THT
BAG. IP THT-KL FK UKI
No
KOMPETENSI
Abses Peritonsil
3A
Angina Ludovici
Vertigo
4A
Menears Desease
4A
Epistaksis
Hematoma Septum
Epiglotitis
10
11
12
13
14
15
16
4A
17
3A
18
Sudden Difness
19
Trauma Laring
20
Obstruksi Laring
4A
3A
ABSES PERITONSIL
(QUINSY)
Batas anatomi:
Medial : kapsul
tonsil
Lateral : m.
Konstriktor
faring
Anterior : pilar
anterior
(m.palatoglossus)
Posterior : pilar
posterior
(m. palatofaring)
pecah kapsulnya
Kombinasi kuman Aerob dan Anaerob
Terbanyak :
Aerob :
Strept. Hemolitikus Group A
Stafilokokus Aureus
Anaerob : Fusobakterium
Peptostreptokokus
Predotella Bakteoides
Gejala Umum
Odinofagi (sakit telan),
Disfagi (sulit telan) & Otalgia
(nyeri telinga)
Disartri, Hipersalivasi &
Saliva meller
Trismus (Iritasi M.
Pterygoideus Internus)
Palatum Molle Oedema &
Hiperemi, Daerah peritonsil
fluktuasi, Uvula terdorong ke
sisi yang sehat (biasanya
unilateral) Arkus Faring
asimetris, sisi yg sakit lebih
rendah, Tonsil sisi yg sakit
terdorong ke Medial bawah,
edema & Hiperemi
ASPIRASI ABSES
ASPIRASI ABSES
1. Pada tempat yang paling bengkak & lunak
2. Pada pertengahan garis horizontal yang
TERAPI
Insisi
Antibiotika & Simptomatis
4-6 minggu stlh sembuh : tonsilektomi
KOMPLIKASI
Sepsis
Endokarditis
Nefritis
Abses Otak, Meningitis, Trombosis Sinus
Cavernosus, Para Faringeal Abses
Edema Subglotik, Aspirasi
TONSILEKTOMI
1. Tindakan tonsilektomi dilakukan bersama-
Angina Ludovici
Selulitis pada ruang submandibula tanpa
terbentukabses
dan keras pada perabaan.
Gejala dan tanda:
Nyeri tenggorok
Bengkak di bawah dagu
Hiperemis dan keras
pada palpasi
Dasar mulut
membengkak
Lidah terangkat ke atas
dan
dan ke belakang
Dapat timbul sesak
nafas
Vertigo
(Benign Paroxysmal Positional Vertigo)
VERTIGO
Suatu ilusi dimana seseorang merasa
tubuhnya bergerak terhadap lingkungannya,
atau lingkungan bergerak terhadap dirinya.
JENIS
VESTIBULER
LETAK LESI
SISTEM
VESTIBULER
SENTERAL
BATANG
OTAK
OTAK
NONVESTIBULER
SISTEM
VISUAL
PERIFER
LABIRIN
N-VESTIBULARIS
SISTEM SOMATO
SENSORIK
(PROPRIOSEPSI
SENTRAL
1. Vertigo ringan
2. Tidak ada decay
3. Tidak ada
pengaruh gerakan
kepala
4. Arah obyek
vertikal
5. Gejala otonom +/6. Tidak ada
gangguan
Pendengaran
7. Tanda fokal SSP
PATOGENESIS
2 Teori
Teori kupulolitiasis
Debris-debris degeneratif atau fragmen
otokonia dari utrikulus yang terlepas dan
melekat pada permukaan kupula KSSP yang
menghadaputrikulus.
Teori kanalitiasis
Adanya partikel padat (debris) yang
mengapung dan bergerak dalam KSSP.
KANALOLITIASIS DAN
KUPULOLITIASIS
KANALOLITIASIS DAN
KUPULOLITIASIS
Diagnosis
Anamnesis.
Vestibuler nystagmus.
Dix-Hallpike manuver untuk KSS (kanalis
Pemeriksaan Keseimbangan
Sederhana
Romberg & Sharp Romberg Test
Stepping Test
Disdiadokinesis
Finger-Nose Test
Post-Pointing Test
DIX-HALLPIKE MANUVER
1.Perasat Dix-Hallpike kanan pada bidang kanal
DIX-HALLPIKE MANUVER
Perasat Dix Hillpike kanan pasien duduk
tegak pada
meja pemeriksa dengan kepala menoleh 45
ke kanan
DIX-HALLPIKE MANUVER
Dengan cepat pasien dibaringkan dengan kepala
tetap miring 45 ke kanan sampai kepala pasien
menggantung 20 30 pada ujung meja
pemeriksa, tunggu 40 detik sampai respon
abnormal timbul
TATALAKSANA
Canalith Repositioning Treatment
Latihan Brandt-Daroff
Menieres Disease
Definisi:
Penyakit ini dikenal sebagai hydrops
endolimfatik yaitu suatu gangguan telinga
dalam (labyrinthin) yang mana terdapat
peningkatan volume dan tekanan endolimfe
telinga dalam.
