TONSILEKTOMI
1. Tindakan tonsilektomi dilakukan bersama-

sama denagan drainase abses : a chud.


2. Tindakan tonsilektomi dilakukan 3-4 hari
sesudah drainage abses : a tide.
3. Tindakan tonsilektomi dilakukan setelah 3-4
minggu : a froid.

Angina Ludovici
Selulitis pada ruang submandibula tanpa
terbentukabses
dan keras pada perabaan.
Gejala dan tanda:
Nyeri tenggorok
Bengkak di bawah dagu
Hiperemis dan keras
pada palpasi
Dasar mulut
membengkak
Lidah terangkat ke atas
dan
dan ke belakang
Dapat timbul sesak
nafas

Bila obstruksi jalan nafas atas trakeostomi


Terapi:
Antibiotik dosis tinggi, untuk
kuman aerob-anaerob.
Eksplorasi untuk dekompresi:
Insisi pada garis tengah horizontal setinggi os
hioid
3-4 jari di bawah mandibula.
Rawat inap sampai infeksi reda.

Vertigo
(Benign Paroxysmal Positional Vertigo)
VERTIGO
Suatu ilusi dimana seseorang merasa
tubuhnya bergerak terhadap lingkungannya,
atau lingkungan bergerak terhadap dirinya.

Jenis Vertigo / Letak Vertigo


VERTIGO

JENIS

VESTIBULER

LETAK LESI

SISTEM
VESTIBULER
SENTERAL
BATANG
OTAK
OTAK

NONVESTIBULER
SISTEM
VISUAL
PERIFER
LABIRIN
N-VESTIBULARIS

SISTEM SOMATO
SENSORIK
(PROPRIOSEPSI

Perbedaan Vertigo Vestibuler Perifer


dan Sentral
PERIFER
1. Vertigo berat
2. Ada kelelahan
(decay)
3. Pengaruh gerakan
kepala +
4. Arah obyek
horizontal/rotatoa
r
5. Buka mata lebih
ringan
6. Gejala otonom ++
7. Tanda fokal SSP -

SENTRAL
1. Vertigo ringan
2. Tidak ada decay
3. Tidak ada
pengaruh gerakan
kepala
4. Arah obyek
vertikal
5. Gejala otonom +/6. Tidak ada
gangguan
Pendengaran
7. Tanda fokal SSP

BENIGN PAROXYSMAL POSITIONAL


VERTIGO
(BPPV)
ETIOLOGI BBPV
Degeneratif yang idiopatik dewasa muda dan
usia lanjut.
Trauma kepala
Labirinitis virus
Neuritis vestibuler
Pasca stapedectomi
Fistula perilimfa
Meniere diseases

PATOGENESIS
2 Teori
Teori kupulolitiasis
Debris-debris degeneratif atau fragmen
otokonia dari utrikulus yang terlepas dan
melekat pada permukaan kupula KSSP yang
menghadaputrikulus.
Teori kanalitiasis
Adanya partikel padat (debris) yang
mengapung dan bergerak dalam KSSP.

KANALOLITIASIS DAN
KUPULOLITIASIS

KANALOLITIASIS DAN
KUPULOLITIASIS

Diagnosis
Anamnesis.
Vestibuler nystagmus.
Dix-Hallpike manuver untuk KSS (kanalis

semisirkularis) posterior dan anterior.


Roll manuver untuk KSS lateral.

Pemeriksaan Keseimbangan
Sederhana
Romberg & Sharp Romberg Test

Stepping Test

Disdiadokinesis

Finger-Nose Test

Post-Pointing Test

Melihat nistagmus dengan kacamata Frenzel

DIX-HALLPIKE MANUVER
1.Perasat Dix-Hallpike kanan pada bidang kanal

anterior kiri dan kanal posterior kanan


2.Perasat Dix-Hallpike kiri pada bidang kanal
anterior kanan dan kanal posterior kiri

DIX-HALLPIKE MANUVER
Perasat Dix Hillpike kanan pasien duduk
tegak pada
meja pemeriksa dengan kepala menoleh 45
ke kanan

DIX-HALLPIKE MANUVER
Dengan cepat pasien dibaringkan dengan kepala
tetap miring 45 ke kanan sampai kepala pasien
menggantung 20 30 pada ujung meja
pemeriksa, tunggu 40 detik sampai respon
abnormal timbul

Dix Hallpike Maneuver

Roll Maneuver untuk KSSLateral

TATALAKSANA
Canalith Repositioning Treatment

(CRT) KSS posterior dan Anterior.


