Anda di halaman 1dari 32

CBD

Tuberkulosis
Pembimbing: dr. Citra Inderawati, DPCP

Kevin Ronaldo (1815107)


Bobby Yan Patra (1815082)
Syani Lesmana (1815167)
Identitas Pasien
• Nama : Tn. FS
• Usia : 26 Tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Kota tempat tinggal : Bandung
• Pekerjaan : Swasta
• Suku Bangsa : Sunda
• Agama : Kristen
• Status Pernikahan : Belum menikah
Anamnesis
• Keluhan utama: Sesak nafas
• Pasien datang ke IGD RSI dengan keluhan sesak nafas sejak 2 minggu yang lalu. Sesak
tidak membaik saat istirahat, dan tidak dipicu oleh aktivitas. Sesak disertai batuk
tidak berdahak, batuk sudah dialami sejak kurang lebih 1 bulan sebelum sesak, dan
sekarang batuk dirasakan semakin parah terutama saat perubahan posisi dari
berbaring ke duduk maupun sebaliknya. Saat batuk, dada sebelah kanan bawah
terasa sakit. Pasien mengatakan sering berkeringat terutama saat malam hari dan
saat terbatuk. Keluhan disertai juga dengan demam yang tidak terlalu tinggi.
• Pasien mengeluhkan nyeri kepala dan nafsu makan menurun.
• Tidak ada batuk darah, mual, muntah dan bengkak pada kaki.
• BAB dan BAK tidak ada kelainan.
• Pasien tidak memperhatikan ada tidaknya penurunan BB.
Anamnesis
• RPD: Tidak ada DM dan HT.
• RPK: -
• Kebiasaan: Pasien merokok
• Usaha berobat: -
• Riwayat alergi: -
Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum : kesadaran compos mentis, kesan sakit sedang
• Status gizi:
• BB: 60 kg
• TB: 170 cm
• BMI: 20,76
• Tanda Vital:
• TD: 110/70 mmHg
• Nadi: 100x/menit
• Respirasi: 20x/menit
• Suhu: 37,3
• Saturasi O2: 99% dengan Oksigen 3lpm
Pemeriksaan Fisik
• Kepala :
• Wajah : turgor kulit normal
• Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,
• Leher :
• Trakea : letak sentral
• KGB : pembesaran KGB (-)
• Tiroid : pembesaran (-)
• JVP : 5+0 cm H2O
Pemeriksaan Fisik
• Thoraks
• Paru :
• Inspeksi : bentuk dan pergerakan pernafasan tidak simetris kanan tertinggal
• Palpasi : gerakan nafas kanan tertinggal
• Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru kiri, dull pada ICS IV kebawah paru kanan.
• Auskultasi : VBS kanan ↓ pada ICS IV kebawah, ronkhi -/-, wheezing -/-
• Jantung :
• Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
• Palpasi : ictus cordis tidak teraba
• Perkusi : batas jantung normal
• Auskultasi : BJM, S1=S2, regular, murmur (-), gallop (-)
Pemeriksaan Fisik
• Abdomen :
• Inspeksi : bentuk datar
• Auskultasi : bising usus (+) normal 
• Perkusi : timpani
• Palpasi : Soepel, nyeri tekan (-). Hepar dan lien tidak teraba membesar.
• Ekstremitas
• Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-)
Resume
• Keluhan utama: Dyspnoe
• Dypsnoe sejak 2 minggu yang lalu, tidak membaik saat istirahat, dan
tidak dipicu oleh aktivitas.
• Dypsnoe disertai batuk kering, sejak kurang lebih 1 bulan sebelum sesak.
• Batuk dirasakan semakin parah terutama saat perubahan posisi.
• Saat batuk, dada sebelah kanan bawah terasa sakit.
• Sering berkeringat terutama saat malam hari dan saat terbatuk.
• Keluhan disertai demam yang tidak terlalu tinggi.
• Pasien mengeluhkan nyeri kepala dan nafsu makan menurun.
Resume (PF)
• Keadaan umum : kesadaran compos mentis, kesan sakit sedang
• Tanda Vital:
• Suhu: 37,3
• Saturasi O2: 99% dengan Oksigen 3lpm
• Thoraks
Paru :
• Inspeksi : bentuk dan pergerakan pernafasan tidak simetris kanan tertinggal
• Palpasi : gerakan nafas kanan tertinggal
• Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru kiri, dull pada ICS IV kebawah paru kanan.
• Auskultasi : VBS kanan ↓ pada ICS IV kebawah, ronkhi -/-, wheezing -/-
• Jantung : DBN
Diagnosis Banding
• Efusi pleura ec susp TB paru
• Efusi pleura ec susp Pneumonia
Usulan Pemeriksaan Penunjang
• Foto thorax
• Sputum BTA
• Kultur sputum dan tes sensitivitas
• Darah rutin
• SGOT SGPT
• Pungsi cairan pleura
• ADA test
• USG Thorax dengan marker
Pemeriksaan Penunjang
• Hematologi rutin • SGOT: 17 U/L
• Hb 16,6 g/dL • SGPT: 19 U/L
• Ht 49%
• Leu 9.790/mm3
• Tromb 286.000/mm3
• Eri 5,5 jt/mm3
• BTA
• Sputum BTA positif
Diagnosis Kerja
• Efusi pleura ec TB paru
Penatalaksanaan
• Nonmedikamentosa:
• Pemberian nutrisi TKTP
• O2 3LPM NC
• Drainase thoracentesis
• Posisi setengah duduk
• Medikamentosa:
• Paracetamol tab 3x500mg
• OBH 3x1
• OAT 4 FDC 1x4tab
Prognosis
• QAV: ad bonam
• QAF: dubia
• QAS: dubia ad bonam
Definisi
• Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
infeksi Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang
paru, namun dapat juga mengenai organ tubuh lainnya
Karakteristik Mycobacterium tuberculosis:
• Bentuk batang tipis tahan asam
• Ukuran 0,2 –0,3 x 2 –10 μm
• Non motil
• Tidak berkapsul
• Tidak membentuk toksin
• Aerob obligat
• Fakultatif intracellular parasite, terutama dalam makrofag
• Slow growing (generation time 18 –24 jam)
Insidensi
• Secara global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TBC
yang setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk.
• Lima negara dengan insiden kasus tertinggi yaitu India, Indonesia,
China, Philipina, dan Pakistan
• Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada
tahun 2017.
• Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki 1,4 kali lebih besar dibandingkan
pada perempuan.
Klasifikasi
Berdasarkan hasil pemeriksaan sputum:
• TB paru BTA (+), syarat:
• Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (+) ATAU
• 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (+) dan foto rontgen thorax menunjukkan
gambaran TB aktif ATAU
• 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (+) dan kultur positif
• TB paru BTA (-)
• Pemeriksaan sputum SPS 3 kali hasilnya BTA (-) dan gambaran foto rontgen
menunjukkan TB aktif
Klasifikasi
Berdasarkan tipe penderita(ditentukan berdasarkan
riwayat pengobatan)
• Kasus baru: penderita belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu)
• Kasus kambuh/relaps: penderita TB yang sebelumnya telah
mendapatkan pengobatan TB dan telah dinyatakan
sembuh/pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA (+)
• Gagal/failure: penderita yang pemeriksaan sputumnya tetap (+) atau
kembali menjadi (+) pada bulan kelima atau pada akhir pengobatan
• Putus Obat: penderita yang telah berobat ≥ 1 bulan dan putus
berobat selama 2 bulan atau lebih sebelum pengobatannya selesai
• Kasus kronik: penderita dengan hasil pemeriksaan BTA masih (+)
setelah selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2
dengan pengawasan yang baik
• Kasus bekas TB: penderita dengan hasil pemeriksaan BTA (-),
gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB tidak aktif atau foto
serial menunjukkan gambaran yang menetap
Klasifikasi
Berdasarkan hasil pemeriksaan uji kepekaan obat:
• Mono resisten (TB MR): resisten terhadap salah satu jenis OAT lini
pertama saja
• Poli resisten (TB PR): resisten terhadap lebih dari satu jenis OAT lini
pertama selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan
• Multi drug resisten (TB MDR): resistan terhadap Isoniazid (H) dan
Rifampisin (R) secara bersamaan
• Extensive drug resisten (TB XDR): adalah TB MDR yang sekaligus juga
resisten terhadap salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan
minimal salah satu dari OAT lini kedua jenis suntikan (Kanamisin,
Kapreomisin dan Amikasin)
• Resisten Rifampisin (TB RR): resistan terhadap Rifampisin dengan
atau tanpa resistensi terhadap OAT lain
Faktor Resiko
• Riwayat kontak dengan penderita TB
• Penderita HIV
• Pengguna narkoba suntik
• Petugas kesehatan atau pekerja di Rumah Sakit
Patogenesis
Tuberkulosis