Etiologi
Penyebab pasti penyakit Meniere ini belum
diketahui.
Beberapa teori menyebabkan penyakit ini, adalah:
Gangguan lokal keseimbangan garam dan air.
Gangguan regulasi otonom sistem endolimfe.
Alergi lokal telinga.
Gangguan vaskularisasi telinga dalam.
Gangguan duktus atau sakus.
Perubahan hubungan dinamika tekanan
perilimfe dan endolimfe.
Etiologi (lanjutan)
Manifestasi lokal labirin pada penyakit sistemik.
Berkaitan dengan beberapa kelainan os
temporal.
Trauma kepala dan telinga.
Infeksi telinga tengah.
Gangguan autoimmun.
Syphilis telinga dalam dan oleh suatu virus.
Anatomi
Fisiologi
Perilymph
Berada dalam Scala Vestibuli / Tympani
High Na+, Low K+
Endolymph
Berada dalam Scala Media
Low Na+ High K+
Dihasilkan dalam Stria Vascularis
Dibatasi oleh Membran labirin.
Tidak ada perbedaan tekanan
Patofisiologi
Endolymphatic hydrops menyebabkan gangguan
pada membran labirin.
Reisners membrane menggelembung (bulging)
ke dalam scala vestibuli.
Mikroruptur menyebabkan serangan episodik
yang akan pulih saat ruptur tertutup kembali.
Patofisiologi
Teori didasarkan pada:
Obstruksi duktus/sakus endolimfatik
Hipoplasia duktus/sakus endolimfatik
Meningkatnya absorbsi endolymph
Meningkatnya produksi endolymph
Gangguan Autoimun
Gangguan pada vascular
Virus
Epidemiologi
Di US : 50% pasien memiliki riwayat penyakit
Gambaran Klinis
Gejala dan tanda khas penyakit Meniere yaitu:
Serangan pertama sangat berat berupa
vertigo yang episodik.
Gangguan pendengaran yang berfluktuasi.
Tinitus serta rasa penuh dan tertekan di
dalam telinga
Tertekan atau rasa penuh adalah juga sering.
Serangan pertama hebat sekali yang dapat
disertai gejala vegetatif.
Serangan lanjutan lebih ringan meskipun
frekuensinya bertambah.
Mula-mula nada rendah dan akhirnya nada
tinggi.
Biasanya unilateral, kemudian mengenai
Pemeriksaan Fisik
Diperlukan hanya untuk menguatkan diagnosis
penyakit.
Dalam hal yang meragukan kita dapat
membuktikan adanya hidrops dengan tes gliserin.
Selain itu tes gliserin ini berguna untuk
menentukan prognosis tindakan operatif pada
pembuatan shunt.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium:
Tidak ada yang spesifik kecuali jika penyebabnya
infeksi
Pemeriksaan urinalisis, kimia darah, skrining
penggunaan obat-obatan dan alkohol dapat
membantu jika diduga terdapat penyebab lain.
Diagnosis Banding
Tumor N.VIII
Sklerosis multiple
Neuritis vestibuler
Vertigo posisi paroksismal jinak
(VPPJ)/BPPV
Penatalaksanaan
Ketika diagnosis penyakit Meniere
ditegakkan,
pengobatan secara langsung perlu dilakukan
untuk
menghentikan atau mengurangi frekuensi
dan beratnya serangan.
a. Medikamentosa
Terapi profilaksis
1. Vasodilator.
2. Antikolinergik (probantin).
3. Penggunaan hormon tiroid.
4. Pantang makanan.
5. Diuretik.
Terapi simptomatik
1. Sedativa (diazepam)
2. Antiemetik (proklorperazine)
3. Antivertigo (dimenhidrinat, prometazine)
Istirahat dan berbaring dalam posisi yang
meringankan keluhan.
Fisioterapi dan Rehabilitasi
Pembedahan
BELLS PALSY
Motori
k
Otonom
Sensori
k
Insiden:
40-70% kelumpuhan saraf fasialis akut
Prevalensi 10-20 pasien / 100 ribu populasi
>> penderita DM, wanita hamil
8-10% riw. keluarga
Gejala: Kelumpuhan otot wajah satu sisi, nyeri
disekitar
telinga, rasa bengkak dan kaku pada wajah,
hiperakusis, produksi air mata , pengecapan
hilang.
Diagnosa : Sistem House-Brackmann dan Metode
Freyys.
Penegakkan Diagnosisi:
1. Pemeriksaan THT, audiologi dan
opthalmologi.