Rolling (Barbecue) maneuver KSS
horizontal.
Brandt-Daroff exercises gejala sisa.

Canalith Repositioning Treatment

Rolling (Barbecue) Maneuver

Latihan Brandt-Daroff

Menieres Disease
Definisi:
Penyakit ini dikenal sebagai hydrops
endolimfatik yaitu suatu gangguan telinga
dalam (labyrinthin) yang mana terdapat
peningkatan volume dan tekanan endolimfe
telinga dalam.

Etiologi
Penyebab pasti penyakit Meniere ini belum
diketahui.
Beberapa teori menyebabkan penyakit ini, adalah:
Gangguan lokal keseimbangan garam dan air.
Gangguan regulasi otonom sistem endolimfe.
Alergi lokal telinga.
Gangguan vaskularisasi telinga dalam.
Gangguan duktus atau sakus.
Perubahan hubungan dinamika tekanan
perilimfe dan endolimfe.

Etiologi (lanjutan)
Manifestasi lokal labirin pada penyakit sistemik.
Berkaitan dengan beberapa kelainan os
temporal.
Trauma kepala dan telinga.
Infeksi telinga tengah.
Gangguan autoimmun.
Syphilis telinga dalam dan oleh suatu virus.

Anatomi

Membran labirin Normal

Membran Labirin yang mengalami


Dilatasi (Hydrops) pada Penyakit
Meniere.

Fisiologi
Perilymph
Berada dalam Scala Vestibuli / Tympani
High Na+, Low K+
Endolymph
Berada dalam Scala Media
Low Na+ High K+
Dihasilkan dalam Stria Vascularis
Dibatasi oleh Membran labirin.
Tidak ada perbedaan tekanan

Patofisiologi
Endolymphatic hydrops menyebabkan gangguan
pada membran labirin.
Reisners membrane menggelembung (bulging)
ke dalam scala vestibuli.
Mikroruptur menyebabkan serangan episodik
yang akan pulih saat ruptur tertutup kembali.

Patofisiologi
Teori didasarkan pada:
Obstruksi duktus/sakus endolimfatik
Hipoplasia duktus/sakus endolimfatik
Meningkatnya absorbsi endolymph
Meningkatnya produksi endolymph
Gangguan Autoimun
Gangguan pada vascular
Virus

Epidemiologi
Di US : 50% pasien memiliki riwayat penyakit

dalam keluarga. Prevalensi 150 kasus tiap


100.000 populasi.
Dekade 40 dan 50.
Wanita > laki-laki.

Gambaran Klinis
Gejala dan tanda khas penyakit Meniere yaitu:
Serangan pertama sangat berat berupa
vertigo yang episodik.
Gangguan pendengaran yang berfluktuasi.
Tinitus serta rasa penuh dan tertekan di
dalam telinga
Tertekan atau rasa penuh adalah juga sering.
Serangan pertama hebat sekali yang dapat
disertai gejala vegetatif.
Serangan lanjutan lebih ringan meskipun
frekuensinya bertambah.
Mula-mula nada rendah dan akhirnya nada
tinggi.
Biasanya unilateral, kemudian mengenai

Pemeriksaan Fisik
Diperlukan hanya untuk menguatkan diagnosis
penyakit.
Dalam hal yang meragukan kita dapat
membuktikan adanya hidrops dengan tes gliserin.
Selain itu tes gliserin ini berguna untuk
menentukan prognosis tindakan operatif pada
pembuatan shunt.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium:
Tidak ada yang spesifik kecuali jika penyebabnya
infeksi
Pemeriksaan urinalisis, kimia darah, skrining
penggunaan obat-obatan dan alkohol dapat
membantu jika diduga terdapat penyebab lain.

Tes penala: Kesan tuli sensorineural.


Otoskopi: Normal.
Tes kalori: Pada alat vestibuler biasanya
menunjukkan penurunan fungsi baik terhadap
rangsangan panas maupun dingin.
Audiogram: Tuli sensorineural, terutama nada
rendah
Tes gliserin.
Elektrokokleografi (ECoG): Menilai akumulasi cairan
yang berlebihan pada telinga tengah.
Brainstem evoked response audiometry
(BERA):Untuk mengetahui kerusakan sistem
keseimbangan telinga bagian dalam.