Peningkatan
Permeabilitas vascular Inflamasi Kronis Erosi Jaringan

Peningkatan tekanan Sitokin Inflamasi Tekanan tinggi


hidrostatik Stimulasi hepcidin
(TNF, IL-1, IL-6) intrathoracal saat
batuk
Cairan berpindah ke Cairan berpindah ke Febris, Malaise, Menghambat
rongga alveoli cavitas pleura Anorexia Transportasi Fe
Hemoptoe

Gangguan sintesis
Ronkhi Efusi Pleura
heme

Anemia
Pemeriksaan Penunjang
• Imaging: Foto thorax & USG thorax
(evaluation of suspected pleural effusions and
as a guide to thoracentesis)
• Pungsi cairan pleura: LDH & protein
• Lactate dehydrogenase (LDH): membedakan
cairan nya exudat atau transudat. (exudat
infeksi lokal di paru, transudat chf atau
cirrhosis hepar)
• Kultur cairan pleura
• Adenosine Deaminase (ADA)
• Serologi anti HIV
Penatalaksanaan
Non farko:
• Nutrisi adekuat.
• Drainase thoracentesis.
• Posisi berbaring setengah duduk.

Farko:
• Etiologi TB di treatment dengan
OAT.
Komplikasi
• Lung scarring
• Pneumothorax
• Empyema (collection of pus within the pleural space)
• Sepsis
• Intrapleural haemorrhage
Prognosis
• Resiko tindakan thoracentesis tinggi
• Pasien dengan HIV memiliki prognosis yg buruk
• Efusi pleura dengan infeksi memiliki mortality rate yg jauh lebih
rendah daripada penyebab yg lain (malignancy)

Anda mungkin juga menyukai