2. Laboratorium tidak Mendukung.
3. Pemeriksaan radiologi bila ada indikasi.
Terapi:
Kortikosteroid
Antiviral
Fisioterapi
Prognosis:
85% penyembuhan komplit
10% asimetri persisten ringan
5 % Sequelae berat
Pembagian
OMSK Tipe Jinak/Mukosa.
OMSK Tipe
Maligna/Berbahaya/Tulang/Kolesteatoma.
PENGOBATAN
OMSK tipe jinak:
Konservatif
Operatif
OMSK tipe bahaya:
Operatif
Tujuan pengobatan:
Mengeradikasi infeksi
Mencegah komplikasi
Memperbaiki pendengaran
EPISTAKSIS
Penyebab Sistemik :
Penyakit Kardiovaskuler Hipertensi
Kelainan Darah Lekemia
Infeksi DHF
Hormonal kehamilan
Kelainan Kongenital
Sumber Perdarahan
Anterior, dari :
Plexus Kiesselbachs
A. ethmoid Ant
Biasa ringan & dapat berhenti
spontan
Posterior, dari :
A. Spenopalatina
A. Etmoid post
Biasanya hebat dan sebagian besar
mengalir ke nasofaring dan jarang
berhenti spontan
Penatalaksanaan
Tujuan Penatalaksanaan :
Menghentikan perdarahan
Mencegah komplikasi
Mencari etiologi
Tergantung Keadaan dan penyebab
Atasi keadaan akut : syok dan perdarahan hebat
segera pasang infus
Pemeriksaan dilakukan pasien dalam posisi duduk
jika memungkinkan
Penatalaksanaan
Pencet cuping hidung
Kaustik kimia (AgNO3 2030%) atau listrik
Tampon Anterior
Tampon Posterior (Bellocg)
Balon kateter Foley
Ligasi Arteri
Setiap pemasangan tampon,
harus diberikan Antibiotika
Kaustik
Tampon anterior
Tampon bellocq
Hematom Septum
Orbital Cellulitis
Rx : Systemic antibiotics
Decongestants
Analgesia
Epiglottitis
Epiglottitis v Croup
Epiglotitis
Cause
Age
Obstruction S
Subglottic
Fever
grade
Dysphagia
Drooling
Posture
Recumbent
Toxaemia
Cough
brassy
Voice
RR
Rapid
Bacterial
Any
Supraglottic
High
Marked
Present
Sitting
Mild to severe
None
Muffled
Rapid
Croup
Viral
1-5yrs
Low
None
Minimal
Mild
Barking,
Hoarse
Benda asing di
THT-KL
Sudden Deafness/
Tuli mendadak
Definisi Tuli Mendadak :
- Terjadi secara tiba-tiba.
- Tuli sensorineural.
- Penyebab belum diketahui saat itu.
Definisi beberapa ahli :
- Penurunan pendengaran > 30 dB
- Paling sedikit pada 3 frekuensi
berurutan
- Waktu gradasi penurunan
pendengaran kurang dari 3 hari
Etiologi (Hughes)
Gangguan sirkulasi
Infeksi
Trauma
Gangguan imunologi
Gangguan metabolik
Neoplasma
Obat ototoksik
Gangguan neurologik
Faktor predisposisi
Kelainan hematologi
Hipertensi
Diabetes melitus
Stres
Kolesterol tinggi
Diagnosis
Anamnesis pasien sebaiknya dilakukan secara
menyeluruh dan teliti.
Informasi mengenai :
onset, jangka waktu.
gejala yang menyertai.
aktivitas yang dilakukan.
faktor predisposisi.
riwayat penyakit sebelumnya untuk mencari
faktor risiko amat diperlukan.
Pemeriksaan Pendengaran
Pada pemeriksaan pendengaran didapatkan:
Tes penala : Rinne positif, Weber lateralisasi ke
yang sehat, Schwabach memendek.
Audiometri nada murni : tuli sensorineural
Audiometri impedans : timpanogram tipe A
(normal) refleks stapedius ipsilateral negatif atau
positif, sedangkan kontralateral positif.
Pemeriksaan penunjang
CT Scan atau MRI kalau dicurigai
penyebabnya neuroma akustik.
Pemeriksaan laboratorium untuk memeriksa
kemungkinan infeksi virus/bakteri, DM,
hiperlipidemia, hiperfibrinogen, hipotiroid,
penyakit autoimun dan faal hemostasis.
Penatalaksanaan
Kortikosteroid
Vasodilator
Antikoagulan
Fibrinolitik
Inhalasi oksigen/carbogen
Anti virus
Vitamin/mineral
Transqualizer
Hiperbarik
Antitrombotik
Kriteria perbaikan
pendengaran
Sembuh : perbaikan ambang dengar <30 dB
pada 250 Hz, 500 Hz, 1000 Hz, 2000Hz dan
<25 dB pada 4000 Hz
Perbaikan sangat baik : perbaikan > 30 dB pada
5 frekuensi
Perbaikan baik : 10-30 dB pada 5 frek.