Diagnosis Banding
Tumor N.VIII
Sklerosis multiple
Neuritis vestibuler
Vertigo posisi paroksismal jinak
(VPPJ)/BPPV

Penatalaksanaan
Ketika diagnosis penyakit Meniere
ditegakkan,
pengobatan secara langsung perlu dilakukan
untuk
menghentikan atau mengurangi frekuensi
dan beratnya serangan.
a. Medikamentosa
Terapi profilaksis
1. Vasodilator.
2. Antikolinergik (probantin).
3. Penggunaan hormon tiroid.
4. Pantang makanan.
5. Diuretik.

Terapi simptomatik
1. Sedativa (diazepam)
2. Antiemetik (proklorperazine)
3. Antivertigo (dimenhidrinat, prometazine)
Istirahat dan berbaring dalam posisi yang
meringankan keluhan.
Fisioterapi dan Rehabilitasi

Pembedahan

Dekompresi sakus endolimfatikus.


Labirintektomi.
Vestibular neurektomi.
Chemical labirintektomi.
Operasi endolimfatik shunt.

BELLS PALSY

Kelumpuhan saraf fasialis perifer


Akut
Unilateral (satu sisi)
Etiologi tidak diketahui (idiopatik)
Tidak disertai gangguan pendengaran,
keluhan neurologi lain, keluhan lokal

Motori
k
Otonom
Sensori
k

Insiden:
40-70% kelumpuhan saraf fasialis akut
Prevalensi 10-20 pasien / 100 ribu populasi
>> penderita DM, wanita hamil
8-10% riw. keluarga
Gejala: Kelumpuhan otot wajah satu sisi, nyeri
disekitar
telinga, rasa bengkak dan kaku pada wajah,
hiperakusis, produksi air mata , pengecapan
hilang.
Diagnosa : Sistem House-Brackmann dan Metode
Freyys.

Inflamasi saraf fasialis pada Bells palsy


dapat terjadi dalam 3 fase:
Fase akut (0-3 minggu)
Fase sub akut (4-9 minggu)
Fase kronik (> 10 minggu)

Penegakkan Diagnosisi:
1. Pemeriksaan THT, audiologi dan
opthalmologi.
2. Laboratorium tidak Mendukung.
3. Pemeriksaan radiologi bila ada indikasi.
Terapi:
Kortikosteroid
Antiviral
Fisioterapi
Prognosis:
85% penyembuhan komplit
10% asimetri persisten ringan
5 % Sequelae berat

Rekurensi pada Bells palsy jarang ditemukan


terutama pada anak.
Chen
Melaporkan 6% kasus Bells palsy yang mengalami
rekurensi. Hal ini disebabkan oleh terserang virus
kembali atau aktifnya virus yang indolen dalam
saraf.
Rekurensi pada pasien dgn riw. Bells
palsy dalam keluarga.
Rekurensi terjadi setelah 6 bulan dari onset.

Komplikasi Otitis Media Supuratif


Kronis
OTITIS MEDIA SUPURATF KRONIK (OMSK).
Peradangan mukosa telinga tengah disertai
keluar cairan dari telinga tengah melalui
perforasi membran timpani (gendang telinga
berlubang)
Cairan mungkin encer atau kental, bening
atau berupa nanah.
Cairan keluar dapat terus menerus atau
hilang timbul
Congek = kopok = toher = curek.

Pembagian
OMSK Tipe Jinak/Mukosa.
OMSK Tipe

Maligna/Berbahaya/Tulang/Kolesteatoma.

OMSK tipe bahaya


Perforasi di attik atau
marginal
Bau sekret khas
Destruksi tulang
Komplikasi:
ekstrakranial: gangguan
pendengaran, paresis n.
fasialis
intrakranial (abses otak,
meningitis hidrosefalus, dll)

PENGOBATAN
OMSK tipe jinak:
Konservatif
Operatif
OMSK tipe bahaya:
Operatif
Tujuan pengobatan:
Mengeradikasi infeksi
Mencegah komplikasi
Memperbaiki pendengaran

EPISTAKSIS

Epistaksis = mimisan = perdarahan


hidung
Penyebab dapat
Lokal
Sistemik
Penyebab Lokal
Idiopatik (85%)
Trauma
Iritasi
Lingkungan (daerah tinggi)
Benda Asing dan rinolit
Infeksi
Tumor
Iatrogenik (pembedahan)

Penyebab Sistemik :
Penyakit Kardiovaskuler Hipertensi
Kelainan Darah Lekemia
Infeksi DHF
Hormonal kehamilan
Kelainan Kongenital

Sumber Perdarahan
Anterior, dari :
Plexus Kiesselbachs
A. ethmoid Ant
Biasa ringan & dapat berhenti
spontan
Posterior, dari :
A. Spenopalatina
A. Etmoid post
Biasanya hebat dan sebagian besar
mengalir ke nasofaring dan jarang
berhenti spontan

Penatalaksanaan
Tujuan Penatalaksanaan :
Menghentikan perdarahan
Mencegah komplikasi
Mencari etiologi
Tergantung Keadaan dan penyebab
Atasi keadaan akut : syok dan perdarahan hebat
segera pasang infus
Pemeriksaan dilakukan pasien dalam posisi duduk
jika memungkinkan

Penatalaksanaan
Pencet cuping hidung
Kaustik kimia (AgNO3 2030%) atau listrik
Tampon Anterior
Tampon Posterior (Bellocg)
Balon kateter Foley
Ligasi Arteri
Setiap pemasangan tampon,
harus diberikan Antibiotika

Kaustik

Tampon anterior

Tampon bellocq

Hematom Septum

Normal Inferior Turbinate/Konka

Orbital Cellulitis
Rx : Systemic antibiotics
Decongestants
Analgesia

URGENT ENT referral


URGENT EYE referral
URGENT CT sinuses

Epiglottitis

Children life threatening


Adults supraglottitis
Symptoms
Fever
Recent URTI
Sitting forwards, drooling
Sore throat
Plummy voice
Dysphagia
Causative organism:
Children: H Influenzae type B
Adults: Broad range of
respiratory pathogens

Epiglottitis v Croup
Epiglotitis
Cause
Age
Obstruction S
Subglottic
Fever
grade
Dysphagia
Drooling
Posture
Recumbent
Toxaemia
Cough
brassy
Voice
RR
Rapid

Bacterial
Any
Supraglottic
High
Marked
Present
Sitting
Mild to severe
None
Muffled
Rapid

Croup
Viral
1-5yrs
Low
None
Minimal
Mild
Barking,
Hoarse

Benda asing di
THT-KL

Benda Asing di THT


Anamnesis yang jelas
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan penunjang atas Indikasi:
Ro Toraks
Ro Soft tissue serikal AP + Lat
Ro Esofagus dgn atau tanpa kontras
Tindakan segera : mengeluarkan BA
Cara dan persiapan sebelum tindakan
tergantung pada lokasi BA

Benda Asing di Laring


Benda Asing tidak menutup seluruh
Laring :
Disfonia, stridor, retraksi.
Tindakan : Laringoskopi dan
ekstraksi BA dengan cunam
tergantung jenis BA.
Benda Asing menyumbat total Laring:
Sianosis, dalam 4-5 menit dapat
menyebabkan kematian.
Perasat Heimlich.

Benda Asing di Trakea


Gejala : Batuk, mengi, sesak, jika
masih dapat bergerak palpatory thud,
audible snap.
Tindakan : Bronkoskopi
Untuk anak < 5 tahun bronkoskopi
kaku
>5 th - dewasa bronkoskopi serat
optik.

Benda Asing di Bronkus


Gejala : batuk, sesak nafas,
jika benda organik Bersifat
higroskopis akan
mengembang >12 jam :
atelektasis/emfisema paru
Tindakan :
Bronkoskopi
Torakotomi

Benda Asing di Esofagus


Gejala : Disfagia, nyeri dada
di epigastrium, regurgitasi
Tindakan :
Ro Foto polos atau dgn
kontras untuk menentukan
lokasi benda asing.
Esofagoskopi ekstraksi
Pembedahan

Benda Asing di Sinus Piriformis


Gejala : Nyeri di lokasi tersangkutnya BA,
ludah menumpuk di sinus piriformis.
Tindakan :
Pemeriksaan radiologik untuk menentukan
lokasi BA.
Laringoskopi untuk ekstraksi BA.