Tidak ada perbaikan : bila < 10 dB pada 5
frekuensi.
Prognosis
Keterlambatan
pengobatan (golden
period <2 minggu)
Vertigo
Usia tua
Tuli nada tinggi
Kecemasan
Tinitus
Penyakit penyerta
Obstruksi Laring
PENYEBAB OBSTRUKSI LARING
Radang : difteri dan non-difteri.
Tumor : jinak atau ganas.
Kongenital : laringomalasia,trakeomalasia,lesi
anatomik (selaput pita suara, stenosis,
hemangioma), kelumpuhan pita suara,
anomali pembuluh darah.
Paresis N. rekuren laring bilateral.
Trauma laring dan trakea.
Benda asing yang menyumbat laring.
DIAGNOSIS
Gejala umum : stridor, sesak nafas,
retraksi (fosa suprasternal,
epigastrium,infra klavikula, interkostal),
suara parau (disfonia), sianosis.
Laringoskopi indirek dan direk.
TINDAKAN SEGERA
Laringoskopi direk : isap sekret
(membebaskan jalan nafas) dan
melihat kelainan.
Laringoskopi indirek : u/ orang dewasa,
pasien tidak terlalu sesak.
INTUBASI
KRIKOTIROTOMI
Trauma Laring
Klasifikasi Trauma Laring
Schaefer: berdasarkan kerusakan yang terjadi :
1. Laserasi ringan, hematoma ringan , fraktur (-)
2.Edema, hematom, kerusakan mukosa ringan
kartilago terpapar (-), fraktur (+) perubahan
posisi (-)
3.Edema masif, robekan mukosa,
kartilago terpapar, fraktur perubahan posisi,
immobilitas pita suara.
4. kelompok 3, fraktur >2, atau trauma masif
mukosa laring.
Etiologi
I.Trauma Mekanik
1. Eksterna
Kecelakaan mobil, trauma tumpul leher, komplikasi
trakeostomi, krikotirotomi.
2. Interna.
Tindakan endoskopi, intubasi endotrakea,
pemasangan pipa nasogaster.
II. Luka Bakar
1.Termis
menelan, makanan cairan, makanan panas,
inhalasi udara, gas panas
2.Kimiawi ( zat korosif )
cairan alkali, amoniak dll.
III.Trauma penyinaran
IV. Trauma autogen.
Diagnosis
Ditegakkan : - anamnesis,
- riwayat trauma laring.
Trauma leher kerusakan laring difikirkan
gejala-gejala :
Sumbatan nafas makin lama makin
Berat
Disfoni atau afoni
Batuk
Batuk darah atau muntah darah
Rasa sakit pada leher
Disfagi atau odinofagi
Gejala-gejala disertai:
Deformitas leher,
Emfisema
Nyeri pada palpasi
Krepitasi tulang
Pemeriksaan Penunjang
Ro kepalafraktur tuIang tengkorak, fraktur
tulang kepala lainnya.
Ro soft tissue leher AP / lat fraktur kartilago
tiroid, hioid, deviasi trakea, emfisema
Ro toraks fraktur tulang iga, emfisema,
pneumotoraks
Laringoskopi indirek: menggunakan serat optik
evaluasi struktur laring
CT Scan : Kerusakan laring
fraktur tulang vertebra tindakan
selanjutnya
Kelompok I
Gejala: gejala saluran nafas minimal
Tanda :
- hematom
- laserasi sedikit
- fraktur (-)
Tatalaksana:
- observasi
- kelembapan udara
- kepala dan tempat tidur ditinggikan
II. Kelompok II
Gejala : aliran udara membahayakan
Tanda:
- edema / hematom
- gangguan mukosa
-tidak tampak tulang rawan
Tatalaksana :
- trakeostomi
- Iaringoskopi langsung
- esofangoskopi
- eksplorasi/perbaikan
- tidak perlu bidai
IV. Kelompok IV
Gejala:
- aliran udara membahayakan
Tanda :
- edema masif
- robekan mukosa
- tulang rawan terlihat
-pita suara kaku
Tatalaksana:
- trakeostomi
- Laringoskopi langsung
- esofagoskopi
- eksplorasi/perbaikan
- pasang bidai
Komplikasi
1.
2.
3.
4.
5.
Jaringan granulasi
Stenosis laring dan trakea
Stenosis subglotis
Kelumpuhan pita suara
Fiksasi aritenoid
TERIMAKASIH
Grading System
Essential Otolaryngology, K.J.Lee
TINGKAT
DEFINISI
Normal
Disfungsi ringan
Disfungsi sedang
TINGKAT
DEFINISI
Disfungsi berat
Paralisis total