Benda Asing di dasar lidah


Gejala : nyeri di leher, nyeri ketika
menelan
Tindakan :
Ekstraksi BA dgn kaca laring dan
cunam atau pinset
Jika dgn tindakan di atas tidak
berhasilLaringoskopi langsung

Benda Asing di Faring atau tonsil


Gejala :
Rasa tusukan di tenggorok.
Tindakan :
Ekstraksi dengan menggunakan spatel lidah dan
cunam.

Benda Asing di Hidung


Gejala : hidung tersumbat,
ingus kental sebelah hidung,
berbau busuk.
Tindakan :
Ekstraksi BA dgn menggunakan
spekulum hidung dan pengait.
Menolong pasien harus dlm
posisi duduk.
Jangan mendorong BA ke
nasofaring.

Benda Asing di Liang Telinga


Gejala : sumbatan liang telinga,
Nyeri di liang telinga.
Tindakan :
Ekstraksi BA dgn menggunakan
pengait atau pinset, dapat
dilakukan irigasi telinga namun
jika anak tidak kooperatif
Narkose
Jika BA berupa serangga yg
masih hidup, sebelum di
ekstraksi dimatikan dulu dgn
meneteskan Alkohol atau cloretil

Sudden Deafness/
Tuli mendadak
Definisi Tuli Mendadak :
- Terjadi secara tiba-tiba.
- Tuli sensorineural.
- Penyebab belum diketahui saat itu.
Definisi beberapa ahli :
- Penurunan pendengaran > 30 dB
- Paling sedikit pada 3 frekuensi
berurutan
- Waktu gradasi penurunan
pendengaran kurang dari 3 hari

Di dunia: 1 kasus/5.000-10.000/tahun artinya


15.000 kasus baru pertahun.
Tieri : 28/2240 dari kasus penelitiannya terjadi
pada anak di bawah 10 tahun.
Kecenderungan meningkat dengan
bertambahnya usia.
Biasanya unilateral, hanya 1,7 - 2 % yang
bilateral.

Etiologi (Hughes)

Gangguan sirkulasi
Infeksi
Trauma
Gangguan imunologi
Gangguan metabolik
Neoplasma
Obat ototoksik
Gangguan neurologik

Faktor predisposisi

Kelainan hematologi
Hipertensi
Diabetes melitus
Stres
Kolesterol tinggi

Gejala klinik (Fetterman)


Penurunan pendengaran tiba-tiba,
biasanya
pada satu telinga (sering pasien
menyadari)
Tinitus (91 %)
Vertigo (42,9 %)
Rasa penuh di telinga (40,7 %)
Otalgia (6,3 %)
Parestesia (3,5 %)
Tidak jelas ada penyebab sebelumnya

Diagnosis
Anamnesis pasien sebaiknya dilakukan secara
menyeluruh dan teliti.
Informasi mengenai :
onset, jangka waktu.
gejala yang menyertai.
aktivitas yang dilakukan.
faktor predisposisi.
riwayat penyakit sebelumnya untuk mencari
faktor risiko amat diperlukan.

Pemeriksaan Pendengaran
Pada pemeriksaan pendengaran didapatkan:
Tes penala : Rinne positif, Weber lateralisasi ke
yang sehat, Schwabach memendek.
Audiometri nada murni : tuli sensorineural
Audiometri impedans : timpanogram tipe A
(normal) refleks stapedius ipsilateral negatif atau
positif, sedangkan kontralateral positif.

Pemeriksaan penunjang
CT Scan atau MRI kalau dicurigai
penyebabnya neuroma akustik.
Pemeriksaan laboratorium untuk memeriksa
kemungkinan infeksi virus/bakteri, DM,
hiperlipidemia, hiperfibrinogen, hipotiroid,
penyakit autoimun dan faal hemostasis.

Penatalaksanaan

Kortikosteroid
Vasodilator
Antikoagulan
Fibrinolitik
Inhalasi oksigen/carbogen
Anti virus
Vitamin/mineral
Transqualizer
Hiperbarik
Antitrombotik

Kriteria perbaikan
pendengaran
Sembuh : perbaikan ambang dengar <30 dB
pada 250 Hz, 500 Hz, 1000 Hz, 2000Hz dan
<25 dB pada 4000 Hz
Perbaikan sangat baik : perbaikan > 30 dB pada
5 frekuensi
Perbaikan baik : 10-30 dB pada 5 frek.
Tidak ada perbaikan : bila < 10 dB pada 5
frekuensi.

Prognosis
Keterlambatan
pengobatan (golden
period <2 minggu)
Vertigo
Usia tua
Tuli nada tinggi
Kecemasan
Tinitus
Penyakit penyerta

Implikasi (handicap) tuli mendadak


Telinga berbunyi (tinitus).
Fenomena rekruitmen.
Gangguan komunikasi.

Obstruksi Laring
PENYEBAB OBSTRUKSI LARING
Radang : difteri dan non-difteri.
Tumor : jinak atau ganas.
Kongenital : laringomalasia,trakeomalasia,lesi
anatomik (selaput pita suara, stenosis,
hemangioma), kelumpuhan pita suara,
anomali pembuluh darah.
Paresis N. rekuren laring bilateral.
Trauma laring dan trakea.
Benda asing yang menyumbat laring.

DIAGNOSIS
Gejala umum : stridor, sesak nafas,
retraksi (fosa suprasternal,
epigastrium,infra klavikula, interkostal),
suara parau (disfonia), sianosis.
Laringoskopi indirek dan direk.

TINDAKAN SEGERA
Laringoskopi direk : isap sekret
(membebaskan jalan nafas) dan
melihat kelainan.
Laringoskopi indirek : u/ orang dewasa,
pasien tidak terlalu sesak.

Stadium dan Penatalaksanaan


Obstruksi Laring
I. Terdapat stridor, sedikit
retraksi di fosa suprasternal.
Pasien tidak tampak ketakutan.
Kortikosteroid &
pengawasaan ketat
II. Cekungan makin dalam di
fosa suprasternal & retraksi
epigastrium. persiapan
trakeostomi.

III. Retraksi jelas di fosa


suprasternal, epigastrium,
infra klavikula
daninterkosta. intubasi
segera dilakukan, bila tidak
dirawat diruang
ICUtrakeostomi.
IV. Retraksi bertambah dalam,
muka ketakutan, kulit pucat
kebiruan (sianosis)
Intubasi harus cepat
dlakukan ( krikotirotomi )
dan diberi oksigen. Bila
keadaan lebih baik maka
dilakukan trakeostomi.

INTUBASI

KRIKOTIROTOMI

Trauma Laring
Klasifikasi Trauma Laring
Schaefer: berdasarkan kerusakan yang terjadi :
1. Laserasi ringan, hematoma ringan , fraktur (-)
2.Edema, hematom, kerusakan mukosa ringan
kartilago terpapar (-), fraktur (+) perubahan
posisi (-)
3.Edema masif, robekan mukosa,
kartilago terpapar, fraktur perubahan posisi,
immobilitas pita suara.
4. kelompok 3, fraktur >2, atau trauma masif
mukosa laring.

Trauma akut laring dan trakea menurut lokasinya:


1. Supraglotik: os hioid, membran hiotiroid, pita
suara atas
2.Transglotik: kartilago tiroid, meluas ke pita
suara.
3.Subglotik: laring di bawah pita suara s/d cincin
trakea I
4.Trakeal: cincin trakea I ke bawah

Berdasarkan beratnya kerusakan


1.Trauma dengan kelainan mukosa saja: edema,
hematom, emfisema subkutan, laserasi, luka
tusuk atau sayat kelainan tulang rawan (-).
2.Trauma dengan remuknya tulang rawan (crush
injuries).
3.Trauma dengan hilangnya sebagian jaringan.
Trauma Leher
1.Trauma tajam
2.Trauma tumpul

Etiologi
I.Trauma Mekanik
1. Eksterna
Kecelakaan mobil, trauma tumpul leher, komplikasi
trakeostomi, krikotirotomi.
2. Interna.
Tindakan endoskopi, intubasi endotrakea,
pemasangan pipa nasogaster.
II. Luka Bakar
1.Termis
menelan, makanan cairan, makanan panas,
inhalasi udara, gas panas
2.Kimiawi ( zat korosif )
cairan alkali, amoniak dll.
III.Trauma penyinaran
IV. Trauma autogen.

Diagnosis
Ditegakkan : - anamnesis,
- riwayat trauma laring.
Trauma leher kerusakan laring difikirkan
gejala-gejala :
Sumbatan nafas makin lama makin
Berat
Disfoni atau afoni
Batuk
Batuk darah atau muntah darah
Rasa sakit pada leher
Disfagi atau odinofagi

Gejala-gejala disertai:
Deformitas leher,
Emfisema
Nyeri pada palpasi
Krepitasi tulang

Pemeriksaan Penunjang
Ro kepalafraktur tuIang tengkorak, fraktur
tulang kepala lainnya.
Ro soft tissue leher AP / lat fraktur kartilago
tiroid, hioid, deviasi trakea, emfisema
Ro toraks fraktur tulang iga, emfisema,
pneumotoraks
Laringoskopi indirek: menggunakan serat optik
evaluasi struktur laring
CT Scan : Kerusakan laring
fraktur tulang vertebra tindakan
selanjutnya

Penanganan Trauma Laring


I.

Kelompok I
Gejala: gejala saluran nafas minimal
Tanda :
- hematom
- laserasi sedikit
- fraktur (-)
Tatalaksana:
- observasi
- kelembapan udara
- kepala dan tempat tidur ditinggikan

II. Kelompok II
Gejala : aliran udara membahayakan
Tanda:
- edema / hematom
- gangguan mukosa
-tidak tampak tulang rawan
Tatalaksana :
- trakeostomi
- Iaringoskopi langsung
- esofangoskopi
- eksplorasi/perbaikan
- tidak perlu bidai

III. Kelompok III


Gejala: aliran udara membahayakan
Tanda:
- edema mukosa masif
- robekan mukosa
- tulang rawan terlihat
-pita suara kaku
Tatalaksana:
- trakeostomi
- laringoskopi langsung
- esofagoskopi
- eksplorasi/perbaikan
- tidak perlu bidai

IV. Kelompok IV
Gejala:
- aliran udara membahayakan
Tanda :
- edema masif
- robekan mukosa
- tulang rawan terlihat
-pita suara kaku
Tatalaksana:
- trakeostomi
- Laringoskopi langsung
- esofagoskopi
- eksplorasi/perbaikan
- pasang bidai

Komplikasi
1.
2.
3.
4.
5.

Jaringan granulasi
Stenosis laring dan trakea
Stenosis subglotis
Kelumpuhan pita suara
Fiksasi aritenoid

TERIMAKASIH

Pemeriksaan fungsi motorik


Hause Brackmann Facial Nerve

Grading System
Essential Otolaryngology, K.J.Lee

TINGKAT

DEFINISI

Normal

Fungsi fasial normal pada seluruh tempat

Disfungsi ringan

Kelemahan ringan yang tampak jelas pada pengamatan


secara dekat. Tidak ada sinkenesis, kontraktur, atau
spasme hemifasial.
Istirahat : simetri dan tonus normal
Gerakan :
Dahi : gerakan normal
Mata : mampu menutup mata dg usaha minimal
Mulut : asimetri ringan

Disfungsi sedang

Tampak jelas, tetapi kelainan tidak berbeda antara dua sisi,


tidak ada kelemahan fungsional : sinkenesis tampak
jelas tetapi tidak berat, kontraktur, dan/atau spasme
hemifasial.
Istirahat : simetri dan tonus normal.
Gerakan :
Dahi : gerakan ringan sampai sedang
Mata : mampu menutup mata sempurna dengan
usaha maksimal, asimetri nyata.
Mulut : mampu menggerakkan sudut mulut dg
usaha
maksimal, asimetri nyata.

TINGKAT

DEFINISI

Disfungsi sedang berat

Kelemahan nyata dan/atau kelainan asimetri.


Istirahat : simetri dan tonus normal.
Gerakan :
Dahi : tidak ada gerakan
Mata : tidak mampu menutup mata sempurna dengan
usaha maksimal.
Mulut : asimetri dengan usaha maksimal.

Disfungsi berat

Hanya sedikit gerakan yang tampak.


Istirahat : asimetri dengan jatuhnya sudut mulut dan
penurunan / tidak adanya lipatan nasolabial.
Gerakan :
Dahi : tidak ada gerakan
Mata : sedikit gerakan kelopak mata dengan usaha
maksimal, penutupan mata tidak sempurna.
Mulut : sedikit gerakan sudut mulut.

Paralisis total

Tidak ada gerakan ; tonus hilang ; asimetri ; tidak ada


sinkenesis, kontraktur, atau spasme hemifasial.

Anda mungkin juga menyukai